Anda di halaman 1dari 3

Gambaran Umum

Piper merupakan salah satu marga dalam famili Piperaceae yang meliputi
lebih dari seribu jenis tumbuhan yang tersebar di daerah tropis dan sub tropis
(Heyne, 1987). Sirih (Piper betle L.) adalah salah satu spesies dalam genus Piper
yang sangat dikenal masyarakat, karena tidak hanya dimanfaatkan sebagai herbal
namun juga memiliki nilai penting dalam kultur atau budaya masyarakat
(Moeljanto, 2003). Secara tradisional daun sirih digunakan untuk antiradang,
antiseptik, antibakteri, penghenti pendarahan, pereda batuk, peluruh kentut,
perangsang keluarnya air liur, pencegah kecacingan, penghilang gatal, dan
penenang (Heyne, 1987).
Tanaman ini memiliki perawakan berupa semak berkayu di bagian
pangkal, merambat atau memanjat, panjang tanaman dapat mencapai 15 m.
Batang berbentuk silindris, berbuku-buku nyata, beralur, batang muda berwarna
hijau, tua berwarna coklat muda. Daun tunggal, letak berseling, helaian daun
berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal daun berbentuk jantung atau
membulat, panjang 5-18 cm, lebar daun 2,5-10,75 cm. Perbungaan berupa bunga
majemuk untai, daun pelindung kurang lebih 1 mm, berkelamin jantan, betina atau
banci. Buah batu, bulat, dan berwarna hijau keabu-abuan, tebal 1-1,5 cm, biji agak
membulat, panjang 3,5–5 mm (Backer and Brink, 1968).
Kandungan minyak atsiri yang di ekstrak dari daun sirih hijau dan daun
sirih merah berbeda, yaitu daun sirih jenis yang pertama sebesar 4,2 % sedangkan
daun sirih jenis yang kedua sebesar 0,727 %. Perbedaan tersebut menyebabkan
ekstrak daun sirih hijau mempunyai efektifitas antibakteri yang lebih besar
dibandingkan ekstrak daun sirih merah . Penelitian yang dilakukan oleh
Hermawan menemukan bahwa daun sirih dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aerus dan Escherichia coli secara optimal pada konsentrasi 10 %.
Daun sirih mengandung minyak atsiri 0,8-1,8 % yang terdiri atas kavikol,
kavibetol (betel fenol), alilpirokatekol (hidroksikavikol). Kandungan senyawa lain
adalah alilpirokatekol mono dan diasetat, karvakrol, eugenol, eugenol metileter, p-
simen, sineol, kariofilen, kadinen, estragol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan,
tanin, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotianat, vitamin C, gula, pati, dan asam
amino. Kavikol menyebabkan sirih berbau khas dan memiliki khasiat antibakteri
lima kali lebih kuat daripada fenol serta imunomodulator (Vikash, 2012).
Sirih dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Pertumbuhan optimal
tanaman sirih diperoleh pada ketinggian 10-300 m dpl. Curah hujan merupakan
faktor yang menentukan untuk pertumbuhan sirih. Sirih tidak tahan terhadap
genangan dan intensitas cahaya tinggi (Moeljanto, 2003). Namun demikian
beberapa jenis sirih mampu tumbuh sampai ketinggian lebih dari 1.000 m dpl
(Backer and Brink, 1968). Berdasarkan bentuk daun, rasa dan aromanya, sirih
dibedakan menjadi beberapa jenis. Di Indonesia ada beberapa jenis, yakni sirih
jawa, sirih banda, sirih cengkih, dan sirih hitam atau sirih keling. Sirih jawa selain
ditemukan di Jawa ditemukan juga di Maluku. Daun sirih jawa berwarna hijau tua
dan rasanya tidak begitu tajam. Sirih banda banyak tumbuh di Banda, Seram dan
Ambon. Sirih banda berdaun besar berwarna hijau tua dan kuning di beberapa
bagian, rasa serta aroma atau baunya tajam. Sirih cengkih berdaun kecil, berwarna
kuning dan rasanya sangat tajam biasanya digunakan untuk campuran obat
(Moeljanto, 2003). Dalam rangka standarisasi tentunya sangat dibutuhkan
ketepatan dalam pemilihan jenis atau varietas sirih guna menjamin keajegan
mutunya. Dalam rangka memberikan gambaran awal tentang botani dan
kandungan minyak atsiri, maka dilakukan penelitian karakterisasi morfologi dan
kandungan minyak atsiri beberapa jenis siri yang dikenal oleh masyarakat.
Gel adalah bentuk sediaan setengah padat yang tersusun dari suspensi
partikel anorganik berukuran kecil atau molekul organik yang berukuran besar
yang tersusun dengan baik serta terpentrasi dalam suatu cairan (Ansel, 2005).
Secara umum gel diklasifikasikan menjadi empat yaitu, gel organik, gel
anorganik, hidrogel, dan organogel. Gel anorganik biasanya merupakan sistem
dua fase, contohnya gel alumunium hidroksida. Gel organik biasanya merupakan
sistem satu fase, contohnya gel carbomer. Hidrogel terdiri dari bahan-bahan yang
terdispersi sebagai koloid atau larut dalam air, contohnya adalah veegum.
Organogel meliputi hidrokarbon, lemak hewani/nabati, hidrofilik prganogel,
contohnya yaitu petrolatum (Allen, 2002).
Gel merupakan salah satu bentuk sediaan yang cukup digemari sebagai
hand sanitizer. Pada umumnya hand sanitizer mengandung 40-80% alkohol,
klorheksidin, dan triklosan (Pelczar dan Chan, 2005). Penggunaan alkohol
sebagai antiseptik memiliki keterbatasan yaitu alkohol dapat melarutkan lapisan
lemak dan sebum pada kulit, di mana lapisan tersebut berfungsi sebagai pelindung
terhadap infeksi mikroorganisme (Jones, 2003). Karena adanya pengetahuan
tentang keterbatasan alkohol dan aktivitas antibakteri yang dimiliki minyak daun
sirih hijau, maka peneliti ingin memformulasikan sediaan gel hand sanitizer
dengan zat aktif minyak daun sirih hijau.
Kelebihan dari gel yaitu mempunyai kandungan air yang cukup tinggi
sehingga dapat memberikan kelembaban yang bersifat mendinginkan dan
memberikan rasa nyaman pada kulit (Mitsui, 1997). Sediaan gel apabila
digunakan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kulit menjadi
kering, untuk alasan tersebut, humektan seperti gliserin dapat ditambahkan (Barel
dan Paye, 2001).
Hand sanitizer adalah sediaan dengan berbagai kandungan yang cepat
membunuh meikroorganisme yang ada dikulit tangan (Benjamin, 2010). Hand
sanitizer banyak digunakan karena alasan kepraktisan yaitu mudah dibawa dan
bisa cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air. Beberapa sediaan hand
sanitizer dapat dijumpai di pasaran dan biasanya banyak yang mengandung
alkohol. Cara pemakaiannya dengan diteteskan pada telapak tanga, kemudian
diratakan pada permukaan tangan (Retnosari, 2006).
Adapun kelebihan hand sanitizer dapat membunuh kuman dalam waktu relatif
cepat, karena mengandung senyawa alkohol (etanol, propanol, isopropanol) dengan
konsentrasi ± 60% sampai 80% dan golongan fenol (klorheksidin, triklosan).
Senyawa yang terkandung dalam hand sanitizer memiliki mekanisme kerja dengan
cara mendenaturasi dan mengkoagulasi protein sel kuman.

Anda mungkin juga menyukai