Anda di halaman 1dari 22

STIKES PRIMA INDONESIA

Pengantar K3 Dan Keselamatan Kerja di Laboratorium Kimia

DI SUSUN OLEH:

1. Ishafani (22021003)
2. Syifa Intan Nadila (22021007)
3. Zuriyah Mustaqimah (22021008)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

PROGRAM DIPLOMA TIGA

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengam rahmat,karunia,serta taufik

dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Sistem Manajemen Keselamatan

Kerja Dalam Labolatorium Kimia. Ini sesuai dengan berbagai sumber informasi dan literatul yang

sudah dikembangkan. Dan juga kami berterimakasih kepada Ibu Ladyka Viola Aulia,M.KM.

selaku Dosen mata kuliah K3 Dan Patient Safety yang telah memberikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta

pengetahuan kita mengenai Sistem Manajemen Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium Kimia.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan

jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,saran dan usulan demi

perbaikan di masa yang akan datang,mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana

yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya

makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya.

Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami

memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan masa depan.

Bekasi, Oktober 2021

Penyusun

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................

A.Latar Belakang ................................................................................................ 1

B.Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

C.Tujuan Penulisan ................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................

A. Definisi dan Tujuan Dari Keselamatan Kerja di Laboratorium.................................4

B. Sumber Yang Menyebabkan Terjadinya Kecelakaan Di laboratorium.....................5

C. Simbol Yang Terdapat Di laboratorium.....................................................................8

D. Contoh Kasus Keselakaan Kerja Di laboratorium...................................................10

E. Pengendalian Kecelakaan Kerja Di laboratorium.....................................................11

BAB III PENUTUP ................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................................ 16

B. Saran.......................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk

upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakan kerja dan penyakit

akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efesiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi

pekerja tetapi juga dapat merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada

masyarakan luas.(Sucipto,2014)

Era globalisasi ini. Kesehatan dan Keselamatan Kerja menjadi sebuah kebutuhan

dalam setiap bagian kerja baik yang berada dilapangan ataupun didalam ruangan. Didalam

undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang kesehatan telah mengamanatkan antara lain

jamsostek khususnya yang termuat dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun1992

tentang jaminan sosial tenaga kerja yang telah mengatur bahwa pengusaha wajib

melaporkan kecelakan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada kantor Dapartemen

Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam.

Setelah itu, tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan tersebut mendapatkan surat keterangan

dokter yang menyatakan kondisi tenaga kerja tersebut sembih, cacat atau meninggal dunia.

(Kharismawan,2014).

Untuk pekerjaan yang beresiko tinggi diharuskan ada jamsostek bagi pekerja.

Untuk setiap tempat kerja harus mengembangkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja,

1
contohnya seperti diLaboratorium Kimia karena disini tak akan lepas kemungkinan bahaya

dari berbagai jenis bahan kimia dan peralatan yang ada didalamnya. Oleh karena itu,

diperlukan pemahaman terhadap bahaya dilaboratorium dan juga harus melaksanakan

upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja agar tidak terjadi kecelakaan atau gangguan

kesehatan terhadap para pekerja dan bukan hanya pekerja yang beresiko keluarga,

masyarakat maupun lingkungan sekitar juga akan berdampak. (Anonim,2010)

Potensi bahaya diLaboratorium sangatlah tinggi, oleh karena itu kita harus tau

cara kerja,prinsip kerja serta pengantar Kecelakan Kerja dan Keselamatan Kerja yang

terjadi di Laboratorium. Untuk cara kerja dan prinsip kerja dilaboratorium ini merupakan

langkah- langkah sebelum dan sesudah para pekerja melakukan pekerjaannya agar tidak

terjadi kesalahan-kesalahan yang tidak diiinginkan serta dapat menimbulkan kecelakaan

yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, kita sudah

mengetahui bagaimana agar diri kita bisa terhindar dari kecelakaan dilaboratorium jika

suatu saat terjadi kecelakkan dilaboratorium. Dan dalam keamanan kerja hal pertama yang

harus dipatuhi adalah kedisiplinan terhadap tata tertib serta aturan-aturan yang ada

dilaboratorium agar kita terhindar dari kecelakaan dalam bekerja.(Subiantoro,2011)

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan tujuan dari keselamatan kerja di Laboratorium?

2. Apa sumber yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di laboratorium?

3. Mengenal apa saja simbol yang terdapat di laboratorium?

4. Bagaimana contoh kasus keselakaan kerja di laboratorium?

5. Bagaimana pengendalian kecelakaan kerja di laboratorium?


C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui kecelakaan kerja yang terjadi di laboratorium kimia

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui penangendalian kecelakaan kerja yang terjadi di laboratorium

kimia. Agar terciptanya cara kerja, lingkungan kerja sehat, aman, nyaman, dan dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan pada karyawan Laboratorium.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Dan Tujuan Keselamatan Kerja Di Laboratorium

Sebagai seorang pekerja, sebelum melakukan pekerjaannya kita terlebih dahulu harus

mengetahui bagaimana pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K3) di

laboratorium, agar kita dapat melaksanakan praktikum dengan aman dan lancar.

Keselamatan Kerja adalah suatu kegiatan keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan

alat-alat laboratorium, bahan dan proses praktek,tempat praktikum dan lingkungannya

serta cara-cara melakukan praktek. Keselamatan kerja ini menyangkut segenap proses

praktikum di Laboratorium. Sedangkan Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian yang tak

terduga dan tidak diharapkan yang terjadi pada saat berlangsungnya pekerjaan. Oleh

karena itu, peristiwa ini tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk

perencanaannya. Oleh sebab itu, pekerja sangatlah penting menerapkan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. (Rahayumimgsih,2013)

Di dalam pekerjaan di Laboratorium sangat diperlukan yang namanya Kesehatan

Kerja. Kesehatan Kerja (Occupational Health) merupakan bagian dari kesehatan

masyarakat atau pekerja yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan

dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja .bahaya pekerjaan seperti

halnya masalah kesehatan lingkungan lain, yang bersifat akut atau kronis dan efeknya

mungkin segera terjadi atau perlu waktu yang lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara

langsung maupun tidak langsung. Kesehatan pekerja sangatlah perlu diperhatikan, oleh
karena itu, selain dapat menimbulkan gannguan tingkat produktifitas, kesehatan

masyarakat tersebut dapat timbul akibat pekerjaannya. Seperti sasaran Kesehatan Kerja

yang bekerja di Laboratorium. Oleh karena itu, dilaboratorium sangat perlu adanya

manejemen keselamatan kerja yang berguna mengantisipasi terjadinya kecelakaan dan

untuk menerapkan keselamatan kerja ini harus ada dukungan dari diri sendiri, para pekerja

lainnya dan atasan.(Salikkuna,2011)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan menciptakan terwujudnya pemeliharaan

laboratorium serta juga menciptakan tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan Kesehatan

kerja ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawaan dengan cara

penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari arti pentingnya keselamatan

kerja bagi dirinya maupun untuk laboratorium dan para pekerja lainnya. Dan juga dapat

mengurangi resiko bahaya kecelakaan kerja lainnya dan juga meningkatkan tingkat

kesehatan pekerja. Oleh karena itu, penerapan dan penyuluhan tentang keselamatan Kerja

ini sangat lah penting supaya mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja yang tak terduga.

(Syartini,2010)

B. Sumber Yang Menyebabkan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat menimpa setiap

pekerja. Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja dan pihak yang

memperkejakannya. Oleh karena itu,dilakukan identifikasi kecelakaan kerja guna

mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut. Melalui identifikasi bahaya kerja maka

akan meminimalkan bahkan mencegah bahaya melalui pengendalian bahaya kerja yang

dilakukan sesuai hasil analisa identifikasi bahaya kerja. Agar tindak lanjut penangan dari

hasil identifikasi lebih maksimal maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko.
Penilaian resiko adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa

yang dapat menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah

terjadinya kerugian, kerusakan, atau cidera di tempat kerja. Penilaian ini harus juga

melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk menghilangkan, mengurangi atau

meminimalkan resiko.(Amanah, 2010)

Terjadinya Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis

yang terjadi kecelakaan kerja dilaboratorium terjadi disebabkan sebagai berikut:

1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan proses-

proses serta perkengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan

kegiatan.

2. Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan laboratorium dan juga kurangnya

pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan laboratorium.

3. Kurangnya bimbingan terhadap pekerja yang sedang melakukan kegiatan di

laboratorium.

4. Kurangnya atau tidaknya tersedia perlengkapan keamanan dan perlengkapan

pelindung diri dalam melaksanakan kegiatan dilaboratorium.

5. Kurang atau tidaknya mengikuti petunjuk atau aturan yang harus ditaati

6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau

menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.

7. Tidak bersikap hati-hati dalam melakukan kegiatan dilaboratorium. (Suyono,2013)

Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun, di

manapun, dan dapat menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja

di laboratorium dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cidera atau bahkan
cacat, serta bahaya kesehatan mental seperti stres, syok, ketakutan, yang bila intensitasnya

meningkat dapat menjadi hilangnya kesadaran(pingsan)bahkankematian.(Winarni,2014)

Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi beberapa sumber yaitu:

1. Perangkat atau alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korak

api, atau alat-alat yang berbahaya lainnya.

2. Bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu(panas atau dingin), basa,

alkohol, klorofom, jamur, bakteri, serbuksari atau racun dan masih banyak lagi.

3. Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang tidak

tepat, atau faktor psikologi kerja dan masih banyak lagi.(Hidayati,2011)

Kecelakaan dilaboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu:

1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien

2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu

sendiri.

Selain pengantar kecelakaan kerja kita harus mengetahui pokok-pokok tindakan

pertolongan tindakan pertama pada kecelakaan yang berguna untuk membantu dalam

proses penanganan apabila terjadi kecelakaan dilaboratorium. Pertolongan pertama pada

kecelakaan dimaksudkan untuk memberikan perawatan darurat bagi korban sebelum

pertolongan yang lebih lanjut diberikan ke dokter .Beberapa hal penting yang harus

diperhatikan dalam melakukan tindakan P3K yaitu :

1. Jangan panik tidak berarti boleh lamban.

2. Perhatikan pernafasan korba

3. Hentikan pendarahan.
4. Perhatikan tanda-tanda shock.

5. Jangan memindahkan korban terburu-buru. (Hudori, 2010).

C. Simbol-Simbol Yang Terdapat Dilaboratorium

Kecelakaan Kerja dilaboratorium sangatlah sering terjadi, untuk itu kita perlu

mengetahui pengetahuan tentang laboratorium. karena, masih banyak yang kurang paham

dengan penggunaan bahan-bahan kimia. Oleh karena itu, perlunya kita harus

meningkatkan pengetahuan terhadap bahan-bahan kimia yang akan digunakan di

laboratorium. untuk itu, kita perlu meningkatkan pengetahuan atau memahami simbol-

simbol yang ada dilaboratorium.

ini beberapa simbol-simbol bahaya bahan kimia yang ada dilaboratorium, yaitu:
Simbol Arti Contoh Keterangan
Simbol
Mudah Minyak tanah, Sifat bahan ekstrem mudah menyala,
Terbakar alkohol, kerosin artinya zat cair yang mempunyai
suhu 0° c kurang dari dan titik didh
kurang atau sama dengan 35° c.
sangat sudah menyala artinya bahan
yang dapat terbakar pada keaadaan
normal . cairan dengan suhu nyala
dibawah 21° c termasuk dengan
golongan ini. Mudah terbakar artinya
bahan pada yang mudah terbakar
pada suhu kurang dari atau sama
dengan 350° c dan zat cair dengan
suhu nyala sama atau lebih dari 21°
c.

Korosif Asam dan basa Korosif artinya bahan-bahan yang


kuat dapat merusak jaringan hidup jika
bersentuhan
Beracun Mertaanol dan Beracun artinya suatu zat yang dapat
Benzena menimbulkan kecelakaan,
penderitaan ataupun kematian
apabila tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit.

Iritasi Klorofomplutonim Iritasi artinya bahan-bahan yang


umumnya tidak korosif tetapi dapat
mengakibatkan ketidaknyamanan
apabila bersentuhan dengan kulit
atau bagian tubuh lainnya sehingga
dapat menimbulkan hilangnya
pigmen atau melepuh.
Radioaktif Uranium dan Bahan radioaktif artinya bahan-bahan
yang dapat memancarkan sinar-sinar
radioaktif atau radiasi yang dapat
mengakibatkan efek racun dalam
waktu singkat atau lama.

Mudah Campuran Mudah meledak atau eksplotif


Meledak hidrogen dan artinya bahan-bahan yang mudah
oksigen meledak apabila terkena
gesekan,benturan,panas atau kontak
dengan api.

Merusak Tributil timah Bahan kimia yang berbahaya bagi


Ekosistem klorida, satu atau beberapa komponen
Tetraklorometan, lingkungan. Dapat menyebabkan
Petroleum bensin. kerusakan ekosistem.Hindari kontak
atau bercampur dengan lingkungan
yang dapat membahayakan makhluk
hidup.Tributil timah klorida,
Tetraklorometan, Petroleum bensin.
D. Contoh Kasus Kecelakaan Kerja Dilaboratorium
Ada banyak contoh kasus kecelakaan dilaboratorium pada hasil temuan dalam

beberapa keadaan yang menimbulkan potensi kecelakaan kerja di laboratorium. Selain

aspek (keadaan dan tindakan) yang berpotensi celaka, dilakukan juga penilaian resiko

untuk mengetahui tingkat risiko di Laboratorium. Penilaian risiko dilakukan dengan tujuan

agar memperoleh nilai tingkat risiko dari masing-masing potensi bahaya diatas.

Berdasarkan hasil perkalian anatar paparan, peluang dan konsekunsi maka diketahui

tingkat risiko dari masing-masing potensi bahaya dilaboratorium. (Amanah, 2010)

Dibawah ini Contoh Kasus yang sering terjadi dilaboratorium:


NO. Aktifitas Potensi Bahaya
1. Pengambilan reagen dari lemari asam  Keracunan
 Sesak Nafas
 Iritasi Mata
 Iritasi Kulit
 Luka Bakar
2. Pengisian Buret  Luka
 Iritasi Mata
 Tertelan Bahan Kimia
3. Pemipetan  Luka GoresPenggunaan Oven
4. Penggunaan Oven  Terpapar Panas
5. Analisa Logam dan Uji Sampel Air  Kebakaran
 Ledakan
 Keracunan
Dibawah ini contoh bahan kimia yang ada dilaboratorium yang menyebabkan beberapa
gangguan pada tubuh kita yaitu:
Jenis Zat Beracun Jenis Bahan Gangguan akibat Beracun
Logam Metaloid Timbal(Pb), Raksa(Hg), Saraf, Ginjal, Darah,Hati
Cadmium,Krom(Cr),Arsen,
Bahan Pelarut Bensin dan Minyak,alkohol, Pusing, Koma,Penglihatan
glikol
Gas Beracun Karbon Monoksida, Nitrogen Sesak Nafas, Otak, Iritasi,
monoksida, Aspiksian Jantung, Saraf, Kematian
Pestisida Berbagai macam obat Pusing, Kejang, Hilang
pembasmi hama Kesadaran, dan kematian
Karsinogen Benzena, Asbes,Krom Leukimia,Paru-Paru
E. Pengendalian Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Hal-hal yang penting dalam mengantisipasi pengendalian kecelakan kerja

dilboratorium adalah untuk mengetahui aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya yang

mungkin dapat terjadi dan hal-hal yang perlu dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan.

kecelakaan didalam laboaratorium dapat dianalisis potensi bahayanya dengan Metode Job

Safety Analysis (JSA) sebagai upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di dalam

laboratorium.(Fathimahhayati, 2015)

Berikut adalah aturan umum yang berkaitan dengan keamanan dilaboratorium:

1. Penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di

laboratorium. Ruangan perlu ditata dengan rapi, berikan tempat untuk jalan

lewat dan tempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

2. Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan darurat seperti

kotak P3K, pemadam kebakaran, botol cuci mata dan lain-lain.

3. Gunakan perlengkapan keamanan bila sedang melakukan eksperimen.

4. Sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan terjadi

dan ambil tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut.

5. Berikan tanda peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau keadaan

tertentu.

6. Eksperimen yang tanpa izin harus dilarang dan bekerja sendirian di

laboratorium juga perlu dicegah.

7. Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas, kertas

dan lain-lain.
8. Semua percikan dan kebocoran harus segera dibersihkan.(Fathimahhayati,

2015)

Melaui kerja dengan berbagai bahan kimia korosif dan bahan dengan zat warna,

maka pengetahuan mengenai metode perlindungan pribadi dalam hal ini sangatlah

penting. Sedangkan tujuan utama adalah untuk mencegah kecelakaan, penting untuk

menggunakan perlengkapan keselamatan pribadi sebagai perlindungan untuk mencegah

luka jika terjadi kecelakaan. Kajian penerapan K3 dalam proses mengajar dilaboratorium

harus dilakukan dengan baik. Dimana fungsi dari keselamatan kerja yaitu antisipasi,

identifikasi dan evaluasi kondisi dari praktek berbahaya. (Indriyani, 2014)

Beberapa perlengkapan pribadi yang biasa digunakan adalah:

1. Jas laboratorium (labjas) untuk mencegah kotornya pakaian. Pakaian pelindung

harus nyaman dipakai dan mudah untuk dilepaskan bila terjadi kecelakaan atau

pengotoran oleh bahan kimia.

2. Pelindung lengan, tangan, dan jari. Sarung tangan yang mudah dikenakan

dan dilepas merupakan prasyarat perlindungan tangan dan jari dari panas, bahan

kimia, dan bahaya lain. Sarung tangan karet diperlukan untuk menangani bahan-

bahan korosif seperti asam dan alkali. Sarung tangan kulit digunakan untuk

melindungi tangan dan jari dari benda-benda tajam seperti pada saat bekerja di

bengkel. Sarung tangan asbes diperlukan untuk menangani bahan-bahan Sarung

tangan karet perlu disimpan dengan baik dan perlu ditaburi talk agar tidak

lengket saat disimpan.

3. Pelindung Kaca mata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari

percikan bahan kimia dan di laboratorium perlu disediakan paling sedikit


sepasang. Ideal setiap siswa memilikinya. Kacamata pelindung harus nyaman

dipakai dan cukup ringan. Kacamata pelindung perlu dipakai bila bekerja dengan

asam, bromin, amonia atau bila bekerja dibengkel seperti memotong logam

natrium, menumbuk, menggergaji, menggerinda dan pekerjaan sejenis yang

memungkinkan terjadinya percikan ke mata.

4. Respirator dan lemari uap. Respirator sebaagai pelindung terhadapap gas, uap dan

debu yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Bila bekerja dengan gas-gas

beracun walaupun dengan jumlah sedikit, seperti khlorin, bromine dan nitrogen

dioksida maka perlu dilakukan dilemari uap dan pelu ventilasi yang baik untuk

melindungi dari keracunan. Kecelakaan sering terjadi karena meninggalkan kran

gas dalam keadaan terbuka. Kran pengeluaran gas di dalam lemari uap harus

selalu ditutup bila tidak digunakan.

5. Sepatu pengaman. Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan solnya yang

padat harus dipakai saat bekerja dilaboratorium atau bengkel. Jangan

menggunakan sandal untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan tertimpanya

kaki oleh benda-benda berat.

6. Layar pelindung. Digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari bahan

kimia dan alat-alat hampa udara.(Wijayanti, 2014)

Hasil penelitian banyak menunjukan bahwa ada pengaruh pengetahuan petugas

labratorium terhadap perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (0,001 < 0,05). Ada juga

pengaruh sikap petugas laboratorium terhadap perilaku keselamatan dan keshatan kerja

(0,017 < 0,05). Ada pengaruh ketersediaan alat pelindung diri terhadap perilaku

kesehatan dan keselamatan kerja (0,000 < 0,05). Ada pengaruh pengetahuan, sikap dan

ketersediaan
alat pelindung diri secara bersama-sama terhadap perlaku kesehatan dan keselamatan

kerja dengan nilai koefisien determinasi sebesar 58,4% sedangkan sebanyak 41,6%

dipengaruhi oleh variabel lain diluar jenis penelitian ini. (Wijayanti, 2014)

Upaya keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium melingkupi pengelolaan

sebelum aktivitas kerja (pre-activity), saat kegiatan (in doing process) sampai dengan

penangan resiko (risk taking action). Ruang lingkup ini menjadi tanggung jawab guru,

koordinator laboratorium dan laboran secara bersama. Meski tidak sedikit atau sederhana

dan berpotensi menambah beban pekerjaan, namun tanggung jawab moral bagi

terciptanya situasi atau lingkungan yang nyaman dan memberi jaminan keselamatan

bagi praktikan adalah tujuan utama. Dalam Laboratorium juga terdapat limbah yang

harus ditanggualangi, ini merupakan salah satu cara supaya dalam pengantar kecelakaan

kerja dapat dikurangi. (Subiantoro, 2011)

Adapun langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah di laboratorium:

1. Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah

digunakan, setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh:

(hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik seperti

etanol, aseton, kloroform dan dietil eter dikumpulkan di dalam laboratorium

secara terpisah dan dilakukan di

2. Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan

yang bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisa bahan

kimia. Selain menghemat bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi limbah

yang dihasilkan.
3. Pembuangan langsung dari laboratorium. Metode pembuangan langsung ini

dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-

bahan kimia yang dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak

pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung

asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang.

Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun

seperti Pb, Hg, Cd dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih

dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.

4. Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat diterapkan

untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu

berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh

dari pemukiman penduduk.

5. Pembakaran dalam Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan

untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan

menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik.

6. Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke

badan air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan

beracun.(Salim, 2012).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya

untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,

sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Dengan

pengantar keselamatan kerja dilaboratorium maka dapat meminimalisir dan dapat dihindari

kecelakaan yang akan terjadi didalam laboratorium. Sehingga dengan K3 ini maka suasana

laboratorium dapat menjadi lebih aman. Apabila terjadi kecelakaan kerja didalam

laboratorium maka kita sudah bisa menangani dan mengantipasi kecelakaan tersebut.

Karena kecelakaan kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya stres,

kecapekan, kelelahan dan lain-lain yang tanpa sengaja dapat menimbulkan kecelakaan

kerja.

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan. Golongan pertama

adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe condition), sedangkan golongan kedua

adalah faktor manusia (unsafe action). Sedangkan bahaya pekerjaan (akibat kerja), seperti

halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau

berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap

kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu

diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas,


kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan

kerja khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan laboratorium

B. Saran

Saat memasuki laboratorium kimia sebaiknya menggunakan alat-alat pelindung diri

agar terhindar dari bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan dilaboratorium. Selain itu untuk

perlengkapan keselamat kerja sebaiknya disediakan dengan lengkap. Dan apabila terjadi

kecelakaan kerja sebaiknya langsung melakukan pertolongan pertama pada korban.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Standar Laboratorium Analisis Kesehatan Pendidik Tenaga Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI Badan PPSDM Kesehatan Pusat Pendidik Tenaga Kerja. Jakarta.

Kharismawan I Gusti, 2014. Penerapan Jaminan Kecelakaan Kerja di Perusahaan PT. Narmada

Awet Muda Di Tinjau dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek. Fakultas

Hukum Universitas Mataram. Mataram.

Subiantoro Agung. 2011. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium Sains. Fakultas

Mipa UNY. Yogyakarta.

Salikkuna Nur, dkk. 2011. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di

Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Makassar. Fakultas MIPA. Universitas Tadulako. Makassar. Vol. 5

No. 1 Biocelebes Hal 31-42. ISSN: 1978-6417.

yartini, Titi. 2010. Penerapan SMK3 dan Upaya Pencegahan Kecelakaan di PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang. UNS. Surakarta.

Indrayani, dkk. 2014. Kajian Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Proses

Belajar Mengajar Bengkel dan Laboratorium Politeknik Negeri Sriwijaya. Staf Pengajar Jurusan

Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang. Vol. 10 No. 1 Pilar. ISSN: 1907-6975.

Salim Abdul. 2012. Program Kerja Laboratorium IPA SMA Muhammadiyah 4 Bengkulu. Majelis

Pendidik Dasar dan Menengah SMA Muhammadiyah 4. Bengkulu.

Subiantoro Agung. 2011. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium Sains. Fakultas

Mipa UNY. Yogyakarta.


Suyono Karina., dkk. 2013. Hubungan Antara Faktor Pembentukan Budaya Keselamatan Kerja

dengan Safety Behavior di PT DOK dan Perkapalan Surabaya Unit Hull Construction. Univ

Airlangga. Surabaya.

Widyasari Jhohana. 2010. Hubungan Antara Kelelahan Kerja dengan Stres Kerja Pada Perawat Di

Rumah Sakit Islam Yarsis Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

Wijayanti Nur. 2014. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Ketersedian Alat Pelindung Diri Terhadap

Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja Petugas Laboratorium. Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Surakarta.

Winarni Airo, dkk. 2014. Cara Kerja Dilaboratorium. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (STKIP) Arrahmaniyah. Depok.

Wulandari Nindi. 2011. Hubungan Perilaku dan Penerapan Manajemen Keselamatan Kesehatan

Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik RSD dr. Soebandi

Jember. FKM Universitas Jember. Jember.

Zulyanti Noer. 2013. Komitmen Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sebagai

Upaya Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas

17 Agustus 1945. Surabaya. Vol. 11 No. 2 Hal 264- 275.

Anda mungkin juga menyukai