Anda di halaman 1dari 22

Rangkuman Materi Keselamatan Kerja

R0220005 ALFINA DAMAYANTI HARAHAP


R0220014 ANASTASIA WULANDARI
R0220015 ANISA RAHMALIA SUHA
R0220017 ANNISA BINTANG ANZANI
R0220024 ARYA WISNU RAHARJO
R0220035 DEVA CAHYA RAMADHAN
R0220036 DHIAULHAQ BAGUS IMANUGRAHA

Pertemuan ke-5

RADIASI

Radiasi adalah sebuah energi dipancarakan dalam bentuk gelombang, dipancarkan dalam ben
tuk partikel ataupun gelombang.

Definisi : Radiasi merupakan energi, maka memiliki kekuatan menjadi sumber daya tertentu s
ehingga radiasi sebetulnya bisa untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia. Radiasi membe
rikan manfaat yang besar bagi lingkungan dan kehidupan manusia

Manfaat : Radiasi sinar x untuk mengobati penyakut kanker/proses pengobatan, di dunia med
is banyak digunakan, deteksi keamanan di bandar udara

Sinar UV dari sinar matahari juga merupakan radiasi, radiasi dari gadget, hp, televisi, dan ala
t elektronik lainnya banyak menggunakan radiasi.

Lembaga batan, salah satu Lembaga banyak mengembangkan teknologi nuklir (salah satu bag
ian dari radiasi). Radiasi digali banyak potensinya untuk dikembangkan. Dari pemanfaatan ra
diasi dengan energi yang begitu tinggi kita juga hati-hati dengan paparan radiasi.

1. Radiasi Alami : tanah, udara, makanan dan minuman dengan segala prosesnya

2. Radiasi buatan manusia : Hasil inovasi temuan manusia untuk mengembangkan yang ada d
i alam, sinar X aplikasi kedokteran dan dunia medis, untuk uji coba nuklir, PLTN meningkatk
an kesejahteraan dengan pemanfaatan radiasi ini.

Gambaran Paparan Radiasi


Di dalam bumi ada banyak unsur unsur kimia, radon, uranium,dimana bisa terjadi oenguaoan
dan dipengaruhi oleh banyak tekanan sehingga bisa merambat ke permukaan,merambat ke di
nding dan bangunan rumah.Ini merupakan paparan radiasi alami.

Radiasi juga digunakan untuk mengukur ketebalan material, sangat tipis. Sehingga membutuh
kan radiasi dengan proses prenetasi sehingga bisa terukur ketebalan kertas dll. Ketebalan baja
yang sangat tipis sebagai bahan baku pembuatan bahan bahan material bagunan dan sebagain
ya ini membutuhkan radiasi dengan pengembangan teknologi. Menguatkan produk tertentu, k
emudian untuk jaringan televisi, mengenbangkan varietas tanaman, untuk menghasilkan tana
man berkualitas.

Jenis jenis radiasi ditinjau dari masanya

1. Radiasi elegtromagnetik : tidak memiliki massa

Cotnoh : gelombang radio, mikro, infra red, cahaya tampak, sinar x, sinar gamma, sinar kosm
ik.

2.Radiasi partikel : memiliki massa

Cotnoh : partikel beta, alfa, neutron

Ditinjau dari muatan istriknya

1. Radiasi pengion : radiasi atom atau radiasi nuklir, radiasi apabila menabrak sesuatu materia
l maka akan muncul muatan listrik yang disebut dengan ion, dan mempengaruhi material yan
g di tabrak tadi, termasuk benda hidup. Contoh : sinar x, sinar gamma, partikel beta, alfa, neut
ron, sinar kosmik. Partikel alfa, beta, dan neutron ionisasinya secara langsung.

Daya tembus : Sinar gamma daya tembusnya paling kuat, sinar alfa tidak dapat menembus w
alaupun hanya kertas,beta dihalangi kertas tembus sedangkan dihalangi kayu baru berhenti pa
ncaran radiasinya.

2. Radiasi non-pengion : tidak dapat menimbulkan ionisasi

Gelombang radio, gelombang mikro, infra red, cahaya tampak. Tidak menimbulkan muatan l
istrik.

Pengaruh dari masing masing jenis radiasi


1. Sinar kosmik : risikonya kecil, karena sebelum sampai ketubuh manusia sudah menumbuk
ke atmosfer bumi dulu.

2. Radiasi beta : hanya menembus kertas tipis, tidak bisa menembus tubuh manusia

3. Radiasi alfa : hanya bisa menembus beberapa mm udara saja

4. Radiasi neutron : hanya ada di reaktor nuklir, area terbatas

Jika suatu inti tidak stabil maka artinya dia memiliki kelebihan energi. Inti tidak dapat bertah
an, suatu saat inti akan melepaskan kelebihan energi tersebut dan mungkin melepaskan satu a
tau dua atau lebih partikel atau gelombang sekaligus. Setiap inti yang tidak stabil tadi akan m
engeluarkan energi atau partikel radiasi yang berbeda.

Radiasi gamma bergerak lurus dan mampu menembus Sebagian besar bahan yang dilaluinya.
Radiasi beta lebih mudah untuk dihentikan. Seng atap atau kaca jendela dapat menghentikan r
adiasi beta. Bahan pakaian yang kita pakai dapat menghentikan fradiasi beta. Unsur unsur tert
entu, terutama yang berat seperti uranium, radium, dan plutonium akan melepaskan radiasi al
fa. Dapat dihalangi seluruhnya dengan selembar kertas. Tidak bisa menembus kilit kita dan ik
an menjadi sangat berbahaya jika bahan bahan tersebut masuk ke dalam tubuh maka akan me
njadi sangat berbahaya.

Sinar X

Paling banyak ditemukan di kehidupan sehari hari.Dibuat dengan menggunakan peralatan list
rik tehgangan tinggi.Jika tegangan tinggi dimatikan maka tidak akan terjadi radiasi.Sinar X d
apat menembus bahan jaringan tubuh, air, kayu, atau besi karena panjang gelombanya pendek.
Justru itu daya tembusnya semakin tinggi. Termasuk radiasi pengion, sinar X hanya dapat dit
ahan efektif oleh bahan yang kerapatannya tinggi. Seperti timah hitam dan beton tebal. Paling
banyak digunakan di bidang medis, kedokteran, dan radiologi.

Sinar Gamma

Berasal dari inti atom, radiasi ini akan memancarkan energinya secara terus menerus (secara
alami) tidak dapat diatur. Tidak dapat dimatikan atau dimusnahkan/diluar kendali kita.Dan ha
nya akan berkurang secara alami, sehingga kekuatannya akan menurun dan ini disebut denga
n peluruhan.

Risiko Radiasi
Jika terkena granat tubuh seseorang akan hancur, daerah tempat tinggal yang dekat dengan su
tet risiko ke generasi selanjutnya, kanker, bisa menyebabkan mutasi genetik.

Pekerjaan yang bisa terpapar radiasi

Pertambangan karena ada aktivitas penggalian, di PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir),
PLN, Astronot, Pilot, Perkantoran pekerjaannya berhubungan dengan laptop dan komputer, ra
diologi, pengelasan.

Pertemuan ke-6

PROTEKSI RADIASI

Rasiasi adalah energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang.

Sumber Radiasi ada dua yaitu radiasi dari alam dan radiasi dari buatan manusia :

Radiasi alam :

 sinar kosmik
 tanah
 udara
 makanan dan minuman

Radiasi buatan manusia :

 aplikasi kedokteran
 barang-barang konsumtif
 uji coba nuklir
 pembangkit listrik tenaga nuklir

Ditinjau dari massanya

- Radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa


Contohnya : gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak,
sinar X, sinar gamma, sinar kosmik
- Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel yang memiliki massa
Contohnya : partikel beta, alfa dan neutron
Ditinjau dari muatan listrik

a. Radiasi pengion (radiasi atom /radiasi nuklir) adalah radiasi yang apabila
menumbuk atau menabrak sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik yang
disebut ion. Ion ini kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan,
termasuk benda hidup.
 Contoh : sinar-X, sinar gamma, sinar kosmik, partikel beta, alfa dan
neutron
 Partikel Beta, alfa dan neutron dapat menimbulkan ionisasi secara
langsung
 Meskipun tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar
gamma dan sinar kosmik juga termasuk ke dalam radiasi pengion
karena dapat menimbulkan ionisasi secara langsung
b. Radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi
 Contoh : Gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya
tampak, dan ultraviolet.

Efek radiasi :

Worker :

- Occupational diseases
- Occupational related diseases
- Accident of work

Workplace :

- Days of incapacity at work


- A new worker
- Risk insurance

Pengendalian

Dalam pengendalian radiasi melakukan eliminasi tidak mungkin bisa jadi bisa dilakukan den
gan cara selanjutnya yaitu subtitusi dan seterusnya.

Subtitusi :

Sebelum bekerja :
- Dengan menganti peralatan yang tingkat radiasinya lebih rendah
- Isolasi

Saat proses kerja :


- Dengan melakukan shif kerja
- Pembatasan area
- Rotasi kerja
- Mengatur jarak antara radiasi dan pekerja

Sisi pekerja :

- Peningkatan teknologi
- Disediakan alat pelindung diri

Administrasi :

- Melatih pekerja agar terhindar radiasi


- Memasang tanda bahaya / safety sign
- Melakukan pemeriksaan kesehataan sebelum bekerja dan berkala setiap bulannya

Pekerjaan Berisiko

Radiasi : X-ray, OK yang menggunakan c-arm, ruang fisioterapi

Pekerjaan : Ahli radiologi, radiotherapist dan radiographer, ahli fisioterapi dan petugas ro
entgen gigi

Proteksi Radiasi

Tujuan :

- Mencegah terjadinya efek non stokastik (deterministic) yang membahyakan


- Meminimalkan terjadinya efek stokastik hingga ke tingkat yang cukup rendah yang
masih diterima oleh individu dan lingkungan di sekitarnya.

Efek :

- Efek stokastik adalah efek yang kemungkinan terjadinya merupakan akibat dari dosis
radiasi yang diterima oleh seseorang tanpa suatu nilai ambang, menyebabkan
perubahan pada sel tubuh. Contoh : kanker, perubahan genetik
- Efek deterministic adalah efek yang tingkat keparahannya tergantung pada dosis
radiasi yang diterima dan memerlukan suatu nilai ambang menyebabkan kematian sel.
Contoh : sel kulit mati, katarak, kematian janin

Prinsip proteksi radiasi:

- Justifikasi : kegiatan harus memberi manfaat yang nyata (asas manfaat)


- Optimasi : Paparan radiasi harus diusahakan serendah mungkin
- Limitasi : Dosis radiasi yang diterima tidak boleh melebihi nilai batas dosis

Upaya untuk memperkecil paparan radiasi yang mengenai tubuh dapat dilakukan hal sebagai
berikut :

1. Menggunakan periasi (pelindung) tatkala bekerja dengan sumber radiasi


2. Menjaga jarak terhadap sumber radiasi
3. Mempersingkat waktu bekerja dengan sumber radiasi

Alat untuk mencatat dosis personil

1. Film badge : Catat do radiasi yang diterima personil jika terkena berbagai jenis
radiasi
2. Dosimeter saku : memantau dosis yang diterima individu (lebih teliti daripada no 1
krn ada perubahan zat kimia sesuai do yang diterima)
3. Geiger-muler surveymeter : mengukur laju pemaparan di lingkungan (pintu, jendela,
dinding, dan udara)

Nilai Batas Dosis (NBD)

- Menurut BAPETEN, NBD adlah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang
dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu
tertentu tanpa menimbulkan efek genetic dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan
tenaga nuklir.
-

Pertemuan ke-7

TANGGAP DARURAT BENCANA BAHAYA RADIASI

Cara mengatasi dan menanggapi kecelakaan radiasi


tanggap darurat radiasi berkaitan dengan hal yang ada di dalam kegiatan sehari-hari
contohnya seperti terjadi kecelakaan radiasi bagaimana cara kita sebagai ahli K3 menanggapi
dan mengatasi

berkaitan cara menanggulangi paparan radiasi dan menghitung dosis seperti pengkajian
terpapar kepada para pekerja.

Sistem tanggap darurat merupakan suatu kondisi yang sebetulnya bisa diperkirakan atau
prediksi adanya situasi dan kondisi apa saja yang bisa timbul pada suatu pekerjaan.

Tanggap darurat yang sudah dipelajari ada tentang api atau fire.

Penanggulangan kebakaran itu bagian kecil dari sistem tanggap darurat yang meliputi dari
fasilitas prasarana, sop dan tindakan evakuasi korban dan medis dengan upaya pemulihan.

Contoh kasus kecelakaan radiasi

- Traktor nuklir di Jepang

- Bhopal di India

- Chernobyl (bencana radiasi terbesar) di uni Soviet.

Radiasi jika ada kesalahan dari sistem atau manusia maka akan berdampak bencana yang
menimbulkan kerugian bagi lingkungan dan masyarakat.

Dilihat dari video Chernobyl

-kecelakaan terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, salah satu nuklir reaktor
rusak dan 7 ton bahan nuklir uranium lepas ke atmosfer.

Dampak radiasi Chernobyl sangat dahsyat seperti dilihat dari video tersebut di suatu
kampung Chernobyl tersebut sudah tidak dapat dihuni lagi karena dampak radiasinya sangat
amat dahsyat dan bisa mengakibatkan lingkungan rusak.

Tanggap darurat radiasi poin-poin penting yang dilakukan adalah pelatihan tanggap darurat,
mengevakuasi bekerja dan penduduk sekitar, mengendalikan situasi.

Lingkup kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dalam pasal 2 dilakukan terhadap

a. Sumber radioaktif atau bahan nuklir yang tidak diketahui pemiliknya

b. Pelepasan zat radioaktif dan kontaminasi dari negara lain.


Koordinasi untuk kegiatan penanggulangan kedaruratan nuklir dan radiologi dan respon
kejadian keamanan nuklir.

Tindakan perlindungan untuk personil gawat daruratyang terjun ke lokasi yaitu pemantau
an dan pengendalian dosis kontaminasi, penyediaan perlindungan khusus yang sesuai. Terakh
ir terkait dengan pemberian informasi kepada masyarakat di mana sebelumnya info harus sud
ah valid agar masyarakat tidak resah. Personil tanggap darurat pantau kesehatan yaitu minima
l setahun sekali.

Terkait lampiran terdapat fasilitas dan sarana tanggap darurat, sarana mobilitas darat, pen
gangkutan semua bahan dan temuan, monitor dan menganalisis kendaraan dekontaminasi, ke
ndaraan khusus penanggulangan, sarana dan prasarana dilengkapi. Sedangkan peralatan kom
unikasi meliputi telepon genggam, handy talkie, peralatan pemantauan kondisi paparan radias
i di area, perlatan deteksi radiasi, idenftifikasi sumber radiasi aktif, metal detector, explosive
detector. Proteksi radiasi APD terdiri dari apron, kacamata lapisan Pb, helm, safety shoes, sh
oe cover, sarung tangan, disposal clothes, pelampung, dan masker. Ada juga dosimeter peroni
l dan tablet kalium iodida. Peralatan dan bahan dekontaminasi yaitu bahan penyerap, bahan d
ekontminasi, plastik, drum pelampung, penyemprot air, dan peralatan pendukung lainnya.

Penatalaksanaan kejadian tanggap darurat kejadian khusus dimulai penerimaan laporan, i


dentifikasi, dan aktivasi tanggap darurat. Aktivasi tanggap darurat berupa informasi masuk ha
rus dicek, aktif sistem tanggap darurat, analisis kedaruratan, kategori waspada ke siaga, kateg
ori kedaruratan lokal, fasilitas, tapak ke aktif total TD 2, dan kedaruratan umum ke aktif total
TD 1. Pengaktifan dilakukan oleh ketua melalui lisan atau telepon.

Kemudian diberi contoh status aktivasi STD BAPETEN. Laporan kejadian yang berdam
pak akibat kontaminasi radiasi operasi normal maka statusnya siaga. Kemudiann tindakan ST
D, anggota disiapkan, dilakukan kajian awal oleh wakil STD. Kategori kedaruratan waspada
mulai proteksi terhadap manusia. Kedaruratan lokal pada daerah terbatas transportasi, kehilan
gan, pencurian bahan radioaktif, mulai terdeteksi gejala medis gangguan kesehatan, kehilanga
n sumber radioaktif hilang atau ditemukan tapi tidak jelas kepemilikannya, kebakaran sumebr
radioaktif berbahaya, kontaminasi masuk ke aktif parsial. Sudah mulai aktif 24 jam, pembera
ngkatan tim tanggap darurat 2, koordinasi BNPB dan BPBD jika diperlukan. Kedaruratan fasi
litas melibatkan kegagalan atau kerusakan parah proteksi sehingga butuh mitigasi. Tidak men
imbulkan ancaman bahaya termasuk aktif parsial dengan aksi sama dengan sebelumnya. Ked
aruratan tapak sudah mulai kejadian parah pada masyarakat dan perlu mitigasi termasuk aktif
parsial. Aktif total terjadi pelepasan radioaktif dan paparan sudah mulai di off-site dengan aks
i sama sebelumnya dengan tingkat nasional. Contoh semuanya untuk mengaktifkan STD, stat
us aktif TD 2, tim sudah mulai diberangkatkan ke lokasi.

BAPETEN meningkatkan status aktif lokal melihat kondisi eskalasi di lapangan. Jika ma
suk ke kedaruratan umum melibatkan pemrintah daerah dan pusat masuk ke darurat umum. St
atus aktif parsial TD 2 terdapat wakil ketua dan 2 orang anggota. TD 1 terdapat wakli ketua d
an 6 anggota. Penghentian oleh ketua secara lisan tertulis, terpenting rekaman atau dokument
asi selengkap-lengkapnya.

Berdasarkan ARPANSA Guide radiation protection referensi Australia seperti BAPETE


N terkait ERP pada radiasi. ERP ada perencanaan, penilaian hazard, strategi, Kesiapan, prose
dur, pelatihan, dukungan logistik dan fastilitas. Pada saat terjadi kejadian darurat, hal-hal yg p
erelu dilakukan dengan respon. Kemudian transisi, terminasi, kerja sama medis (medical resp
onse), manajemen pengelolaan limbah radioaktif, dan komunikasi selama kondisi darurat.

Terdapat fase emergency bisa berlaku secara umum, jika dilihat secara radiasi speerti ber
ikut. Stand by diawali persiapan yaitu penilaian haszard, komunikasi dengan stakeholder, pe
mbagian rules, tanggung jawab organiasai, koordinasi. Tahap lanjutan alert dengan waspada,
deklarasi pernyataan kondisi darurat, mitigasi, dan komunikasi publik. Tahap lanjutan yaitu a
ktif, sudah dilakukan upaya secara aktif utuk melakukan penanggulangan, tindak emergensi c
epat, tepat, dan efektif. Melibatkan banyak pihak tidak hanya intern seperti pemerintah, polisi,
TNI jadi bencana nasional. Kemudian transisi fase dengan situasi krisis udah lewat dan peny
elesaian. Kemudaian akhir dari emergensi.

Hazard identification meliputi fasilitas, aktivitas, sumber, material. Melihat situasi papara
n, hazard assesment / menilai menentukan strategi seperti apa, melibatkan pihak terkait yaitu
stakeholder dan pemerintah. Hazard lainnya berupa ancaman / aktivitas pemerintah berupa n
uklir, bom kotor, eksposur / paparan, kecelakaan tenaga nuklir, dan kecelakaan transportasi.
Diberi hazard, memetakan zona emergensi, melaksanakan pengukuran, dan indikator untuk d
iamati. Sudah dilakukan penilaian hazard, dilakukan pembuatan sistem manajeman strategi d
an plan hingga komunikasi.

Kalau di ARPANSA, membagi zona untuk perencanaan emergensi di pemerintahan Aust


ralia. Ada urgent protcetive zone, extended planing distance zone, comodity planing distance
zone. Dilakukan pengamatan akan dosis-dosis, dilakukan evakuasi, penyediaan penampungan
untuk preparedness dengan menyediakan prosedur dan perencanaan, training, simulasi, dan t
indakan saat kondisi emergensi yang perlu dilakukan untuk pengambilan keputusan. Melakuk
an tindakan proteksi urgent jika dibutuhkan melalui pendekatan sistematis selama kondisi dar
urat terjadi. Ada review dan amsa transisi.

Kesimpulan dari perkuliahan radiasi bahwa radiasi ada bermacam-macam seperti keboco
ran instalasi nuklir, fasilitas tidak memadahi, proses pengangkutan bahan radiasi aktif. ERP R
adiasi dilihat dari apa sumber bahayanya, kebocoran, bahaya manusia, dan sistem gagal. Aka
n berbeda untuk tindak lanjutnya di tiap sumbernya. Contohnya yaitu RS paparan sinar X, dili
hat bahayanya dari mana, apa dari kerusakan alat atau manusianya. Secara keseluruhan memb
ahas definisi radiasi, macam-macam radiasi, manfaat dan risiko, sistem proteksi. Efek radiasi
positif untuk pengobatan dan negatif dapat menyebbakan kematian. Penanggulangan radiasi b
isa dengan menggunakan hierarki pengendalian. Tanggap darurat planning, persiapan, respon,
sampai dengan pemulihan. Kemudian tindakan pencegahan bisa dilakukan evakuasi, perganti
an shift pekerja agar tidak terpapar terus. Bahaya radiasi tidak bisa diprediksi harus diantisipa
si dengan ERP emergency respon p. Jika terjadi, seluruh komponen sudah siap sehingga mem
inimalisasi kerugian, contoh kebakaran dan huru hara.Hanya berbeda saat penanganannya.

Pertemuan ke-9

K3 PADA PEKERJAAN KETINGGIAN

Sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, biasanya pekerjaan konstruksi gedung b


ertingkat atau pada pemasangan listrik, dan sebagainya. Merancu pada peraturan permenaker
no. 9 tahun 2016 yang menggantikan permenaker pada tahun 2011  juga UU No. 1 tahun 197
0. Menurut permenaker no. 9 tahun 2016, pekerjaan ketinggian adalah kegiatan atau aktifitas
pekerjaan yang dilakukan oleh Tenaga Kerja pada Tempat Kerja di permukaan tanah atau per
airan yang terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang menyebabkan Ten
aga Kerja atau orang lain yang berada di Tempat Kerja cedera atau meninggal dunia atau men
yebabkan kerusakan harta benda.

Kewajiban Pengusaha dan/atau Pengurus yaitu wajib menerapkan K3 dalam Bekerja


Pada Ketinggian. (Pasal 2)  wajib memenuhi persyaratan K3... (Pasal 3) meliputi :
1. Perencanaan
Pengusaha :
 Memastikan pekerjaan direncanakan dengan tepat, dilakukan dengan cara yang aman,
dan diawasi.
 Bekerja pada ketinggian hanya dilakukan jika situasi dan kondisi kerja tidak membah
ayakan tenaga kerja dan orang lain
 Wajib memperhatikan dan melaksanakan penilaian risiko
 Memastikan bahwa pekerjaan tsb hanya dilakukan jika pekerjaan dimaksud tidak dapa
t dilakukan di lantai dasar.
Langkah mencegah kecelakaan kerja pada pekerjaan ketinggian :
 Pekerjaan dapat dilakukan dengan aman dan kondisi ergonomi yang memadai melalui
jalur masuk (access) atau jalur keluar (egress) yang telah disediakan; dan
 Memberikan peralatan keselamatan kerja yang tepat untuk mencegah Tenaga Kerja jat
uh
 Menerapkan sistem izin kerja pada ketinggian dan memberikan instruksi
2. Prosedur kerja;
 Pengusaha dan/atau Pengurus wajib mempunyai prosedur kerja pekerjaan ketinggian s
ecara tertulis, meliputi :
0. Teknik dan cara perlindungan jatuh;
a. Cara pengelolaan peralatan;
b. Teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan;
c. Pengamanan Tempat Kerja; dan
d. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
 Prosedur harus dipahami dengan baik oleh pekerja atau pihak yang terlibat sebelum b
ekerja.
 Setiap Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memasang perangkat pembatasan daerah k
erja  mencegah masuknya orang yang tidak berkepentingan.
 Pembagian kategori wilayah :
0. Wilayah bahaya => Daerah pergerakan pekerja dan barang
a. Wilayah waspada => Daerah antara wilayah bahaya dan juga wilayah aman
b. Wilayah aman => Daerah yang terhindar dari kejatuhan benda dan tidak mengga
nggu aktivitas pekerja
 Batas wilayah diberi tanda yang mudah terlihat dan dipahami oleh orang yang melinta
s
 Pembatasan berat beban barang yang boleh dibawa oleh pekerja  max 5 kg, selain AP
D dan alat pelindung jatuh
 Jika > 5 kg  barang harus dinaik turunkan menggunakan sistem katrol
 Rencana tanggap darurat harus dibuat secara tertulis  wajib dipahami oleh pekerja
 Rencana tanggap darurat minimal memuat :
0. Daftar Tenaga Kerja untuk melakukan pertolongan korban pada ketinggian;
a. Peralatan yang wajib disediakan untuk menangani kondisi darurat yang paling mungki
n terjadi;
b. Fasilitas P3K serta sarana evakuasi;
c. Nomor telepon dari pihak-pihak terkait dalam penanganan tanggap darurat; dan
d. Denah lokasi dan jalur evakuasi korban menuju rumah sakit untuk penanganan lebih l
anjut.
3. Teknik bekerja aman;
  Meliputi :
0. Bekerja pada Lantai Kerja Tetap  alat penahan jatuh kolektif berupa jaring atau b
antalan
a. Bekerja pada Lantai Kerja Sementara  alat penahan jatuh perorangan berupa: a. ta
li ulur tarik otomatis (retractable lanyard); atau b. tali ganda dengan pengait dan p
eredam kejut (double lanyard with hook and absorber)
b. Bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau meninggalkan lantai kerja;
c. Bekerja pada posisi miring; dan
d. Bekerja dengan akses tali.
 Bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau meninggalkan lantai kerja  wajib
menyediakan alat pengangkut orang untuk pergerakan Tenaga Kerja
 Jika tidak dapat dipasang alat pengangkut orang  pergerakan pekerja dapat dilakukan
dengan teknik bergerak :
0. Perangkat Penahan Jatuh perorangan vertikal;
a. Perangkat Penahan Jatuh perorangan horizontal;
b. Alat penahan jatuh perorangan dengan tali ganda pengait dan peredam kejut;
c. Perangkat Penahan Jatuh perorangan dengan pemanjatan terpandu (lead climbing); da
n
d. Perangkat Penahan Jatuh perorangan dengan tali ulur tarik otomatis.
 Teknik bergerak tersebut harus dilengkapi dengan alat atau mekanisme peredam kejut
 Bekerja pada posisi miring  wajib menggunakan Perangkat Penahan Jatuh perorangan
(seperti pada bekerja bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau meninggalk
an lantai kerja) dan alat pemosisi kerja
 Alat pemosisi kerja  tali yang dapat menahan beban Tenaga Kerja dan peralatan yang
dibawa agar dapat bekerja dengan aman dan nyaman.
 Bekerja dengan akses tali  wajib memnuhi persyaratan :
0. Mempunyai 2 (dua) tali (line) masing-masing tertambat pada minimal 2 (dua) titik ta
mbat terpisah berupa:
1. tali keselamatan, yang dilengkapi dengan perangkat perlindungan jatuh per
orangan bergerak (mobile personal fall arrester) yang mempunyai mekanis
me terkunci sendiri mengikuti pergerakan Tenaga Kerja; dan
2. tali kerja, yang dilengkapi dengan alat untuk naik dan turun.
B. menggunakan sabuk tubuh (full body harness) yang sesuai.

Pertemuan ke-10

K3 PADA PEKERJAAN KETINGGIAN

Dasar Hukum

 UU NO. 1 TAHUN 1970


 PEMENAKER NO 9 TAHUN 2016

Pekerjaan pada Ketinggian

Kegiatan atau aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh Tenaga Kerja pada Tempat Ker
ja di permukaan tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi
jatuh yang menyebabkan Tenaga Kerja atau orang lain yang berada di Tempat Kerja cedera at
au meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda.

Kewajiban

Pengusaha dan/atau Pengurus wajib menerapkan K3 dalam Bekerja Pada Ketinggian.


(Pasal 2) wajib memenuhi persyaratan K3. (Pasal 3) meliputi :

1. Perencanaan;

2. Prosedur kerja;
3. Teknik bekerja aman;

4. APD, Perangkat Pelindung Jatuh, dan Angkur;

5. Tenaga Kerja.

1. Perencanaan
Pengusaha :
 Memastikan pekerjaan direncanakan dengan tepat, dilakukan dengan cara
yang aman, dan diawasi.
 Bekerja pada ketinggian hanya dilakukan jika situasi dan kondisi kerja tidak
membahayakan tenaga kerja dan orang lain
 Wajib memperhatikan dan melaksanakan penilaian risiko
 Memastikan bahwa pekerjaan tsb hanya dilakukan jika pekerjaan dimaksud
tidak dapat dilakukan di lantai dasar.

Langkah mencegah kecelakaan kerja pada pekerjaan ketinggian :

 Pekerjaan dapat dilakukan dengan aman dan kondisi ergonomi yang memadai
melalui jalur masuk (access) atau jalur keluar (egress) yang telah disediakan;
dan
 Memberikan peralatan keselamatan kerja yang tepat untuk mencegah Tenaga
Kerja jatuh
 Menerapkan sistem izin kerja pada ketinggian dan memberikan instruksi
2. Prosedur Kerja
 Pengusaha dan/atau Pengurus wajib mempunyai prosedur
kerja pekerjaan ketinggian secara tertulis, meliputi :
a. Teknik dan cara perlindungan jatuh;
b. Cara pengelolaan peralatan;
c. Teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan;
d. Pengamanan Tempat Kerja; dan
e. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
 Prosedur harus dipahami dengan baik oleh pekerja atau pihak yang terlibat
sebelum bekerja
 Setiap Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memasang perangkat pembatasan
daerah kerja -> mencegah masuknya orang yang tidak berkepentingan.
 Pembagian kategori wilayah :
a. Wilayah bahaya
b. Wilayah waspada
c. Wilayah aman
 Batas wilayah diberi tanda yang mudah terlihat dan dipahami oleh orang yang
melintas

Wilayah bahaya Wilayah waspada Wilayah aman


Daerah Pergerakan Daerah antara wilayah Daerah yang terhindar
pekerja dan barang bahaya dan wilayah dari kejatuhan benda
aman, diperhitungkan dan tidak mengganggu
supaya benda terjatuh aktivita pekerja
tidak masuk pada
wilayah aman
 Pembatasan berat beban barang yang boleh dibawa oleh pekerja -> max 5 kg,
selain APD dan alat pelindung jatuh
 Jika > 5 kg -> barang harus dinaik turunkan menggunakan sistem katrol
 Rencana tanggap darurat harus dibuat secara tertulis -> wajib dipahami oleh
pekerja
 Rencana tanggap darurat minimal memuat :
a. Daftar Tenaga Kerja untuk melakukan pertolongan korban pada ketinggian;
b. Peralatan yang wajib disediakan untuk menangani kondisi darurat yang
paling mungkin terjadi;
c. Fasilitas P3K serta sarana evakuasi;
d. Nomor telepon dari pihak-pihak terkait dalam penanganan tanggap darurat;
dan
e. Denah lokasi dan jalur evakuasi korban menuju rumah sakit untuk
penanganan lebih lanjut.
3. Teknik Bekerja Aman
Meliputi :
a. Bekerja pada Lantai Kerja Tetap -> alat penahan jatuh kolektif berupa jaring atau
bantalan
b. Bekerja pada Lantai Kerja Sementara -> alat penahan jatuh perorangan berupa:
a. tali ulur tarik otomatis (retractable lanyard); atau
b. tali ganda dengan pengait dan peredam kejut (double lanyard with hook and
absorber)
c. Bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau meninggalkan lantai kerja;
d. Bekerja pada posisi miring; dan
e. Bekerja dengan akses tali
 Bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau meninggalkan lantai
kerja-> wajib menyediakan alat pengangkut orang untuk pergerakan Tenaga
Kerja
 Jika tidak dapat dipasang alat pengangkut orang -> pergerakan pekerja dapat
dilakukan dengan teknik bergerak :
a. Perangkat Penahan Jatuh perorangan vertikal;
b. Perangkat Penahan Jatuh perorangan horizontal;
c. Alat penahan jatuh perorangan dengan tali ganda pengait dan peredam
kejut;
d. Perangkat Penahan Jatuh perorangan dengan pemanjatan terpandu (lead
climbing); dan
e. Perangkat Penahan Jatuh perorangan dengan tali ulur tarik otomatis.
 Teknik bergerak tersebut harus dilengkapi dengan alat atau
mekanismevperedam kejut
 Bekerja pada posisi miring -> wajib menggunakan Perangkat Penahan Jatuh
perorangan (seperti pada bekerja bergerak secara vertikal atau horizontal
menuju atau meninggalkan lantai kerja) dan alat pemosisi kerja
 Alat pemosisi kerja -> tali yang dapat menahan beban Tenaga Kerja dan
peralatan yang dibawa agar dapat bekerja dengan aman dan nyaman.

Bekerja dengan akses tali -> wajib memnuhi persyaratan :

a. Mempunyai 2 (dua) tali (line) masing-masing tertambat pada minimal 2


(dua) titik tambat terpisah berupa:

1) tali keselamatan, yang dilengkapi dengan perangkat perlindungan jatu p


erorangan bergerak (mobile personal fall arrester) yang mempunyai mekan
isme terkunci sendiri mengikuti pergerakan Tenaga Kerja; dan

2) tali kerja, yang dilengkapi dengan alat untuk naik dan turun.
b. menggunakan sabuk tubuh (full body harness) yang sesuai

4. APD, Perangkat Pelindung Jatuh, Angkur


 Pengusaha dan/atau Pengurus wajib menyediakan APD secara cuma-cuma dan
memastikan Tenaga Kerja menggunakan APD yang sesuai dalam melakukan
pekerjaan pada ketinggian.
 Perangkat Pelindung Jatuh harus memenuhi persyaratan K3.
 Suatu rangkaian peralatan untuk melindungi Tenaga Kerja, orang lain yang
berada di Tempat Kerja dan harta benda ketika Bekerja Pada Ketinggian agar
terhindar dari kecelakaan dan kerugian finansial.
 Perangkat Pelindung Jatuh terdiri dari :
1. Perangkat Pencegah Jatuh kolektif dan Perangkat Pencegah Jatuh
perorangan
2. Perangkat Penahan Jatuh kolektif dan Perangkat Penahan Jatuh perorangan

Perangkat pencegah Jatuh

Suatu rangkaian peralatan untuk mencegah Tenaga Kerja memasuki wilayah berpoten
si jatuh agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian finansial.

Kolektif Perorangan
1.Dinding, tembok pembatas, atau pagar 1. Sabuk tubuh (full body harness);
pengaman dengan tinggi minimal 950
mm
2. Pagar pengaman harus mampu 2. Tali pembatas gerak (work
menahan beban minimal 0,9 kilonewton restraint)
3. Celah pagar memiliki jarak vertikal
maksimal 470 mm
4. Tersedia pengaman lantai pencegah
benda jatuh (toeboard) cukup dan
memadai.
Perangkat Penahan jatuh

Suatu rangkaian peralatan untuk mengurangi dampak jatuh Tenaga Kerja agar tidak ci
dera atau meninggal dunia.

Kolektif Peroramgan
1. Berupa jala atau bantalan 1.Harus mampu
yang terpasang pada arah menahan
jatuhan beban jatuh minimal 15
kilonewton.
2. Dipasang secara aman ke 2. Terdiri dari :
semua Angkur yang a. bergerak vertikal
diperlukan b. bergerak horizontal
c. tali ganda dengan
pengait
dan peredam kejut
d. terpandu
e. ulur tarik otomatis.
3. Mampu menahan beban
minimal 15 kilonewton dan
tidak mencederai Tenaga
Kerja yang jatuh.

Angkur ( anchor )

 Tempat menambatkan Perangkat Pelindung Jatuh yang terdiri atas satu titik
tambat atau lebih yang ada di alam, struktur bangunan atau sengaja dibuat
dengan rekayasa teknik pada waktu atau pasca pembangunan gedung.
 Angkur harus mampu menahan beban minimal 15 kilonewton.
 Dalam hal Angkur lebih dari 1 titik harus mampu membagi beban yang
timbul.
 Terdiri atas :
1. Angkur permanen
2. Angkur tidak permanen

Angkur permanen

 Ketentuan :

1) Dilakukan pemeriksaan dan pengujian pertama

2) Memiliki akte pemeriksaan dan pengujian

3) Dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala minimal 2 tahun sekal


i
 Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh :

1) Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja, atau

2) Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 lainnya, atau

3) Ahli K3 pada perusahaan dan/atau perusahaan jasa K3 sesuai dengan ketent


uan peraturan perundang-undangan.

Angkur tidak permanen

 Dipakai pada saat Angkur permanen tidak tersedia dan harus

diperiksa serta dipastikan kekuatannya.

5. Tenaga Kerja
Ketentuan : berkompeten da berwenang di bidang k3 dalam pekerjaan pada
ketinggian. ( pasal 31 )
Berkompeten : Dibuktikan dengan sertifikat kompetensi melalui uji kompetensi oleh
Lembaga yang berwenang
Berwenang : dibuktikan dengan lisensi k3 yang diterbitkan oleh direktur jenderal,
lisensi k3 berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang
 Tenaga kerja (pasal 31) meliputi :
a. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 dan 2
b. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1 , 2, dan 3
 Ketentuan Tenaga Kerja bidang perancah, gondola, dan pesawat angkat angkut
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tenaga Kerja Bangunan Tinggi Tingkat 1

 Bekerja pada Lantai Kerja tetap dan atau lantai kerja sementara
 Tugas dan kewenangan :

1. Bekerja dengan menggunakan alat pelindung jatuh berupa jala, bantalan, atau ta
li pembatas gerak (work restraint)

2. Bergerak menuju dan meninggalkan Lantai Kerja Tetap

atau Lantai Kerja Sementara dengan menggunakan

tangga
Tenaga Kerja Bangunan Tinggi Tingkat 2
 Bekerja pada Lantai Kerja Tetap dan/atau Lantai Kerja Sementara serta
bekerja atau bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja tetap atau
sementara secara horizontal atau vertikal pada struktur bangunan atau dengan
posisi atau tempat kerja miring.
 Tugas dan kewenangan :
1) Menggunakan alat pelindung jatuh berupa jala, bantalan, atau tali pembatas
gerak (work restraint)
2) Bergerak menuju dan meninggalkan Lantai Kerja Tetap atau Lantai Kerja
Sementara dengan menggunakan tangga
3) Bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja tetap atau sementara secara
horizontal atau vertikal pada struktur bangunan
4) Bekerja pada posisi atau tempat kerja miring
5) Menaikkan dan menurunkan barang dengan sistem katrol
6) Melakukan upaya pertolongan dalam keadaan darurat
Tenaga Kerja pada Ketinggian
 Bekerja pada Lantai Kerja Tetap, Lantai Kerja Sementara, bergerak menuju
dan meninggalkan Lantai Kerja Tetap atau Lantai Kerja Sementara secara
horizontal atau vertikal pada struktur bangunan, bekerja pada posisi atau
tempat kerja miring, akses tali dan/atau menaikkan dan menurunkan barang
dengan sistim katrol atau dengan bantuan tenaga mesin.

Tugas dan Wewenang Tenaga Kerja pada Ketinggian

 Tingkat 1
1) Membuat Angkur di bawah pengawasan Tenaga Kerja pada ketinggian
tingkat 2 dan/atau Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3;
2) Melakukan upaya pertolongan diri sendiri
 Tingkat 2
1) Membuat Angkur secara mandiri;
2) Mengawasi Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1 dalam pembuatan
Angkur;
3) Mengawasi Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1;
4) Melakukan upaya pertolongan dalam keadaan darurat pada ketinggian
untuk tim kerja
 Tingkat 3
1) Menyusun perencanaan sistim keselamatan Bekerja Pada Ketinggian;
2) Melakukan pemeriksaan Angkur untuk keperluan internal;
3) Mengawasi Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 2 dan/atau Tenaga
Kerja pada ketinggian tingkat 1;
4) Melakukan upaya pertolongan dalam keadaan darurat pada ketinggian

Anda mungkin juga menyukai