Hanya sedikit yang diketahui tentang efek uterotonik tradisional pada saat atau mendekati
persalinan di Sub Sahara Afrika.
Tujuan : Untuk menjelaskan (1) penggunaan obat tradisional di Sub Shara Afrika yang
diperkirakan mengandung efek uterotonik saat persalinan atau mendekati persalinan; dan
(2) hasil pemeriksaan farmakologis kandungan uterotonik dalam obat tradisional yang
digunakan.
Strategi: kajian terstruktur dari 13 database.
Kriteria seleksi: Artikel yang menggambarkan penggunaan preparat tradisional di Sub-
Sahara Afrika dengan menggunakan data primer, yang diterbitkan dalam bahasa Inggris
antara 1 Januari 1980 dan 30 Juni 2010.
Pengumpulan data dan analisis: Kajian dilakukan menggunakan pola spreadsheet standar.
Hasil utama: Tujuan analisis 1 mengidentifikasi 208 spesies tanaman yang digunakan
untuk mendapatkan efek uterotonika saat atau menjelang persalinan. Penggunaan yang
paling umum adalah persalinan induksi/augmentasi (n = 185). Kegunaan lain adalah untuk
mengeluarkan plasenta, memperpendek kala III, mengelola retensio plasenta (n = 61), dan
mencegah / mengelola perdarahan postpartum (n = 20). Tujuan 2 mengidentifikasi 82
spesies dengan aktivitas uterotonika yang terkonfirmasi melalui evaluasi farmakologis.
Studi ini juga mengidentifikasi efek ekstrak yang mempercepat atau menghambat
efek ekstrak pada uterotonik farmasi.
Kesimpulan: Banyak tanaman yang digunakan untuk mendapatkan efek uterotonika di
Sub-Sahara Afrika, aktivitas uterotonika telah dikonfirmasi dengan berbagai evaluasi
melalui farmakologis. Penggunaannya dapat meningkatkan risiko hasil luaran buruk.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi khasiat uterotonika tradisional dan
intervensi untuk mengatasi penggunaannya selama persalinan.
1. Latar Belakang
Sekitar 350 000 wanita meninggal karena penyebab maternal setiap tahunnya.
Sebagian besar kematian terjadi di negara-negara miskin, dan hampir tiga perlima di Sub-
Sahara Afrika. Penyebab paling umum kematian di Sub-Sahara Afrika adalah perdarahan
obstetrik. Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah dengan akses ke pelayanan
kebidanan darurat (Obstetric Emergency/EmOC) dan intervensi berbasis bukti seperti
pengelolaan aktif kala III persalinan (AMTSL). AMTSL meliputi pemberian uterotonik
farmasi (misalnya oksitosin atau misoprostol) segera setelah persalinan untuk mencegah
perdarahan postpartum (PPH) karena atonia uteri. Kurang dari setengah kelahiran di Sub-
Sahara Afrika yang ditolong oleh petugas kesehatan, akses universal untuk mendapatkan
pelayanan petugas terampil untuk mendapatkan AMTSL rendah. Dalam konteks ini,
penting bagi penentu kebijakan dan program untuk mempertimbangkan meluasnya
penggunaan obat tradisional di wilayah tersebut selama kehamilan dan persalinan. Rumah
Sakit yang menjadi basis penelitian di Afrika Selatan telah memperkirakan bahwa 43%-
55% wanita telah menggunakan obat tradisional selama kehamilan. Sebuah penelitian di
Afrika Selatan menemukan bahwa 32% dari wanita hamil memanfaatkan obat tradisional
yang dikenal sebagai imbelikisane untuk menginduksi atau menambah tenaga persalinan.
Sebuah studi terbaru di Nigeria menemukan bahwa 62% dari wanita yang survei telah
memanfaatkan obat herbal selama kehamilan. Tingginya proporsi dukun bayi menyediakan
obat-obatan herbal untuk wanita selama kehamilan atau pada atau mendekati, termasuk
yang digunakan untuk mendapatkan efek uterotonika. Studi di Nigeria dan Kenya
mendokumentasikan bahwa hampir 25% dari dukun menggunakan obat herbal untuk
mengatasi retensio plasenta. Studi di Kenya juga mencatat bahwa dukun menganggap
persalinan memanjang terjadi akibat kegagalan obat herbal yang diberikan.
Fakta bahwa obat tradisional mungkin memiliki efek uterotonika adalah pertimbangan
kesehatan masyarakat yang penting. Sebuah uji coba membandingkan produk tradisional
Tibet dengan misoprostol untuk pencegahan PPH menemukan bahwa meskipun
misoprostol lebih efektif dalam mengurangi PPH, produk tradisional juga memiliki efek
uterotonika. Meskipun mungkin ada potensi untuk memanfaatkan preparat tradisional
dalam pencegahan PPH, obat herbal juga memiliki konsekuensi yang merugikan,
terutama jika digunakan untuk menginduksi atau mempercepat persalinan. Studi
di Malawi dan Uganda telah menunjukkan bahwa obat tradisional terlibat dalam sebagian
besar kasus kematian ibu yang dianalisis. Penelitian lain telah menunjukkan bahwa obat-
obatan herbal terlibat dalam buruknya hasil luaran ibu dan janin seperti rupture uteri dan
aspirasi mekonium.
Beberapa penelitian telah menginvestigasi aktivitas farmakologis tanaman tertentu yang
digunakan selama atau menjelang persalinan. Sumber seperti database Prelude Medicinal
Plants telah mendokumentasikan penggunaan tanaman untuk beberapa indikasi dan
beberapa kajian telah mendokumentasikan penggunaan tanaman yang digunakan dalam
campuran herbal yang diberikan selama kehamilan atau mendekati kehamilan.
Meskipun demikian, literature mengenai investigasi sistematik obat tradisional yang
digunakan sebagai uterotonik saat atau sebelum persalinan di Sub Sahara Afrika, serta
temuan sistematis hasil evaluasi farmakologis tanaman yang digunakan masih sedikit.
Literatur antropologi dan etnobotani yang relevan belum diatur dan menjadi perhatian
kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Kajian
Kajian ini dilakukan untuk mencapai 2 tujuan : (1) untuk menjelaskan penggunaan obat
tradisional di Sub Sahara Afrika yang dianggap memiliki efek uterotonik saat atay
menjelang persalinan untuk menginduksi, mengaugmentasi, mempercepat persalinan atau
mencegah dan menangani PPH dan (2) untuk menjelaskan hasil investigasi farmakologi
kandungan uterotonik dari obat tradisional yang digunakan di Sub Sahara Afrika saat atau
menjelang persalinan.
4. Hasil
4.1. Kajian
Supplementary Material (online) menyediakan diagram aliran proses pengkajian.
Berdasarkan strategi pencarian, 12 076 teridentifikasi referensi non-duplikasi. Sejumlah
besar dihasilkan dari penggunaan istilah umum seperti "obat tradisional" untuk
memastikan bahwa artikel yang relevan tidak dihilangkan. Kriteria inklusi dan eksklusi
yang diterapkan terhadap kutipan / abstrak menyisakan 271 referensi teks lengkap untuk
dikaji. Dari jumlah tersebut, 187 sesuai dengan Tujuan 1 dan 84 sesuai dengan Tujuan 2.
Jika sebuah artikel diinklusi dalam analisis mengikuti full-text review, kriteria inklusi dan
eksklusi juga diterapkan untuk daftar pustakanya, menghasilkan referensi tambahan untuk
pengkajian teks lengkap. Setelah pengkajian seluruh sumber yang relevan, 48 artikel
sesuai dengan tujuan analisis 1, dan 54 artikel masuk dalam Tujuan analisis 2. Satu studi
masuk dalam kedua analisis karena menggunakan data primer mengenai penggunaan agen
herbal dan dilakukan evaluasi farmakologis tanaman yang diidentifikasi. Supplementary
Material S2 (online) berisi daftar semua referensi yang masuk dalam Tujuan 1 dan Tujuan
2. Sejumlah artikel dengan konten yang relevan tidak dimasukkan karena dipublikasi lebih
awal dari periode inklusi. Sumber yang mendokumentasikan efek uterotonika tradisional
dari tanaman tertua diterbitkan pada tahun 1915, menunjukkan bahwa telah ada kesadaran
mengenai potensi aktivitas uterotonik obat tradisional sejak beberapa abad yang lalu. Lebih
dari 50 artikel yang diidentifikasi menjelaskan penggunaan preparat tradisional selama
kehamilan di negara Sub-Sahara Afrika (khususnya Ghana dan Nigeria) termasuk untuk
tujuan uterotonika, namun beberapa dikeluarkan karena tidak adanya informasi tentang
tanaman spesifik yang digunakan. Beberapa penelitian dieklusi karena
mendokumentasikan penggunaan campuran herbal (misalnya sunungure di Zimbabwe)
untuk menginduksi atau mempercepat persalinan tanpa menjelaskan tanaman spesifik yang
digunakan.
Banyak sumber yang dimasukkan dalam analisis diterbitkan di jurnal dari negara miskin.
Hal ini sebagian mungkin karena pengakuan yang lebih besar terhadap obat tradisional di
negara-negara tersebut, termasuk pembentukan Pusat Pengobatan Tradisional dalam
Departemen Kesehatan (misalnya di Afrika Selatan dan Tanzania) serta di WHO (misalnya
The Collaborating Center for Traditional Medicine).
Diskusi
Penggunaan obat tradisional saat atau menjelang persalinan meluas di Sub Sahara Afrika.
Berbagai jenis tanaman digunakan untuk mendapatkan efek uterotonik, termasuk
menginduksi persalinan, mengeluarkan retensio plasenta, dan mengatasi perdarahan post
partum. Sementara beberapa tanaman digunakan sebagai uterotonik dalam berbagai
negara, wilayah dan negara yang berbeda memiliki farmakopeia yang melewati batas.
Banyak tanaman yang secara tradisional untuk menginduksi dan mengaugmentasi
persalinan menunjukkan aktivitas uterotonik dalam evaluasi in vitro karena efek kontraktil
langsung.
Secara klinis, penggunaan agen uterotonik tradisional untuk mengaugmentasi persalinan
menunjukkan gangguan persalinan yang tidak berasal dari penanganan herbal. Agen
uterotonik dapat menyebabkan hiperstimulasi, asfiksia janin dan hasil luaran buruk
lainnya. Karena penggunakan uterotonik farmasi selama persalinan meningkatkan risiko
PPH, mungkin saja preparat tradisional memiliki efek yang sama. Beberapa tanaman juga
meningkatkan efek uterotonik farmasi dan mempengaruhi dosis oksitosin dan beberapa
obat farmasi lainnya dalam manajemen klinis.
Meskipun demikian, fakta bahwa beberapa obat tradisional mungkin merupakan uterotonik
poten juga memberikan peluang penelitian selanjutnya. Obat tradisional mungkin akan
berguna untuk mencegah PPH, terutama dalam keadaan dimana uterotonik farmasi tidak
tersedia. Tampaknya ada potensi tanaman yang bervariasi tergantung dari metode
penyediaan, penyimpanan dan musim, diperlukan penelitian untuk mendukung
pengembangan standarisasi produk uterotonik yang aman dan efektif yang dibuat dari
tanaman lokal, menentukan mekanisme aksi dan mengidentifikasi toksisitas.
Tiga implikasi penting bagi program kesehatan masyarakat dan penelitian muncul dari
penelitian ini. pertama, banyak tanaman yang secara tradisional digunakan selama dan
menjelang persalinan yang belum dievaluasi. Dokumen ini mengungkapkan penggunaan
agen uterotonik tradisional di 19 negara, dan 270 tanaman. Aktivitas uterotonik ditemukan
pada 82 spesies, namun hanya fraksi dari apa yang selama ini digunakan. Diperlukan
penelitian tambahan mengenai aktivitas uterotonik tanaman yang digunakan secara
tradisional. Perubahan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, dan senyawa lainnya dalam
kehamilan juga memerlukan penelitian mengenai potensi jaringan uterus gravid
dibandingkan dengan jaringan kaya estrogen, yang mungkin akan menimbulkan respon
yang berbeda terhadap senyawa uterotonik. Akan sangat penting untuk melakukan
penelitian lebih dalam pada 6 tanaman yang aktivitas uterotoniknya paling sering
ditemukan pada berbagai penelitian.
Kedua, penelitian tentang penggunaan preparat tradisional yang dipublikasikan sejak 1980
– 1990 saat pelatihan dukun bayi meningkat.hanya sedikit penelitian dalam kajian ini yang
dipublikasikan dalam dekade terakhir, karena pelatihan dukun ditolak oleh komunitas
internasional. Pemahaman mengenai pola penggunaan uterotonik tradisional untuk
mencegah PPH juga diperlukan. Paparan ke tanaman yang memiliki efek uterotonik akan
mengganggu atau menambah efek pemberian uterotonik farmasi. Penelitian mengenai
penggunaan obat tradisional, termasuk dosis dan penyiapan, akan penting di negara –
negara Sub Sahara Afrika yang memiliki angka kematian akibat PPH sangat tinggi.
Dengan informasi mengenai uterotonik yangs aat ini lebih spesifik, investigasi dengan
autopsy verbal kasus kematian ibu akibat rupture uteri dan kematian janin akan lebih
melengkapi data. Penelitian masih diperlukan di daerah lain dimana penggunaan obat
tradisional meluas dan akses ke petugas kesehatan rendah, seperti di Asia Tenggara.
Dalam keadaan dimana preparat tradisional lebih sering digunakan untuk induksi atau
augmentasi dan memiliki efek uterotonik, mungkin akan muncul efek samping seperti
rupture uteri dan asfiksia. Program kesehatan ibu dan janin mungkin dibutuhkan untuk
mengembangkan pendidikan kesehatan yang sesuai dan pesan perubahan perilaku untuk
mencegah penggunaannya. Karena induksi dan augmentasi persalinan adalah indikasi
paling sering dalam penggunaan obat tradisional, tampaknya sangat jelas bahwa modifikasi
perilaku (meminta untuk menggunakan obat tradisional setelah bayi dilahirkan) sangat
dibutuhkan. Pelatihan petugas akan diperlukan untuk memastikan bahwa petugas
kesehatan sadar akan penggunaan uterotonika herbal dan menggali informasi
penggunaannya dari setiap pasien untuk menentukan keputusan klinis.