Anda di halaman 1dari 94

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL ISLAMI DALAM

KITAB KOMIK SUFI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi


Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi penyiaran Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Rosma Aliah
NIM : 1110051000166

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Dzat Maha

Sempurna yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya,

dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi

Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarganya.

Penulis menyadari bahwa tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini

tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena bimbingan, nasihat dan motivasi dari

semua pihak yang diberikan kepada penulis.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah

satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1)

pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Kedua orang tua saya, Bapak Drs Mahzumi dan Ibu Siti Zainah, yang

tidak pernah lelah dan penuh kesabaran dalam mendidik anak-anaknya,

terimakasih untuk kasih sayang, do’a, serta nasihat-nasihatnya. Adik saya

Abdul Basit terimakasih untuk semangat dan keceriaannya setiap hari.

ii
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA. Bapak Suparto

Ph.D, M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. Jumroni,

M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Dr.

Sunandar Ibnu Noer, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

dan Kerjasama.

3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, MA, dan Sekertaris

Jurusan KPI Ibu Fita Fathurokhmah, M. Si yang membantu penulis dalam

menjalankan proses birokrasi yang ada, serta Bapak Fatoni yang telah

banyak membantu penulis dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian

skripsi ini.

4. Ibu Ade Rina Farida, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

meluangkan waktu, membimbing penulis dalam membuat skripsi yang

baik dan benar.

5. Ibu Jundah Sulaiman selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan kepada penulis terima kasih.

6. Seluruh Dosen dan Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan

pengalaman berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

iii
7. Seluruh staff Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

Perpusatakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis dalam mencari bahan referensi penelitian ini.

8. Terimakasih untuk Bapak Bayu Priyambodo (Ibod), selaku Narasumber

Kitab Komik Sufi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan

data-data untuk melengkapi skripsi ini.

9. Keluarga kosan kuning ka Tita, Nisa, Ima, Friska, ka Arum, ka Ifta, ka

Dini, ka Mahe, ka Isoh, ka Erika, ka Sri dan segenap seluruh anak kosan

yang tidak dapat saya sebutkan satu pesatu, terimakasih buat semangat

yang sudah kalian tularkan kepada saya dan masukan-masukan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak Wahyu, Ibu Kurniasih, Ka Yunia Azani Munggaran, Ka Yudhitya

Witasari dan Fajar Yugaswara terimakasih untuk do’a, motivasi dan

keceriaan yang diberikan kepada penulis.

11. Teman-teman SMA Dian Heryani, Intan Noor Habibah, dan Fathiatul

Jannah, Terimakasih Teman-teman.

12. Sahabat-sahabat setia Rika Fitrianti, Endah Purnamasari, Alvionita

Jayussarah, dan Isye Naysila Zulmi. Terimakasih Buat keceriaan selama 4

(empat) tahun ini.

13. Teman-teman dari KKN MESTAKUNG 2013.

14. Para senior Fahdi Fahlevi, Iis Rachmania, Ajeng Retno. Serta adik-adik junior

Rifka Oktavia, Fatma Hidayani, Wulantari, Putri Aulia Nurbani, yang selalu

memberikan dukungan dan semangat.

iv
15. Teman-teman dari LSO VOC, dan LSO SKETSA buat

pengalamanpengalaman berharganya selama bergabung dengan kalian.

16. Seluruh teman-teman KPI angkatan 2010, atas do’a dan semangatnya.

Terimakasih.

Untuk semua pihak yang telah membantu baik secara langsung ataupun

tidak langsung, terimakasih. Semoga Allah SWT bisa membalas kebaikan jasa

kalian semua. Penulis memohon maaf apabila tanpa sengaja melakukan kesalahan

dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi para

pembaca. Amiiin Yaa Robbal Aalamiin.

Wassalam

Jakarta, 10 September 2014

Penulis

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii

DAFTAR TABEL............................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 5

D. Metodelogi Penelitian .............................................................. 6

E. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 7

F. Teknik Analisis Data ............................................................... 7

G. Tinjauan Pustaka...................................................................... 9

H. Sistematika Penulisan .............................................................. 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Semiotika ................................................................................. 12

1. Pengertian Semiotika ......................................................... 12

2. Semiotika Charles Sanders Pierce...................................... 14

a.Ikon ................................................................................. 16

b.Indeks.............................................................................. 16

c.Simbol ............................................................................. 18

vi
B. Pesan Moral Islami .................................................................. 19

1. Konsep Pesan ..................................................................... 19

2. Pengertian Moral................................................................ 21

C. Sejarah Sufi............................................................................. 24

D. Tinjauan Tentang Komik........................................................ 25

1. Pengertian Komik............................................................ 25

2. Perkembangan Komik..................................................... 30

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Kitab Komik Sufi..................................................................... 35

B. Profil Tokoh Komik................................................................. 36

C. Profil Pengarang Komik........................................................... 39

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Semiotika Panel Kitab Komik Sufi (edisi ke-1) ........ 41

B. Pesan Moral Islami dalam Kitab Komik Sufi .......................... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 76

B. Saran ........................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Semiotika Peircean ...................................................................... 8

Gambar 2.1 Semiotika Peircean ...................................................................... 14

Gambar 3.1 Tokoh Komik Syaikh Sufi........................................................... 37

Gambar 3.2 Tokoh Komik Murid.................................................................... 37

Gambar 3.3 Tokoh Komik Darwis .................................................................. 38

Gambar 3.4 Tokoh Komik Setan..................................................................... 38

Gambar 3.5 Tokoh Komik Hawa Nafsu.......................................................... 39

Gambar 4.1 Seseorang yang Kurang Mensyukuri Nikmat Allah.................... 42

Gambar 4.2 Laki-laki Misterius yang Tiba-tiba Muncul di Hadapan Para

Rombongan.................................................................................. 47

Gambar 4.3 Ayah Menasihati Anaknya yang mencari-cari Kesalahan Orang

Lain.............................................................................................. 53

Gambar 4.4 Perbandingan Perlakuan Syaikh Sufi Terhadap Dua Orang yang

Menemuinya ................................................................................ 59

Gambar 4.5 Seorang Penjaga Kebun yang Jujur............................................. 67

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Semiotika Peircean…………………………………………….. 8

Tabel 2.1 Semiotika Peircean…………………………………………….. 15

Tabel 4.1 Seseorang yang Kurang Mensyukuri Nikmat Allah…………… 42

Tabel 4.2 Laki-laki Misterius yang Tiba-tiba Muncul di Hadapan Para

Rombongan……………………………………………………. 47

Tabel 4.3 Ayah Menasihati Anaknya yang Mencari-cari Kesalahan

Orang Lain……………………………………………………… 53

Tabel 4.4 Perbandingan Perlakuan Syaikh Sufi Terhadap Dua Orang yang

Menemuinnya…………………………………………………… 59

Tabel 4.5 Seorang Penjaga Kebun yang Jujur……………………………. 67

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya komik merupakan suatu wacana yang sarat dengan

tanda-tanda simbol dari beberapa bagian yang saling berhubungan. Hubungan-

hubungan tersebut membentuk suatu cerita dan secara berkesinambungan

diteruskan sendiri oleh pembacanya. Didalam komik terdapat gambar-gambar

dan teks yang menentukan arah permasalahan yang sedang terjadi di dalam

masyarakat berupa gejala-gejala sosial. Dengan kata lain gambar-gambar dan

teks tersebut, keduanya mempunyai ikatan yang salaing melengkapi di dalam

prosesnya sehingga membentuk suatu jalinan makna.

Menurut Atmakusumah “Komik merupakan suatu bentuk seni popular

yang hidup dalam masyarakat dan menjadi bacaan merata diseluruh dunia.

Penggemar komik terdiri dari berbagai kalangan tanpa membedakan usia,

gender, dan profesi.”1

Komik juga dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang

mempunyai kemampuan dapat menyesuaikan diri, sehingga dapat digunakan

untuk berbagai macam tujuan, selain sebagai bahan bacaan yang sifatnya

menghibur komik dapat berperan sebagai alat propaganda, pendidikan dan

pengajaran seperti yang ada di Jepang, misalnya komik yang disebut manga

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran dikalangan umum dan

pendidikan disekolah.

1
Atmakusumah, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta, Cipta Adi Pustaka) h.55

1
2

Menurut Boneff “Berdasarkan Jenisnya, komik dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu komik strips dan komik books. Komik strip atau strip

merupakan komik bersambung yang dimuat pada surat kabar. Adapun komik

books adalah kumpulan cerita bergambar yang terdiri dari satu atau lebih judul

dan tema cerita, yang di Indonesia disebut komik ata buku komik.”2

Komik kini telah berkembang sebagai media dalam mengkonstruksi

wacana atau opini publik yang dapat menggambarkan bagaimana kehidupan

masyarakat. Para komikus (sebutan bagi para pembuat komik), bisa

mengembangkan berbagai kritik dan penyampaian informasi. Masyarakat pun

dapat menerima tanpa harus berbelit-belit dengan teori. Komik yang biasa

dikemas dengan nuansa humor, dan dengan berbagai macam gambar lebih

mudah diterima. Walaupun banyak media bermunculan untuk

mengungkapkan kritik dan informasi, namun daya tarik komik tidak kalah

dengan media-media lain.

Paket yang simpel dan dengan gambar-gambar yang diselipkan dalam

komik tidak hanya orang dewasa saja yang dapat menikmati membaca komik,

namun anak-anak juga bisa belajar melihat bagaimana perkembangan, kritik-

krtik sosial, serta informasi yang terjadi pada saat itu. Anak-anak bukanlah

tipe golongan yang dengan mudah menyerap dan mengerti suatu informasi

hanya melalui teks berita dan media televisi audio visual yang selalu di lebih-

lebihkan. Dengan komik mereka bisa dengan mudah memahami apa saja yang

2
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 137
3

sedang marak terjadi, tanpa merasa sulit dalam mengartikannya. Apalagi para

komikus sekarang ini bisa mengangkat tema yang terjadi dikalangan dewasa

maupun anak-anak. Cerita-cerita dalam komik pun berbeda-beda, di bagi

melalui gender dan tingkat usia. Selain di bedakan gender dan tingkatan usia,

komik juga memiliki jenis-jenis dalam isi dari cerita.

Ada jenis percintaan, horor (hantu), kebiasaan sehari-hari atau

kehidupan sehari-hari, humor, hasil catatan pribadi dan tentu saja karangan

fiksi atau cerita yang dikarang oleh pengarang tersebut. Sebenarnya komik

hampir sama dengan novel dalam pembuatan jalan cerita, hanya saja komik

bercerita tidak melalui tulisan saja tetapi komik bercerita melalui gambar juga.

Sebuah pesan yang tersusun rapi dan tertib akan menciptakan suatu

suasana yang baik, membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian pesan

yang jelas, sehingga memudahkan pengertian, mempertegas gagasan pokok,

dan menunjukkan pokok-pokok pikiran secara logis. Seperti Kitab Komik Sufi

yang akan diteliti, mengandung pesan baik yang yang ingin disampaikan

seniman pembuatnya. Komik karangan Ibod ini mampu menceritakan kisah

tradisi sufi yang telah terjadi pada masa lalu dengan gambaran kartu-kartun

yang lucu dan teks yang memudahkan pembaca untuk memahami komik

dengan bahasa jelas dan tegas.

Kitab komik sufi merupakan komik yang menceritakan tentang

kumpulan kisah dalam tradisi sufi. Beberapa diantaranya bersumber dari kitab

sufi klasik seperti Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali dan Tadzkirat Al-Auliya
4

karya Fariduddin Atthar dan lainnya merupakan hikayat dari mulut ke mulut.

Kitab sufi ini berbeda dari buku-buku sufi lain, karena buku ini

penceritaannya menggunakan gambar walaupun demikian, hal tersebut tidak

mengurangi nilai moral yang terkandung dalam setiap kisah.

Penelitian media kitab komik sufi karangan Bayu Priyambodo

merupakan kajian penelitian yang menarik untuk diteliti, di samping masih

jarang penelitian lain yang mengangkat tentang semiotik komik islam juga

kitab komik sufi ini berbeda dari buku-buku sufi lainnya, karena buku ini

penceritaannya menggunakan gambar walaupun demikian, hal tersebut tidak

mengurangi nilai moral yang terkandung dalam setiap kisah.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud

menyusun skripsi dengan judul “Analisis Semiotik Pesan Moral Islami

dalam Kitab Komik Sufi Karya Ibod”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis di atas,

maka peneliti membatasi penelitian dengan menemukan tanda-tanda yang

mewakili setiap bagian pembahasan dalam komik yang sesuai dengan judul

skripsi ini:

1. Representamen apa saja yang terdapat dalam Kitab Komik Sufi?

2. Object apa saja yang terdapat dalam Kita Komik Sufi?

3. Interpretant apa saja yang terdapat dalam Kitab Komik Sufi?


5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran dan permasalahan diatas, tujuan dari

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan memahami Representamen dalam Kitab

Komik Sufi.

b. Untuk mengetahui dan memahami Object dalam Kitab Komik

Sufi.

c. Untuk mengetahui dan memahami Interpretan dalam Kitab Komik

Sufi.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis semoga dapat menambah

wawasan keilmuan.

a. Segi Akademis

penelitian ini diharapkan mampu memberikan khasanah keilmuan,

utamanya di bidang penelitian Ilmu Dakwah, secara khusus di bidang

kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian ini diharapkan

menambah wacana bagi peneliti yang lain. Seperti media komik dapat

dilakukan sebagai penyampaian pesan dakwah.

b. Segi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan bagi

penelitian yang serupa. Dapat menambah ilmu dan dapat memaparkan

bagaimana sebuah komik tidak hanya sebagai buku hiburan

bergambar, tetapi bisa menjadi sarana bagi sebagian orang dalam


6

mengekspresikan permasalahan-permasalahan secara simple tetapi

tetap lugas dan mudah dimengerti.

D. Metedologi Penelitian

1. Metode Peneleitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

yang bersifat kualitatif deskriptif yang membuat deskripsi secara

sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau objek tertentu.3 Dalam penelitian ini menggunakan paradigma kritis

yang berupaya untuk menggabungkan teori dan tindakan.

Untuk ketajaman analisa, maka metode semiotika akan sangat

membantu. Metode semiotika yang peneliti lakukan memakai metode

semiotika model Marcel Danesi untuk melihat (representamen, object dan

interpretan) pada kitab komik sufi karya Bayu Priyambodo.

2. Subjek dan Objek Penelitian

 Objek Penelitian

Dalam masalah ini objek penelitian adalah Kitab Komik Sufi

 Subjek Penelitian

Sesuai dengan apa yang menjadi topiknya maka subjek penelitian

penulis adalah potongan gambar untuk menemukan tanda-tanda yang

mewakili setiap bagian pembahaan dalam komik sesuai dengan judul

penelitian.

3
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi Edisi 1 (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), Cet-2, h. 69.
7

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis

menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi atau Pengamatan yaitu metode pertama yang digunakan

dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis. Penulis membaca dan memahami isi pesan dan

makna dari konteks produksi teks, konsumsi teks yang mempengaruhi

pembuatan teks dalam kitab komik sufi.

b. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini,

internet dan lain sebagainya.

F. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui dan menganalisis makna pesan moral islami dalam

objek melalui simbol-simbol yang ada di dalamnya (komik), maka dalam

penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan metode analisis

semiotika. Semiotika berasal dari bahasa Yunani semion yang berarti “tanda”.

Tanda itu sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi

sosial yang terbangun sebelumnya, dapat diartikan sebagai sesuatu yang lain.

Charles Sanders Pierce mengartikan semiotika sebagai makna tanda-tanda

dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotic.

Diantaranya: representamen (ikon, indeks, dan simbol), objek, dan

interpretan.4

4
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 38-39.
8

Representamen

Objek (Y) Interpretan (X=Y)

Gambar 1.1 Semiotika Peircean

Sumber: Marcel Danesi (2010)

Jenis Tanda Hubungan Antara Tanda dan Contoh

(Representamen ) Sumber Acuannya

Ikon Tanda dirancang untuk Segala macam gambar


mempresentasikan sumber (bagan, diagram, dan
acuan melalui simulasi atau lain-lain), photo, kata-
persamaan (artinya, sumber kata onomatopoeia, dan
acuan dapat dilihat, didengar, seterusnya.
dan seterusnya, dalam ikon).

Indeks Tanda dirancang untuk Jari yang menunjuk,


mengindikasikan sumber acuan kata keterangan seperti
atau saling menghubungkan di sini, di sana, kata
sumber acuan. ganti seperti aku, kau,
ia, dan seterusnya.
Simbol Tanda dirancang untuk Simbol sosial seperti
menyandingkan sumber acuan mawar, simbol
melalui kesepakatan atau matematika, dan
persetujuan. seterusnya.

Tabel 1.1 (Tabel Semiotika Peircean)


Sumber: Marcel Danesi (2010)
9

G. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan langsung di perpustakaan utama UIN Syarif

Hidayatullah maupun di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi, peneliti telah menemukan beberapa penelitian sebelumnya yang

membahas tentang Analisis Semiotika, diantaranya :

1. Analisis Semiotik Kepemimpinan Islam Komik Strip si Bujang. Yang

diteliti oleh, Novita Intan Sari. Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam, tahun 2013. Dalam skripsi ini menganalisa Analisis Semiotik

Komik Strip si Bujang.

2. Analisis pesan akhlak dalam komik ESQ for kids akulah sang pemenang.

Yang diteliti oleh, Alvionita Jayussarah. Mahasiswa jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam, tahun 2010. Dalam skripsi ini menganalisa Analisis

Semiotik dalam komik esq for kids akulah sang pemenang.

3. Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun Benny

& Mice Episode Talk About Hape. Yang diteliti oleh, Nurma Wazibali.

Mahasiswa jurusan konsentrasi Jurnalistik, tahun 2011. Dalam skripsi ini

menganalisa Semiotik Komik Kartun Benny & Mice edisi Handphone.

Dengan begitu maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada

mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika Pesan Moral Islami

Dalam Kitab Komik Sufi .


10

H. Sistematika Penulisan

Skripsi dalam penelitian ini ditulis dengan menggunakan panduan buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi), karya Hamid

Nasuhi, dkk., yang diterbitkan oleh CeQDA, 2007. Oleh karena itu sistematika

penulisannya adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,

Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

a. Terdiri dari Tinjauan Umum Semiotik: Pengertian Umum

Semiotik, Tanda Dalam Semiotik, Model-Model Dalam

Semiotik, Model Semiotik Charles Sanders Peirce

b. Pengertian pesan moral islami,

c. Sejarah singkat sufi

d. Pengertian Komik, Pengertian Kartun, Komikus, kartunis dan

Karikaturis.

BAB III PROFIL PENULIS KOMIK (KITAB KOMIK SUFI)

Membahas Profil Kitab Komik Sufi, Profil Penulis Komik Bayu

Priyambodo (Ibod), Sejarah Pendidikan dan Latar Belakang

penulis, Karya-karya Bayu Priyambodo (Ibod).


11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang temuan penelitian yang mencakup

analisis semiotika panel komik, dan analisis semiotika pesan

moral islami di dalam komik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian, dan

saran dari peneliti atas permasalahan yang diteliti.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. SEMIOTIKA

1. Pengertian Semiotika

Manusia hidup dalam dunia tanda. Berbagai tanda, disengaja atau

tidak, tersusun untuk memberi suatu makna. Tanda-tanda tersebut dapat

berupa gerakan, warna, simbol, lisan, tulisan, dan lain sebagainya. Dalam

berkomunikasi, manusia pun saling melakukan pertukaran tanda melalui

bahasa.

Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi

(Littlejohn, 1996: 64).1 Melalui tanda-tanda tersebut, banyak hal yang

dapat dikomunikasikan kepada komunikan. Oleh karena itu, pakar swiss

bernama ferdinand de saussure dan filsuf Amerika Serikat Chrales

Sanderss Peirce mengusulkan disiplin ilmu untuk mempelajari tanda-

tanda.2 Disiplin ilmu ini awalnya disebut semiologi, dan kemudian disebut

semiotika.

Istilah semiologi dan semiotika sebenarnya mengandung

pengertian yang sama. Semiologi atau semiotika adalah suatu ilmu atau

metode analisis untuk mengkaji tanda. Perbedaan di antara kedua istilah

tersebut hanya pada di mana orientasi penggunaan istilah tersebut. Istilah

semiologi biasanya digunakan oleh mereka yang berorientasi pada

Ferdinand de Saussure (tradisi Eropa), sedangkan istilah semiotika


1
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), h.15
2
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),
h.33

12
13

cenderung digunakan oleh mereka yang berorientasi pada Charles Sanders

Peirce (tradisi Amerika).

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani

“semeion” yang berarti “tanda”. Sedangkan secara terminologis, semiotik

dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek.

Sebenarnya, istilah semeiotics (dilafalkan demikian) diperkenalan

oleh Hippocrates (460-377 SM), penemu ilmu medis Barat, seperti ilmu

gejala-gejala.3 Jadi istilah semiotika awalnya bermakna diagnosis media.

Saat itu, Plato tidak setuju dengan kajian bahwa terdapat hubungan antara

simbol manusia dengan kenyataan. Plato menyatakan bahwa bentuk

manusiawi dari sesuatu tidak merepresentasikan kenyataan secara

langsung, melainkan idealisasi mental dari kenyataan tersebut. Misalnya

saja bentuk atau figur lingkaran. Menurut Plato, bentuk lingkaran tidak

hadir secara nyata di depan mata manusia, melainkan hasil konstruksi

fikiran manusia. Pada saat para ahli geometri mendefinisikan lingkaran

sebagai kumpulan titik dengan jarak yang sama dari satu titik pusat,

mereka merujuk pada bentuk yang terlintas dalam fikiran mereka. Mereka

tidak merujuk pada bentuk nyata. Namun kemudian, ketika manusia

menemukan benda-benda yang menyerupai definisi tersebut, maka

manusia pun menyebutnya “lingkaran” sebenernya tidak berasal dari

kenyataan itu secara langsung. Namun kemudian, murid Plato, Aristoteles

(384-322 SM) mempelajari kajian ini lebih dalam. Aristoteles menyatakan

3
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan
Teori Komunikasi, (Yogyakarta:Jalasutra, 2012), h.6
14

bahwa kata-kata memang merujuk pada benda-benda nyata, sehingga

memang merujuk ke dalam kategori-kategori di dunia nyata.4

2. Semiotika Charles Sanders Pierce

Charles Sanders Peirce, adalah salah seorang fisuf Amerika yang paling

orisinal dan multidimensional. Beliau terkenal karena teori tandanya,

sebagaimana dipaparkan Lechte (2001:227), seringkali mengulang-ulang bahwa

secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Berdasarkan

objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol
5
(simbol). Pembagian atas tiga tanda tersebut masuk kedalam repsesentamen

dimana sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa

hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretant dari

tanda yang pertama pada gilirannya mengacu kepada object. Jelaslah bahwa,

sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik langsung dengan

interpretant dan objeknya.5

Interpretant Representamen Object

Representamen (X)

Objek (Y) Interpretan (X=Y)

Gambar 2.1 Semiotika Peircean

Sumber: Marcel Danesi (2010)

4
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan
Teori Komunikasi, (Yogyakarta:Jalasutra, 2012), h.9
5
Kris Budiman, Semiotika Visual Konsep, Isu dan Problem Ikonisitas (Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h. 17.
15

Skema di atas ini menghasilkan rangkaian hubungan yang tak

berkesudahan, maka gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen,

menjadi interpretan kembali, menjadi representamen kembali dan seterusnya.

Gerakan yang tak berujung-pangkal ini sebagai proses semiosis tanpa batas.

Dalam teorinya, Peirce lazimnya menggunakan tanda-tanda dalam gambar dapat

dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotika, di antaranya: Ikon,

Indeks, dan Simbol.

Jenis Tanda Hubungan antar Tanda dan


Contoh
(Representamen) Sumber Acuannya
Ikon Tanda dirancang untuk Segala macam
merepresentasikan sumber gambar (bagian,
acuan melalui simulasi atau diagram, dan lain-
persamaan (artinya, sumber lain), photo, kata-
acuan dapat dilihat, didengar, kata onomatopoeia,
dan seterusnya, dalam ikon). dan seterusnya.
Indeks Tanda dirancang untuk Jari yang menunjuk,
mengindikasikan sumber kata keterangan
acuan atau saling seperti, di sini, sana,
menghubungkan sumber kata ganti seperti
acuan. aku,kau, ia, dan
seterusnya.
Simbol Tanda dirancang untuk Simbol sosial seperti
menyandikan sumber acuan mawar, simbol
melalui kesepakatan atau matematika, dan
persetujuan. seterusnya.

Tabel 2.1 (Semiotika Peircean)


Sumber: Marcel Danesi (2012)
16

a. Ikon

Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya

bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah

hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon

adalah tanda yang mirip dengan referennya dengan cara tertentu. Lukisan

potret seseorang adalah ikon visual yang menunjukkan wajah orang yang

sebenarnya dari perspektif seorang seniman.6

Ikonisitas juga jelas tampak pada tahap perkembangan masa

kanak-kanan. Literatur ilmiah yang relevan sangat menekankan fakta

bahwa semua anak melalui tahap awal gestikulasi dan imitasi bunyi vokal

sebelum mereka dapat menggunakan bahasa secara penuh. Selain itu

ikonisitas juga muncul dalam kecenderungan anak-anak membuat corat

coret dan gambar elemental pada saat yang bersamaan dengan pengucapan

kata-kata pertama mereka.7 Ternyata ikonisitas tidak hanya muncul di

dalam dunia orang dewasa saja untuk menggambarkan berbagai macam

tanda kedalam persepsi manusia.

b. Indeks

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah

antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat,

atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Dengan kata lain

indeks adalah ikon yang menggantikan atau menunjuk ke sesuatu dalam

6
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),
h.47-48.
7
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan
Teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 35-36
17

hubungannya dengan sesuatu yang lain. Indeks hanya

mengidentifikasikannya atau menunjukkan dimana mereka berada.8

Indeksikalitas terwujud dalam segala macam perilaku representatif.

Manifestasinya yang paling khas dapat dilihat pada jari yang menunjuk,

yang oleh orang diseluruh dunia digunakan secara naluriah untuk

menunjukkan dan mencari sesuatu, orang, dan peristiwa di dunia. Banyak

kata telah dirancang pula sebagai indeks – misalnya, di sini, di sana, atas,

bawah, memungkinkan penutur bahasa inggris untuk mengacu pada lokasi

relatif sebuah benda saat membicarakan benda itu. Ada tiga jenis dasar

indeks, di antaranya:

1) Indeks ini mengacu pada lokasi spasial (ruang) sebuah benda,

makhluk dan peristiwa dalam hubungannya dengan penggunaan

tanda.

2) Indeks ini saling menghubungkan benda-benda dari segi waktu.

3) Indeks ini saling menghubungkan pihak-pihak yang ambil bagian

dalam sebuah situasi.

Indeks adalah tanda yang memiliki keterikatan fenomenal atau

eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks,

hubungan antara tanda dan objeknya bersifat konkret, aktual, dan biasanya

melalui suatu cara sekuensial dan kausal. Indeks merupakan tanda yang

8
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan
Teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 48.
18

memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya, atau

disebut juga sebagai tanda bukti.9

Indeksikalitas membuktikan bahwa kesadaran manusia bukan

hanya memperhatikan pola warna, bentuk, dan lain-lain dan menghasilkan

tanda ikonis, tetapi juga memperhatikan pola berulang dalam hubungan

serta sebab-akibat yang tidak pasti dalam waktu dan ruang. Dalam hal ini

Peirce mengacu pada objek tanda sebagai “agen ulang”, karena objek ini

berupa reaksi terhadap sebuah agen yang memungkinkan kita untuk

menyimpulkan keberadaannya, hubungannya dengan objek-objek lain, dan

seterusnya.10

c. Simbol

Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara

penanda dengan petandanya. Simbol mewakili acuannya dalam cara yang

konvensional. Kata-kata pada umumnya merupakan simbol. tetapi

penanda manapun – sebuah objek, suara, sosok, dan seterusnya – dapat

bersifat simbolik. Simbol adalah tanda yang representamennya merujuk

kepada objek tertentu tanpa motivasi; simbol terbentuk melalui konvensi-

konvensi atau kaidah-kaidah, tanpa adanya kaitan langsung di antara

representamen dan objeknya.11 Simbolisme ada dimana-mana, tiap negara

memiliki simbol nasional baik yang resmi maupun tidak. Bendera atau

9
Kris Budiman, Semiotika Visual Konsep Isu dan Problem Ikonisitas (Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h. 20.
10
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan
Teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 37.
11
Ibid h. 22.
19

lagu kebangsaan melambangkan sebuah negara. Tanda bentuk V yang

tercipta dari jari telunjuk dan tengah dapat mewakili “perdamaian”.

B. Pesan Moral Islami

1. Konsep Pesan

Pesan diartikan gagasan atau ide yang disampaikan komunikator

kepada komunikan untuk tujuan tertentu.12 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia “pesan diartikan sebagai perintah, nasihat, permintaan, amanat

yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain”.13

Dalam arti lain dinyatakan pesan adalah suatu pilihan simbol-

simbol teratur yang dimaksudkan untuk mengomunikasikan informasi.

Dalam buku teori komunikasi B. Aubrey Fisher memberikan pengertian

tentang konsep pesan “Sebagai syarat yang disampaikan, pesan

dipandang sebagai bentuk dan lokasi pikiran, verbalisasi dan seterusnya

dalam diri individu. Sebagai bentuk struktural, pesan sebagai proses

penyandian stimuli verbal, fisik, dan vokal sehingga pesan sebagai

bentuk yang berstruktur”.14

H. A. W. Widjaja menjelaskan bentuk pesan yang bersifat

informatif, persuasif, dan koersif.

a. Informatif berarti memberikan keterangan-keterangan dan kemudian

komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.

12
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 25.
13
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 761.
14
Fisher, B. Aubrey Trimo, Soejono (Penerj). Teori-teori Komunikasi (Bandung: CV,
Remadja Karya, 1978), h. 4.
20

b. Persuasif atau bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan

kesadaran seseorang bahwa apa yang disampaikan akan memberikan

rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan.

c. Koersif, memaksa dengan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal

dengan penyampaian secara ini adalah agitasi dengan penekanan-

penekanan yang menimbulkan tekanan batin atau ketakutan di antara

sesamanya dan kalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintah,

intruksi, dan sebagainya.15

Dalam hal bentuk pesan yang terdapat di atas, maka peneliti

berpendapat bahwa komik merupakan suatu media komunikasi yang

bersifat memberikan informasi sekaligus bujukan yang memberikan

kesadaran bagi pembacanya melalui pesan-pesan yang ada dalam komik

tersebut.

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh

komunikator. Pesan mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi

pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku

komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi,

namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan

akhir komunikasi itu. 16

Adapun bentuk pesan adalah:

1) Pesan verbal adalah pesan menggunakan simbol-simbol verbal.

15
H. A. W. Widjaja. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bina
Aksara), h. 14-15.
16
Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta, Rineke Cipta, 1998), h. 32.
21

2) Pesan non-verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.17

Melalui berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas,

peneliti menyimpulkan bahwa komik merupakan media komunikasi

penyampaian pesan yang memberikan informasi sekaligus bujukan yang

memberikan kesadaran bagi pembacanya melalui pesan-pesan yang

terdapat pada komik tersebut.

2. Pengertian Moral

Secara umum moral mengarah pada pengertian (ajaran tentang)

baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,

kewajiban dan sebagainya: akhlak, budi pekerti, dan susila. 18

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, moral adalah penentuan baik-

buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.19 Kata moral dari segi bahasa

berasal dari bahasa Latin yaitu mores jamak dari kata mos yang berarti

adat kebiasaan. Secara etimologi moral adalah istilah yang digunakan

untuk menentukan batas dari sifat, perangai, kehendak pendapat, atau

perbuatan secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.20

Moral merupakan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khutbah-

khutbah, patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan lisan atau

tertulis tentang bagaimana harus hidup dan bertindak agar menjadi

17
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung, Remaja
Rosdakarya,2007), h. 343.
18
H. A. W. Widaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta:
Rajawali Pers, 2003), cet. ke-5, h. 94.
19
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1991), cet. ke XXI, h. 278.
20
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Press, 2003), cet. ke-5, h. 94.
22

manusia baik. Sumber dasar ajaran-ajaran moral adalah tradisi, adat

istiadat, ajaran agama dan ideologi-ideologi tertentu.21

Ajaran Moral memuat tentang nilai dan norma yang terdapat di

antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan

manusia. Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup

supaya menjadi baik sebagaimana manusia. 22

Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yaitu segi

batiniah dan lahiriah. Artinya orang yang baik, akan memiliki sikap batin

dan perbuatan yang baik. 23

Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa moral adalah

kesusilaan atau kebiasaan yang dapat mencakup:

a. Seluruh kaidah kebiasaan dan kesusilaan yang berlaku pada suatu

kelompok tertentu.

b. Ajaran kesusilaan yang dipelajari secara sistematis di dalam etika,

falsafah moral dan teknologi moral.

Menurut Zakiah Darajat, “moral adalah kelakuan sesuai dengan

ukuran (nila-nilai) masyarakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan

dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan

tersebut. Ajaran moral membuat pandangan tentang nilai dan norma yang

terdapat di antara sekelompok manusia.”24 Norma moral adalah tentang

21
Sudirman Tebba, Etika dan Tasawuf Jawa (Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), h. 11-12.
22
Yadi Purwanto, Etika Profesi (Bandung: PT. Repika Aditama), 2007, h. 45.
23
Purwahadi Wardoyo, Moral dan Masalahnya (Jogjakarta: kanisius, 1990), cet. ke-9,
h.13.
24
Zakiyah Darajat, Peranan Agama Islam Dalam Kesehatan Mental (Jakarta: Haji
Masagung, 1993), h. 63.
23

bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia.

Adapun kategori berdasarkan pesan moral ada tiga macam:

a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan

b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Menjadi sub: ambisi

harga diri, takut dan lain-lain.

c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan

sosial termasuk hubungan dengan alam.25

Ketiga kategori inilah yang kemudian menjadi landasan peneliti

dalam menentukan bentuk-bentuk pesan moral yang terdapat dalam buku

Kitab Komik Sufi.

Pengertian pesan dan moral di atas dapat disimpulkan bahwa pesan

moral islami merupakan pesan yang isinya mengandung muatan moral

atau nilai-nilai kebaikan itu terhadap Tuhan, diri sendiri, maupun

hubungan sosial. Jadi moral Islam sendiri tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan beragama. Karena nilai-nilai yang tegas, pasti tetap tidak bisa

berubah karena keadaan. Tempat dan waktu adalah nilai-nilai yang

bersumber dari agama.

Nilai-nilai kebaikan tersebut bersumber dari akal manusia dan

budaya yang tumbuh dan dilestarikan dalam masyarakat. Namun, nilai

moral juga banyak diadopsi dari agama. Untuk ukuran baik dan buruk,

sejarah menunjukkan bahwa agamalah yang lebih berpengaruh, karena

bagi orang beragama apapun yang diperintahkan oleh agama ditangkap

25
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University),
1998, h. 323.
24

sebagai sesuatu yang pasti akan membawa kebaikan, bagi kehidupan

individu, maupun sosial. Kebaikan individu (diri sendiri) pun diyakini

bukan hanya membawa kebaikan dalam persoalan dunia juga untuk

kehidupan akhirat.

C. Sejarah Sufi

Arti tasauf dan asal katanya menjadi pertikaian ahli-ahli logat.

Setengahnya berkata bahwa perkataan itu diambil dari perkataan shifa, artinta

suci, bersih, ibarat kilat kaca. Kata setengahnya dari perkataan “shuf” artinya

bulu binatang, sebab orang-orang yang memasuki tasauf itu memakai baju

dari bulu binatang, karena benci mereka kepada pakaian-pakaian yang indah,

pakaian “orang dunia” ini.

Walaupun dari mana pengambilan perkataan itu, dari bahasa Arabkah atau

bahasa Yunani, namun dari asal-asal pengambilan itu sudah nyata bahwa

yang dimaksud dengan kaum tasauf, atau kaum “Shufi” itu ialah kaum yang

telah menyusun kumpulan menyisihkan diri dari orang banyak, dengan

maksud membersihkan hati.

Bila disebut orang nama kaum shufi itu, terutama di negeri kita ini,

teringatlah kita kepada tharikat sebagai tharikat Naqsyabandiyah, Syaziliyah,

Samaniyah dan tharikat Haji Paloppo di tanah Bugis. Bila kita pelajari

tharikat yang ada disini, kelihatannya mempunyai peraturan sendiri-sendiri,

maka pada asalnya tidaklah tasauf itu mempunyai peraturan tertentu yang

tidak boleh dirubah-rubah.


25

Tasauf adalah salah satu filsafat Islam, yang maksudnya bermula ialah

hendak zuhud dari pada dunia yang fana. Tetapi lantaran banyaknya

bercampur gaul dengan negeri dan bangsa lain, banyak sedikitnya masuk

jugalah pengajian agama dari bangsa lain itu ke dalamnya. Karna tasauf

bukanlah agama, melainkan suatu ikhtiar yang setengahnya dizinkan oleh

agama dan setengahnya pula dengan tidak sadar, telah tergelincir dari agama,

atau terasa enaknya pengajaran agama lain dan terikut dengan tidak diingat.26

D. Tinjauan Tentang Komik

1. Pengertian Komik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komik adalah cerita

bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau bentuk buku) yang umumnya

mudah dibaca dan lucu.27 Gambar yang memiliki cerita, dibuat dalam

panel-panel kotak dan kata-katanya terangkai dalam balon-balon teks.

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-

gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga

membentuk jalinan cerita. Biasanya komik dicetak di atas kertas dan

dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk,

mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, dan berbentuk buku

sendiri.

Scott McCloud, seorang cendikia komik yang menjabarkannya

menjadi imaji-imaji yang berderet berdampingan dalam sebuah urutan atau


26
Prof. Dr. Hamka, Tasauf Moderen (Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1981), h. 17-18
27
Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta:Balai Pustaka, 1999), cet ke-10, h.515
26

sekuen, dengan tujuan menyampaikan informasi serta menghasilkan

respon artistik bagi pembacanya.

Dikalangan para ahli pun masih belum sependapat mengenai

definisi komik. Akronim cerita bergambar, menurut Marcell Boneff

mengikuti istilah cerpen (cerita pendek) yang sudah lebih dulu digunakan,

dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat

tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis kata-nya. Ditambah, karena

sifatnya sebagai budaya populer akan serta merta mengikut sertakan

budaya dan keseharian dari asal negaranya membuat komik memiliki

kekayaan tersendiri, selain membuat kita dapat belajar budaya dan

keseharian bangsa lain. Misalkan kebiasaan membaca dari kanan ke kiri

bagi masyarakat jepang membuat komiknya memiliki ciri khas

tersendiri.28

Esvantdiari dalam bukunya yang berjudul Cara Mudah Mengedit

Komik dengan Photoshop, mengungkapkan beberapa istilah dalam dunia

komik yang harus dipahami oleh para komikus pemula. Diantaranya :

a. Outline: garis utama yang membentuk suatu objek, walaupun bukan

standar yang baku, outline yang memiliki tebal tipis akan terlihat lebih

dinamis dan hidup.

b. Panel: kotak tempat gambar diletakkan. Biasanya dalam suatu halaman

terdapat beberapa panel sekaligus. Umumnya bentuk panel adalah

28
Ershad Har, “Analisis Isi Karung Mutiara Al-Ghazali”, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah
Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007), h. 17
27

persegi empat, namun seringkali ditemukan berbagai macam variasi

panel.

c. Tone atau screentone: lembaran motif yang digunakan untuk mengisi

bidang kosong pada komik. Terbuat dari lembaran film khusus yang

salah satu sisinya dilapisi lem atau perekat

d. Toning: proses mengisi bidang kosong menggunakan tone.

e. Balon dialog: tempat meletakan dialog. Umumnya berbentuk bulat

atau lonjong. Untuk menyampaikan emosi tertentu, bentuknya dapat

lebih variatif lagi.

f. Foreground: gambar yang dilihat mata dahulu atau terletak di bagian

depan. Biasanya memilki outline yang lebih tebal dibandingkan latar

belakang.

g. Latar belakang atau background: gambar yang terletak di belakang

foreground biasanya memilki outline yang lebih tipis dibandingkan

foreground.29

Komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau

berbentuk buku yang umumnya mudah dibaca dan lucu). Gambar yang

memilki alur cerita dan dibingkai atau dibuat panel-panel kotak (ruang

yang terpisah) dan biasanya kata-kata dari kartun itu berada dalam

lingkaran balon teks. Komik juga bisa diartikan sebagai salah satu seni

yang didalamnya terdapat gambar-gambar tidak bergerak yang disusun

agar menjadi sebuah jalan cerita. Komik biasanya dicetak dalam sebuah

29
Esvandiari Sant, Cara Mudah Mengedit Komik dengan Photoshop. (Jakarta : PT Elex
Media Komputindo), h.3
28

kertas yang dilengkapi dengan teks. Penerbitan komik pun terbagi dalam

beberapa macam, seperti strip dalam koran, dimuat di majalah, hingga

berbentuk sebuah buku.

Tahun 1996, Will Eisner menuliskan dalam bukunya Graphic

Stroytelling bagaimana ia mendefinisikan komik sebagai “tatanan gambar

yang disertai balon kata yang tampil secara berurutan, dalam sebuah

komik”. Sedangkan dalam bukunya yang berjudul Comics and Sequential

Art tahun 1986, eisner mendefinisikan eknis serta struktur komik sebagai

sequential Art “susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan suatu

atau mendramatisir suatu ide”. Yang dimaksud berurutan secara sekuen

atau urutan adalah bagaimana dalam membaca komik kita akan membaca

alur cerita tersebut melalui panel-panel yang tersusun secara berurutan

agar dapat mengangkap informasi yang disampaikan. Dikalangan para ahli

pun sebenarnya belum ditemukan pendapat yang sama mengenai istilah

bagi sebutan komik. Mereka mendefinisikan komik sebagai sebuah cerita

yang bergambar (Cergam) yang mengikuti istilah cerpen (cerita pendek)

yang lebih dahulu dikenal.30 McCloud dalam bukunya Understanding

Comics (Memahami Komik) menegaskan kembali bahwa definisi komik

adalah gambar-gambar dan lambang-lambang lain yang terjuktaposisi

(bersebelahan, berdekatan) dalam urutan tertentu, bertujuan untuk

memberikan informasi dan mencapai tanggapan estesis dari pembaca. 31

30
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia (Jakarta, Balai
Pustaka, 1999) cet ke-10, h.515
31
Scout McCloud, Understanding Comics (Memahami Komik), (Jakarta : Kepustakaan
Populer Gramedia, 2001), h. 20
29

Komik merupakan sebuah media yang didasarkan oleh

penglihatan, serta adanya sebuah penggabungan dari gerak serta audio

yang terdengar sehngga dapat disimbolisasikan ke dalam sebuah visual.

Karena itulah kita mengenal lebih banyak kosa kata dalam komik yang

menterjemahkan apa yang biasanya tidak terlihat tersebut dalam

visualisasi. Seperti halnya garis gerak, balon kata, efek suara dan lain-lain.

Hal lain juga yang merupakan hal terpenting dalam sebuah komik adalah

apa yang disebut dengan “closure” yaitu sebuah harmoni antara apa yang

telihat dengan yang tak terlihat, serta dibantu dengan sebuah imajinasi

oleh pembaca sehingga membuat gambar yang diam seolah-olah menjadi

hidup. Ditambah lagi karena komik sifatnya adalah sebagai budaya yang

populer dari asal negaranya sehingga memilki kekayaan sendiri.

Kebiasaan seseorang dalam mepresepsikan komik dan kartun

adalah sama yaitu melihat bahwa kartun dan komik itu adalah sebuah hal

yang tidak berbeda. Padahal pada dasarnya keduanya memiliki arti yang

berbeda, kesamaannya hanyalah komik dan kartun berupa gambar. Komik

sebagaimana yang terlihat diuraikan ialah sebuah cerita yang bergambar.

Sedangkan kartun adalah gambar itu sendiri (tanpa harus memilki sebuah

cerita).

Kartun berasal dari bahasa Italia “cartone” yang artinya kertas.

Pada mulanya kartun sebagai penamaan bagi sketsa pada kertas alot (stout

paper) sebagai rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau dinding.

Pada saat ini kartun adalah gambar yang sifat serta tujuannya sebagai
30

humor satir. Jadi kartun tidak hanya merupakan pernyataan seni untuk

mengkritik.32

Komik adalah bagian dari kartun. Dalam artikel Noerhadi di dalam

artikelnya berjudul Kartun dan Karikatur sebagai Wahan Kritik Sosial

mendefinisikan kartun sebagai suatu bentuk tanggapan lucu dalam citra

visual (1989, 189).33

2. Perkembangan Komik

Sejarah komik moderen bermula di bagian barat. Pada mulanya

komik hanya disiarkan di harian-harian besar dengan gaya lukisan kartun

dimana ia mengandung unsur-unsur humor dan juga kritikan. Perkataan

komik yang berasal dari perkataan “comic” dalam bahasa Inggris yang

artinya ‘bersifat lucu’.

Namun kemudian, komik-komik berunsur aksi mulai diterbitkan.

Antara lain, Superman, Batman dan Captain America. Lalu komik mulai

berkembang ke Asia pada perang dunia ke-2. Jepang yang turut

terpengaruh dengan budaya ini telah berjaya mencipta manga yan

merupakan identitas gaya lukisan Jepang.

Seiring dengan berjalannya waktu, industri penerbitan semakin

berkembang komik pun mengikuti perkembangannya, dan mulai di cetak

dalam bentuk buku. Perjalanan komik mengalami pasang surut, ada suatu

masa di mana komik dianggap sebagai media pembodohan, hal tersebut

terjadi karena membaca komik seakan-akan tidak perlu berpikir.


32
I Dewa Putu Wijaya, Kartun Studi Tentang Permainan Bahasa (Yogyakarta:
PT.Ombak, 2004), cet ke-1, h.4
33
Ibid, h.6
31

Menurut Boneff, sejarah komik Indonesia dapat ditelusuri sampai

ke masa prasejarah. Bukti pertama terdapat pada monumen-monumen

keagamaan yang terbuat dari batu. Candi Borobudur seringkali di

bandingkan dengan buku batu yang disebut dengan katerdal Abad

Pertengahan. Borobudur mengandung sebelas seri bas-relief, yang

mencakup sekitar 1460 adegan. Di Prambanan, Ramayana digunakan

untuk mengajar umat. Para pemahat mengungkapkan lakon-lakon

pertempuran Rama melawan Rahwana ke dalam adegan-adegan yang

sangat hidup. Kemudian lebih dekat dengan masa kini, ada wayang beber

dan wayang kulit yang menampilkan tipe penceritaan dengan sarana

gambar yang dapat dianggap sebagai cikal bakal komik.

Tahun 1954, terjadi perubahan arah yang ganda. Komikus

Indonesia segera berkarya setelah melihat keberhasilan komik Amerika.

Mereka mencoba mentrasposisi cerita dengan meng-Indonesiakan tokoh-

tokoh pupular untuk disesuaikan dengan lingkungan. Contohnya Sri Asih

karya Kosasih adaptasi dari Superman.

Kehadiran komik banyak dikritik oleh para pendidik. Komik

dianggap bacaan yang tidak mendidik. Menanggapi kritikan itu maka

munculah komik jenis baru yang disebut dengan ‘komik wayang’ yang isi

ceritanya memuat tentang nilai-nilai luhur. Lahirnya Gatotktja dan Raden

Palasara karya Johnlo dan Mahabarata karya Kosasih. Masyarakat

menyambut hangat kehadiran komik wayang, sehingga para pendidik tidak

mempunyai alasan untuk mengkritik.


32

Tahun 1965 komik Indonesia mengalami pergeseran nilai. Cerita

tentang anak muda banyak bermunculan. Adegan yang berbau pornografi

memenuhi panel-panel komik. Maka pada 1967, hanya komik yang lulus

sensor yang boleh terbit.34 Kini komik di Indonesia lebih banyak komik

yang dibuat oleh Jepang. Kualitas gambar yang bagus dan alur cerita yang

menarik membuat Jepang bisa mendominasi komik-komik di dunia.

Namun, para kartunis Indonesia sekarang sudah bisa jeli dan bisa

menuangkan ide-ide cerita dengan tema yang lebih menarik. Dengan

komik juga mereka bisa bercerita tentang kejadian-kejadian yang sedang

terjadi dan juga bisa membuat kritik-kritik yang lebih bisa diterima dan

mudah dimengerti dengan gambar seperti komik.

Kartun biasanya digunakan sebagai wadah dalam kritik sosial

dalam berbagai media cetak, kartun juga sebagai sebuah selingan bagi para

pembaca media cetak yang disajikan dalam sebuah rubrik dan artikel.

Pembaca dibawa kedalam situasi yang santai dan menghibur, walaupun

pesan kritikan-kritikan, namun disarankan tidak terlalu melecehkan atau

mempermalukan karena tampilan yang lucu.

1) Pengertian Komikus

Komikus itu punya cerita dan karakter tokoh sendiri. Ciri khas

dari komikus bukan hanya gambar-gambar nya, tetapi juga dari cerita,

genre komik dan juga karakter tokoh komiknya. Ciri khas si komikus

kadang-kadang jadi bagian yang menyatu dengan cerita dan karakter

34
Marcel Boneff, Komik Indonesia. Penterjemah Rahayu S. Hidayat (Jakarta : KPG,
1998), h. 16-43
33

tokoh komik yang dipunyai oleh komikus itu sendiri. Komikus itu jadi

identik dengan ciri khasnya masing-masing. Biasanya ciri khas

komikus itu tercermin pada karakter tokoh-tokoh komik ciptaannya.

2) Pengertian Kartunis

Seorang yang kreatif, positif, dan inovatif, seorang kartunis

sejati dapat memahami karya seorang tanpa diajari. Seseorang yang

deket dengan siapa saja dan selalu memanfaatkan karyanya untuk

orang lain.

3) Pengertian Karikaturis

Tentang karikatur sendiri, dalam Encyclopedie Internasional,

karikatur didefinisikan sebagai sebuah “satire” dalam bentuk gambar

atau patung. Adapun dalam Encyclopedie Britaninica, karikatur

didefinisikan sebagai penggambaran seseorang, suatu tipe, atau suatu

kegiatan dalam keadaan berdistori biasanya suatu penyajian yang diam

dan dibuat berlebih-lebihan dalam gambar-gambar binatang, burung,

sayur-sayuran yang menggantikan bagian-bagian benda hidup atau

yang ada persamaannya dengan kegiatan binatang.

Disini pun seorang karikaturis adalah mereka yang

membuat seni gambar karikatur itu sendiri dengan menggunakan

salah satu bentuk metode karikatur. Dalam karikatur pun ada

beberapa sifat yang boleh digunakan oleh para karikaturis

masing-masing.
34

Tentang sifat karikatur, karikatur dapat dibagi menjadi

tiga macam: karikatur orang pribadi, karikatur sosial, dan

karikatur politik. Karikatur orang pribadi menggambarkan

seseorang (biasanya tokoh yang dikenal) dengan mengekspos ciri-

cirinya dalam bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek

lain atau situasi di sekelilingnya secara karikatural.35

Karikatur sosial sudah tentu mengemukakan dan

menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang

menyinggung rasa keadilan sosial. Karikatur politik

menggambarkan suatu situasi politik sedemikian rupa agar kita

dapat melihatnya dari segi humor dengan menampilkan para

tokoh politik di atas panggung dan mementaskan dengan lucu.

35
http://karikatur-gendeng.blogspot.com di akses pada tanggal 20 juni 2014 jam 15:45
BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Kitab Komik Sufi

Beragam hikayat dan cerita rakyat berkembang dalam tradisi Sufi.

Diantaranya banyak bicara soal keajaiban bahkan hal-hal lucu yang dialami

oleh para Sufi. Sebagian besar kisah tersebut dapat ditemui dalam Kitab Sufi

Klasik seperti Ihya Ulumuddin karya Al Ghazali dan Tadzkirat al-Auliya

karya Fariduddin Atthar. Atau hikayat yang disampaikan dari mulut ke mulut

sejak zaman umat terdahulu sampai sekarang.

Beberapa cerita populer dalam tradisi Sufi itu kemudian dihimpun oleh

Bayu Priyambodo dalam Kitab Komik Sufi yang di terbitkan oleh Muara di

Jakarta pada tahun 2013 dan dicetak oleh Gramedia. Komikus bernama pena

Ibod ini merekonstruksi kisah legenda Sufi dalam bentuk komik yang

berisikan 152 halaman dan gambar-gambar yang sangat menghibur. Goresan

pena yang khas hadir di tiap panel komiknya. Menampilkan tokoh-tokoh Sufi

dengan gambar sederhana namun punya mimik dan dialog yang begitu

mengena.

Cerita-cerita yang digambar Ibod juga sangat membantu para awam

untuk mengenal Sufi. Ia memberi penjelasan singkat namun padat terhadap

beberapa istilah dasar Sufi, lewat beberapa kisah antara Syaikh dan muridnya,

riwayat para Darwis, juga permasalahan sehari-hari yang biasa dihadapi

manusia. Ada yang lucu, seru, namun semua berada dalam satu garis:

35
36

berintikan kebijaksanaan yang dapat diterapkan dalam perjalanan hidup di

dunia.

Akhirnya, Ibod berhasil memvisualisasikan puluhan hikayat Sufi tanpa

mereduksi esensi yang dikandungnya. Konsep-konsep dasar Sufisme seperti

kebersihan hati, kasih sayang dan toleransi hadir sebagai nilai-nilai universal

yang dapat diterima oleh setiap kalangan dan latar belakang. Baik etnis,

bangsa, bahkan agama.

Hal ini didukung kuat oleh pengalamannya ketika melanjutkan studi

Seni Rupa dan Desain di Ecole D’art Maryse Eloy, Paris, Perancis. Di sana ia

juga belajar pada salah satu Tarekat Sufi asal Maroko, Afrika Utara. Konsep

dasar Sufisme ia kuasai dengan baik. Sehingga ia pun mampu meniupkan ruh

dalam tiap cerita yang digambarkan.

B. Profil Tokoh Komik

Di dalam kitab komik sufi ini menceritakan kaum sufi serta beberapa

tokoh yaitu sufi, darwis, murid, setan. Kaum sufi adalah golongan orang yang

mengutamakan pembersihan jiwa berdasarkan ajaran islam. ajaran mereka

berkisar tentang cinta pada Tuhan, Nabi dan kepada sesama mahluk. Banyak

hikayat dan cerita rakyat menceritakan keajaiban para sufi mulai dari cerita

yang lucu, seru, namun semua berada dalam satu garis: berintikan

kebijaksanaan yang dapat diterapkan dalam perjalanan hidup di dunia.

Dalam kitab komik sufi ini menceritakan beberapa tokoh yaitu sufi,

darwis, murid, setan. Di dalam komik ini tidak ada spesifik karakter dari

masing-masing tokoh karna di setiap ceritanya berbeda-beda, contohnya cerita


37

tentang murid, murid di setiap ceritanya berbeda-beda tidak selalu sama.

Tetapi disini ada penggambaran dari masing-masing tokoh yaitu :

Syaikh Sufi

Gambar 3.1

Sumber: Kitab Komik Sufi (2013)

Syaikh sufi adalah seorang yang menjadi pembimbing di jalan

kesufian, syekh sufi bertugas menerangkan apa saja yang tidak dimengerti

muridnya, tidak selainnya.

Murid

Gambar 3.2

Sumber: Kitab Komik Sufi (2013)

Pejalan di jalan sufi, di bawah bimbingan seorang syaikh


38

Darwis

Gambar 3.3

Sumber: Kitab Komik Sufi (2013)

Pada masa dahulu darwis adalah orang yang menempuh jalan sufi.

Biasanya mereka berkelana dan berpakaian lusuh. Seringkali para darwis

bertingkah misterius, lucu, aneh.

Setan

Gambar 3.4

Sumber: Kitab Komik Sufi (2013)

Mahluk yang senantiasa menggoda manusia untuk berbuat keburukan

dengan segala cara.


39

Hawa Nafsu

Gambar 3.5

Sumber: Kitab Komik Sufi (2013)

Walaupun setan sangat berbahaya, dalam anggapan kaum sufi, hawa nafsu

dalam dirilah yang paling berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari pada setan.

C. Profil Pengarang Komik

Profil Bayu Priyambodo (Ibod)

Bayu Priyambodo atau sering akrab dipanggil Ibod adalah pria

kelahiran Jakarta, 24 Desember 1982. Beliau menempuh pendidikan di

fakultas seni rupa dan desain Universitas Trisakti Jakarta lulus pada tahun

2004 dan melanjutkan ke jenjang strata dua pada tahun 2005 di Ecole D’art

Maryse Eloy, Paris, Perancis, lulus pada tahun 2007.

Ketertarikannya pada sufisme dimulai sejak pada saat kuliah di

Trisakti namun makin terwujud di Perancis setelah mendapatkan info di

internet dan bertanya pada teman-teman di Perancis. Akhirnya pria kelahiran

Jakarta, 24 Desember 1982 ini mengikuti satu tarekat sufi asal Maroko, Afrika

Utara. Sampai sekarang masih melakukan beberapa amalan atau wirid tarekat
40

tersebut, walaupun sudah lama tidak berhubungan secara langsung dengan

kelompok tarekat tersebut namun masih sering saling menghubungi melalui

email.

Salah satu ide yang ingin direalisasikannya sejak dahulu adalah

mengemas kisah sufi klasik yang biasa nya disajikan dalam bentuk kitab

klasik seperti Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali dan Tadzkirat al-Auliya

karya Fariduddin Athar dan kini ia ingin mencoba menampilkan secara

berbeda yaitu menyajikan cerita sufi klasik dengan bentuk komik yang dapat

mudah dipahami oleh setiap lapis masyarakat. Komik ini walaupun

menceritakan tentang sufi klasik tapi tetap bisa menghibur pembaca tentunya

tanpa mengurangi tujuan aslinya, yaitu menyampaikan pesan kebiijaksanaan.

Karya ini akhirnya terwujud berkat dukungan istri (Adel) dan anak laki-

lakinya (Zaza) yang saat ini berusia 1,5 tahun.


BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis Semiotik Panel Kitab Komik Sufi (Edisi ke-1)

Dalam analisis ini, penulis mengurai pesan moral Islami yang berada

dalam kitab komik sufi menggunakan konsep semiotik menurut Charles

Sanders Peirce. Data yang diteliti berupa isi dari kitab komik sufi, yang berupa

nilai-nilai pesan moral islami dari tokoh komik yang sangat Islami, yang

bersumber dari beberapa kitab sufi klasik.

Bayu Priyambodo atau Ibod memberikan kesan yang berbeda dalam

serial komik ini, jenis dari komik ini termasuk dalam jenis komik edukasi

yang memberikan andil besar dalam ranah intelektual dan artistik seni. Karena

dalam penyajian gambar, karakteristik dari tokoh dan juga cerita yang

disampaikan menunjukkan adanya penyampaian pesan yang beragam kepada

masyarakat khususnya anak-anak yang memang sangat penting untuk

menyerap nilai-nilai pesan moral Islami yang ada di dalam komik sebagai

dasar bagi kehidupannya untuk menuju masa depan yang cemerlang.

Dalam komik ini beberapa tokoh yang diperankan memang sangat

Islami, dari sudut pandang karakter pakaiannya, pembicaraannya, dan juga

alur ceritanya. Untuk mempermudah para pembaca mengerti apa yang diteliti,

penulis membuat tabel yang membedakan Representamen (Ikon, Indeks,

Simbol), Object, dan Interpretant yang terdapat dalam teori Charles Sanders

Peirce, serta yang mangandung makna pesan moral Islami dalam kitab komik

41
42

sufi Selain itu penulis juga menambahkan gambar beserta tokoh-tokohnya

yang mempermudah para pembaca mengerti apa yang diteliti, serta melihat

tanda-tanda yang ada dalam Kitab Komik Sufi.

Gambar 4.1 (Gambar Seseorang yang Kurang Mensyukuri Nikmat


Allah)
Sumber: Kitab Komik Sufi
(Bag. 1 Sepatu Usang) 2013

Dalam gambar ini terdapat seorang laki-laki yang memakai jubah

sorban, serta sepatu yang terlihat usang lelaki tersebut tampak murung dan

berjalan bungkuk karna memikirkan sepatunya yang sudah usang. Sambil


43

berjalan lelaki tersebut mengeluh bahwa sepatunya sudah usang tapi tidak bisa

beli yang baru.

Pada panel kedua, terlihat seorang laki-laki separuh baya yang berjalan

dengan satu kaki dan dibantu dengan sebuah tongkat, lelaki tersebut tampak

sedang bersiul dan gembira walaupun hanya berjalan dengan satu kaki. Lelaki

pertama yang awalnya murung langsung kaget melihat ada seorang laki-laki

cacat berjalan di depannya dengan santai dan sambil bersiul.

Pada panel ketiga, terlihat laki-laki cacat sambil berjalan dengan tetap

bersiul dan gembira tanpa menghiraukan lelaki pertama. Lelaki pertama tiba-

tiba tertegun sambil berfikir bahwa orang yang tidak punya kaki saja masih

tetap bisa menikmati hidup dan gembira sedangkan dirinya baru tidak bisa beli

sepatu baru saja sudah bersedih sekali

Dari sikap yang diperlihatkan kedua laki-laki tersebut adalah, bahwa

kita harus bersyukur dengan apa yang sudah diberikan Allah SWT. Semua

nikmat yang Allah berikan kepada kita harus kita syukuri entah itu musibah

ataupun anugerah. Jikalau kita selalu mensyukuri nikmat Allah niscaya Allah

akan memberikan nikmat yang lebih untuk kita. Allah berfirman:

            

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu

bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu

mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

(QS: Ibrahim.7)
44

Tabel 4.1 (Gambar Seseorang yang Kurang Mensyukuri Nikmat Allah)

Tabel Analisis

No Tipe Tanda Data

1. Representamen (X): - Gambar seorang laki-laki yang sedang

Ikon berjalan agak sdikit lesu dan terlihat murung

dengan gambar sepatu yang sudah usang.

- Gambar kedua munculah laki-laki separuh

baya yang digambarkan memiliki jenggot

tebal, berjalan dengan satu kaki dibantu

dengan sebuah tongkat. Laki-laki paruh baya

tersebut berjalan sambil bersiul menandakan

bahwa dirinya tetap gembira walaupun hanya

berjalan dengan satu kaki. Laki-laki murung

tersebut kaget melihat laki-laki paruh baya

tersebut berjalan dengan satu kaki.

- Laki-laki murung tadi sambil mengangkat

tangannya ke arah dagu, itu menandakan

dirinya sedang berfikir tentang apa yang

sudah dilihatnya. Laki-laki paruh baya tadi

terus berjalan dan bersiul tanpa

menghiraukan laki-laki murung tersebut.

Indeks - Gambar seorang laki-laki yang sedang

murung karena memikirkan sepatunya yang


45

sudah usang dan laki-laki paruh baya cacat

yang berjalan dengan santainya tanpa

menghiraukan laki-laki yang sedang murung

tersebut.

- Menjadi tanda bahwa seorang paruh baya

yang cacat tersebut menjadi pedoman bagi

laki-laki yang tadinya murung karena

memikirkan sepatunya yang telah usang

namun diatak bisa membelinya lagi. Laki-

laki murung tersebut berfikir bahwa laki-laki

cacat saja tetap gembira walaupun berjalan

dengan satu kaki. Sedangkan dia baru tidak

bisa beli sepatu baru saja sudah murung.

Seharusnya kita sebagai manusia harus

pandai-pandai bersyukur dengan apa yang

sudah diberikan Allah SWT.

Simbol Seorang laki-laki yang mengenakan sorban,

jubah dan sepatu yang terlihat sudah usang dan

laki-laki paruh baya yang berjalan dengan satu

kaki dibantu dengan sebuah tongkat. Ia berjalan

dengan bersiul dengan wajah yang gembira. Ini

menjadi simbol laki-laki tersebut tetap gembira

dan bersyukur walaupun keadaan yang fisiknya


46

yang kurang sempurna.

2. Objek (Y) Laki-laki murung dan laki-laki paruh baya cacat.

3. Interpretasi (X=Y) Menjadi alasan saya memilih cerita ini bahwa

memunculkan seorang paruh baya cacat yang

tetap gembira dan menikmati hidup adalah untuk

agar laki-laki murung tadi mensyukuri segala

sesuatu yang sudah diberikan Allah SWT.

4. Makna Sikap semangat dengan tetap gembira yang

ditunjukan laki-laki paruh baya cacat menjadi

pesan moral Islami bahwa hidup selalu harus

disyukuri.

Cerita pertama mengenai tentang makna bersyukur dimana Dari

sikap yang diperlihatkan laki-laki murung dan sikap semangat dengan

tetap gembira yang ditunjukan laki-laki paruh baya cacat menjadi pesan

moral Islami bahwa hidup selalu harus disyukuri. Dengan kata lain kita

harus bersyukur dengan apa yang sudah diberikan Allah SWT. Semua

nikmat yang Allah berikan kepada kita harus kita syukuri entah itu

musibah ataupun anugerah. Jikalau kita selalu mensyukuri nikmat Allah

niscaya Allah akan memberikan nikmat yang lebih untuk kita.


47

Gambar 4.2 (Gambar laki-laki Misterius yang Tiba-tiba Muncul di


Hadapan Para Rombongan)
Sumber: Kitab Komik Sufi
(Bag. 2 Takut Kepada Tuhan) 2013

Pada panel pertama tampak sekelompok orang dan seekor kucing

menjerit ketakutan karena di serang seekor singa. Tampak disampingnya

seekor singa mengaum dengan kerasnya.

Pada panel kedua datanglah seorang laki-laki menggunakan sorban

jubah yang tampak sedang mengusir seekor singa, lelaki tersebut sambil

mengibaskan tanggannya tanda ia mengusir singa tersebut. Singa tersebut


48

beserta sekelompok orang tadi hanya bisa tercengang melihat lelaki jubah

tersebut.

Pada panel ketiga singa yang tadi mengaum kerasnya tiba-tiba pergi

begitu saja. Sekelompok orang tadi makin tercengang dengan apa yang sudah

dilihatnya. Lelaki sorban pun tetap diam dan dengan tenangnya memegang

tasbih.

Pada panel keempat tampak rombongan tersebut berkumpul dan

menanyakan kenapa singa tersebut tiba-tiba pergi ketika diusir oleh laki-laki

berjubah tersebut. Lalu laki-laki tersebut membalikkan badan dan menjelaskan

bahwa sesungguhnya jika kita benar-benar takut kepada Allah SWT, maka

setiap mahluk akan segan kepadanya.

Dari gambar yang diperlihatkan sekelompok orang beserta laki-laki

berjubah membawa tasbih adalah jika kita sungguh-sungguh beribadah di

jalan Allah dan takut akan segala sesuatu yang dilarangnya maka semua

mahluk akan segan jikalau mengganggunya. Allah berfirman :

               

        


“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan

baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-

sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)


49

Tabel 4.2 (Gambar Laki-laki Misterius yang Tiba-tiba muncu di


Hadapan Para Rombongan)
Tabel Analisis
No Tipe Tanda Data

1. Representamen (X): - Gambar sekelompok orang bersorban beserta

Ikon seekor kucing sedang menjerit ketakutan dan

seekor singa yang sedang mengaum dengan

kerasnya.

- Gambar kedua sekelompok orang tersebut dan

seekor kucing mendadak diam dan tercengang

sambil bertanya-tanya dengan apa yang sedang

dilakukan laki-laki sorban berjubah hitam yang

tiba-tiba muncul dihadapan mereka sambil

mengibaskan tangannya tanda sedang mengusir

seekor singa tersebut. Singa itu pun ikut terkejut

dengan apa yang sedang dilakukan lelaki berjubah

hitam tersebut.

- Gambar ketiga sekelompok orang dan kucing

tersebut makin tercengang dengan apa yang sudah

dilihatnya. Singa yang tadinya mengaum dengan

kerasnya dan mendadak diam dengan kehadiran

lelaki tersebut akhirnya pergi setelah diusir oleh

lelaki berjubah hitam tersebut. Laki-laki berjubah

hitam tersebut diam dengan tenangnya sambil terus


50

memegang tasbih di tangan kanannya.

- Gambar keempat sekelompok orang dan seekor

kucing tadi yang tadinya terkejut kini berkumpul

dan sambil menanyakan kenapa singa tersebut

takut kepadanya. Dengan tenangnya laki-laki

berjubah hitam tersebut menjelaskan tentang bila

kita takut kepada Allah maka setiap mahluk pun

akan segan mengganggu kita.

Indeks - Gambar sekelompok orang dan seekor kucing

yang sedang ketakutan karena diserang seekor

singa yang sedang mengaum dengan kerasnya.

Sekelompok orang dan kucing tersebut mendadak

terdiam karna muncul seorang lelaki berjubah

hitam dan bersorban sambil membawa tasbih di

tangan kanannya, lelaki tersebut sambil

mengibaskan tangannya tanda bahwa dia sedang

mengusir singa tersebut. Singa tersebut pun pergi.

- Menjadi tanda bahwa seorang laki-laki berjubah

hitam dan brsorban tersebut adalah pedoman bagi

sekelompok orang tersebut karena, lelaki berjubah

hitam tersebut mengatakan jikalau kita benar-benar

takut kepada Allah, maka setiap mahluk pun akan

segan kepadanya dengan kata lain kita harus wajib


51

bertaqwa kepada Allah. Karena jikalau kita

bertaqwa niscaya semua mahluk akan segan jikalau

mengganggunya.

Simbol Gambar seorang laki-laki misterius yang tiba-tiba

muncul dihadapan sekelompok orang dan seekor

kucing dengan mudahnya laki-laki misterius

tersebut mengusir seekor singa yang tadinya

mengaum dengan kerasnya seketika diam dan pergi

setelah diusir laki-laki misterius tersebut.

2. Objek (Y) Sekelompok orang, seekor kucing, singa, dan laki-

laki berjubah hitam.

3. Interpretasi (X=Y) Menjadi alasan saya memilih cerita ini adalah

bahwa dalam cerita ini menggambarkan adegan

seperti di alur cerita tersebut dimana sekelompok

orang dan seekor kucing menjerit ketakutan karna

di serang singa dan munculah sesosok lelaki

berjubah hitam dan bersorban adalah karna ingin

menonjolkan sisi dari adegan yang telah dilakukan

laki-laki berjubah hitam yg mengusir seekor singa

dengan mudahnya. Dimana lelaki tersebut

menjelaskan bahwa jikalau kita benar-benar takut

kepada Allah maka setiap mahluk akan segan

kepadanya. Maka dari itu disini kita dapat memetik


52

suatu pelajaran jikalau kita benar-benar bertaqwa

kepada Allah maka Allah pun akan membuat setiap

mahluk akan segan mengganggu mahluk yg telah

bertaqwa kepadanya.

4 Makna Gambar kemunculan laki-laki misterius dan dialog

yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan

laki-laki tersebut menjadi sebuah makna yang

dimana di dalam dialog tersebut menjelaskan

tentang manfaat dari sebuah ketaqwaan dimana

jikalau kita bertaqwa kepada Allah SWT, maka

setiap mahluk akan segan kepada kita.

Cerita kedua menggambarkan tentang sekelompok orang yang di serang

singa secara tiba-tiba dan munculah sesosok laki-laki yang tiba-tiba mengusir

singa tersebut, kemunculan laki-laki misterius dan dialog yang dilakukan oleh

sekelompok orang dengan laki-laki tersebut menjadi sebuah makna yang

dimana di dalam dialog tersebut menjelaskan tentang manfaat dari sebuah

ketaqwaan dimana jikalau kita bertaqwa kepada Allah SWT, dengan

melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Dalam

melaksanakan perintah dan menjauhi larangan harus sesuai dengan cahaya

Allah, yakni aturan Allah yang terwujud dalam sunnah Rasulullah shallallahu

alaihi wasallam. Menyeimbangkan rasa harap dan takut kepada Allah dalam

setiap amalan yang dikerjakan. Karena harapan kepada Allah tanpa disertai
53

dengan takut kepada-Nya akan menyebabkan seseorang menjadi zindiq,

sementara takut kepada Allah tanpa disertai harapan kepada-Nya adalah

sifatnya orang-orang kafir.

Gambar 4.3 (Gambar Ayah Menasihati Anaknya yang Mencari-cari


Kesalahan Orang Lain)
Sumber: Kitab Komik Sufi
(Bag. 3 Shalat Malam) 2013

Pada panel pertama tampak seorang bapak berjenggot dan

bersorban sedang membangunkan anaknya yang sedang tidur untuk sholat

malam. Anak laki-laki tersebut sontak terkejut ketika dibangunkan oleh

bapaknya.

Pada panel kedua terlihat bulan di luar jendela yang menandakan

hari masih malam. Terdapat gambar bapak dan anaknya yang sedang

melaksanakan sholat, anak laki-laki tersebut sedang menguap tanda ia


54

masih mengantuk sedangkan bapaknya tampak khusyu menjalankan sholat

malam.

Pada panel ketiga tampak bapak tersebut sedang mengangkat

kedua tangannya tanda ia sedang berdoa usai sholat malam dan anak laki-

laki tersebut sedang melihat ke arah jendela sambil memandangi sekitar

rumahnya.

Pada panel keempat tampak anak laki-laki tersebut sedang melihat

ke arah luar sambil merenungi apa yang sedang ia lihat.

Pada panel kelima tampak anak laki-laki tersebut memberitahu

ayahnya apa yang ia lihat di luar dengan riang gembira bahwa tidak ada

orang lain yang sholat malam selain dia dan bapaknya. Bapak tersebut

yang sedang berdoa sontak kaget mendengar ucapan anaknya.

Pada panel terakhir tampak bapak dari anak tersebut sedang

menasihati anaknya dengan memegang kepala anaknya dan berkata bahwa

lebih baik dia tidur dari pada bangun hanya untuk mencari-cari kesalahan

orang lain dan merasa lebih baik daripada orang lain, sang anak pun

terdiam. Seperti di jelaskan di dalam ayat :

‫ْﺾ اﻟﻈﱠ ﱢﻦ إِﰒٌْ ۖ◌ وََﻻ ﲡََ ﱠﺴ ُﺴﻮا‬


َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا ا ْﺟﺘَﻨِﺒُﻮا َﻛﺜِ ًﲑا ﱢﻣ َﻦ اﻟﻈﱠ ﱢﻦ إِ ﱠن ﺑـَﻌ‬

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka,

karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan

janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (Al-Hujurat : 12)


55

Tabel 4.3 (Gambar Ayah Menasihati Anaknya yang Mencari-cari


Kesalahan Orang Lain)
Tabel Analisis
No Tipe Tanda Data

1. Representamen (X): - Gambar seorang bapak yang mengenakan

Ikon sorban, jubah dan berjenggot, tampak sedang

membangunkan anaknya yang sedang tidur di

atas kasur berselimutkan selimut yang hangat.

Gambar anak laki-laki yang terbangun karna

dibangunkan oleh bapaknya.

- Gambar kedua seorang bapak dan anaknya

sedang mengerjakan sholat malam. Gambar

sang anak tampak menguap saat menjalankan

sholat malam.

- Gambar ketiga seorang bapak sedang

mengangkat kedua tangganya tanda ia sedang

berdoa usai sholat malam. Gambar sang anak

sedang melihat ke arah luar jendela yang

tampak sedang melihat ke arah luar jendela.

- Gambar keempat seorang anak yang tampak

sedang melihat ke arah luar jendela sambil

termenung diam dengan apa yang sedang ia

lihat.

- Gambar kelima tampak sang anak


56

memberitahu bapaknya apa yang sedang ia

lihat sambil menunjuk ke arah luar dengan raut

muka yang gembira. Gambar bapak dari sang

anak tersebut yang lsedang berdoa tampak

terkejut mendengar ucapan sang anak, yang

mengatakan jikalau orang lain tidaka ada yang

shalat malam malam seperti ia dan bapaknya.

- Gambar terakhir tampak sang bapak sedang

memegang kepala anakanya sambl menasihati

perbuatan anaknya yang tidak baik. Gambar

sang anak yang diam saja ketika dinasihati

ayahnya.

Indeks - Gambar seorang bapak dan anaknya yang

sedang sholat malam dan usai shalat malam

sang anak melihat keadaan sekitar dan

memberitahu bapaknya bahwa tidak ada yang

sholat selain mereka berdua. Sang bapak pun

menasihati anaknya. Bahwa lebih baik ia tidur

dari pada mencari-cari kesalahan orang dan

merasa lebih baik dari orang lain.

Simbol - Gambar seorang bapak yang sedang

memegang kepala anaknya tanda ia sedang

menasihati anaknya dengan kata-kata yang


57

bijak bahwa lebih baik diam dari pada mencari-

cari kesalahan dan merasa lebih baik dari pada

orang lain. Ini menjadi simbol bahwa halangan

terbesar dalam jalan pembersihan jiwa yang

sering diajarkan oleh para syaikh sufi adalah

sibuk dengan aib dan masalah orang lain dan

lupa terhadap kesalahan yang ada pada diri

sendiri.

2. Obyek (Y) Seorang bapak dan anak laki-laki.

3. Interpretent (X=Y) Menjadi alasan saya memilih cerita ini adalah

bahwa hal yang harus dihindari adalah sibuk

mencari-cari kesalahan orang lain dan lalai

terhadap kesalahan yang ada pada diri sendiri.

4. Makna Dalam hidup terutama dalam pembersihan jiwa

kita tidak boleh sibuk mencari-cari kesalahan

orang lain dan merasa diri paling benar, karena

sikap tersebut tidak mencerminkan seorang

muslim yang baik.

Cerita ketiga adalah mengenai Seorang bapak dan anaknya yang

sedang sholat malam dan usai shalat malam sang anak melihat keadaan

sekitar dan memberitahu bapaknya bahwa tidak ada yang sholat selain

mereka berdua. Sang bapak pun menasihati anaknya. Bahwa lebih baik ia
58

tidur dari pada mencari-cari kesalahan orang dan merasa lebih baik dari

orang lain. Dalam hidup terutama dalam pembersihan jiwa kita tidak boleh

sibuk mencari-cari kesalahan orang lain dan merasa diri paling benar,

karena sikap tersebut tidak mencerminkan seorang muslim yang baik.

Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan

melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak

akan merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada

dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa

ada pada saudaranya. Sementara orang yang senantiasa sibuk

memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan kejelekannya sendiri,

maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih, dan akan sulit

baginya meninggalkan kejelekan dirinya.


59

Gambar 4.4 (Gambar Perbandingan Perlakuan Syaikh Sufi Terhadap


Dua Orang yang Menemuinnya)
Sumber: Kitab Komik Sufi
(Bag. 4 Orang Saleh dan Pendosa) 2013

Pada panel pertama tampak seorang laki-laki (orang saleh)

berbadan tinggi menggunakan sorban, berkumis dan berjenggot hitam

yang hendak berjalan menuju menemui seseorang.

Pada panel kedua tampak laki-laki tersebut duduk dihadapan

seorang laki-laki paruh baya bersorban, berjubah, berkumis serta

berjenggot putih (syaikh sufi), syaikh sufi tersebut hanya duduk dan diam

tanpa memperdulikan laki-laki saleh tersebut.


60

Pada panel ketiga tampak seorang laki-laki (orang pendosa)

berbadan pendek menggunakan sorban dan jubah, dengan wajah yang

gusar. Ia tampak sedang berjalan menuju menemui seseorang.

Pada panel keempat tampak seorang laki-laki pendosa tadi merasa

terkejut dengan perlakuan syaikh sufi tersebut yang menyambut baik

seorang pendosa tersebut ini ditandakan dengan syaikh sufi mengatakan

selamat datang dengan raut wajah yang senang dan di memberikan segelas

air untuk seorang pendosa tersebut.

Pada panel kelima tampak laki-laki (murid) yang memakai jubah

dan sorban abu-abu yang sedang bertanya mengapa perlakuan syaikh sufi

tersebut lebih ramah kepada laki-laki pendosa dibanding laki-laki saleh.

Syaikh sufi tersebut tampak duduk tenang menanggapi petanyaan sang

murid.

Pada panel terakhir tampak syaikh sufi tersebut sedang menjawab

pertanyaan muridnya. Syaikh sufi tersebut berkata ia melihat ada

kesombongan pada diri si orang saleh, sombong atas kesalehannya, atas

ibadahnya dan atas ilmunya. Sedangkan ia melihat kerendah hatian pada si

pendosa.

Di dalam cerita ini menjelaskan tentang kesombongan di mana

seharusnya kita sebagai umat manusia tidak boleh sombong.

Sesungguhnya sifat sombong hanyalah boleh dimiliki oleh Allah SWT,

sebaliknya sikap rendah hati mesti dimilki oleh umat manusia itu adalah

ciri-ciri muslim yang baik dan cerita ini mengandung syarat pesan moral
61

Islami. Islam melarang sikap sombong, Allah SWT menjelaskan dalam

surat dan ayat :

              

  


“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena

sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi

membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)

Adapun Mengganti Sikap Sombong dengan Tawadhu kebalikan

dari sikap sombong adalah sikap tawadhu’ (rendah hati). Sikap inilah yang

merupakan sikap terpuji, yang merupakan salah satu sifat ‘ibaadur

Rahman yang Allah terangkan dalam firman-Nya :

        

   


Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang

yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawadhu’) dan

apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata

yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63)


62

Tabel 4.4 (Gambar Perbandingan Perlakuan Syaikh Sufi


Terhadap Dua Orang yang Menemuinnya)
Tabel Analisis
No Tipe Tanda Data

Representamen (X) : - Gambar seorang laki-laki berbadan tinggi

Ikon berkumis dan berjenggot hitam,

menggunakan jubah dan sorban yang

tampak sedang sedang berjalan menuju

suatu tempat.

- Gambar dua orang laki-laki yang satu laki-

laki (orang saleh) berjubah bersorban,

berkumis, berjenggot hitam. Gambar laki-

laki paruh baya (syaikh sufi) yang tampak

tak menghiraukan laki-laki (orang saleh)

yang sedang duduk dihadapannya.

- Gambar seorang laki-laki bertubuh pendek

(orang pendosa) menggunakan jubah hitam

dan sorban garis-garis. Laki-laki tersebut

tampak sedang berjaan menuju suatu tempat

dengan wajah yang gusar.

- Gambar dua orang laki-laki (orang

pendosa) yang sedang duduk berhadapan di

mana laki-laki yang satu tampak terkejut

atas perlakuan laki-laki paruh baya (syaikh


63

sufi) yang tampak senang dan ramah atas

kedatangan laki-laki (orang pendosa)

tersebut.

- Gambar dua orang laki-laki yang satu

berjubah dan bersorban abu-abu yang

tampak sedang bertanya tentang apa yang

sudah ia saksikan bahwa syaikh sufi tersebut

tampak ramah terhadap laki-laki kedua

(orang pendosa) dibanding laki-laki pertama

(orang saleh). Gambar seorang syaikh sufi

yang sedang duduk sambil menyimak

pertanyaan si murid.

- Gambar laki-laki paruh baya berkumis dan

berjenggot tebal putih mengenakan jubah

sorban (syaikh sufi) yang tampak sedang

menjawab pertanyaan dari murid tersebut.

Indeks - Gambar seorang syaikh sufi yang

memberikan perlakuan yang berbeda antara

seorang yang saleh dan seorang yang

pendosa dimana syaikh sufi tersebut tidak

memperdulikan kedatangan seorang yang

saleh tersebut karena menurut syaikh sufi

seorang yang saleh itu memilki


64

kesombongan atas kesalehannya, atas

ibadahnya, dan ilmunya. Sedangan syaikh

sufi melihat kerendahhatian pada seorang

pendosa yang dimana syaikh sufi tersebut

terlihat ramah menyambut seorang pendosa.

- Menjadi tanda bahwa seorang yang

sombong adalah sesuatu hal dilarang agama,

apa lagi sombong atas kesalehannya di mana

seharusnya seseorang yang saleh haruslah

memilki sifat kerendahhatian agar kelak

kesalehannya agar berguna untuk umat

manusia.

Simbol - Gambar seorang laki-laki mengenakan

jubah dan sorban yang sedang duduk

dihadapan syaikh sufi yang tampak heran

dengan perlakuan sang syaikh sufi tersebut

dimana syaikh sufi tersebut tidak

memperdulikan kedatangan laki-laki saleh

tersebut, ini menjadi tanda bahwa syaikh

sufi tersebut tidak ramah atas kedatangan si

orang saleh.

- Gambar seorang laki-laki bertubuh pendek

mengenakan sorban dan jubah yang tampak


65

terkejut atas perlakuan laki-laki paruh baya

(syaikh sufi) yang sangat ramah kepadanya

ini ditandakan dengan syaikh tersebut

mengucapkan selamat datang dan

memberikan segelas air, ini menjadi simbol

bahwasanya syaikh sufi tersebut ramah atas

kedatangan si pendosa.

2. Objek (Y) Laki-laki saleh, laki-laki pendosa, syaikh

sufi dan murid.

3. Interpretan (X=Y) Menjadi alasan saya memilih cerita ini

adalah memunculkan perbandingan atas

perlakuan syaikh sufi terhadap laki-laki

saleh dan pendosa adalah untuk memberikan

suatu pelajaran bahwasanya kesombongan

adalah sesuatu hal yang tak pantas dimiliki

oleh manusia, sekalipun ia memiliki ilmu

yang tinggi, saleh serta mempunyai banyak

banyak harta tetap saja kita tidak boleh

memiliki sifat sombong. Seharusnya kita

sebagai manusia memiliki sifat padi yang

semakin berisi semakin merunduk, dimana

semakin kita memilki sesuatu hal yang lebih

seperti ilmu atau harta kita kita harus tetap


66

memiliki sifat kerendahatian.

4. Makna Di dalam cerita ini di sajikan perbandingan

antara sifat sombong dan sifat rendah hati di

mana sifat sombong tidak pantas dimiliki

oleh manusia sedangkan sifat sifat rendah

hati adalah sifat yang bagus dianut oleh

setiap manusia karna sifat rendah hati adalah

mencerminkan ciri-ciri umat muslim yang

mempunyai moral Islami yang bagus.

Cerita keempat mengenai seorang syaikh sufi yang memberikan

perlakuan yang berbeda antara seorang yang saleh dan seorang yang

pendosa dimana syaikh sufi tersebut tidak memperdulikan kedatangan

seorang yang saleh tersebut karena menurut syaikh sufi seorang yang saleh

itu memilki kesombongan atas kesalehannya, atas ibadahnya, dan ilmunya.

Sedangan syaikh sufi melihat kerendahhatian pada seorang pendosa yang

dimana syaikh sufi tersebut terlihat ramah menyambut seorang pendosa.

Di dalam cerita ini di sajikan perbandingan antara sifat sombong dan sifat

rendah hati di mana sifat sombong tidak pantas dimiliki oleh manusia

sedangkan sifat sifat rendah hati adalah sifat yang bagus dianut oleh setiap

manusia karna sifat rendah hati adalah mencerminkan ciri-ciri umat

muslim yang mempunyai moral Islami yang bagus.


67

Gambar 4.5 (Gambar Seorang Penjaga Kebun yang Jujur)


Sumber: Kitab Komik Sufi
(Bag. 5 Penjaga Kebun) 2013
Pada panel pertama dua orang laki-laki yang sedang berada di

sebuah kebun buah. Laki-laki pertama (penjaga kebun) berambut keriting

bermuka lonjong dan mengenakan pakaian sederhana. Laki-laki kedua

(pemilik kebun) menggunakan jubah, sorban, berjenggot dan berkumis hitam.

Lelaki pemilik kebun tampak menunjuk ke arah pohon buah tersebut.

Pada panel kedua lelaki penjaga kebun tersebut tampak sedang

memberikan buah kepada pemilik kebun. Pemilik kebun tampang senang dan

penasaran ingin segera mencicipi buah yang ada di kebunnya.

Pada panel ketiga dan keempat pemilik kebun tampak melepehkan

buah yang dicicipinya. Laki-laki pemilk kebun tampak bermuka masam


68

karena kesal buah yang dicicipinya berasa pahit dan ia tampak sedang

menyuruh penjaga kebun mengambil buah lagi.

Pada panel kelima pemilik kebun makin menunjukan muka yang

kesal karna semua yang ada di kebunnya berasa tak enak berkali-kali ia

melepehkan buah yang dicicipi.

Pada panel keenam sang pemilik kebun tampak bermuka merah

tanda ia geram dengan apa yang dimakannya, ia tampak sedang memarahi

tukang kebun dengan amarah yang meledak-ledak. Penjaga kebun tadi hanya

bisa diam dengan apa yang dilakukan laki-laki pemilik kebun.

Pada panel ketujuh tampak sang penjaga kebun sedang menjelaskan

permasalahan yang sebernarnya terjadi dengan wajah yang sangat

meyakinkan jikalau ia diperintahkan menjaga kebun bukan untuk mencicipi

buah-buah yang ada di kebun tersebut. Sontak pemilik kebun terkejut dengan

pengakuan sang penjaga kebun. Laki-laki pemilik kebun pun termenung dan

berucap dalam hati ternyata penjaga tersebut adalah orang jujur.

Pada panel terakhir tampak sang penjaga kebun tak lagi menggunakan

pakaian sederhana kini ia menggunakan jubah dan peci yang amat sangat

berwibawa, ini tanda ia sudah naik pangkat karna kejujurannya.

Dalam cerita ini kita diajarkan untuk senantiasa jujur di manapun

kapanpun. Berlaku jujur dengan perkataan dan perbuatan, mengandung

makna, berkata harus sesuai dengan yang sesungguhnya, dan sebaliknya

jangan berkata yang tidak sesuai dengan yang sesungguhnya. Dan perkatan
69

itu disesuaikan dengan tingkah laku perbuatan, sebagaimana yang dijelaskan

dalam surat at-Taubah ayat 119 :

        

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah

kamu bersama orang-orang yang benar. (At-Taubah:119)

Gambar 4.5 (Gambar Seorang Penjaga Kebun yang Jujur)


Tabel Analisis
No Tipe Tanda Data

1. Representamen (X): - Gambar tampak dua orang laki-laki yang

Ikon sedang berada di sebuah kebun dimana

terdapat dua pohon buah yang menjulang

tinggi. Gambar laki-laki pertama (penjaga

kebun) bertubuh agak tinggi, berambut

keriting dan berpakaian sederhana. Gambar

laki-laki kedua (pemilik kebun) bertubuh

tinggi, mengenakan jubah, sorban, berkumis

dan berjenggot hitam yang tampak sedang

berbicara kepada penjaga kebun sambil

menunjuk ke arah pohon buah.

- Gambar kedua tampak laki-laki pertama

(penjaga kebun) memberi buah kepada laki-


70

laki pemilik kebun dengan wajah ramah.

Gambar laki-laki pemilik kebun yang

tampak penasaran ingin mencicipi buah

yang ada di kebunnya.

- Gambar ketiga, keempat dan kelima

tampak laki-laki pemilik kebun melepehkan

buah yang dicicipinya tersebut dan pemilik

kebun tersebut menunjukan muka geram

karna buah yang ada di kebunnya ternyata

pahit dan tak enak, ia pun tampak sedang

berteriak menyuruh penjaga kebun

mengambilkan yang lain. Laki-laki pemilik

kebun tersebut semakin geram dan kesal

dengan apa yang sudah ia alami, wajah

pemilik kebun tampak merah padam dan

melepehkan buah yang ia makan lagi.

-Gambar kelima tampak laki-laki pemilik

kebun tampak bermuka merah padam

sambil menunjuk ke arah kebun buah. Ia

memarahi penjaga kebun karena buah yang

ada di kebunnya ternyata pahit semua.

Gambar penjaga kebun yang tampak diam

dan mendengarkan keluhan sang pemilik


71

kebun.

- Gambar keenam tampak laki-laki penjaga

kebun menjelaskan mengapa buah yang

berada di kebun buah pait adalah karna

selama ini ia tidak diperintahkan untuk

mencicipi tetapi hanya sebatas menjaga

kebun saja. Gambar laki-laki pemilik kebun

yang sontak terkejut apa yang ia demgar

dari penjaga kebun. Ia termenung dan

berucap dalam hati bahwa ternyata penjaga

kebun tersebut ternyata adalah orang yang

jujur.

- Gambar terakhir tampak laki-laki penjaga

kebun berubah penampilan yang tadinya

berpakaian sederhana kini ia berpenampilan

menggunakan jubah dan peci dan tampak

berwibawa. Ia naik derajat karna

kejujurannya.

Indeks - Gambar disini menjelaskan tentang suatu

kejujuran yang dimilki oleh penjaga kebun

ketika ia sedang di perintahkan untuk

menjaga kebun, ia benar-benar menjaga

kebun bukan untuk mencicipi seperti hal


72

nya yang ada di dalam cerita ini ketika si

pemilik kebun hendak mencicipi buah yang

ada di kebunnya dan ternyata buah yang ada

di kebunnya pahit semua. Pemilik kebun

pun marah kepada penjaga kebun karna ia

tidak pernah melaporkan dan mencicipi

buah yang ada di kebunnya. Penjaga kebun

menjelaskan perihal yang terjadi sebenarnya

Simbol - Gambar seorang laki-laki yang berubah

penampilannya yang sebelumnya

berpakaian sederhana kini ia menggunakan

pakaian yang bagus dan berwibawa ini

menjadi simbol bahwa berubahnya derajat

dan status seseorang karna kejujurannya,

dimana kejujuran adalah hal yang utama

yang harus di miliki umat islam. Sikap

jujur, merupakan salah satu fadhilah yang

menentukan status dan kemajuan

perseorangan dan msyarakat. Menegakkan

prinsip kejujuran adalah salah satu sendi

kemaslahatan dalam hubungan antara

manusia dengan manusia dan antara satu

golongan dengan golongan yang lain.


73

2. Obyek (Y) Penjaga kebun dan Pemilik kebun.

3. Interpretasi (X=Y) Menjadi alasan saya memilih cerita ini

adalah untuk menghadirkan cerita tentang

kejujuran si penjaga kebun agar pembaca

memahami betapa berharganya jikalau kita

memilki sifat jujur, dimana sifat jujur bisa

menaikan derajat seseorang baik dimata

manusia maupun di hadapan Allah SWT.

4. Makna Menunjukkan bahwa, jujur memang sangat

penting dimiliki oleh setiap umat manusia

dalam menjalani kehidupan didunia ini, agar

kita terus lurus dalam mengikuti aturan

yang Allah SWT berikan. Contoh dari

perilaku yang harus ditiru untuk memiliki

moral islami yang baik.

Cerita kelima mengenai seorang laki-laki yang berubah

penampilannya yang sebelumnya berpakaian sederhana kini ia

menggunakan pakaian yang bagus dan berwibawa ini menjadi simbol

bahwa berubahnya derajat dan status seseorang karna kejujurannya,

dimana kejujuran adalah hal yang utama yang harus di miliki umat islam.

Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan

kemajuan perseorangan dan masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran


74

adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam hubungan antara manusia

dengan manusia dan antara satu golongan dengan golongan yang lain.

kejujuran adalah mata uang yang paling berharga di seluruh dunia, tidak

semua orang memiliki sifat jujur, maka dari itu kejujuran adalah hal yang

paling mahal di seluruh dunia.

B. Pesan Moral Islami Dalam Kitab Komik Sufi

Dalam analisis ini, penulis mengurai makna mengenai pesan dakwah

menggunakan konsep semiotik menurut Charles Sanders Pierce yaitu

berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks),

dan symbol (simbol). Data yang diteliti berupa isi Kitab Komik Sufi karangan

Ibod (Bayu Priyambodo). Yaitu berupa tradisi sufi, bersumber dari beberapa

kitab sufi klasik seperti Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali dan Tadzkirat al-

Auliya karya Fariduddin Athar serta lainnya adalah hikayat yang disampaikan

dari mulut ke mulut sejak zaman umat terdahulu sampai sekarang.

Bayu Priyambodo (Ibod) memberikan nuansa yang berbeda dalam

Kitab Komik Sufi, yaitu dengan bentuk komik yang sangat bervariasi dan

tema yang beragam seperti; dongeng khayal hingga kisah nyata sejarah, dunia

pewayangan hingga dunia binatang, petualangan di darat hingga di udara, dan

masa lalu hingga masa depan. Komik yang berisi beberapa kisah-kisah sufi

klasik yang dihidupkan dalam tokoh-tokoh kartun yang santai dan lucu.

Gambar-gambar yang menarik dan lucu dan bahasa teks yang mudah

dipahami memberikan hikmah dan pelajaran, untuk itu komik Kitab Komik
75

Sufi ini terdapat makna dan dapat merenungkan arti kehidupan agar lebih

baik lagi. Setelah penulis meneliti cerita dari Kitab Komik Sufi, mengandung

makna dan pesan-pesan Moral Islami. Penulis akan menjabarkan isi pesan-

pesan serta makna yang ada di dalam Kitab Komik Sufi.

Di dalam Kitab Komik Sufi peneliti menemukan 5 cerita yang

mengandung makna pesan moral islami yang sesuai dengan perumusan

masalah dalam penelitian ini. Pesan yang ada di dalam komik secara umum

adalah, pesan yang berlandaskan pesan moral islami. Diantaranya adalah

tentang pentingnya bersyukur, bertaqwa kepada Allah, Jangan mencari-cari

kesalahan orang lain, Jauhilah sikap sombong dan menggantinya dengan

sikap tawadhu dan Kejujuran.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis dan pembahasan pada bab-bab terdahulu,

di bawah ini beberapa kesimpulan yang diperoleh oleh penulis adalah dari

keseluruhan isi cerita, penyajian pesan moral islami dalam komik ini terbilang

baik, hal ini terbukti dari penggambaran pengarang dalam bentuk dialog antar

tokoh serta paparan-paparan kejadian atau peristiwa yang dialami. Bahasa

narasi dan deskripsi atau ujaran yang digunakan lugas dan sesekali

menggunakan perumpamaan untuk menambah estetika membaca bagi

pembaca. Boleh jadi hal ini dimaksudkan agar pesan-pesan moral islami di

dalamnya lebih mudah dicerna dan ditangkap pembaca.

Kesimpulan yang didapat dari hasil analisis dan temuan pada 5 gambar

yang di analisis dalam kitab komik sufi edisi pertama karya dari Bayu

Priyambodo tahun 2014, adalah sebagai berikut:

Dalam buku komik Kitab Komik Sufi yang berjenis komik Islami dan

edukasi ini terdapat Representamen yang di dalamnya terdapat (ikon, indeks,

dan simbol), object, dan interpretant. Ikon yang sering muncul dalam komik

ini adalah sufi dan murid. Kehadiran Sufi disetiap panel menjadi indeks bahwa

ia adalah tokoh yang menjadi pemeran paling utama di antara Murid, Darwis,

Syaikh Sufi, Setan dan Hawa nafsu. Peran Sufi yang menjadi salah satu tokoh

utama ini memang selalu muncul dalam setiap panel, dan menjadi simbol

sebagai seorang yang memberikan kata-kata bijak dimana setiap cerita

76
77

memberikan pesan-pesan yang syarat dengan nilai moral islami. Sufi tersebut

memiliki akhlak mulia dan baik dalam setiap perkataan dan ucapan serta

segala aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari.

Kemudian Object dalam Kitab Komik Sufi ini adalah ruang terbuka di

antaranya adalah di jalan, di rumah, dan di kebun. Dari lima tema yang

terdapat didalam Kitab Komik Sufi, ketiga tempat tersebut yang selalu muncul

disetiap panel, karena alur cerita di dalam komik ini mengisahkan tentang

rutinitas sehari-hari yang biasa dilakukan di dalam kehidupan Sufi.

Interpretant atau Pesan yang ada di dalam komik secara umum adalah,

pesan yang berlandaskan pesan moral islami. Diantaranya adalah tentang

pentingnya bersyukur, bertaqwa kepada Allah, Jangan mencari-cari kesalahan

orang lain, Jauhilah sikap sombong dan menggantinya dengan sikap tawadhu

dan Kejujuran. Di dalam cerita komik ini dilengkapi kisah-kisah yang syarat

dengan moral islami yang menjadikan satu kesatuan, membentuk suatu sinergi

yang positif, menjadikan contoh perilaku, budi pekerti yang baik dalam

memajukan proses pendidikan bagi masyarakat luas. Kecerdasan emosional

dan spiritual ternyata juga menjadi suatu kebutuhan akan diri seorang yang

akan terus tumbuh berkembang, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan juga teknologi. Hal ini patut menjadi bahan kajian, karena dalam

mendidik seorang pembentukan perilaku sangatlah penting untuk masa

depannya, agar memiliki sifat-sifat yang mulia dan juga menjadikan pribadi

yang sukses dan visioner dalam kehidupan didunia dan juga bekal di akhirat.
78

Komik ini juga menunjukkan, untuk kita agar bisa memilih sesuatu

yang baik ataupun yang tidak baik, akhlak mahmudah atau akhlak

mazmummah dalam hal ini menghadirkan hawa nafsu yang berperan sebagai

pengganggu dan penghasut yang merepresentasikan dari belenggu-belenggu

hati dan pikiran manusia. Hal ini pula mengingatkan kita untuk selalu menjaga

kekuatan Iman Islam dalam setiap langkah, karena syetan atau hawa nafsu

memang diciptakan Allah SWT untuk mengukur kadar keimanan manusia

yang sebenarnya memiliki derajat yang lebih tinggi dari makhluk ciptaan-Nya

yang lain.

B. Saran-saran

1. Para pelaku dakwah hendaknya lebih menyadari bahwa karya seni seperti

komik merupkan salah satu alat yang efektif dalam menyampaikan pesan

moral islami. Oleh karenanya, para pengarang dapat mempelajari cara

pembuatan komik yang lebih baik dan menarik dan memanfaatkannya

sebagai sarana dakwah dan penyampaian moral yang tak mungkin ada

dalam narasi lain.

2. Pengemasan komik ini bisa dikatakan rapi, dengan pilihan desain sampul

yang apik, elegan dan menarik.

3. Semoga hal-hal yang baik dalam penelitian ini menjadi masukan yang

dapat mengembangkan karya seni seperti komik yang sarat dengan nilai-

nilai religi, akhlak dan moral agar dapat menjadi lebih baik.
79

4. Untuk para komikus hendaklah mengasah kreativitasnya dalam membuat

komik yang mengandung nilai-nilai Islam dan dikemas dengan bentuk

yang menarik perhatian pembacanya. Tidak saja komik yang ditujukan

untuk anak-anak yang bertemakan Islam, tetapi juga bisa untuk segala

jenis gender, dan umur. Mengingatkan kisah-kisah Rasulullah SAW dan

juga perintah Allah SWT yang dikemas melalui media komik merupakan

pesan dakwah yang sangat menarik perhatian para pembaca dan penikmat

komik.
DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saifuddin. Wawasan Islam. Jakarta : Gema Insani Press. 1993.
Atmakusumah. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta : Cipta Adi Pustaka.
Boneff, Marcel, S. Hidayat, Rahayu (Penerj). Komik Indonesia. Jakarta : KPG.
1998.
Budiman, Kris. Semiotika Visual Konsep, Isu dan Problem Ikonitas. Yogyakarta :
Jalasutra. 2011.
Danesi, Marcel. Pesan, Tanda, Makna. Yogyakarta : Jalasutra. 2010.
Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta : Jalasutra.
2010.
Darajat, Zakiyah. Peranan Agama Islam Dalam Kesehatan Mental. Jakarta : Haji
Masagung, 1993.
DEPDIKNAS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 2002.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka. 1999. Cet. Ke-10
Fisher, B. Aubrey Trimo, Soejono (Penerj). Teori-teori Komunikasi. Bandung :
CV. Remadja Karya. 1978.
Har, Ershad Ahmad. “Analisis Isi Karung Mutiara Al-Ghazali”. Skripsi S1
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta,
2007.
Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Prenada Media
Grup.
McCloud, Scout. Understanding Comics (Memahami Komik). Jakarta :
Kepustakaan Populer Gramedia. 2001.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2007.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Press, 2003. Cet. Ke-5.
Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Jogjakarta : Gajah Mada University
Press. 1995.
Purwanto, Yadi. Etika Profesi. Bandung : PT. Repika Aditama. 2007.
Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka, 1991. cet. ke XXI.

80
81

Sant, Esvandiari. Cara Mudah Mengedit Komik dengan Photoshop. Jakarta : PT


Elex Media Komputindo.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2003.
Tebba, Sudirman. Etika dan Tasawuf Jawa. Jakarta : Pustaka Irvan, 2007.
Wardoyo, Purwahadi. Moral dan Masalahnya. Jogjakarta : Kanisius. 1990. cet.
ke-9.
Widjaja, H. A. W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta : Rineke Cipta.
1998.
Widjaja, H. A. W. Komunikasi : Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta
: Rajawali Pers. 2003. cet. ke-5.
Wijaya, I Dewa Putu. Kartun Studi Tentang Permainan Bahasa. Yogyakarta :
PT.Ombak. 2004. cet. ke-1.

Sumber Lain :

http://karikatur-gendeng.blogspot.com di akses pada tanggal 20 juni 2014 jam


15:45

Anda mungkin juga menyukai