Nim : 19330077
Kelas : A
1) Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya
memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. Antropologi adalah salah satu disiplin ilmu dari cabang ilmu pengetahuan
sosial yang memfokuskan kajiannya pada manusia.
Pendekatan sosiologis digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama. Hal
demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama baru dapat dipahami secara
proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara
manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup
bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta
pula kepercayaan, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam
tiap persekutuan hidup manusia.
Dengan hal itu maka dapat dipahami antropologi dan sosiologi agama sangat berperan penting
dalam kehidupan yang nyata untuk mensosialisasikan kehidupan beragama. Dalam al-Qur’an
misalnya, kita jumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia lainnya, sebab-sebab yang
menyebabkan kesengsaraan. Semua itu jelas baru dapat dijelaskan apabila yang memahaminya
mengetahui sejarah sosial pada saat ajaran agama itu diturunkan. Jadi antropologi dan sosiologi
agama sangat perlu dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Hadis atau sunnah adalah sumber hukum Islam kedua setelah Alquran. Pandangan ini tak ada
yang menyangsikan. Hadis menjadi penjelas atas ayat-ayat Alquran yang tak sepenuhnya
dipahami umat Islam. Sebab, ayat-ayat Alquran tak hanya berisi ayat-ayat yang qath'i (jelas),
tetapi banyak pula yang zhanni (samar) sehingga membutuhkan penjelasan terperinci.
Salah satu contohnya adalah shalat. Banyak ayat Alquran yang mengungkapkan perintah shalat.
Namun, bagaimana shalat itu dilakukan, hal itu tidak dijelaskan secara perinci. Dari sini, Nabi
Muhammad SAW menjelaskan bagaimana shalat harus dikerjakan. ''Shalatlah kalian
sebagaimana kalian melihat aku shalat.'' (HR Bukhari).
Begitu juga dengan perintah berhaji. Rasulullah SAW menjelaskan, ''Ambillah (kerjakanlah)
haji itu dari manasik yang aku kerjakan.'' Dari sini, tampak bahwa kedudukan hadis menjadi
penjelas terhadap kandungan ayat-ayat Alquran. Karena itu, para ulama sepakat untuk
menempatkannya sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Alquran. Dalam perkembangannya
kemudian, sepeninggal Rasulullah SAW, tak ada lagi tokoh sentral yang bisa menjelaskan
kandungan ayat Alquran secara lebih mendetail.
Namun demikian, Rasulullah SAW telah meninggalkan 'warisan' berharga bagi umatnya, yakni
berupa perkataan, perbuatan, ataupun ketetapan hukum yang pernah dilakukannya semasa
hidupnya, termasuk sifat-sifatnya. Saat wukuf di Padang Arafah, 9 Zulhijjah tahun 10 H, Nabi
SAW bersabda, ''Telah aku tinggalkan kepadamu dua perkara dan tidak akan tersesat kalian
selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yakni Kitabullah (Alquran) dan sunnah
Rasulullah.''
Hadis di atas menjelaskan betapa pentingnya kedudukan hadis sebagai pedoman bagi umat
Islam bila menemukan hal-hal yang belum jelas dalam Alquran.
3) Maksud Pendekatan Interdisipliner ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan
menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna
secara terpadu. Yang dimaksud serumpun yakni ilmu-ilmu yang berada dalam rumpun ilmu
tertentu, yaitu rumpun ilmu-ilmu kealaman, ilmu-ilmu sosial, dan ilmu-ilmu budaya.
Sedangkan Maksud pendekatan integratif adalah kajian yang menggunakan cara pandang dan
atau cara analisis yang menyatu dan terpadu. Analisis integratif dapat di kelompokkan menjadi
dua. Pertama, integrative antar seluruh nash yang terkait dengan masalah yang sedang dibahas.
Kedua, integrative antara nash dengan ilmu lain yang terkait dengan masalah yang sedang
dibahas.
Contoh : Misalnya masalah lumpur di Sidoarjo bila di pecahkan melalui rumpun ilmu-ilmu
kealaman maka menggunkan ilmu Geologi, Vulkanologi, Pertambangan, fisika, kimia, arsitektur
dan Geodesi. Lalu akan ditemukan cara pemecahan masalah lumpur Sidoarjo secara tepat.
Demikian juga dalam menyelesaikan atau menetapkan tentang suatu hukum, pendekatan
interdisipliner sangat di perlukan. Tetapi untuk menetapkan hukumya harus dipahami lebih
dahulu ilmu-ilmu yang terkait, kemudian ditetapkan status hukumnya. Sehingga dari penjelasan
itu muncul beberapa catata n. Perkembangan pembidangan studi islam dan pendekatannya sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Adanya penekanan terhadap bidang dan
pendekatan tertentu dimaksudkan agar mampu memahami ajaran islam lebih lengkap
(komprehensif) sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang semakin lengkap pula. Contoh
dengan pendekatan ini adalah ketika ingin mengetahui tentang operasi penegasan kelamin dalam
pandangan islam.
Rekayasa kemanusiaan pada dekade terakhir ini telah menunjukkan kecanggihannya dalam
menangani banyak hal, seperti masalah operasi penggantian kelamin dan bahkan sampai
mengusahakan jenis keturunan yang diinginkan pun telah banyak yang berhasil dilakukan. Ini
sebuah cermin dari cepatnya perkembangan sains dan teknologi.
4) Kalau saya boleh menyimpulkan maka ada dua sebab utama yang menyebabkan para ulama
berbeda pendapat :
1) Sebab internal, yaitu berbeda dalam memahami al-Qur'an dan Hadis serta berbeda dalam
menyusun metode ijtihad mereka.
2) Sebab eksternal, yaitu perbedaan sosio-kultural dan geografis.
Sikap saya menghadapi orang yang memiliki perbedaan pendapat baik dalam persoalan
akidah muamalah maupun persoalan hukum!
Seringkali perbedaan pendapat memicu pertengkaran dan konflik, bukan hanya menjadi
konflik, perbedaan pendapat juga bahkan membuat satu sama lain saling mencaci. Dalam Islam,
perbedaan pendapat adalah keniscayaan. Dari dahulu sampai sekarang ada ragam pendapat dalam
Islam. Sehingga perlu kedewasaan berpikir dan bijak dalam melihat varian pendapat ulama.
Sebagian orang tidak siap menerima perbedaan pendapat tersebut. Mereka menganggap apa yang
dipikirkan dan dipelajarinya kebenaran final. Sehingga tidak ada lagi ruang dialog dan diskusi.
Akibatnya, dia menganggap orang yang berbeda pendapatnya sebagai lawan dan musuh.
Acapkali terjadi lantaran beda pendapat saling mencaci, menyesatkan, bahkan mengafirkan. Kata-
kata kasar pun dikeluarkan untuk menunjukan ketidaksetujuan terhadap pendapat yang
dilontarkan orang lain. Padahal berkata kasar dalam Islam sangat dilarang. Apalagi bila kata kasar
itu meyakiti hati orang lain.
Rasulullah berkata:
Karenanya, hadapilah perbedaan pendapat dengan penuh kearifan. Ajaklah orang yang berbeda
pendapat dengan kita dialog dan diskusi. Jangan sampai hanya karena beda pendapat kita
menyesatkan dan mengafirkan orang lain. Sebab konsekuensi dari pengafiran dan penyesatan itu
sangatlah berbahaya. Rasulullah jauh-jauh hari sudah mengingatkan agar tidak gampang
menyesatkan dan mengafirkan orang lain. Bahkan orang yang mengafirkan orang lain, tuduhan
itu akan kembali kepadanya bila itu tidak benar.
5) 5 jurnal berbahasa Inggris tentang studi Islam ditengah gelombang Islam Konservatif (islamic
conservative turn) kemudian lakukan review atas jurnal tersebut!
Review Journal
Judul 5 jurnal :
1) The Role of Educational Institutions
in Mainstreaming Moderate Islam as
an Effort Against Conservative-
Radical Understanding.
2) The Return of Indonesian Islamic
Conservatism
3) Islamic Political Movements in
Indonesia After the Actions for
Defending Islam Volumes I, II and
III
4) Articulating the Alternative Voices
of Southeast Asian Muslims
5) Conservative Approach in Islamic
Education (Al Muhafidz Al-Ghazâli
Theory Study in Islamic Education)