Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PROFESI BK

“Wawancara Tentang Kondisi


Objektif Pelayanan BK di Sekolah”

Dosen Pengampu:

Drs. Taufik, M. Pd., Kons.

Oleh Kelompok 7 :

1. Fharid Aritosmen (18006104)


2. Lowly Rahmadani (18006117)
3. Salsabila Farah Diba (18006134)
4. Siti Fajriah (18006327)
5. Tasya Nabilah Mutiara (18006141)

JURUSAN BIMBINGAN DAN


KONSELING FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan tak lupa solawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang telah membimbing umatnya
hingga sampai pada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Profesi BK yang
membahas tentang “Kondisi Objektif Pelayanan BK di Sekolah”. Kami menyadari bahwa
masih terdapat beberapa kelemahan atau kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
segala tegur sapa, kritik, koreksi dan saran yang diberikan akan sangat membantu kami dalam
menyusun makalah selanjutnya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis khususnya, Aamiin.

Penulis, November 2021

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Persepsi Peranan Konselor Dari Waktu Ke Waktu........................................................3
B. Persepsi Profil Kepribadian Konselor.............................................................................4
C. Wawancara Guru BK/Konselor tentang Kondisi Objektif Pelayanan BK di Sekolah....7
BAB III PENUTUP................................................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................................18
KEPUSTAKAAN...................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada berbagai permasalahan, akibatnya
harapan masyarakat akan pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan putra-putri
yang cerdas dan berkarakter masih belum dapat dipenuhi oleh
penyelenggara pendidikan. pendidikan. Hal ini akibat pendidikan pendidikan hanya
dipandang dipandang sebagai sebagai proses-proses pembelajaran semata. Padahal
dalam dunia pendidikan ada tiga bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam
setiap penyelenggaraan pendidikan khususnya penyelenggaraan pendidikan disekolah.
Pertama, yaitu pelaksanaan proses pembelajaran didalam kelas, terkait dengan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dalam rangka membentuk
intelektualitas anak. Oleh sebab itu, pembelajaran bertujuan untuk
memberikan pengetahuan, pengetahuan, keterampilan, keterampilan, pengembangan
pengembangan sikap yang merupakan merupakan tanggung tanggung jawab dan
tugas utama seorang guru.

Kedua, bimbingan konseling, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang


konselor atau seorang guru pembimbing atau guru biasa yang melaksanakan tugas
sebagai pembimbing dikelas. Untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam
mengatasi berbagai permasalahan yang terkait belajar atau masalah lain yang turut
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini diperlukan karena setiap
pelaksanaan proses proses pembelajaran pembelajaran pasti menemukan menemukan
hambatan hambatan ataupun ataupun permasalahan, permasalahan, baik yang terkait
dengan proses pembelajaran ataupun peserta didik yang memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Oleh sebab itu, program pemberian layanan bantuan
kepada peserta peserta didik merupakan merupakan upaya membantu membantu
siswa untuk mencapai mencapai perkembangannya perkembangannya secara optimal,
melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Hal inilah yang menjadi sangat
urgen tugas bimbingan konseling yang menjadi tanggung jawab bimbingan dan
konselor bahkan juga guru dalam pelaksanaan bimbingan konseling.

1
Ketiga yaitu administrasi pendidikan, yaitu kegiatan pengolahan
semuaaktifitas program pendidikan disekolah dengan tujuan semua program sekolah
akan berjalan berjalan secara lancar, lancar, efisien, efisien, dan efektif. efektif.
Dalam penyelenggaraan penyelenggaraan pendidikan pendidikan disekolah paling
tidak terdapat sejumlah pengelolaan yang harus dilakukan
yaitu: pengelolaan pengelolaan kurikulum, kurikulum, ketenagaan, ketenagaan,
kesiswaan, kesiswaan, keuangan, keuangan, sarana dan prasarana, prasarana, media
dan sumber belajar serta pengelolaan kemitraan sekolah dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi peranan Konselor dari waktu ke waktu?
2. Bagaimana persepsi profil kepribadian Konselor?
3. Wawancara Guru BK/Konselor tentang Kondisi Objektif Pelayanan BK di
Sekolah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui persepsi peranan Konselor dari waktu ke waktu
2. Untuk mengetahui persepsi profil kepribadian konselor
3. Untuk mengetahui hasil wawancara Guru BK/Konselor tentang kondisi objektif
pelayanan BK di sekolah
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Persepsi Peranan Konselor Dari Waktu Ke Waktu


Pelayanan konseling di Amerika Serikat dimulai pada abad ke-20. Peranan
konselor pada waktu itu ditandai dengan pelayanan bimbingan dan konseling jabatan
atau pekerjaan, khususnya berkenaan dengan pemilihan, penyiapan sesorang untuk
memasuki jabatan atau pekerjaan tertentu serta permasalahannya yang timbul ketika
dan setelah seseorang memasuki jabatan atau pekerjaan tertentu. Bimbingan dan
konseling jabatan mewarnai seluruh pelayanan yang dilakukan, termasuk pelayanan di
sekolah-sekolah. Pada tahun 1920-an dan 1930-an pengaruh Jhon Dewey dengan
“pendidikan progresifnya” melanda sekolah-sekolah. Progresivisme Dewey ini
menekankan peranan sekolah menunjang perkembangan anak dalam segi-segi sosial,
moral dan kepribadian, dan tidak semata-mata menangani masalah intelektual. Dalam
kaitan ini, para pendidik yang “progresif” tidak menyukai pelayanan konseling yang
bersifat vokasional, karena dipandang sebagai kurang melayani individu secara
keseluruhan. Kemudian berkembanglah di sekolah-sekolah “ bimbingan pendidikan”.
Tujuan utama dari bimbingan ini adalah meningkatkan keterampilan hidup bagi para
siswa. Dengan demikian seluruh unsur sekolah harus berperanan sebagai “pendidik
kejiwaan”.
Penampilan pendidikan progresif ternyata tidak begitu lama. Pendekatan
Dewey ini akhirnya mendapat tantangan dari orang tua dan para pendidik sendiri.
Pendekatan progresif dianggap anti intelektual dan terlalu bersifat membiarkan anak.
Dalam pada kegiatan itu kegiatan bimbingan di sekolah menjadi amat merosot.
Jumlah konselor di sekolah menurun amat tajam. Bahkan pernah diperkirakan jumlah
konselor sekolah pada tahun 1942 lebih rendah dibandingkan dengan jumlah konselor
pada tahun 1915. Peranan konselor sekolah menjadi benar-benar kabur. Mereka sering
kali ditugaskan sebagai “orang bijaksana” yang mengatur jadwal pelajaran, penjaga
disiplin sekolah, ataupun sebagai petugas administrasi.
Unjuk kerja konselor secara baik para (calon) konselor dituntut memiliki
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, dan
sikap tersebut diperoleh melalui pendidikan khusus. Pendidikan konselor harus
didukung oleh penemuanpenemuan ilmiah baik dari segi bimbingan dan konseling
sendiri maupun dari berbagai disiplin ilmu yang relevan.
Perkembangan profesi konseling di Amerika Serikat melalui enam babakan yang
masing-masing menampilkan persepsi tersendiri terhadap peranan konselor. Babakan
itu adalah (Nurgent, 1981):
1. 1900 – 1920 : Awal dari konseling sekolah
2. 1920 – 1940 : Pengaruh Pendidikan Progresif terhadap Konseling
3. 1940 – 1960 : Awal dan perkembangan Konseling Psikologi
4. 1960 – 1970 : Usaha Profesionalisasi
5. 1970 – 1980 : Perjuangan terhadap profesionalisasi konselor
6. 1980 keatas : Perlunya Kesatuan dan Keluwesan Profesional.
B. Persepsi Profil Kepribadian Konselor
Menurut Juntika (2005) tugas guru bimbingan dan konseling/ konselor yaitu
membantu peserta didik dalam:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan
sekolah/ madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Prof. Sofyan S. Willis memaparkan secara panjang lebar kualifikasi konselor.
Menurutnya, kualitas konselor adalah semua kriteria keunggulan, termasuk pribadi,
pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dimilikinya yang akan
memudahkannya dalam menjalankan proses konseling sehingga mencapai tujuan
dengan berhasil (efektif). Salah satu kualitas yang jarang dibicarakan adalah kualitas
pribadi konselor. Kualitas pribadi konselor adalah kriteria yang menyangkut segala
aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan keefektifan konselor jika
dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang ia peroleh.
Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam
konseling. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor
menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif, di samping faktor
pengetahuan tentang dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik atau konseling.
Cavanagh (1982) mengemukakan bahwa kualitas pribadi konselor ditandai dengan
beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Pemahaman diri (Self-knowledge)
Self-knowledge ini berarti bahwa konselor memahami dirinya dengan baik, dia
memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan hal itu, dan
masalah apa yang harus dia selesaikan.
2. Kompeten (Competent)
Yang dimaksud kompeten disini adalah bahwa konselor itu memiliki kualitas
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral sebagai pribadi yang berguna.
3. Kesehatan Psikologis
Konselor dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari
kliennya. Hal ini penting karena kesehatan psikologis (psychological health)
konselor akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan keterampilannya.
Ketika konselor memahami bahwa kesehatan psikologisnya baik dan
dikembangkan melalui konseling, maka dia membangun proses konseling tersebut
secara lebih positif. Apabila konselor tidak mendasarkan konseling tersebut
kepada pengembangan kesehatan psikologis, maka dia akan mengalami
kebingungan dalam menetapkan arah konseling yang ditempuhnya.
4. Dapat Dipercaya (Trustworthiness)
Kualitas ini bahwa konselor itu tidak menjadi ancaman atau penyebab
kecemasan bagi klien. Kualitas konselor yang dapat dipercaya sangat penting
dalam konseling, karena beberapa alasan sebagai berikut.
5. Jujur (honesty)
Yang dimaksud jujur disini adalah bahwa konselor itu bersikap transparan
(terbuka), autentik, dan asli (genuine). Sikap jujur ini penting dalam konseling,
karena alasan-alasan berikut :
Sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin
hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama lainnya di dalma proses
konseling. Kedekatan hubungan psikologis sangat penting dalam konseling, sebab
dapat menimbulkan hubungan yang langsung dan terbuka antara konselotr dengan
klien.
Kejujuran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara
objektif kepada klien.
6. Kekuatan (Strength)
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam konseling, sebab
dengan hal itu klien akan merasa aman. Klien memandang konselor sebagai orang
yang (a) tabah dalam menghadapi masalah, (b) dapat mendorong klien untuk
mengatasi masalahnya dan, (c) dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah
pribadi.
7. Bersikap Hangat
Yang dimaksud bersikap hangat itu adalah : ramah, penuh perhatian, dan
memberikan kasih sayang. Klien yang datang meminta bantuan konselor, pada
umumnya yang kurang mengalami kehangatan dalam hidupnya, sehingga dia
kehilangan kemampuan untuk bersikap ramah, memberikan perhatian, dan kasih
sayang. Melalui konseling, klien ingin mendapat rasa hangat tersebutdan
melakukan “sharing” dengan konselor.
8. Actives Responsiveness
Keterlibatan konselor dalam proses konseling bersifat dinamis, tidak pasif.
Melalui respon yang aktif, konselor dapat mengkomunikasikan perhatian dirinya
terhadap kebutuhan klien. Disini, konselor mengajukan pertanyaan yang tepat,
memberikan umpan balik yang bermanfaat, memberikan informasi yang berguna,
mengemukakan gagasan-gagasan baru, berdiskusi dengan klien tentang cara
mengambil keputusan yang tepat, dan membagi tanggung jawab dengan klien
dalam proses konseling.
9. Sabar (Patience)
Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien
untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukkan
lebih memperhatikan diri klien dari pada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung
menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang tidak tergesa-gesa.
10. Kepekaan (Sensitivity)
Kualitas ini berarti bahwa konselor menyadari tentang adanya dinamika
psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat mudah tersinggung, baik dari pada
klien maupun dirinya sendiri.
Klien yang datang untuk meminta bantuan konselor pada umumnya tidak
menyadari masalah yang sebenarnya mereka hadapi. Bahkan ada yang tidak
menyadari bahwa dirinya bermasalah.Pada diri mereka hanya nampak gejala-
gelajanya (pseudo masalah), sementara yang sebenarnya tertutup oleh perilaku
pertahanan dirinya. Konselor yang sensitif akan mampu mengungkap atau
menganalisis apa masalah yang sebenarnya yang dihadapi klien.
11. Kesadaran Holistik (Holistic Awareness)
Pendekatan holistik dalam konseling berarti bahwa konselor memahami klien
secara utuh dan tidak mendekatiny secara serpihan. Namun begitu bukan berarti
bahwa konselor sebagai seorang ahli dalam segala hal, disini menunjukkan bahwa
konselor perlu memahami adanya berbagai dimensi yang menimbulkan masalah
kline dan memahami bagaimana dimensi yang satu memberi pengaruh terhadap
dimensi yang lainnya. Dimensi-dimensi itu meliputi: fisik, intelektual, emosi,
sosial, seksual, dan moral spiritual.
Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam
konseling. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas pribadi konselor
menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif, disamping faktor
pengetahuan tentang dinamika perilaku dan ketrampilan terapeutik atau konseling
(Yusuf, 2005). Pribadi konselor yang ideal adalah kriteria yang menyangkut aspek
kepribadian konselor yang sangat penting dimiliki oleh konselor dan menjadi penentu
dalam keefektifan konselor jika dibandingkan dengan pendidikan dan latihan (Surya,
2003).

C. Wawancara Guru BK/Konselor tentang Kondisi Objektif Pelayanan BK di


Sekolah
1. Wawancara Pertama
Guru BK : Intan Pratiwi S. Pd
Sekolah : SMA Pertiwi 2 Padang

Wawancara telah dilakukan pada hari senin tanggal 15 November 2011


bertempat pada lokasi sekolah dan ruangan bk SMA Pertiwi 2 Padang
Hasil wawancara

1) Program BK

Mahasiswa : bagaimana mengenai ketersediaan program BK di sekolah bu?

Guru BK : program yang ada di sekolah mulai dari program tahuna,


semesteran bulanan

Mahasiswa : Dalam penyusunan program bagaimana bu?

Guru BK : sebelum membuat program terlebih dahulu melaksanakan


need asessmen sekolah kita menggunkan AKPD dalam pelaksanaan need
asessmen (Angket Kebutuhan Peserta Didik) setelah melaksanakan instrumen
barulah dianalisis hasil setelah ada hasilnya barulah dapat kita susun hasil
sesuai dengan kebutuhan peserta didik

Mahasiswa : bagaimana dalam sosialisasi program sendiri bu?

Guru BK : Nah dalam pelaksanaan program dalam bentuk layanan


sesuai dengan kebutuhan peserta didik agar dapat membantu peserta didik
dalam berkembang

Mahasiswa : apa saja kendala dalam penyusunan ataupun pelaksanaan


program bu?

Guru BK : Dalam penyusunan program insyaaAllah tidak ada


kendala, bagaimana kita dalam memanajemen waktu pembuatannya dan
dalam pelaksanaannya terkadang ada acara sekolah yang menggunakan waktu
dalam pelaksanaaan program, contoh hari ini ibu mau memberikan layanan ini
di jadwal bk tapi sekolah mengadakan acara nah disini berarti pemberian
layanan di tunda terlebih dahulu untuk pertemuan selanjutnya.
2) LAYANAN BK
Bagaimana keterlaksanaan 10 jenis layanan BK ?
Mahasiswa : setelah membuat program selanjutnya pemberian layanan,
apakah di sekolah ini sudah menerapkan 10 layanan yang ada dalam
bimbingan konseling bu?
Guru BK : Dalam pelaksanaan layanan sekolah sudah menerapkan, nah
dalam penerapannya ibu memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan
peserta didik yang ada di sekolah dan berdasarkan need asessmen yang telah
kita lakukan.
Mahasiswa : layanan apa yang paling sering di berikan ke pada peserta
didik bu?
Guru BK : layanan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, anak-
anak banyak minim mengenai informasi sehingga pemberian layanan
informasi sangat sering digunakan, layanan konseling indiviu, bimbingan
kelompok, konseling kelompok dan bimbingan karir.
Mahasiswa : bagaimana Terkait materi yang di berikan kepada peserta
didik dalam pemberian layananan bu?
Guru BK : Materi yang di berikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik
Mahasiswa :apa saja kendala dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling ?
Guru BK : Dalam pelaksanaan pemberian layanan kendala dari BK
sendiri insyaaAllah belum ada namun dalam pemberian layanan informasi
dalam kelas terkadang kita ingin menggunakan infokus tapi infokus tidak
tersedia atau sedang di pakai oleh orang lain sehingga kita harus bisa
mensiasati cara lainnya.
Mahasiswa : bagaimana dalam mengatasi kendala tersebut?
Guru BK : sebagai guru BK kita harus siap sebelumnya jika tidak ada
infokus hal apa yang kita gunakan agar anak menuju perhatiannya kepada kita
dan anak paham dengan materi yang kita berikan.
Mahasiswa : bagaiaman dukungan personil sekolah dalam pelaksanaan
layanan di sekolah?
Guru BK : sejauh ini Alhamdulilah guru-guru lain mendukung dalam
pelaksanaannya.

Bagaimana keterlaksanaan 6 kegiatan pendukung BK


Mahasiswa : apakah di sekolah sudah menerapkan pelaksanaan kegiatan
pendukung BK seperti aplikasi instrumentasi bk, himpunan data, kunjungan
rumah, konsfrensi kasus, tampilan kepustakaan dan alih tangan kasus
Guru BK : sudah, kegiatan pendukung sudah terlaksanan kecuali alih
tangan kasus, sampai saat ini ibu belum ada mengalihtangankan kasus ke
pihak lain terkait misal alih tangan pada pihak brewajib atau lainnya, aplikasi
instrumentasi sudah terlaksanan begitupun himunan data, kunjungan rumah
juga sudah terlaksana bekerja sama dengan wali kelas, konsfrensi kasus dan
tampilan kepustakaan
Mahasiswa : efektifitas dalam pelaksanan bagaimana bu?
Guru BK : Alhamdulillah dalam pelaksanaannya sampai saat ini lancar
adapun kendala dalam pemilihan waktu dan juga ada tidaknya klien di rumah
contoh dalam kunjngan rumah ketika di datangi klien tidak ada di rumahnya
sehingga tertunda dan mencari waktu lain.
Mahasiswa : bagaiman dukungan personil sekolah da;am kegiatan ini bu?
Guru BK : Alhamdulillah bk bekerja sama dengan personil sekolah
lainnya contoh seperti kunjungan rumah bk bekerja sama dengan wali kelas
dalam mengunjungi rumah anak.
3) PROFIL KONSELOR
Persepsi personil sekolah salah satu guru mata pelajaran
Mahasiswa : menurut ibu bagaimana peranan konselor atau guru bk di
sekolah ini ?
Personil sekolah : menurut ibu sudah baik dari segi perhatian ke anak
contoh ketika anak tidak hadir tindak lanjut dari bk sudah bagus menayakan
anak dan kunjunga rumah peserta didik dan di beri arahan serta masukan, tapi
kalau dari segi belajr siswa bagi ibu belum terlalu berpengaruh, dalam segi
anak cerita ke bk sudah ada bagus, anak mau bercerita dan menyelesaikan
masalahnya.
Persepsi siswa
Mahasiswa : menurut ananda bagaimana peranan konselor atau guru bk di
sekolah ini
Siswa : menurut saya bu, ibu bk itu seperti orangtua memberikan
nasehat dan bimbingan supaya lebih baik lagi dan juga tempat cerita bu dan
ketika ingin mencari solusi dan permasalah yang saya hadapi bu serta
konsultasi mengenai karir bu
Bagaimana profil kepribadian konselor di sekolah
Guru bimbingan dan konseling merupakan lulusan S1 profesi Bimbingan dan
Konseling, berkompetensi dalam bimbingan dan konseling serta
profesionalitas dalam menjalankan tugasnya dan juga dalam pemberian
layanan kepada peserta didik serta komitmen terhadap profesi.
4) KESIMPULAN
Guru bimbingan dan konseling telah menyusun program sesuai kebutuhan
siswa menggunakan instrumen AKPD dan mensosialisasikan program dengan
memberikan layanna kepada peserta didik sesuai kebutuhan peserta didik.
Dalam pelaksanaan layanan telah di berikan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik serta keterlaksanaan kegiatan pendukung telah berjalan kecuali alih
tangan kasus karena belum ada siswa yang harus di alihtangankan kepada
pihak lain
2. Wawancara Kedua
1) IDENTITAS NARASUMBER
a. Narasumber I
Nama : M. Kis, S. PdI
NIP 198311052009012001
Jabatan : Guru BK di SMA 16 Padang
b. Narasumber II
Nama : Ramadhenti, S. PdI
NIP 198505222009012002
Jabatan : Guru BK di SMA 16 Padang
2) WAKTU DAN TEMPAT
Hari/ Tanggal Wawancara : Senin, 15 November 2021
Tempat : Ruang BK SMA Negeri 16 Padang
3) HASIL WAWANCARA
a. PROGRAM BK
Bagaimana ketersediaan program BK di sekolah – Tahunan – Semesteran
– Bulanan?
1. Penyusunan Program
“Untuk ketersediaan program Bimbingan dan Konseling ada untuk
setiap tingkatan kelas sesuai dengan kebutuhan siswa yang telah di
ketahui melalui instrument yang disebar oleh pihak Bimbingan dan
Konseling. Dalam penyusunan program di SMA Negeri 16 Padang
berpedoman pada Permendikbud No. 111 Tahun 2014 dan
menggunakan instrumen Daftar Cek Masalah (DCM) yang
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan siswa dimana kebutuhan siswa
di ketahui berdasarkan bagaimana situasi siswa di sekolah, yang
telah di isi oleh siswa pada awal masuk sekolah, alasan guru
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 16 Padang hanya
menggunakan Daftar Cek Masalah (DCM) untuk penyusunan
program dikarenakan pengolahan instrument tidak memakan banyak
waktu sehingga dapat diolah dengan mudah. Untuk pengisian AUM
tidak dilakukan dikarenakan dalam pengolahannya cukup memakan
waktu dan sulit sehingga pengisian AUM tidak dilakukan dalam
penyusunan program di SMA Negeri 16 Padang.
2. Sosialisasi Program
“Untuk sosialisasi program koordinator Bimbingan dan Konseling
menjelaskan bagaimana program bk berjalan di SMAN 16 padang
namun hal ini tidak di sosialisasikan kepada guru mata pelajaran
atau wali kelas”.
3. Evaluasi dan Tindak lanjut program
“Untuk evaluasi dan tindak lanjut program ini belum terlaksana
secara keseluruhan dikarenakan masih ada beberapa hal yang tidak
sesuai dengan program yang telah disusun sedemikian rupa sehingga
keterlaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling tidak
berkesinambungan dengan program yang telah ada”.
b. LAYANAN BK
Bagaimana keterlaksanaan 10 jenis layanan BK ?
1) Pelaksanaanya
“Sesuai hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling
pelaksaan 10 jenis di SMA Negeri 16 Padang ini belum terjalankan
secara keseluruhan seperti pada layanan bimbingan kelompok dan
layanan konseling kelompok yang belum terlaksana karena guru BK
sulit menyesuaikan waktu layanan jika hal ini dilaksanakan diluar jam
pembelajaran, sehingga layanan ini belum terlaksana, untuk layanan
yang lain sejauh ini terlaksana sesuai standar operasional prosedur
(SOP) baik secara klasikal maupun individual”
2) Materi
“Materi dalam pemberian layanan sesuai dengan kebutuhan siswa
(need assessment) yang dilakukan secara klasikal maupun individual”
3) Efektifitas
“Pada kesimpulan hasil wawancara efektifitas dalam pemberian
layanan Bimbingan dan Konseling di SMA N 16 Padang ini termasuk
efektif dikarenakan Bimbingan Konseling di SMA ini sangat
dibutuhkan sehingga pelayanan Bimbingan dan Konseling memiliki
waktu pemberian layanan di dalam kelas secara klasikal maupun
individual, karena hal tersebut pemberian bantuan/layanan Bimbingan
Konseling dapat langsung memantau siswa kedalam kelas secara
langsung”
4) Kendala
“Kendala yang dialami yaitu pada sarana prasarana dari segi
ruangan konseling individual tidak begitu digunakan dikarenakan
ruangan Bimbingan Konseling pada saat sekarang sedang digunakan
oleh pihak koperasi untuk keperluan pakaian siswa baru sehingga
ruangan konseling tidak memiliki tempat untuk melakukan konseling
individual secara rahasia tanpa diketahui oleh orang lain, tidak
terlaksananya pengadministrasian instrument AUM UMUM, PTSDL
sehingga kelengkapan need assesmen sedikit kurang untuk menggali
permasalahan siswa tersebut, belum melaksanakan layanan bimbingan
kelompok dan konseling kelompok kepada siswa”
5) Usaha mengatasi kendala
“Tetap menjalankan konseling individual, sebagai mahasiswa PPL BK
dilapangan mencoba membantu untuk menjalankan pelaksanaan
pengisian AUM UMUM semampu saya dilapangan dan melaksanakan
kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok di beberapa
waktu diluar jam mata pelajaran BK”
6) Dukungan personil sekolah
“Dukungan personil sekolah pada pihak BK yaitu pada saat sekarang
BK di SMA N 16 Padang didukung oleh pihak sekolah dan diketahui
keberadaan BK di sekolah tersebut sehingga wali kelas dan guru mata
pelajaran juga mampu menjalin kerja sama dalam permasalahan
siswa di sekolah tersebut, namun tidak keseluruhan guru juga yang
bener-benar ingin dibantu permasalahannya oleh guru BK jadi untuk
hal ini ada juga beberapa guru yang langsung menyelesaikan
permasalahannya sendiri tanpa bantuan guru BK”

Bagaimana keterlaksanaan 6 kegiatan pendukung BK


1) Pelaksanaanya
“Dari hasil wawancara keterlaksanaan pada kegiatan pendukung
Bimbingan Konseling di SMA N 16 Padang sudah dikatakan
terlaksana secara keseluruhan walaupun dengan jangka waktu
yang tidak dapat ditentukan karena hal ini tidak secara berkala”
2) Materi
“Pemberian materi terkait kegiatan pendukung BK ini sesuai
dengan permasalahan yang dilakukan oleh siswa tersebut”
3) Efektifitas
“Dalam hasil wawancara untuk efektifitas kegiatan pendukung BK
ini sangat penting untuk menunjang kelengkapan data siswa
dengan melakukan aplikasi instrument, himpunan data, konferensi
kasus, kunjungan rumah, alih tangan kasus dan tampilan
kepustakaan, hal ini juga akan menunjang bagaimana siswa ini
kedepannya”
4) Kendala
“Tidak banyak mendapatkan data dari aplikasi instrumen
dikarenakan hanya menggunakan AKPD (Angket Kebutuhan
Peserta Didik) untuk mengetahui permasalahan siswa sedangkan
jika di khususkan lagi dalam bentuk AUM maka hal ini akan lebih
baik lagi”
5) Usaha mengatasi kendala
“Membantu guru BK di SMA N16 Padang dalam
pengadministrasian AUM untuk menambah need assessment yang
dirasakan oleh peserta didik”
6) Dukungan personil sekolah
“Dukungan personil sekolah pada pihak BK yaitu pada saat
sekarang BK di SMA N 16 Padang didukung oleh pihak sekolah
dan diketahui keberadaan BK di sekolah tersebut sehingga wali
kelas dan guru mata pelajaran juga mampu menjalin kerja sama
dalam permasalahan siswa di sekolah tersebut, namun tidak
keseluruhan guru juga yang bener-benar ingin dibantu
permasalahannya oleh guru BK jadi untuk hal ini ada juga
beberapa guru yang langsung menyelesaikan permasalahannya
sendiri tanpa bantuan guru BK”
c. PROFIL KONSELOR
1) Bagaimana persepsi peranan konselor oleh personl sekolah dan
siswa
“Peranan konselor oleh personil sekolah cukup baik dikarenakan di
SMAN 16 padang guru BK bisa dikatakan bekerja dengan tupoksinya,
adapun dalam penentuan kenaikan kelas pesonil sekolah selalu
meminta pendapat dari guru bk/konselor, dan dalam kerjasama antara
guru BK dan wali kelas dan guru mata pelajaran sangat terlihat
dimana permasalahan siswa guru BK mengetauhi dan memberikan
bantuan layanan kepada siswa tersebut, namun persepsi siswa
terhadap peran konselor masih bisa dikatakan tidak terlalu baik,
dilihat dari bagaimana ketakutan siswa untuk masuk ke ruang BK atau
dipanggil oleh guru BK, yang mana bisa diakatakan persepsi siswa
terhadap guru BK sebagai tempat orang yang bermasalah masih ada”.
2) Bagaimana profil kepribadian konselor di sekolah
“Kepribadian konselor di sekolah SMAN 16 padang bisa dikatakan
sangat bagus dimana sesuai dengan aspek kompetensi kepribadian BK
dimana konselor beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,
menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, individualisme,
dan kebebasan untuk memilih, menunjukan stabilitas dan integritas
yang kuat, menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi, hal ini sudah
ada di kepribadian konselor SMAN 16 padang”
3) Kualifikasi Pendidikannya
“Guru BK di SMAN 16 padang ada 5 orang dimana sebelumnya ada 6
orang namun terdapat 1 orang yang pensiun, dan kualifikasi
pendidikanya lulusan S1 Bimbingan dan Konseling, dan terdapat 1
guru BK yang sudah lulus pendidikan Profesi Konselor, bisa dikatakan
hal ini sesuai dengan kualifikasi pendidikan untuk menjadi guru
BK/Konselor”
4) Kompetensinya
“Dari hasil wawancara kompetensi guru Bimbingan dan Konseling di
SMA Negeri 16 Padang mengacu kepada 4 kompetensi pendidik
sebagaimana tertuang dalam PP No. 19 Tahun 2005, kompetensi
akademik dan profesional konselor dipetakan dan dirumuskan ke
dalam
a. Kompetensi Pedagogik yang menguasai teori dan praktik
pendidikan dan mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan
psikologis serta perilaku individu serta menguasaui esensi
pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenjang dan jenis
satuan pendidikan di SMA Negeri 16 Padang
b. Kompetensi Kepribadian pada guru BK di SMA Negeri 16 Padang
menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, serta menghargai dan menjujung tinggi
nilai-nilai kemanusian, individualitas dan kebebasan memilih.
Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat serta
menampilkan kinerja berkualitas tinggi.
c. Kompetensi Profesionalitas pada guru BK di SMA Negeri 16
Padang menguasai konsep dan praksis asasmen untuk memahami
kondidi, kebutuhan dan masalah konseling, menguasai kerangka
teoritik dan praksis bimbingan dan konseling serta dapat
merancang program bimbingan dan konseling, dapat
mengimplementasikan program bimbingan dan konseling
komprehensif dan memiliki kesadaran dan komitmen terhadap
etika profesional.
d. Kompetensi Sosial pada guru BK di SMA Negeri 16 Padang dapat
mengimplikasikan kalaborasi intern di tempat kerja, berperan
dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling
serta dapat mengimplementasikan kalaborasi antar profesi.
5) Sikap terhadap profesi
“Guru BK di SMAN 16 Padang bisa dikatakan menjaga kode etik
dengan naik dan menghargai profesi yang dijalankan, bukan hanya
profesi sebagai guru BK namun juga profesi sebagai tenaga
kependidikan”.
6) Kepribadian, khususnya komitmen profesi
“Kepribadian yang ditunjukan oleh Guru BK SMAN 16 Padang sesuai
dengan kode etik konselor dimana Guru BK harus memegang teguh
prinsip-prinsip membimbing dan memberi nasehat, Guru BK harus
berupaya untuk mencapai hasil yang maksimal, Tugas Guru BK harus
khusus berkaitan dengan kehidupan pribadi peserta didik”
7) Kesimpulan dan Rekomendasi
“Guru BK/Konselor SMAN 16 Padang sudah sesuai dengan standar
kualifikasi dan kompetensi Konselor sekolah, dan juga dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling serta layanan yang dijalankan
sudah terpenuhi dengan baik walaupun terdapat beberapa kendala
berupa ruangan yang masih bisa dikatakan terlalu kecil, dan tidak ada
terdapat ruangan pelaksanaan bimbingan kelompok, serta juga
terdapat kendala lainya berupa alat pembelajara yang belum
tercukupi sehingga terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan
layanan klasikal. Rekomendasi terhadap BK SMAN 16 Padang ini
agar lebih mencukupi sarana dan prasarana agar keterlaksanaan
Bimbingan dan Konseling di sekolah ini dapat terjalankan dengan
lebih maksimal”.
BAB III
PENUTU
P

A. Kesimpulan

Guru BK/Konselor di SMA Pertiwi 2 Padang telah menyusun program sesuai


kebutuhan siswa menggunakan instrumen AKPD dan mensosialisasikan program
dengan memberikan layanna kepada peserta didik sesuai kebutuhan peserta didik.
Dalam pelaksanaan layanan telah di berikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik
serta keterlaksanaan kegiatan pendukung telah berjalan kecuali alih tangan kasus
karena belum ada siswa yang harus di alihtangankan kepada pihak lain.

Sedangkan Guru BK/Konselor di SMAN 16 Padang sudah sesuai dengan


standar kualifikasi dan kompetensi Konselor sekolah, dan juga dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling serta layanan yang dijalankan sudah terpenuhi dengan baik
walaupun terdapat beberapa kendala berupa ruangan yang masih bisa dikatakan
terlalu kecil, dan tidak ada terdapat ruangan pelaksanaan bimbingan kelompok, serta
juga terdapat kendala lainya berupa alat pembelajara yang belum tercukupi sehingga
terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan layanan klasikal. Rekomendasi
terhadap BK SMAN 16 Padang ini agar lebih mencukupi sarana dan prasarana agar
keterlaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah ini dapat terjalankan dengan
lebih maksimal

B. Saran
Penulis mengetahui dalam makalah ini tentunya masih ada kekurangan-
kekurangan yang tanpa di sengaja atau di sadari kekurangannya maka dalam hal ini
diharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun atau membantu motivasi dalam
membuat makalah berikutnya
KEPUSTAKAAN

Cavanagh, M.E. 1982. The Counseling Experience: A Theoretical and Practical. Approach.
Monterey. California: Brooks/Cole Publishing Company.

Juntika, Ahmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika
Aditama.

Nurgent, F. A. 1981. Professional Counseling. An Overview. California: Monterey


Brooks/Cole Publishing Company
Surya, Mohamad. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Yusuf, Syamsu. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda

Anda mungkin juga menyukai