Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN BAHAYA ANEMIA


PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 KEDONDONG
PESAWARAN TAHUN 2016

OLEH:

OKTARIA SAFITRI
0210109001

AKADEMI KEBIDANAN ADILA


BANDAR LAMPUNG
2016

1
2
RINGKASAN KEGIATAN
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat
terutama di Negara berkembang. Prevalensinya kejadian anemia di Negara
berkembang mencapai 20% World Health Organization (2001). Menurut
WHO, sekitar 25-40% remaja putri di Asia Tenggara menderita
anemiatingkat ringan sampai berat. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995 prevalensi anemia remaja putri adalah 57.1%
sedangkan tahun 2001 sebesar 30%.
Hasil penelitian pada beberapa Negara di Indonesia menunjukkan
tingginya pravalensi anemia pada remaja di Indonesia. Penelitian yang
dilakukan oleh Saidin (2001) dan Legimen (2002), didapatkan pravalensi
anemia pada remaja sebesar 41 dan 85%. Masa remaja merupakan masa
pertumbuhan dimana remaja membutuhkan energi, protein dan zat-zat gizi
lainnya yang lebih banyak dibanding dengan kelompok umur lain.
Pematangan seksual pada remaja menyebabkan kebutuhan zat besi
meningkat.
Tingkat pengetahuan seseorang terhadap asupan besi akan
berpengaruh pada kecukupan besi pada seseorang. Hasil penelitian dari
Rachmawati (2008) juga sejalan dengan penelitian Dian Gunatmaningsih
yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang berhubungan
dengan kejadian anemia.Pendidikan mengenai bahan makanan dan pola
hidup sehat menyebabkan pengaruh yang signifikan antara tingkat
pendidikan terhadap status anemia di Indonesia.
Kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat
TRIDARMA perguruan tinggi akbid Bandar Lampung, dimana kegiatan ini
akan dilaksanakan pada bulan Maret 2016 bertempat di SMA I
Kedondong. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini berupa
penyuluhan. Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan siswa terhadap kebutuhan besi dalam upaya untuk mencegah
kejadian anemia.

3
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkah, rahmat
dan lindungan-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal pengabdian masyarakat
yang berjudul “Penyuluhan BAHAYA ANEMIA” bagi dosen Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung tanpa halangan suatu apapun.
Proposal ini dibuat sebagai salah satu bentuk pengabdian masyarakat oleh
dosen Kebidanan Adila Bandar Lampung khusunya di bidang Penelitian. Proposal
pengabdian masyarakat ini sebagai bentuk integrasi nilai-nilai evidence based di
bidang penelitian dan pengabdian masyarakat sehingga dapat diterapkan dalam
Asuhan kebidanan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Wazni Adila., M.P.H, selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung.
2. Puspita Dewi, M.Kes., selaku ketua LPPM yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dan arahan kepada kami untuk hingga terselesainya penelitian ini.
3. Oktaria safitri dan mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
yang telah menyediakan tempat dan memfasilitasi jalannya penelitian.
4. Kapala sekolah SMA N I kedondong yang telah memfasilitasi tempat dan
sarana prasarana selama kegiatan ini berlagsung.
5. Teman-teman dosen Akademi kebidanan Adila Bandar Lampung yang
senantiasa mendukung dan memberi semangat sampai penelitian ini selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal
penelitian dan pengabdian ini, oleh karena itu masukan dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan laporan penelitian ini
selanjutnya
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Bandar Lampung, maret 2016

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
RINGKASAN KEGIATAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C. Tujuan Kegiatan..................................................................................... 4
D. Manfaat Kegiatan .................................................................................. 4
E. Sasaran .................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Remaja ................................................................................ 5
B. Akibat Pubertas ..................................................................................... 6
C. Anemia .................................................................................................. 7
1. Pengertian Anemia........................................................................... 7
2. Tanda Gejala Anemia ..................................................................... 8
3. Penyebab Anemia ........................................................................... 9
4. Dampak Anemia Bagi Remaja ....................................................... 10
5. Pencegahan Anemia ........................................................................ 10
6. Kebutuhan Zat Besi Pada Remaja .................................................. 11
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Anemia .................................... 12

BAB III METODE PENELITIAN


A. Kerangka Pemecahan Masalah ............................................................. 19
B. Metode Kegiatan .................................................................................. 19
C. Monitoring dan Evaluasi ....................................................................... 19
D. Jadwal Pelaksanaan .............................................................................. 20
E. Rencana Anggaran ................................................................................ 20

BAB IV METODE PEMECAHAN MASALAH


A. Hasil Identifikasi Masalah .................................................................. 21
B. Proses Pelaksanaan ............................................................................. 21
C. Pembahasan ........................................................................................ 22
D. Susunan Kegiatan ............................................................................... 24
E. Monitoring dan Evaluasi .................................................................... 25

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................. 26
B. Saran ................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kegiatan


Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat
terutama di Negara berkembang. Prevalensinya kejadian anemia di Negara
berkembang mencapai 20% World Health Organization (2001). Menurut
WHO, sekitar 25-40% remaja putri di Asia Tenggara menderita
anemiatingkat ringan sampai berat. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995 prevalensi anemia remaja putri adalah 57.1%
sedangkan tahun 2001 sebesar 30%.
Menurut Leenstra (2003) Cit., Nursari (2010), prevalensi anemia
pada remaja putri umur 12-18 tahun sebesar 21.1 % sedangkan di
Morogoro Municipality Tanzania ditemukan prevalensi anemia pada
remaja putri umur 11-17 tahun sebesar 42 % Kinabo, et., al (2003) dalam
Nursari, (2010). Di negara India, 60-70 % remaja putri menderita anemia
Pande, (2004) Cit., Nursari, (2010). Hasil penelitian Chang, et.al., (2006)
Cit., Nursari (2010) di Kuala Lumpur Malaysia, ditemukan prevalensi
anemia pada remaja putri sebesar 28.3 %.
Hasil penelitian pada beberapa Negara di Indonesia menunjukkan
tingginya pravalensi anemia pada remaja di Indonesia. Penelitian yang
dilakukan oleh Saidin (2001) dan Legimen (2002), didapatkan pravalensi
anemia pada remaja sebesar 41 dan 85%. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh (2000) Cit., Sari (2011), yang dilakukan di Semarang
menunjukkan kejadian anemia sebesar 50,12%.
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dimana remaja
membutuhkan energi, protein dan zat-zat gizi lainnya yang lebih banyak
dibanding dengan kelompok umur lain. Pematangan seksual pada remaja
menyebabkan kebutuhan zat besi meningkat. Kebutuhan zat besi remaja
perempuan lebih tinggi dibanding remaja laki-laki, karena dibutuhkan untuk
mengganti zat besi yang hilang pada saat menstruasi (Hallberg, 1994).
6
1
2
Konsentrasi belajar menurun sehingga prestasi belajar rendah dan
dapat menurunkan produktivitas kerja. Disamping itu juga menurunkan daya
talian tubuh sehingga mudah terkena infeksi (WHO, 2001) . Anemia dapat
mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani serta berpengaruh terhadap
kreativitas dan prestasi belajar remaja. Siswa yang mengalami anemia
memiliki kecenderungan untuk mengalami lelah, letih , lunglai dan lesu,
akibatnya motivasi dalam belajar menurun.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi kejadian anemia pada remaja
diantaranya, tingkat pendidikan, asupan besi, status gizi, status ekonomi,
infeksi atau penyakit, demografi, gaya hidup, serta kurangnya informasi.
Anemia gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling umum
dijumpai terutama di negara–negara sedang berkembang. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Jackson dan Al-Mousa (2000) yang
mengatakan bahwa Anemia merupakan masalah gizi dengan prevalensi
yang tinggi. Anemia gizi pada umumnya dijumpai pada golongan rawan
gizi yaitu ibu hamil (bumil), ibu menyusui (busui), anak balita, anak
sekolah, anak pekerja atau buruh yang berpenghasilan rendah.
Pendidikan berpengaruh dalam kejadian anemia, pendidikan
berkaitan dengan perawatan kesehatan, higiene, kesadaran terhadap anak
dan keluarga, di samping itu pendidikan juga berpengaruh terhadap faktor
sosial ekonomi lainnya seperti pendapatan, pekerjaan, makanan dan
perumahan. Tingkat pendidikan ibu menentukan pengetahuan dan
ketrampilan dalam mengatur pola makan dan gaya hidup. Gaya hidup dan
pola makan ini selanjutnya berkontribusi dalam mempengaruhi status gizi
seseorang, dan selanjutnya berpengaruh dalam kejadian anemia.
Status ekonomi berpengaruh terhadap asupan besi seseorang.
Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia gizi di Negara berkembang
adalah keadaan sosial ekonomi yang rendah yang meliputi pendidikan
orang tua dan penghasilan yang rendah serta keadaan kesehatan
lingkungan yang buruk. Menurut Suhardjo (1989) bahwa rendahnya
3
tingkat konsumsi disebabkan oleh pemanfaatan pangan belum
optimal, distribusi makanan belum merata, pengetahuan tentang gizi dan
pangan kurang, faktor sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan rendah,
besar keluarga tinggi, tingkat pengetahuan rendah serta faktor budaya
setempat yang tidak mendukung antara lain masih terdapat pantangan,
tahayul, tabu dalam masyarakat.
Tingkat pengetahuan seseorang terhadap asupan besi akan
berpengaruh pada kecukupan besi pada seseorang. Hasil penelitian dari
Rachmawati (2008) juga sejalan dengan penelitian Dian Gunatmaningsih
yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang berhubungan
dengan kejadian anemia.Pendidikan mengenai bahan makanan dan pola
hidup sehat menyebabkan pengaruh yang signifikan antara tingkat
pendidikan terhadap status anemia di Indonesia.
Kejadian anemia juga sering dihubungkan dengan status gizi
seseorang. Pola hidup seseorang dalam mengkonsumsi makanan akan
mempengaruhi status nutrisi pada dirinya. Status gizi akan mempengaruhi
kekebalan tubuh seseorang sehingga mempengaruhi kerentanan seseorang
terhadap infeksi atau kejadian suatu penyakit (Husaini, 1989). Penelitian
yang dilakukan oleh Antelman et al. (2000) di Tanzania menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan indeks massa tubuh (IMT), konsumsi
sayuran dan kadar serum retinol dengan anemia pada wanita usia subur.
Beberapa penyebab lain seperti adanya infeksi atau penyakit yang
dimiliki seseorang akan berkontribusi terhadap asupan besi pada
seseorang. Tatala et.,al (1998) yang menyatakan ada hubungan antara
infeksi malaria dengan kejadian anemia. Infeksi malaria menjadi salah satu
faktor kejadian anemia pada remaja di daerah endemis malaria, meskipun
demikian beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda. Beberapa
penelitian menunjukkan gambaran penyebab berkurangnya asupan besi
pada remaja selain dipengaruhi oleh faktor infeksi juga dipengaruhi oleh
faktor gaya hidup, berkurangnya nafsu makan, anemia besi dan lain-lain.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah “rendahnya pengetahuan
remaja mengenai anemia”

C. Tujuan
1) Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan
remaja mengenai pentingnya asupan gizi untuk mencegah kejadian
anemia.

2) Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan siswa terhadap pentingnya asupan gizi
untuk mencegah anemia

b. Meningkatkan wawasan mahasiswa terhadap gaya hidup dan pola


makan dalam memenuhi status gizi

c. Meningkatkan wawasan mahasiswa terhadap kondisi yang dapat


mempengaruhi anemia

D. Manfaat Kegiatan
Setelah diberi penyuluhan diharapkan mahasiswa dapat:
1) Memiliki pengetahuan terhadap pentingnya asupan gizi untuk
mencegah anemia
2) Memiliki wawasan terhadap gaya hidup dan pola makan dalam
memenuhi status gizi
3) Memiliki wawasan terhadap kondisi yang dapat mempengaruhi anemia

E. Sasaran Kegiatan
Remaja awal yang berada di Wilayah SMA N 1 KEDONDONG
KABUPATEN PESARAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Remaja
Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju
kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional.
(Al-Mighwar, 2006).
Masa remaja merupakan kelompok penduduk dengan usia 10-19
tahun yang disebut juga dengan masa transisi, biologik, psikologis,
maupun sosial ekonomi. Masa remaja juga disebut dengan masa
adolesence yaitu yang disebut dengan masa muda young peopel (10-24
tahun) atau usia muda youth (15-24 tahun).
Masa remaja (usia 10-19 tahun) adalah masa yang khusus dan
penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi
manusia. Masa remaja disebut juga masa pubertas, merupakan masa
transisi yang unik ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosi dan
pisikis. Tumbuh kembang masa remaja dibedakan dari:
1. Masa remaja awal, 10 – 13 tahun.
2. Masa remaja tengah, 14 – 16 tahun.
3. Masa remaja akhir, 17 – 19 tahun.
Perkembangan fisik remaja:

a. Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan :


1. Mulai menstruasi.
2. Payudara dan pantat membesar.
3. Indung telur membesar.
4. Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
5. Vagina mengeluarkan cairan.
6. Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina
7. Tubuh bertambah tinggi.

5
6

b. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :


1. Terjadi perubahan suara mejadi besar dan mantap.
2. Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
3. Tumbuh kumis.
4. Mengalami mimpi basah.
5. Tumbuh jakun.
6. Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
7. Penis dan buah zakar membesar.
c. Perubahan psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun
remaja laki-laki, mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan,
lingkungan pergaulan dan tanggung jawab, yaitu :
1. Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan
kelompoknya.
2. Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang
tua
3. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
4. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat
tergantung pada kelompoknya.

B. Akibat Pubertas

1) Akibat terhadap keadaan fisik


Pertumbuhan yang pesat dan perubahan-perubahan tubuh
cenderung disertai kelelahan, kelesuan dan gejala-gejala buruk
lainnya. Sering terjadi gangguan pencernaann dan nafsu makan
kurang baik. Anak prapuber sering terganggu oleh perubahan
perubahan kelenjar, besarnya, dan posisi organ-organ internal.
Perubahan-perubahan ini menganggu fungsi pencernaan yang
normal. Anemia sering terjadi pada masa ini, bukan karena adanya
perubahan dalam kimiawi darah tetapi kebiasaan makan yang tidak
menentu yang semakin menambah kelelahan dan kelesuan.
7

2) Akibat Sikap dan Perilaku


Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa puber pada
keadaan fisik anak juga mempengaruhi sikap dan perilaku. Pada
umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada anak
perempuan daripada anak laki-laki, sebagian disebabkan karena
anak perempuan biasanya lebih cepat matang daripada anak laki-
laki dan sebagian karena banyak hambatan-hambatan sosial mulai
ditekankan pada perilaku anak perempuan justru pada saat anak
perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai
pembatasan.

C. Anemia

1. Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb/hitung


eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia
bila Hb<1.4 g/dl dan Ht<41% pada pria atau Hb<12 g/dl dan
Ht<37% pada wanita.

Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar


HB , hematokrit, dan jumlah eritrosit, dibawah nilai normal. Pada
penderita anemia, lebih sering sering disebut kurang darah, kadar
sel darah merah (HB) di bawah nilai normal.

Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan


defisiensi pada ukuran dan jumlah eritrosit atau pada kadar
hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi pertukaran O2 dan
CO2 diantara jaringan dan darah. Pada penderita anemia, lebih
sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin
atau Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena
kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi,
8

asam folat dan vitamin B12, tetapi yang sering terjadi karena
kekurangan zat besi.

Anemia difisiensi besi dan protein dari makanan, adanya


gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis dan
meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa
pertumbuhan dan masa penyembuhan dari penyakit (Depkes,
2007).

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), anemia adalah istilah


yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan
merupakan pencerminaan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangku oksigen ke
jaringan.

Perempuan lebih rentan anemia dibanding dengan laki-laki.


Kebutuhan zat besi pada perempuan adalah 3 kali lebih besar
daripada pada laki-laki. Perempuan setiap bulan mengalami
menstruasi yang secara otomatis mengeluarkan darah. Itulah
sebabnya perempuan membutuhkan zat besi untuk mengembalikan
kondisi tubuhnya kekeadaan semula. Hal tersebut tidak terjadi pada
laki-laki. Demikian pula pada waktu kehamilan, kebutuhan akan
zat besi meningkat 3 kali dibanding dengan pada waktu

2. Tanda Gejala Anemia

Menurut Proverawati & Asfuah (2009), tanda-tanda anemia pada


remaja putri adalah :
a. Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5L)
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan
telapak tangan menjadi pucat.
9

3. Penyebab Anemia

Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang


berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan
konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Anemia terjadi karena
produksi sel-sel darah merah tidak mencukupi, yang disebabkan
oleh faktor konsumsi zat gizi, khususnya zat besi. Pada daerah-
daerah tertentu, anemia dapat dipengaruhi oleh investasi cacing
tambang.

Cacing tambang yang menempel pada dinding usus dan


memakan makanan membuat zat gizi tidak dapat diserap dengan
sempurna. Akibatnya, seseorang menderita kurang gizi, khususnya
zat besi. Gigitan cacing tambang pada dinding usus juga
menyebabkan terjadinya pendarahan sehingga akan kehilangan
banyak sel darah merah. Pendarahan dapat terjadi pada kondisi
eksternal maupun internal, misalnya pada waktu kecelakaan atau
menstruasi yang banyak bagi perempuan remaja (Supariasa, 2001).

Salah satu penyebab kurangnya asupan zat besi adalah


karena pola konsumsi masyarakat Indonesia yang masih
didominasi sayuran sebagai sumber zat besi (non heme iron).
Sedangkan daging dan protein hewani lain (ayam dan ikan) yang
diketahui sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron), jarang
dikonsumsi terutama oleh masyarakat di pedesaan sehingga hal ini
menyebabkan rendahnya penggunaan dan penyerapan zat besi
(Sediaoetama, 2003).

Selain itu penyebab anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh


kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit
kronis, kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit
(cacing). Di Indonesia penyakit kecacingan masih merupakan
masalah yang besar untuk kasus anemia defisiensi besi, karena
10

diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setiap harinya


(Proverawati & Asfuah (2009).

4. Dampak Anemia Bagi Remaja

Menurut Sediaoetama (2003), dampak anemia bagi remaja putri


adalah :
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak
mencapai optimal.
c. Menurunkan kemampuan fisik olahraga.
d. Mengakibatkan muka pucat.

5. Pencegahan Anemia

Menurut Almatzier (2009), cara mencegah dan mengobati anemia


adalah :

a. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi. Makan makanan


yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati
(sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).

b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak


mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam,
jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

c. Menambah pemasukan at besi kedalam tubuh dengan minum


Tablet Tambah Darah (TTD). Tablet Tambah Darah adalah
tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Ferro
Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.

Wanita dan Remaja Putri perlu minum Tablet Tambah


Darah karena wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat
11

besi untuk mengganti darah yang hilang. Wanita mengalami


hamil, menyusui, sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi
yang perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja.
Tablet tambah darah mampu mengobati wanita dan remaja
putri yang menderita anemia, meningkatkan kemampuan
belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia
serta generasi penerus. Meningkatkan status gizi dan kesehatan
remaja putri dan wanita.

Anjuran minum yaitu minumlah 1 (satu) tablet tambah


darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet setiap
hari selama haid. Minumlah tablet tambah darah dengan air
putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena dapat
menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga
manfaatnya menjadi berkurang.

d. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat


anemia seperti: kecacingan, malaria dan penyakit TBC.

6. Kebutuhan Zat Besi pada Remaja Putri


a. Pertumbuhan Fisik
Pada usia remaja tumbuh kembang tubuh berlangsung lambat
bahkan akan berhenti menjelang usia 18 tahun, tidak berarti
faktor gizi pada usia ini tidak memerlukan perhatian lagi.
Selain itu keterlambatan tumbuh kembang tubuh pada usia
sebelumnya akan dikejar pada usia ini. Ini berarti pemenuhan
kecukupan gizi sangat penting agar tumbuh kembang tubuh
berlangsung dengan sempurna. Taraf gizi seseorang, dimana
makin tinggi kebutuhan akan zat besi, misalnya pada masa
pertumbuhan, kehamilan dan penderita anemia (Moeji, 2003).
12

b. Aktivitas Fisik
Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas tubuh
meningkat sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat
(Moeji, 2003).

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia


Menurut Almatsier (2009), faktor yang mempengaruhi anemia
pada remaja putri adalah :
a. Pegetahuan Mengenai Gizi
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yaknik indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri
sendiri maupun orang lain. Status gizi yang baik adalah penting
bagi kesehatan setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui
dan anaknya. Setiap orang akan memiliki gizi yang cukup jika
makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi yang
diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang
sangat penting di dalam penggunaan dan pemberian bahan
makanan yang baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang
seimbang. Tingkat pengetahuan seseorang berhubungan dengan
latar pendidikannya. Tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap pengetahuan gizi yang
diperoleh (Supariasa, 2001).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya suatu persepsi seseorang. Tingkat
pengetahuan seseorang juga mempengaruhi persepsi dan
perilaku individu, yang mana makin tinggi pengetahuan
seseorang maka makin baik menafsirkan sesuatu.
13

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dibagi menjadi


enam domain yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat itu adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang ketahui, dan
dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi
haus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya, terhadap objek
yang dipelajari
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
14

5) Sintesis (Syntetis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun farmasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap
itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2003).
Sikap positif atau negatif aorang dalam menilai pentingnya
status gizi akan berpengaruh pada asupan besi seseorang yang
selanjutnya berkontribusi pada kejadian anemia. Sikap
seseorang terhadap suatu tindakan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya 1) Pengalaman pribadi, 2) pengaruh orang
lain yang dianggap penting, 2) pengaruh budaya, 3) Media
masa, 3) faktor pendidikan, 5) dan faktor psikis.
Sikap positif seseorang dalam melakukan tindakan
ditentukan oleh arah dan tujuan dari sebuah tindakan,
keseringan melakukan tindakan (intensitas), keleluasaan (setuju
atau tidak setuju dalam melakukan tindakan), konsistensi
15

(keseuaian antara pernyataan dan sikap), spontanitas


(menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan
sikapnya secara spontan). Sikap diagi menjadi sikap positif dan
sikap negatif.
c. Praktek Pencegahan
Praktek pencegahan dipengaruhi oleh faktor pemungkin,
predisposisi dan penguat.
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposising factors) Faktor
ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang
dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi.
2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, sumber
daya/dana, keterampilan, dan keterjangkauan.
3) Faktor-faktor penguat
Faktor-faktor ini meliputi dukungan keluarga, faktor sikap
dan perilaku tokoh masyarakat, agama, sikap dan perilaku
para petugas kesehatan termasuk juga disini undang-
undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun
pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
d. Pendapatan Orang Tua
Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang
dibeli. Dengan uang tambahan, sebagian besar pendapatan
tambahan itu untuk pembelanjaan makanan. Pendapatan
merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan
kualitas dan kuantitas makanan, maka pendapatan erat
hubungannya dengan gizi.
16

Kebutuhan energi dan nutrisi remaja dipengaruhi oleh usia


reproduksi, tingkat aktivitas dan status nutrisi. Remaja yang
berasal dari sosial ekonomi rendah, risiko defisiensi zat besi
sebelum hamil. Pemberian tambahan energi diberikan kepada
remaja dengan berat badan rendah. Penambahan energi
didapatkan biasanya dengan meningkatkan nafsu makan, akan
tetapi seorang remaja sering terlalu memperhatikan
penambahan berat badannya. Seorang remaja dapat mengalami
peningkatan risiko defisiensi zat besi, karena kebutuhan yang
meningkat sehubungan dengan pertumbuhan (Sediaoetama,
2003).
e. Pendidikan Orang tua
Tingkat pendidikan gizi merupakan salah satu upaya untuk
menanggulangi masalah gizi masyarakat. Faktor masalah gizi
adalah kurangnya ketersediaan pangan, rendahnya daya beli
dan rendahnya pendidikan atau pengetahuan. Dengan adanya
pendidikan diharapkan terjadinya perubahan perilaku ke arah
perbaikan konsumsi pangan dan status gizi (Sukmadinata,
2003).
f. Asupan Makanan
Untuk memproduksi sel darah merah, diperlukan
serangkaian zat gizi. Yang paling penting adalah zat besi,
vitamin Bc (asam folat), dan vitamin B12 (cyanocobalamine).
Bahan lain yang perlu tersedia : protein, piridoksin (vitamin
B6), asam askorbat (ascorbic acid, bahan dasar vitamin C),
vitamin E, dan tembaga (Proverawati & Asfuah, 2009).
Konsumsi makanan sehari-hari yang mengandung zat besi,
tetapi juga mengandung zat penghambat yang tinggi, dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan zat besi. Beberapa faktor
tersebut adalah tannin dalam teh, fitat, oksalat dalam sayur
hijau, polifenon dalam kedelai dan serat makanan. Zat besi
17

dengan senyawa tersebut akan membentuk senyawa kompleks


yang sulit untuk diserap usus (Arisman, 2004).
g. Perdarahan
Pada daerah-daerah tertentu, anemia dapat dipengaruhi oleh
investasi cacing tambang. Cacing tambang yang menempel
pada dinding usus dan memakan makanan zat gizi tidak dapat
diserap secara sempurna. Akibatnya, seseorang menderita
kurang gizi, khususnya zat besi. Gigitan cacing tambang pada
dinding usus juga menyebabkan terjadinya perdarahan
sehingga tubuh akan kehilangan banyak sel darah merah.
Perdarahan dapat terjadi pada kondisi internal maupun
eksternal, misalnya pada waktu kecelakaan atau menstruasi
yang banyak bagi perempuan remaja.
h. Konsumsi Zat Besi
Terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme (40%) dan besi
non hem. Besi non hem merupakan sumber utama zat besi
dalam makanan. Terdapat dalam semua jenis sayuran misalnya
sayuran hijau, kacang-kacangan, kentang dan serealia serta
beberapa jenis buah-buahan. Sedangkan besi hem hampir
semua terdapat dalam makanan hewani antara lain daging,
ikan, ayam, hati dan organ – organ lain (Almatsier, 2001).
Masa remaja, khususnya remaja putri sering sangat sadar
akan bentuk tubuhnya, sehingga banyak yang membatasi
konsumsi makanannya. Selain itu remaja khususnya remaja
putri semakin menggemari junk food yang sangat sedikit
(bahkan ada yang tidak ada sama sekali) kandungan kalsium,
besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan vitamin (Djaeni,
2000).
18

BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah

Tingginya angka
anemia pada
remaja di
Peningkatan Meningkatnya
Kurangnya pengetahuan pengetahuan
pengetahuan remaja remaja remaja
mengenai mengenai mengenai
pentingnya asupan anemia anemia, asupan
gizi dan besi melalui gizi dan cara
penyuluhan mencegahnya
Tingginya Pola
makan dan gaya
hidup pada remaja

B. Metode Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016 bertempat di SMA N 1
Sendang Agung. Metode yang digunakan berupa penyuluhan, diskusi,
tanya jawab dan demonstrasi. Media yang digunakan berupa poster dan
leaflet.

C. Monitoring dan Evaluasi


1. Monitoring dilakukan dengan observasi langsung pada saat
penyuluhan dengan melihat interaksi antara peserta dengan pemateri
saat penyuluhan.
2. Evaluasi dilakukan melalui tanya jawab secara lisan dan kuesioner
pre test dan post test sebelum dan setelah penyuluhan.

19
20

D. Jadwal Pelaksanaan
No Kegiatan Februari Maret April
M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
1 Persiapan
2 Pelaksanaan
3 Pelaporan

E. Anggaran Kegiatan
No Kegiatan Kebutuhan Anggaran
1 Pembukaan Konsumsi 40 x 10.000 Rp. 400.000
2 Pembuatan Leaflet, 40 x @Rp. 4.000 Rp. 200.000
Bannner dan poster
3 Pembuatan Banner 1 x @ 80.000 Rp. 80.000
4. Fotocopy materi 40 x @ 3.000 Rp. 120.000
5. Penyewaan Audio, Rp. 50.000
proyektor, dll
6. ATK Rp. 50.000
7. Transport @ 100.000 Rp. 100.000
8. Pembuatan Laporan 2 x @ 50.000 Rp. 100.000
9. Souvenir @ 50.000 Rp. 50.000
Total Rp. 1.150.000
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Identifkasi Masalah


Berdasarkan hasil identifikasi masalah pada kegiatan pengabdian
masyarakat yang dilakukan pada bulan 17 Maret tahun 2016 di SMA N I
KEDONDONG, didapatkan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan
penyuluhan adalah 40 orang yang terdiri dari 28 (70%) remaja putri dan 12
(30%) remaja putra. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan melalui pre
test dan post test menunjukkan 57,5% memiliki pengetahuan cukup mengenai
anemia pada remaja, 27,5% memiliki pengetahuan baik mengenai anemia
pada remaja dan sisanya 15% memiliki pengetahuan kurang mengenai anemia
pada remaja.
Hasil evaluasi post test menunjukkan peningkatan pengetahuan terhadap
sikap positif siswa terhadap pencegahan anemia pada remaja yang
digambarkan dengan peningkatan pengetahuan setelah diberi penyuluhan.
Hasil evaluasi menggambarkan tingkat pengetahuan remaja pada katagori baik
meningkat dari 27,5% menjadi 87,5%, sedangakan siswa berpengetahuan
kurang atau cukup menurun menjadi 22,5%.
Berdasarkan identifikasi siswa saat kegiatan, sebagian besar siswa
mengatakan memiliki pola makan tidak teratur. Beberapa siswa mengatakan
lebih menyukai makanan cepat saji. Dari segi menu makanan sebagian besar
makanan yang dikonsumsi dalam bentuk karbohidrat, sayur, protein seperti
tahu tempe, daging dan telur. Mayoritas siswa juga mengatakan jarang
mengkonsumsi buah-buahan, adapun buah buahan yang sering dikonsumsi
adalah jeruk, pepaya, apel, pir, pisang, semangka dan melon.

B. Proses Pelaksanaan
Proses penyuluhan diawali dengan persiapan yang dilakukan oleh tim kegiatan
pengabdian dan pihak sekolah, selanjutnya siswa melakukan registrasi dengan

21
22

mengisi lembar presensi. penyuluhan dilakukan oleh pemateri dari tim


pengabdian masyarakat, proses penyuluhan diawali dengan pembukaan.
Tujuan pembukaan adalah untuk menjelaskan tujuan dan manfaat kegiatan,
setelah pembukaan diberikan evaluasi awal terhadap pengetahuan siswa
mengenai anemia dimana siswa diberi lembar kuesioner dan dianjurkan untuk
mengisinya. setelah pembukaan dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu
penjelasan materi mengenai bahaya anemia, penyebab, gejala dan tanda, serta
cara pencegahan. Selanjutnya dilakukan evaluasi akhir setelah penyuluhan
untuk menilai pengetahuan siswa setelah diberi penyuluhan. Tahap akhir
adalah penilaian dan penutup.

C. Pembahasan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb/hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb<1.4 g/dl dan
Ht<41% pada pria atau Hb<12 g/dl dan Ht<37% pada wanita. Hasil
identifikasi mengenai pengetahuan terhadap pengetahuan siswa mengenai
anemia menunjukkan sebaian besar siswa memiliki pengetahuan cukup
mengenai anemia pada remaja. Kurangnya informasi dan kepedulian siswa
terhadap asupan gizi menjadi faktor utama penyebab rendahnya pengetahuan
terhadap anemia.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan


ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaknik indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun


orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan setiap orang,
termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang akan memiliki
gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi
yang diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat
penting di dalam penggunaan dan pemberian bahan makanan yang baik
23

sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang seimbang. Tingkat pengetahuan


seseorang berhubungan dengan latar pendidikannya. Tingkat pendidikan turut
pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap pengetahuan gizi yang
diperoleh (Supariasa, 2001).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk


terbentuknya suatu persepsi seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang juga
mempengaruhi persepsi dan perilaku individu, yang mana makin tinggi
pengetahuan seseorang maka makin baik menafsirkan sesuatu. Pengetahuan
yang dimiliki siswa akan mempengaruhi sikap dan perilaku dalam mencegah
anemia.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka
atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2003).

Sikap positif atau negatif orang dalam menilai pentingnya status gizi akan
berpengaruh pada asupan besi seseorang yang selanjutnya berkontribusi pada
kejadian anemia. Sikap seseorang terhadap suatu tindakan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya 1) Pengalaman pribadi, 2) pengaruh orang lain
yang dianggap penting, 2) pengaruh budaya, 3) Media masa, 3) faktor
pendidikan, 5) dan faktor psikis.

Sikap positif seseorang dalam melakukan tindakan ditentukan oleh arah


dan tujuan dari sebuah tindakan, keseringan melakukan tindakan (intensitas),
keleluasaan (setuju atau tidak setuju dalam melakukan tindakan), konsistensi
(keseuaian antara pernyataan dan sikap), spontanitas (menyangkut sejauhmana
kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan). Sikap diagi
menjadi sikap positif dan sikap negatif.
24

Sikap positif seseorang dibangun berdasarkan beberapa faktor, diantaranya


faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor-faktor
predisposisi (predisposising factors) Faktor ini mencakup: pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.

Faktor-faktor pemungkin (enabling factor) Faktor-faktor ini mencakup


ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,
sumber daya/dana, keterampilan, dan keterjangkauan. Faktor-faktor penguat
Faktor-faktor ini meliputi dukungan keluarga, faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan termasuk juga
disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan.

D. Susunan Kegiatan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Media, Alat Waktu
Peserta dan cara
1 Persiapan Oktaria safitri - Ketersediaan 11.00
dan Mahasiswa alat dan tempat
2 Registrasi Tim Mengisi 12.00 –
pengabdian lembar absensi 12.15
3 Pembukaan Bidan Mendengarkan Ceramah 12.15-
dan koordinator dan 12.30
sambutan ketua tim
pengabdian
masyarakat
4. Penyampaian Pemateri dari Mendengarkan, Power point,
materi tim pengabdian tanya jawab video, gambar
dan audio
Pembukaan 12.30
(pre test)
Inti
(ceramah, 12.40
tanya jawab,
diskusi)

Penutupan 13.00-
(Post test) 13.10
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Media, Alat Waktu
25

Peserta dan cara


5. Evaluasi Tim
pengabdian 13.10-
masyarakat 13.15
6 Dorprize Peserta Tanya jawab / Lembar 13.15-
responsi pertanyaan, 13.20
terhadap hasil audio, dan
sosialisasi souvenir
gerakan cuci
tangan
7 Penutup Tim mendengarkan Ceramah 13.30
pengabdian
masyarakan

E. Hasil Monitoring dan Evaluasi


1. Peserta berperan aktif saat penyuluhan dengan mengajukan tanya jawab
dan diskusi.
2. Terjadi peningkatan hasil evaluasi pre test dan post test pada tingkat
pengetahuan
3. Peserta terlihat antusias ketika mengikuti penyuluhan
4. 87,5% siswa memiliki pengetahuan yang baik mengenai anemia setelah
diberi penyuluhan.

25
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

1. Rendahnya pengetahuan remaja mengenai bahaya anemia pada remaja

2. Sebagian besar siswa memiliki sikap negatif terhadap pola makan dan
memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pengetahuan terhadap
kebutuhan status gizi

3. Meningkatnya pengetahuan siswa mengenai kesehatan reproduksi


yang baik setelah diberi penyuluhan.

B. Saran

1. Meningkatkan sosialisasi mengenai bahaya anemia pada remaja.

2. Sosialisasi tentang pemanfaatan lingkungan sebagai kebun keluarga


untuk memenuhi kecukupan gizi terutama asupan besi

3. Meningkatkan sosialisasi pencegahan anemia pada remaja.

26
Daftar Pustaka
WHO. lron Deficiency Anemia assessment, Prevention and Control. A guide for
Programe Managcr. 200 1 .2. Saidin M. Efektifitas.

Hallberg, L& Rossander-Hulthen, L., 1991. Iron Requirements in Menstruating


Women. Am J Clin Nutr, vol. 54, p:1047-1058.

Khumaidi, M., 1989. Gizi Masyarakat. Pusat Antar Universitas Pangan & Gizi
Bogor: IPB.

Kanani, S.J. & Poojara, R.H., 2000. Suplementation with Iron and Folic Acid
Enhances Growth in Adolescent Indian Girls. Am. J. Clin. Nutr, vol 130,p:
452S-453S

Permaesih, D, dkk., 1989. Hubungan Status Anemia dan Status Besi Wanita
Remaja Santri. Penelitian Gizi dan Makanan. Vol 11, p. 38-46.

Tatala, S. et al., 1998. Low Dietary Iron Availability is a Mayor Cause of


Anemia: a Nutrutrition Survey in The Lindi District of Tanzania. Am J
Clin Nutr, vol 68, p: 171-178.

27
DOKUMENTASI

28
29
30
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ANEMIA PADA REMAJA

1. Topik : Anemia
2. Sub pokok bahasan : Penyuluhan dan penanganan anemia pada remaja
3. Hari, Tanggal : 17 Maret 2016
4. Waktu : 60 menit
5. Tempat : SMA N 1 KEDONDONG
6. Penyuluh : Tim pengabdian masyarakat Adila Bandar
Lampung
7. Sasaran : Siswa remaja awal SMA N 1 Kedondong
8. Karakteristik : Remaja tingkat II SMA N 1 Kedondong
9. Jumlah : 40 orang

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan
remaja mengenai pentingnya asupan gizi untuk mencegah kejadian anemia.

31
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang anemia diharapkan mahasiswa
dapat :
d. Meningkatkan pengetahuan siswa terhadap pentingnya asupan gizi untuk
mencegah anemia

e. Meningkatkan wawasan mahasiswa terhadap gaya hidup dan pola makan


dalam memenuhi status gizi

f. Meningkatkan wawasan mahasiswa terhadap kondisi yang dapat


mempengaruhi anemia

B. Metode
Ceramah, diskusi, tanya jawab
C. Media
Leaflet, slide presentasi dan vidio
D. Susunan Kegiatan

No Tahap, Waktu Kegiatan Penyuluh


1. Membuka pertemuan dengan mengucapkan
salam perkenalan
2. Menjelaskan tentang tujuan umum dan
1. Pembukaan khusus pertemuan kali ini
5 Menit 3. Menyampaikan waktu/kontrak waktu yang
akan digunakan dan mendiskusikannya
dengan peserta pada pertemuan kali ini
4. Memberikan sedikit gambaran mengenai
informasi yang akan disampaikan pada hari
ini
2. Evaluasi awal Pretes
Siswa diminta untuk mengisi lembar
kuesioner yang sudah disediakan
a. Menjelaskan apa pengertian dari
anemia
Kegiatan inti b. Menjhelaskan dapat mengetahui
3.
20 Menit penyebab terjadinya anemia
c. Menjhelaskan dapat mengetahui tanda
dan gejala dari anemia
32
d. Menjhelaskan mengetahui dampak
dari anemia
e. Menjhelaskan mengetahui cara
mencegah terjadinya anemia

4. Evaluasi 1. Memberi kesempatan siswi bertanya


8 Menit 2. Menyimpulkan materi yang sudah
disampaikan
5. Penutup 1. Memberi doorprise kepada siswi yang
5 menit menjawab pertanyaan
2. Mengucapkan terima kasih
3. Mengucapkan salam
4. Dokumentasi

E. Materi
Terlampir
Lampiran 1 Materi Penyuluhan

ANEMIA PADA REMAJA


1. Pengertian
Anemia/kurang darah adalah keadaan dimana darah merah (Hemoglobin/
Hb) kurang dari normal (normal 12-13 gr%). Anemia adalah rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dalam sel-sel darah merah, yaitu kurang dari 11 gr %

2. Penyebab Anemia
a. Kurang nutrisi / kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
besi, terutama yang berasal dari sumber hewani yang mudah diserap
b. Penyakit kronis
c. Kurang zat besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan,
masa tumbuh kembang (untuk laki-laki sampai dengan usia 20 tahun,
untuk perempuan sampai dengan usia 18 tahun), dan penyakit infeksi
d. Kehilangan zat besi yang berlebihan pada perdarahan seperti haid yang
berlebihan, sering melahirkan, kecelakaan dan infeksi karena cacing.

33
e. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi

3. Tanda dan Gejala Anemia


a. Perasaan Mudah lelah, lemah, letih, lesu, lunlai (5 L)
b. Sering Mengantuk
c. Pandangan berkunang-kunang dari posisi jongkok ke posisi berdiri/
perubahan posisi
d. Sering Pusing/ sakit kepala.

4. Jenis-jenis Anemia
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
2. Anemia kekurangan zat besi
3. Anemia Pada Penyakit Kronik: Anemia ini sering terjadi pada seseorang
yang mempunyai penyakit koronik seperti gagal ginjal, abses pada paru,
arthritis rematoid, dan nekrosis jaringan
4. Anemia Akibat kekurangan vitamin B12 karena gangguan absorbs
vitamin.
5. Anemia Defisiensi Asam Folat
Disebabkan karena penurunan defisiensi asam folat
6. Anemia Karena Perdarahan
7. Anemia hemolitik akibat usia sel darah merah pendek (Normalnya 120
hari)
8. Anemia Hemolitik Auto Imun: Merupakan kelainan sel darah merah yang
diakibatkan auto antibody IGG.
9. Anemia Aplastik : Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk
membentuk sel-sel darah mer

5. Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia dapat dicegah dan tergantung dari penyebab anemia
itu sendiri. Seperti yang disebabkan karena diet yang salah dan sembarangan.
Untuk pencegahan anemia dengan sebab kesalahan dalam diet anda dapat

34
mengkonsumsi atau diet dengan memastikan makanan yang anda makan
mengandung zat besi.

6. Akibat Anemia
a. Gangguan/ hambatan pada pertumbuhan badan dan perkembangan otak
b. Kecerdasan dan prestasi belajar menurun
c. Tubuh menjadi lemah dan kurang bugar
d. Produktivitas dan aktivitas menurun
e. Daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit.

7. Cara Mencegah Anemia


a. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat besi terutama
yang berasal dari sumber hewani seperti ikan, hati, susu, keju, telur.
Sedangkan zat besi yang berasal dari sumber nabati/tumbuh-tumbuhan
yaitu bayam, kangkung, daun singkong, kacang panjang, kecipir, daun
katuk, sawi hijau, kacang – kacangan, tahu, tempe.\Menjaga kebersihan
lingkungan dan kebersihan perorangan agar tubuh tidak kemasukan
cacing
b. Agar zat besi dapat diserap dengan baik oleh tubuh maka konsumsi juga
makanan yang mengandung vitamin C yang terdapat pada buah-buahan
c. Periksakan diri ke dokter atau bidan atau ke pelayanan kesehatan terdekat.

8. Bahaya Anemia Bagi Ibu dan Bayi


a. Bagi Ibu :
1) Melemahkan ibu, hingga mudah sakit
2) Bila anemia berat (Hb < 8 gr %) dapat terjadi payah
jantung, keguguran, bayi lahir sebelum waktunya
3) Mungkin pula terjadi perdarahan waktu melahirkan, hingga
mebahayakan jiwa ibu.

35
b. Bagi Bayi :
Pertumbuhan janin mungkin terganggu sehingga bayi lahir dengan berat
lahir rendah (BBLR) dan perkembangan otaknya mungkin terganggu

9. Pengobatan
Pengobatan anemia zat besi tergantung pada faktor penyebab yang
menimbulkannya. Suatu contoh jika anemia yang terjadi adalah karena
kehilangan darah yang terlalu banyak maka penyebab dari kehilangan darah
tersebut yang perlu diobati. Jika anemia terjadi karena dalam konsumsi
makanan tanpa kandungan zat besi maka pengobatannya adalah megubah diet
makananan menjadi kaya akan zat besi.
a. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet
Tambah Darah (TTD).
b. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:
kecacingan, malaria dan penyakit TBC.

36

Anda mungkin juga menyukai