Anda di halaman 1dari 17

TP-3105

SISTEM DAN METODE


TAMBANG TERBUKA
(2 sks)
Semester 1 – 2021/2022

Dosen :
1. Rian Andriansyah, S.T., M.T.

1
Pertimbangan Dasar Rencana
Penambangan

2
Pertimbangan Dasar
Di dalam merencanakan suatu tambang terbuka, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan,
karena masing-masing perusahaan akan berbeda keinginan untuk memperoleh keuntungan. P.T. Aneka Tambang nenghendaki
keuntungan minimum 10% biasanya tambang-tambang rakyat atau perusahaan tambang kecil keuntungan yang dikehendaki
lebih besar dari 2%.
2. Jumlah cadangan dan umur tambang,
hal ini akan menentukkan "production rate" (jumlah produksi). "Production rate" adalah perbandingan antara jumlah cadangan
dengan umur tambang. Misalkan jumlah cadangan 100 ton dan umur tambang diperkirakan 10 tahun, maka "production rate"
adalah 10 ton per tahun. Untuk umur tambang yang relatif singkat tentu saja kebutuhan alat-alat dan macam alat yang
dipakai berbeda dengan untuk umur tambang yang relatif lama.
3. Ukuran dan batas maksimum daripada kedalaman tambang pada akhir operasinya.
Kemiringan jenjang (bench), dengan bantuan data tentang ukuran dan batas maksinum kedalaman dari akhir operasi
penambangan, maka kemiringan tebing dapat diperkirakan berdasarkan data fisik batuan. Semakin curam (miring) akan lebih
nenguntungkan, karena apabila tambang landai mungkin dimensi tambang luas dan volume "overburden" yang dikupas juga
besar.
4. Stripping ratio
Di dalam mendesain, perlu ditentukan berapa luas daerah Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang diminta dan berapa banyak
"overburden" yang dibuang, ke mana pembuangannya apakah luas daerah yang diminta dapat menampung "overburden".
"Stripping ratio" ≥ 3 belum tentu menguntungkan, karena untung tidaknya perusahaan tergantung nilai bahan galian itu sendiri.
Misalnya emas bila "stripping ratio" sama dengan tiga baru dikatakan menguntungkan.

3
Pertimbangan Dasar
Untuk membahas faktor-faktor tersebut di atas dibutuhkan data-data eksplorasi tentang:
1. Keadaan endapan bijih, yaitu :
a) Ukuran, bentuk dan posisinya.
b) Sifat fisik seperti kekerasan, berat jenis dan struktur mineral (batuan).
c) Kadarnya, termasuk penyebaran kadarnya.
d) Tipe endapan (vein, massif).
2. Keadaan "overburden" dan "cauntry rock".
Keadaan dari pasar suatu produk yang akan dihasilkan, baik masih berbentuk bijih maupun konsentrat. Keadaan pasarnya tidak
hanya masalah harga saja, tetapi juga prosfektifnya, apakah cukup stabil atau tidalk. Bila harganya akan naik maka produksi
jangan terlalu banyak. Moneter internasional serta keadaan dunia (perang/tidak) juga mempengaruhi harga pasar.

Bila semua data-data di atas tersedia, berkenaan dengan perencanaan tambang terbuka maka data eksplorasi dapat dibagi dua
golongan:
➢ Data untuk pertimbangan ekonomis (economical consideration).
➢ Data untuk pertimbangan teknis (technical considerati¬on).

4
Pertimbangan Dasar
A. Pertimbangan Ekonomis
✓ 1) Cut off Grade
✓ 2) Break Even Stripping Ratio (BESR)

B. Pertimbangan Teknis
✓ 1) Penentuan ultimate pit limit
✓ 2) Pertimbangan struktur geologi yang dominan
✓ 3) Pertimbangan geometri
✓ 4) Striping ratio
✓ 5) Petimbangan hidrologi dan hidrogeologi

5
03.
Pertimbangan Ekonomis

6
Cut off Grade
Ada dua pengertian "cut off grade", yaitu:
1. Kadar terendah yang masih memberikan keuntungan apabila bijih tersebut ditambang.
2. Kadar terendah rata-rata yang masih bisa menguntung¬kan bila ditambang.

 Cut off grade inilah yang akan menentukan batas-batas atau besarnya cadangan, sehingga menentukan bentuk
akhir penambangan selain itu juga akan menentukan perlu tidaknya dilakukan pencampuran
(mixing/blending) antara endapan bahan galian yang berkadar tinggi dengan yang rendah.
 Dengan demikian luas cadangan yang memenuhi syarat sebagai "ore" dapat dihitung.
 Cut off grade bertambah besar maka nilai cadangan akan turun, demikian pula sebaliknya.

7
Cut off Grade

8
Break Even Stripping Ratio (BESR)
 "Break Event Stripping Ratio" (BESR) atau “Nisbah Pengupasan Pulang Pokok”, yang sangat penting
untuk mendesain suatu tambang terbuka.
 Atau untuk menganalisis kemungkinan sistem penambangan yang akan digunakan, apakah tambang
terbuka ataukah tambang bawah tanah.
 Atau untuk mengetahui apakah pemilihan cara penambangan dengan tambang terbuka
menguntungkan atau tidak
 BESR ini juga disebut over all strippig ratio.

9
Break Even Stripping Ratio (BESR)
Faktor-faktor dalam menentukan BESR
a) Nilai endapan bijih per unit berat.
▪ Biasanya dinyatakan $???/ton atau IDR atau Rp???/ton.
▪ Misalnya didapatkan endapan emas 10 gram/ton, harga emas setiap satu gram 10.000 rupiah, maka nilai endapan bijih ini
adalah Rp.100.000/ton.
▪ Misalkan 60% Fe203 perton, harga bijih tersebut Rp.100/kg, maka nilainya 60/100 x Rp.100/kg x 1000 kg adalah
Rp.60.000/ton bijih.
b) Ongkos Produksi
▪ Merupakan ongkos yang diperlukan untuk mendapatkan produknya (ore atau metal) di luar "stripping", dinyatakan dalam per ton bijih.
▪ Misalkan ongkos untuk menambang, mengolah sampai menjadi metal, ataupun ongkos untuk menambangnya saja (tidak ada
pengolahan).
c) Ongkos "stripping of overburen"
▪ Dinyatakan dalam per ton bijih, yang dapat dicari dengan mengetahui terlebih dahulu "stripping ratio" nya.
▪ Misalkan hasil dari pembuangan "overburden" 1000 ton, akan didapatkan bijih 500 ton sedangkan ongkos "stripp¬ing of overburden"
Rp. 100/ton.
▪ Maka harga per ton bijih adalah sebagai berikut:
Ongkos "stripping of overburden" per ton "ore" = (ton "overburden”/ ton "ore") x ongkos penggalian/ton
= (1000/500 x Rp. 100/ton)
= Rp. 200/ton bijih
10
Break Even Stripping Ratio (BESR(1))
BESR adalah:
➢ perbandingan antara keuntungan kotor (marginal profit) dengan ongkos pembuangan "overburden".
➢ perbandingan antara biaya penggalian endapan bijih (ore) dengan biaya pengupasan tanah penutup
(overburden/OB).
➢ perbandingan selisih biaya penambangan bawah tanah dan penambangan terbuka dengan biaya pengupasan
secara tambang terbuka.
➢ Atau dinyatakan dengan persamaan:

Biaya Tambang Bawah Tanah / ton bijih − Biaya Tambang Terbuka / ton bijih
BESR(1) =
Biaya Pengupasan OB / ton OB

atau

a = nilai endapan bijih per ton (recovable value per ton ore).
b = ongkos endapan bijih per ton (production cost per ton ore).
c = "stripping cost"/ton "waste".

11
Break Even Stripping Ratio (BESR(1))
Jika
▪ BESR > 1, maka akan menguntungkan ditambang dengan sistim tambang terbuka,
▪ BESR < 1, maka akan rugi dan lebih baik dicoba dengan sistim tambang bawah tanah.
▪ BESR = 1 , maka penambangannya tidak mendatangkan keuntungan.
 Jadi jika BESR ≤ 0, maka lebih menguntungkan bila ditambang dengan sistim tambang bawah tanah.

Misalnya
biaya penambangan secara tambang bawah tanah = Rp. 18.000/ton bijih,
biaya penambangan secara tambang terbuka = Rp. 2.000/ton bijih dan
ongkos pengupasan tanah penutup = Rp. 3.500/ton overburden.

Maka untuk memilih salah satu sistem penambangan digunakan rumus BESR(1) → ?

12
Break Even Stripping Ratio (BESR(1))
Rp.18.000 − Rp.2.000
BESR(1) = = 4,57
Rp.3.500

 Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR yang lebih rendah dari 4,57 yang dapat
ditambang secara tambang terbuka dengan menguntungkan.
 Jadi 4,57 adalah BESR (1) tertinggi yang masih dibolehkan untuk operasi tambang terbuka dengan kondisi
tersebut di atas.

13
Break Even Stripping Ratio (BESR(2))
 Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka, maka dalam rangka pengembangan rencana
penambangan digunakan BESR (2) dengan rumus sebagai berikut.
 BESR (2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh
bila endapan bijih itu ditambang secara tambang terbuka.
 BESR dipengaruhi oleh kadar endapan, harga pasar dan produknya.

Nilai yang diperoleh / ton bijih − Ongkos Pr oduksi / ton bijih


BESR(2) =
Biaya Pengupasan OB / ton OB

14
Break Even Stripping Ratio (BESR(2))
Contoh perhitungan BESR (2) untuk bijih tembaga dengan pembuatan grafik BESR adalah sebagai berikut:

Gambarkan grafik BESR sebagai fungsi dari %Cu, untuk harga metal Cu berturut-turut 25
¢/lb, 30 ¢/lb dan 35 ¢/lb, jika diketahui:

➢ "Mining and milling cost" = $ 0.5/ton "ore".


➢ "General cost and depreciation" = $ 1.35/ton "ore".
➢ "Treatment cost" = $ 1.77/ton "ore" 1,4% Cu.
$ 1.46/ton "ore" 1.2% Cu.
$ 1.17/ton "ore" 1.0% Cu.
$ 0.90/ton "ore" 0.8% Cu.
$ 0.65/ton "ore" 0.6% Cu.
➢ "Stripping cost" = $ 0.40/ton "ore".
➢ "Smelter recovery" = 90%.

15
Break Even Stripping Ratio (BESR(2))
Penyelesaian : (lihat tabel).
* Menjumlah semua ongkos untuk
setiap % Cu yang diketahui
* Mencari nilai bijih per t o n .
* Mencari nilai BESR.

16
Break Even Stripping Ratio (BESR(2))
Dengan jalan yang sama,

maka dapat dihitung nilai bijih untuk metal Cu yang


berharga 30 ¢/lb dan 35 ¢/lb.

Sedangkan grafik untuk metal Cu berharga 25 ¢/lb pada


Gambar 2.1.

Grafik BESR akan naik pada saat menyentuh "ore" dan


konstan pada saat berproduksi dan pembuangan
"overburden" seimbang.

Grafik ini setiap tahun akan berubah, pada saat


menambang BESR tidak ada penambahan dan mulai
meningkat setelah berproduksi.

17

Anda mungkin juga menyukai