Anda di halaman 1dari 2

Qurrsotul Aini

18312088
Akuntansi Sektor Publik (i)

Ringkasan Artikel
Pembangunan Performance Measurement di Sektor Publik

Proses Penerjemahan Performance Measurement System (PMS) dalam organisasi


sektor publik merupakan bidang penelitian yang belum sepenuhnya dieksplorasi.
Meskipun sebelumnya akuntansi dan PMS telah dianalisis dalam konteks reformasi
New Public Management (NPM) dibutuhkan analisis lebih lanjut untuk mengetahui
berbagai dinamika yang terlibat dalam penerjemahanya ke dalam penggunaan
operasional. Untuk mengatasi hal tersebut, artikel ini secara longitudinal membahas
proyek Good Practice, yang perkenalkan pada tahun 1998 oleh pemerintah
Di fase awal NPM dengan tujuan mengimplementasi PMS untuk menerapkan budaya
akuntabilitas di universitas Italia. Berdasarkan Actor-Network Theory (ANT), penulis
artikel berusaha menjelaskan bagaimana universitas menerjemahkan PMS selama 11
tahun, menggaris bawahi dua elemen penting dalam proses penerjemahan: peran
kontroversi, dan kemunculan — dan pentingnya — pendekatan keragaman aktor.

Dari perspektif fungsional, implementasi dianggap berhasil bila semua


kontroversi telah diselesaikan, tetapi, studi ini menemukan bahwa kontroversi
menggamberkan 'risiko penting' untuk PMS. Kontroversi penting karena kontroversi
mempertahankan minat dan diskusi di dalam jaringan dan kontroversi juga berisiko
karena selalu menjadi tantangan dalam posibilitas pencapaian kompromi sosio-teknis.
Refleksi kritis tentang proyek Good Practice ini menyediakan informasi yang
berpotensi berguna bagi para manajer dan pembuat kebijakan yang menggunakan
PMS. Ini menunjukkan bahwa kontroversi tidak selalu berarti sesuatu yang 'buruk',
dan harus selalu dicegah atau diselesaikan, melainkan sebagai sinyal yang berguna
yang menunjukkan dinamika, kebutuhan dan perbedaan dalam jaringan. Mengikuti
kontroversi aktor melalui empat tahap penerjemahan menuntut waktu dan upaya yang
ekstensif, karenanya penting bagi mediator untuk tidak terlalu menentang pandangan
PMS yang telah ditentukan sebelumnya, mediator sebaiknya menangkap apa yang
bisa dan tidak bisa dinegosiasikan.

Bersama dengan peran kontroversi yang menjadi tantangan, penerjemahan PMS


ke dalam penggunaan operasional ditandai oleh heterogenitas aktor yang terlibat, dan
sejauh mana pengaruh mereka dalam prosesnya. Proyek Good Prectice tidak hanya
berhasil untuk menggaris bawahi keragaman aktor dan strategi, tetapi juga untuk
melacak evolusi mereka selama 11 tahun. Untuk mewakili spektrum aktor dan
tindakan yang luas, penulis memilih untuk mengikuti tiga kategori aktor yang
menunjukan pendekatan sangat berbeda yaitu strategic allies, technical warriors dan
searches. Fokus ini memungkinkan kami untuk menganalisis hubungan
antara aktor dan PMS secara rinci, dan dampak selanjutnya pada proses
penerjemahan. Semuanya berkontribusi pada pengalaman abadi proyek Good Practice
secara kuat maupun lemah. Strategic allies menggunakan pendekatan holistik
relasional dan memandang teknologi dan aktor manusianya sebagai hal yang penting,
meskipun ada disemua tahapan, mereka memegang peran penting dalam penetapan
tujuan dan aktor, dan membawa ke dalam kontroversi jaringan penting untuk
mengikat sistem universitas. Technical Warriors sebagian besar terlibat dengan
teknologi, dan memandang fitur fungsional PMS sebagai titik fokus. Mereka
memainkan peran penting dalam menerjemahkan protokol dan verifikasi kesesuaian
teknis dari PMS serta kegunaannya di tingkat organisasi. Searches melambangakan
peran yang lebih lemah di dalam jaringan, sekilas mungkin tidak tampak menjadi
pusat terjemahan PMS. Bagaimanapun studi ini menunjukkan bahwa bahkan aktor
yang bermasalah dan tidak menentu tetap krusial dalam proses penerjemahan karena
merekamenguji peran PMS dan efektivitasnya. Dengan masalah Searcher yang belum
terselesaikan, mereka masukan ke jaringan organisasi Good Practice dan kontroversi
teknis yang menjadi tantangan aktor lain.

Hasil ini memberi saran kepada penelitian di masa depan, untuk menangkap
heterogenitas dalam proses translasi lebih lanjut. Pertama, mereka menganjurkan
untuk memperhatikan tidak hanya kepada suara yang lebih besar, juara atau lawan,
tetapi juga kepada aktor atau organisasi yang lebih kecil. Terakhir, hasil dari penulis,
menganjurkan untuk menganalisis lebih lanjut peran dan tanggung jawab mediator.
Mediator memandu pendefinisian masalah PMS yang negosiabel dan doktrinal, dan
secara tidak langsung membentuk konfigurasi jaringan, memilih dan memperkuat
suara aktor, tetapi juga mendorong mereka menuju ‘solusi’ teknologi tertentu.

Anda mungkin juga menyukai