TUBERKULOSIS PARU
PENGERTIAN
Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tubeculosis.
ETIOLOGI
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang
1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa
kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian
apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil
mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet
infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar
kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya
dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut
tuberkulosis postprimer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi
penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil
tersebut.
PROSES PENULARAN
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang
dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiapkali penderita ini
batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam
ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah
sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap
lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan
Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan
panjang waktu individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di samping
daya tahan tubuh yang bersangkutan.
Di samping penularan melalui saluran pernapasan (paling sering), M. tuberculosis juga
dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit
(lebih jarang).
INSIDEN
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang sangat epidemik karena kuman
mikrobakterium tuberkulosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Program
penaggulangan secara terpadu baru dilakkan pada tahun 1995 melalui strategi DOTS
(directly observed treatment shortcourse chemoterapy), meskipun sejak tahun 1993 telah
dicanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis. Kegelisahan global ini didasarkan
pada fakta bahwa pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak
terkendali, hal ini disebabkan banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan,
terutama penderita menular (BTA positif).
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar sembilan juta penderita
dengan kematian tiga juta orang (WHO, 1997). Di negara-negara berkembang kematian karena
penyakit ini merupakan 25 % dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah.
Diperkirakan 95 % penyakit tuberkulosis berada di negara berkembang, 75 % adalah
kelompok usia produktif (15-50 tahun). Tuberkulosis juga telah menyebabkan kematian
lebih banyak terhadap wanita dibandingkan dengan kasus kematian karena kehamilan,
persalinan dan nifas.
Di indonesia pada tahun yang sama, hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT)
menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan penyakit infeksi saluran pernapasan pada semua kelompok
usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun
menjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian sekitar 140.000. secara kasar
diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru tuberkulosis
dengan BTA positif.
PATOFISIOLOGI
Port de’ entri kuman microbaterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui
udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yg mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu
sampai tiga gumpalan basil yg lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus dan tdk menybbkan peny. Setelah berada dlm ruang
alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paru2, atau di bagian atas lobus bawah.
Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme
tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjar bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fagosit. Reaksi ini
biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
MANIFESTASI KLINIK
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti
lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga
diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik:
1. Gejala respiratorik :
a. Batuk,
b. Batuk darah, Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak.Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas, Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-halyang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-
lain.
d. Nyeri dada, Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan, Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam, Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan
serta malaise.
3. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.
4. Gejala klinis Haemoptoe: Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring
dengan cara membedakan cirri-ciri sebagai berikut :
1) Batuk darah,
Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
Darah berbuih bercampur udara
Darah segar berwarna merah muda
Darah bersifat alkalis
Anemia kadang-kadang terjadi
Benzidin test negative
2) Muntah darah
Darah dimuntahkan dengan rasa mual, darah bercampur sisa makanan
Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
Darah bersifat asam
Anemia seriang terjadi
Benzidin test positif
3) Epistaksis
Darah menetes dari hidung
Batuk pelan kadang keluar
Darah berwarna merah segar
Darah bersifat alkalis
Anemia jarang terjadi
TEST DIAGNOSTIK
Foto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiology standar.
Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top foto, oblik, tomogram dll.
Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain :
Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.
Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)
Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
Bayangan bilier
Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum) ;
Ditemukannya kuman micobakterium TBC dari dahak penderita memastikan
diagnosis tuberculosis paru.
Pemeriksaan biasanya lebih sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis).
Pengambilan dahak yang benar sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
sebaik-baiknya.
Pada pemeriksaan pertama. sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi
harus dilakukan apabila ada dugaan resistensi terhadap pengobatan.
Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn
pemberantasan TBC paru di Indonesia.
KLASIFIKASI
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan
riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu
faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi. Sesuai dengan program Gerdunas
P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
Dengan atau tanpa gejala klinik
BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan
positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
2. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
Bekas TB Paru dengan kriteria:
o Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negative
o Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
o Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto
yang tidak berubah.
o Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).
PENANGANAN MEDIK
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat
utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat
tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam
Klavulanat, derivate Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping
itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai
Directly Observed Treatment ShortCourse (DOTS) yang direkomendasikan oleh
WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung
sdgkan px penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur
dapatdilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan
pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
KOMPLIKASI
Komplikasi Tuberkulosis:
Formasi abses, empisema, pneumotorak, fibrosis, efusi pleura, empierna
Bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi Gastro, Instestinal (GD,
Fistula bronkopleural,
Tuberkulosis laring, dan penularan kuman
PROSES KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru
(Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut :
1. Riwayat PerjalananPenyakit
Pola aktivitas Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas
dan istirahat pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap,
lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40
-410C) hilang timbul.
Pola nutrisi Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub
kutan
Respirasi Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent,
mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe,
terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu
(penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak
dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran
bronkogenik)
Rasa nyaman/ Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
nyeri Obyektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,
nyeri bisa timbulbila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul
pleuritis
Integritas ego Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.
2. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak teratur.
Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
Daya tahan tubuh yang menurun.
Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
3. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
4. Riwayat Sosial Ekonomi:
Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas,
menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan
dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan
putus harapan.
5. Faktor Pendukung:
Riwayat lingkungan : Pola hidup, Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola
istirahat dan tidur, kebersihan diri.
Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pence-
gahan,pengobatan dan perawatannya.
6. Pemeriksaan Diagnostik:
Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.
Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.
Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi
48-72 jam).
Foto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas
bayangan, berupacincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.
Bronchografi: u/ melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.
Intervensi Rasional
a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan
pernapasan abnormal. Peningkatan meluasnya jangkauan dalam paru-paru
upaya respirasi, keterbatasan yang berasal dari bronkopneumonia
ekspansi dada dan kelemahan yang meluas menjadi inflamasi,
nekrosis, pleural effusion dan
meluasnya fibrosis dengan gejala-
gejala respirasi distress
b. Evaluasi perubahan-tingkat kesada- Akumulasi secret dapat mengganggu
ran, catat tanda-tanda sianosis dan oksigenasi di organ vital dan jaringan
perubahan warna kulit, membran
mukosa, dan warna kuku
c. Demonstrasikan/anjurkan untuk Meningkatnya resistensi aliran udara
mengeluarkan napas dengan bibir untuk mencegah kolapsnya jalan napas
disiutkan, terutama pada pasien
dengan fibrosis atau kerusakan
parenkim
d. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan Mengurangi konsumsi oksigen pada
bantu aktivitas sesuai kebutuhan periode respirasi
e. Monitor GDA Menurunnya tekanan parsial oksigen
(PaO2) atau meningkatnya PaC02
menunjukkan perlunya penanganan
yang lebih. adekuat atau perubahan
terapi
f. Berikan oksigen sesuai indikasi Membantu mengoreksi hipoksemia
yang terjadi sekunder hipoventilasi dan
penurunan permukaan alveolar paru
h..
IV. EVALUASI
1. Keefektifan bersihan jalan napas.
2. Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi kebutuhan individu.
3. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.
4. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
5. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan
perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.