DEFINISI OPERASIONAL
INDIKATOR KINERJA PERUBAHAN
PUSKESMAS TAHUN 2020 - 2024
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN NOMOR
11/DINKES/TAHUN 2020 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSKESMAS
KOTA PONTIANAK TAHUN 2020 – 2024
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Ditetapkan di Pontianak
pada tanggal 4 Januari 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA
PONTIANAK,
Tembusan :
1. Walikota Pontianak u.p. Bagian Organi sasi Setda Kota Pontianak;
2. Kepala Bappeda Kota Pontianak u.p. Bidang Statistik dan Pelaporan.
1 2 3 4 5
Jumlah orang terduga TBC yang Orang 8100 8100 8100 8100
dilakukan pemeriksaan sesuai
16 standar
Jumlah ibu hamil yang dilakukan Orang 12576 12576 12576 12576
20 pemeriksaan HIV, Sipilis, dan
Hepatitis
Cakupan Ibu hamil yang % 98 99 99 100
21 mendapatkan TTD minimal 90
tablet selama kehamilan
1000
Contact Rate Pelayanan Dalam dan
43 Peserta 150 150 150 150
Luar Gedung Pasien BPJS
BPJS
Ditetapkan di Pontianak
pada tanggal 4 Januari 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA
PONTIANAK,
Ditetapkan di Pontianak
pada tanggal 4 Januari 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PONTIANAK,
No
Upaya Kesehatan Masyarakat Indikator Upaya Kesehatan
(UKM) Pengembangan Masyarakat (UKM) Pengembangan
Ditetapkan di Pontianak
pada tanggal 4 Januari 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA PONTIANAK,
RINCIAN KEGIATAN DAN INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN UKP, KEFARMASIAN, DAN LABORATORIUM PERUBAHAN
PUSKESMAS KOTA PONTIANAK TAHUN 2020-2024
9)Persentase penderita
Hipertensi yang mendapatkan
% 100 100 100 100 SPM.8 Pencegahan
pelayanan kesehatan sesuai
standar
10)Persentase penderita DM
yang mendapatkan pelayanan % 100 100 100 100 SPM.9 Pencegahan
kesehatan sesuai standar
1)Persentase ketersediaan
7 Pelayanan kefarmasian % 100 100 100 100 Farmasi
obat, dan vaksin esensial
2)Persentase penggunaan obat
% 100 100 100 100 Farmasi
rasional
3)Persentase ketersediaan alat
kesehatan sesuai standar 60% % 60 60 65 70 Farmasi
dari ASPAK
Tidak ada kesalahan
6 Pelayanan laboratorium % 100 100 100 100 Yankes
pemberian hasil laboratorium
Sumber : Permenkes No.43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
(Buku Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas)
Ditetapkan, di Pontianak
Pada tanggal 4 Januari 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA PONTIANAK
4 Pelayanan gizi yang bersifat UKM Pelayanan kesehatan kerja Pelayanan Gawat Darurat
7 Pelayanan kefarmasian
8 Pelayanan laboratorium
Ditetapkan di Pontianak
pada tanggal 4 Januari 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA PONTIANAK,
Assalamu’alaikum wr wb.
Puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga penyusunan Buku Panduan Dokumen Definisi Operasional
Indikator Kinerja Perubahan Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024 dapat diselesaikan.
Buku Panduan Dokumen Definisi Operasional ini merupakan Panduan dan tatacara Puskesmas
untuk menghitung realisasi serta capaian yang telah dilakukan Puskesmas dalam mencapai
tujuan Dinas Kesehatan Kota Pontianak periode Tahun 2020-2024 yaitu “Meningkatnya
Derajat Kesehatan Masyarakat”.
Pada akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua Pihak yang
telah bekerja keras dalam penyusunan Buku Panduan Dokumen Definisi Operasional Indikator
Kinerja Perubahan Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024. Semoga Tuhan Y.M.E
senantiasa memberi petunjuk kepada kita semua dalam melaksanakan pembangunan kesehatan
di Kota Pontianak dan memberikan manfaat untuk masyarakat Kota Pontianak.
Demikian Buku Panduan Dokumen Definisi Operasional Indikator Kinerja Puskesmas
Kota Pontianak Tahun 2020-2024 dibuat, dan semoga dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr wb
12. Persentase Orang dengan Resiko Terinfeksi HIV mendapatkan pelayanan Deteksi Dini HIV
sesuai standar (SPM)………………………………………………………………….................. 26
B. INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (OUTPUT)…………………………………………………. 28
1. Persentase Anak Usia 0-11 Bulan yang mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap………………... 28
16. Jumlah Orang Terduga TBC yang dilakukan Pemeriksaan sesuai standar……………………… 51
20. Jumlah Ibu Hamil yang dilakukan Pemeriksaan HIV, Sipilis, dan Hepatitis…………………… 55
21. Cakupan Ibu Hamil yang mendapatkan TTD Minimal 90 Tablet selama Kehamilan………….. 56
22. Cakupan Ibu Hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat Makanan Tambahan……………… 57
24. Cakupan Remaja Putri (Rematri) mendapatkan Tablet Tambah darah (TTD)…………………. 61
27. Cakupan bayi Baru Lahir mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)............................................ 65
29. Cakupan Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan mendapat ASI Ekslusif……………………………… 67
33. Cakupan Balita mempunyai Buku Kesehatan Ibu Anak (KIA)/ Kartu Menuju Sehat (KMS)….. 73
35. Jumlah Pasien dengan Resiko Nutrisi yang mendapat Asuhan Gizi…….................................... 76
45. Rasio Rujukan Rawat jalan Non Spesialistik (RRNS) Peserta BPJS……………………………. 93
Catatan:
a. Nominator yang dihitung adalah Ibu hamil yang telah selesai menjalani masa
kehamilannya (bersalin) di akhir tahun berjalan;
b. Ibu hamil yang belum selesai menjalani masa kehamilannya pada akhir tahun berjalan
tidak di hitung sebagai nominator akan tetapi dihitung sebagai nominator dan
denominator pada tahun berikutnya.
Contoh Perhitungan
Kabupaten “A” terdapat 3 Puskesmas B,C,dan D. Terdapat estimasi 1000 ibu hamil dan
dari hasil pendataan terdapat 750 ibu hamil. Adapun rincian yang berkunjung ke
Puskesmas dan fasyankes swasta:
Lokasi Pelayanan Jumlah Ibu hamil di Kab Mendapat Sesuai standar
(proyeksi) pelayanan
Puskesmas B, (data 350 150 100 100 ibu hamil tidak
laporan termasuk dari mendapatkan
poskesdes,polindes, pelayanan sesuai
Pustu dan fasyankes standar misalnya
swasta) ibu hamil tidak
mendapatkan tablet
tambah darah.
Puskesmas C, (data 500 300 100 Fasyankes swasta
laporan termasuk dari termasuk rumah
poskesdes,polindes, sakit harus
Pustu dan fasyankes melapor ke
swasta) puskesmas C
Puskesmas D, (data 150 100 0 Tidak ada
laporan termasuk dari fasyankes swasta
poskesdes,polindes, di wilayah
Pustu) Puskesmas C
Total Kabupaten A 1000 550 200
(Total Puskesmas (X) (Y) (Z)
B+C+D)
Contoh Perhitungan
Kabupaten “D” terdiri dari 3 Puskesmas A,B, dan C. Terdapat 3.500 sasaran ibu bersalin
(proyeksi) . Rincian ibu yang mendapatkan pelayanan ibu bersalin di Puskesmas dan
jaringannya serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah sebagai berikut :
3) Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir
(SPM)
A. a. Pengertian
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar meliputi:
1) Standar kuantitas;
2) Standar kualitas.
b. Pernyataan Standar
Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal esensial sesuai
standar. Pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir sesuai standar kepada semua bayi usia 0-28 hari di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
1. Puskesmas B, (data 350 150 100 100 bayi baru lahir tidak
laporan termasuk dari mendapatkan pelayanan
poskesdes,polindes, Pustu , sesuai standar misalnya
Rumah sakit dan fasyankes bayi baru lahir tidak
swasta) mendapatkan salep mata
antibiotic
Catatan :
A. Balita yang belum mencapai usia 1 tahun di akhir tahun berjalan, tidak di hitung
sebagai cakupan. Perhitungan balita usia 0-11 bulan dilakukan setelah balita berulang
tahun yang pertama (balita genap berusia 1 tahun/12 bulan);
B. Balita yang belum mencapai usia 24 bulan di akhir tahun berjalan tidak di hitung
sebagai cakupan balita usia 24-35 bulan. Perhitungan dilakukan setelah berulang
tahun yang kedua (balita genap berusia 2 tahun/24 bulan);
1) Skrining kesehatan.
Keterangan: Dilakukan pada anak kelas 1 sampai dengan kelas 9 di sekolah minimal
satu kali dalam satu tahun ajaran dan usia 7 sampai 15 tahun diluar sekolah.
b. Pernyataan Standar
Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib melakukan pelayanan kesehatan
sesuai standar pada anak usia pendidikan dasar di dalam dan luar satuan pendidikan
dasar di wilayah kerja kabupaten/kota dalam kurun waktu satu tahun ajaran.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada anak usia pendidikan dasar dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan
anak setingkat pendidikan dasar sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun ajaran.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua anak usia pendidikan dasar yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar
yang ada di wilayah kota Pontianak.
Contoh perhitungan
Di Kabupaten “E” terdapat 17.000 anak usia pendidikan dasar. Rincian anak yang
mendapatkan pelayanan kesehatan di satuan pendidikan dasar dan di luar satuan
pendidikan dasar (pondok pesantren/panti/LKSA/lapas/LPKA/posyandu remaja sebagai
berikut :
Hasil rekapitulasi pada tahun itu, anak usia pendidikan dasar didalam satu tahun ajaran
Fasilitas Jumlah Anak Usia Jumlah Anak Usia Jumlah Anak Usia Tidak Tidak
Pelayanan Pendidikan Dasar Pendidikan Dasar Pendidikan Dasar yang mendapat mendapat
Kesehatan yang mendapat mendapat pelayanan pelayanan pelayanan
pelayanan kesehatan sesuai standar di kesehatan kesehatan
kesehatan sesuai pondok sesuai standar
standar di sekolah/ pesantren/panti/LKSA
madrasah /lapas/ LPKA/posyandu
remaja
sebanyak 17.000 anak, yang mendapatkan pelayanan skrining kesehatan sesuai standar
di sebanyak 15.957 orang (jumlah anak usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar di sekolah sebanyak 15.827 orang + jumlah anak usia
pendidikan dasar mendapatkan pelayanan skrining kesehatan sesuai standar di pondok
pesantren/panti/LKSA/lapas/LPKA/posyandu remaja sebanyak 130 orang).
17.000
Catatan:
Capaian Kinerja pemerintah Daerah Kabupaten E belum mencapai 100%, karena masih
terdapat 1.043 anak yang belum mendapat skrining kesehatan (penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala) sesuai dengan standar, sehingga perlu untuk dilakukan analisis
penyebab (faktor sarana prasarana, keterbatasan tenaga kesehatan puskesmas dan/atau
kurangnya koordinasi lintas sektor, dan sebagainya).
G. Pembuktian/ Sumber data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
6) Persentase orang usia 15–59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
(SPM)
A. Pengertian :
a. Setiap warga negara usia 15 tahun sampai 59 tahun mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar;
b. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan dalam
bentuk edukasi dan skrining kesehatan sesuai standar kepada warga negara usia 15-
59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun;
c. Pelayanan kesehatan usia produktif sesuai standar meliputi:
- Edukasi kesehatan termasuk keluarga berencana;
- Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Catatan :
Nominator : Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah kerja Puskesmas yang mendapat
pelayanan skrining kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Di Kabupaten “F” terdapat 6000 warga negara berusia 15–59 tahun. Rincian yang
berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
yang bekerja sama dengan pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Jumlah Kunjungan Warga Jumlah yang Dilayani Keterangan
Negara Usia 15-59 Sesuai Standar
Hasil rekapitulasi pada tahun itu, warga negara berusia 15–59 yang berkunjung adalah
sebanyak 5000 orang. Sebanyak 4850 orang mendapat pemeriksaan obesitas, hipertensi
dan diabetes melitus, pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran serta
pemeriksaan gangguan mental emosional dan perilaku sesuai standar.
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “F” dalam memberikan pelayanan
skrining kesehatan warga negara usia 15–59 th adalah 4850/6000 x 100 % = 80,83 %.
Catatan : Mengingat Jumlah kunjungan masih 5000 orang diperlukan rencana strategis
tahun depan untuk menjangkau 1000 orang yang belum berkunjung. Perlu di analisis
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua warga negara berusia 60 tahun atau lebih yang mendapat skrining kesehatan
sesuai standar di wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
Catatan :
Estimasi penderita hipertensi kabupaten/kota berdasarkan prevalensi data Riskesdas
terbaru.
Nominator : Jumlah penderita hipertensi usia ≥15 tahun yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan hipertensi sesuai
standar terdiri dari : pengukuran dan monitoring tekanan darah, edukasi dan terapi
farmakologi.
Denominator : Jumlah estimasi penderita diabetes melitus usia ≥15 tahun yang berada di
dalam wilayah kerjanya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Jumlah estimasi penderita hipertensi yang berumur 15 tahun ke atas di Puskesmas “H”
tahun 2018 adalah 506.000 penderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi yang
mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar 345 ribu. Jadi % penderita hipertensi yang
mendapat pelayanan kesehatan standar adalah :
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Register SIPTM (Surveilans Penyakit Tidak Menular);
2) Laporan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu);
3) Buku Penjaringan PTM (Penyakit Tidak Menular).
H. Rujukan :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
F. Cara Perhitungan :
Jumlah penderita DM usia ≥15 tahun di dalam wilayah
Persentase penderita DM yang kerjanya yang mendapatkan pelayanan kesehatan
mendapatkan pelayanan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun
= X 100%
kesehatan sesuai standar
Jumlah estimasi penderita Diabetes Melitus (DM)
usia ≥15 tahun yang berada di dalam wilayah
kerjanya berdasarkan angka prevalensi kab/kota x
dalam kurun waktu satu tahun yang sama
Catatan :
Nominator : Jumlah penderita diabetes melitus usia ≥15 tahun di dalam wilayah kerjanya
yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah estimasi penderita diabetes melitus usia ≥15 tahun yang berada di
dalam wilayah kerjanya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Dari upaya penjaringan skrining kesehatan sesuai standar di Puskesmas “S” ditemukan
400 kasus DM baru. Berdasarkan estimasi jumlah penderita DM usia ≥15 di wilayah
tersebut adalah sebesar 690 orang. Sehingga persentase penderita DM yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar adalah:
400
590 X 100% = 67,7%
Jadi capaian pelayanan DM di Puskesmas tersebut hanya 67,7%, dari estimasi penderita
DM usia ≥15 tahun yang harus dilayani di wilayah tersebut, sehingga perlu strategi untuk
menjangkau penderita DM yang belum terlayani sesuai standar ataupun sama sekali
belum mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut.
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Register SIPTM (Surveilans Penyakit Tidak Menular);
2) Laporan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu);
3) Buku Penjaringan PTM (Penyakit Tidak Menular).
Catatan :
Nominator : Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Puskesmas yang mendapatkan
pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah ODGJ berat berdasarkan proyeksi di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Estimasi/perkiraan target sasaran kinerja di Puskesmas B di tahun 2018 adalah 15 ODGJ
berat. Namun hanya 12 dari proyeksi 15 kasus yang medapatkan pelayanan kesehatan
jiwa sesuai standar.
Sehingga capaian kinerja Puskesmas B dalam kurun waktu satu tahun adalah:
12/15 x 100% = 80%
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Pencatatan dan Laporan;
2) Monitoring dan Evaluasi.
H. Rujukan :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
11) Persentase Orang terduga TBC mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar (SPM)
A. Pengertian
- Pernyataan Standar
Setiap orang terduga Tuberkulosis (TBC) mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar kepada orang terduga TBC di wilayah kerja Kabupaten/Kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun.
- Pengertian
Pelayanan orang terduga TBC sesuai standar bagi orang terduga TBC meliputi :
Catatan :
Nominator : Jumlah anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap di satu
wilayah tertentu dalam waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah seluruh anak usia 0-11 bulan di satu wilayah tertentu dalam
waktu yang sama
Contoh cara perhitungan:
Jumlah anak usia 0-11 bln yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas “C”
sebanyak 200 anak. Sedangkan jumlah seluruh anak usia 0-11 bulan di wilayah
Puskesmas ”C” sebanyak 250 anak. Jadi % anak usia 0-11 bulan yang mendapat IDL
adalah:
200
X 100% = 80%
250
G. Pembuktian/Sumber Data:X 100%
= 80 %
1) Laporan hasil pelayanan Puskesmas;
2) Laporan hasil pelayanan Posyandu;
3) Laporan hasil pelayanan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan hasil pelayanan Dokter Praktek Swasta;
5) Laporan hasil pelayanan RS/RSIA.
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi;
- Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2019.
2) Persentase Jemaah Calon Haji yang Terdekteksi Faktor Resiko Kesehatan
A. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kab/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan
Kepada Jemaah Calon Haji sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.
B. Satuan :
Persen (%)
E. Cara Perhitungan :
Jumlah jemaah calon haji yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar di wilayah
kerja kab/kota tersebut dalam kurun waktu satu
Persentase Jemaah Calon tahun
Haji yang terdeteksi faktor = x 100%
resiko kesehatan Jumlah sasaran jemaah calon haji di wilayah kerja
kab/kota tesebut dalam kurun waktu satu tahun
yang sama
700
X 100% = 100 %
700
F. Pembuktian/Sumber Data:
- Daftar Calon Jemaah Haji Kota Pontianak bersumber dari Kemenag Kota
Pontianak
G. Rujukan :
- Permenkes No.15 Tahun 2016 tentang Istithaah
3) Persentase Penanggulangan KLB yang direspon < 24 jam
A. Pernyataan Standar
Desa/Kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24 jam oleh
Kab/Kota sesuai dengan standar penanganan KLB.
B. Pengertian :
a. Desa/Kelurahan mengalami KLB bila terjadi peningkatan kesakitan atau kematian
penyakit potensial KLB, penyakit karantina atau keracunan makanan.
G. Cara Perhitungan :
Catatan :
Bila dalam 1 Desa/Kelurahan terjadi lebih dari 1 kali KLB pada suatu periode, maka
yang dihitung sesuai dengan frekuensi KLB yang terjadi di Desa/Kelurahan tersebut,
H. Pembuktian/Sumber Data:
1) Laporan W1
2) Laporan EWARS
3) Laporan STP Puskesmas
4) Laporan surveilans aktif ke Rumah Sakit
5) Laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan swasta
6) Laporan adanya KLB dari masyarakat
I. Rujukan :
- Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
- Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular.
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 84 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit
Menular.
- Keputusan Menteri Kesehatan No. 1116 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
- Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 13 Tahun 2014 tentang Penyakit Menular
- Peraturan Walikota No. 14 Tahun 2014 tentang Penyakit Menular.
- Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (Pedoman
Epidemiologi), Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar Tahun 2007Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
1 kali 0 0 0
F. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan.
- Modul Pelatihan Penatalaksanaan Kasus Gangguan Jiwa di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP)
5) Persentase ketersediaan obat, dan vaksin esensial
A. Pengertian
- Persentase Ketersediaan obat dan vaksin essensial setiap bulan di Puskesmas dalam
tahun berjalan;
- Persentase ketersediaan obat dan vaksin essensial dilaksanakan terhadap obat
Indikator melalui form pemantauan 20 ketersediaan obat dan vaksin indikator, yaitu :
• Puskesmas dengan ketersediaan obat & vaksin essensial 100% adalah puskesmas
yang memiliki minimal 80% ketersediaan obat dan vaksin essensial;
• Ketersediaan obat & vaksin essensial merupakan kestersediaan 20 obat indikator;
• Obat indikator merupakan 20 obat indikator pendukung program kesehatan ibu,
kesehatan anak, penanggulangan dan pencegahan penyakit serta obat pelayanan
kesehatan dasar essensial yang terdapat di dalam formularium puskesmas.
- Daftar obat indikator adalah
NO NAMA OBAT BENTUK SEDIAN
1 Albendazole Tablet
2 Amoxicillin 500 mg Tablet
3 Amoxicillin Sirup
4 Deksametasone 0,5 mg Tablet
5 Diazepam 5 mg/ml Injeksi
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi
7 Fitomenadion (vitamin K) Injeksi
8 Furosemid 40 mg / Hidroklorotiazid Tablet
9 Garam Oralit Serbuk
10 Glibenklamid/Metformin Tablet
- Ketersedian adalah penilaian ada/tidak dengan angka 1 jika tersedia, angka 0 jika tidak
tersedia khusus untuk item nomor 8 dan 10 ketersedian diberi angka 1 jika salah satu
atau kedua jenis tersebut tersedia.
B. Definisi Operasional
Ketersediaan 20 (dua puluh) obat indikator di Puskesmas setiap bulan pada tahun
berjalan.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Daftar 20 (dua puluh) obat indikator dan vaksin essensial
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
100% 100% 100% 100%
Catatan :
Nominator : Jumlah Persentase Capaian Masing-masing Indikator Peresepan setiap bulan
Denominator : Jumlah Komponen Indikator Peresepan.
Contoh cara perhitungan
- Menggunakan form penggunaan obat rasional;
- Dilakukan setiap hari oleh petugas Puskesmas/Pustu;
- Sampel pasien diambil dari resep/register harian, 1 pasien/hari untuk setiap diagnosis
→ min 25 pasien dari tiap diagnosis per bulan;
- Apabila hari tersebut tidak ada pasien dengan diagnosis tsb diisi dengan pasien hari
berikutnya ds;.
- Bila pasien dengan diagnosis tsb lebih dari, diambil pasien dengan urutan pertama;
- Obat racikan dituliskan rincian obatnya;
- Jenis obat termasuk obat luar, obat minum dan injeksi;
- Injeksi tidak termasuk imunisasi;
- Proses perhitungan.
a = Persentase Penggunaan antibiotik pada ISPA Non Pneumonia (angka riil)
b = Persentase Penggunaan antibiotik pada Diare Non Spesifik (angka riil)
c = Persentase Penggunaan injeksi pada Myalgia (angka riil)
d = 𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝 𝑥 100%
4
Bila hasil perhitungan Persentase AB pd ISPA non pneumonia : 1%,
Persentase AB pada diare non spesifik : 1%,
Persentase inj pada myalgia : 0%,
Rerata item obat per R/ : 5,5.
Sehingga Persentase POR adalah :
Persentase AB pada ISPA non pneumonia : 1% → < 20% → Capaian 100%
Persentase AB pada diare non spesifik : 1% → < 8% → Capaian 100%
Persentase ini pada myalgia : 0% → < 1% → Capaian 100%
Rerata item obat per R/ : 5,5 → > 4 item →Capaian 0%
C. Sasaran
Puskesmas yang dilakukan Rehabilitasi dan Pemeliharaan
D. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
E. Cara Perhitungan
G. Referensi
-
5) Cara Perhitungan
Jumlah Fasilitas Lainnya yang Jumlah Fasilitas lainnya yang dilakukan
dilakukan Rehabilitasi dan Rehabilitasi dan Pemeliharaan (Posyandu,
Pemeliharaan (Posyandu, Pustu) = Pustu) oleh Pemerintah Kota Pontianak
6) Referensi
-
10) Jumlah Kematian ibu
A. Pengertian
Banyaknya kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan pasca persalinan
per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu. Angka pengukuran risiko kematian
wanita yang berkaitan dengan peristiwa kehamilan. Kematian ibu adalah kematian
wanita dalam masa kehamilan, persalinan dan dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah
berakhirnya kehamilan tanpa memandang usia kehamilan maupun tempat melekatnya
janin, oleh sebab apa pun yang berkaitan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
pengelolaannya, bukan akibat kecelakaan.
B. Definisi Operasional
Jumlah Kematian Ibu adalah Jumlah Ibu meninggal yang dikarenakan hamil, bersalin
dan nifas di wilayah Kota Pontianak.
Contoh Perhitungan
Jumlah neonatus pada daerah X yang mendapat penanganan definitif sebanyak 75 orang,
dengan jumlah sasaran bayi sebanyak 1243 orang. Sehingga persentase cakupan neonatus
komplikasi yang di tangani adalah :
75 x 100% = 0,40
15 x 1243
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
- Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS- KIA) tahun 2011;
- Modul Pelatihan Manajemen Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Tahun 2006;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 66 Tahun 2014 tentang
Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan gangguan Tumbuh Kembang;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284/MenKes/SK/III/2004
Tentang buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Tahun 2004;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 25 tahun 2014 tentang
Upaya Kesehatan Anak Tahun 2014;
- Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru lahir berbasis Perlindungan Anak
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010;
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua Ibu hamil yang mengalami komplikasi kebidanan mendapatkan penanganan
definitif di wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
Contoh Perhitungan
Jumlah Balita yang mempunyai Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kota Pontianak,
sebanyak 1587 orang, dan Jumlah Balita di wilayah Kota Pontianak sebanyak 1986
orang, sehingga Persentase balita yang mempunyai Buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), sebagai berikut:
F. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
17) Jumlah Penderita TBC yang di temukan
A. Definisi Operasional
Jumlah semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan diantara perkiraan jumlah
semua kasus TB (insiden) yang ditemukan di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun.
B. Satuan :
Orang
C. Sasaran :
Penderita TBC
D. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
F. Referensi
Buku Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2016
18) Jumlah penderita TBC yang dilakukan contact tracing
A. Definisi Operasional
Upaya untuk menjaring tersangka TB Paru baru dari orang yang kontak erat/langsung
dengan penderita TB Paru BTA Positif dengan tujuan untuk menjadi pedoman dalam
menjaring Suspek TB paru pada kontak erat dari penderita TB paru BTA positif.
B. Satuan :
Orang
C. Sasaran :
Semua pasien TBC baru/kambuh yang tekonfirmasi bakteriologis dan TBC anak
D. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
F. Referensi
- Buku Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016;
- Panduan Teknis Investigasi Kontak Pasien TB bagi Petugas Kesehatan dan Kader
Tahun 2019.
E. Cara Perhitungan :
E. Perhitungan
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
deteksi dini HIV,Sypilis,Hepatitis di wilayah kerja
Ibu hamil mendapatkan
= kabupaten/Kota tersebut dalam kurun waktu satu
pelayanan deteksi dini
tahun
HIV , Sypilis,Hepatitis
Jumlah sasaran ibu hamil di wilayah kerja
X 100%
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu
tahun yang sama
F. Catatan :
a. Nominator : Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan deteksi dini
HIV,Sypilis,Hepatitis dalam kurun satu tahun.
b. Deminator : Jumlah sasaran ibu hamil di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun yang sama
Contoh kasus : Sebuah Kabupaten A Jumlah penduduknya 18.213, dengan jumlah ibu
hamil 208 orang. Jumlah ibu hamil dengan pelayanan anternatal lengkap 201 orang.
Kegiatan HIV Sifilis Hepatitis
Pelayanan Anternatal lengkap 201 201 201
Capaian indikator ibu hamil yang di lakukan pemeriksaan HIV, Sypilis, Hepatitis di
Kab.A, adalah :
= Y x 100%
X
= 201 x 100 % =97 %
208
F. Cara Perhitungan :
jumlah ibu hamil yang selama kehamilan
mendapat minimal 90 TTD di satu
Persentase Ibu hamil yang wilayah kerja dalam kurun waktu satu
mendapatkan TTD tahun
minimal 90 tablet selama = x 100%
kehamilan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu satu tahun yang
sama
F. Cara Perhitungan :
Jumlah ibu hamil KEK yang mendapatkan
Persentase Ibu hamil makanan tambahan
KEK yang = x 100%
mendapatkan makanan Jumlah ibu hamil KEK yang ada
tambahan
F. Cara Perhitungan :
Jumlah balita yang ditimbang di suatu
Persentase balita wilayah
ditimbang = x 100%
Jumlah balita yang ada
F. Cara Perhitungan :
Jumlah balita kurus (gizi kurang) yang mendapatkan
Persentase balita kurus (gizi makanan tambahan
kurang) mendapat makanan = x 100%
tambahan Jumlah seluruh balita kurus (gizi kurang)
45 / 48 *100% = 93,75%
Catatan : jumlah balita kurus yang mendapatkan makanan tambahan adalah jumlah
kasus yang ada (48 balita) dikurangi 3 balita yang tidak mendapat Makanan Tambahan
(menolak dan masih ASI)
G. Pembuktian /Sumber Data :
- Register Balita dengan masalah gizi
- Buku KIA
- Laporan bulanan surveilans gizi
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.
26) Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan
A. Pengertian :
• Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
• Kasus balita gizi buruk adalah balita dengan tanda klinis gizi buruk dan atau indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score kurang dari-3 SD.
• Kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang
dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat
sesuai dengan tata laksana gizi buruk.
B. Definisi Operasional
Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah jumlah kasus balita
gizi buruk yang mendapat perawatan terhadap jumlah kasus balita gizi buruk yang
ditemukan di suatu wilayah pada periode tertentu dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Balita gizi buruk
F. Cara Perhitungan :
Jumlah kasus balita gizi buruk yang mendapat
perawatan di suatu wilayah
Persentase kasus balita = x 100%
gizi buruk yang mendapat Jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan
perawatan di suatu wilayah
F. Cara Perhitungan :
Jumlah bayi baru lahir hidup yang mendapat IMD
= x 100%
Persentase jumlah bayi baru
Jumlah seluruh bayi baru lahir
lahir yang mendapat IMD
hidup
Contoh cara perhitungan:
Jumlah bayi lahir hidup di Puskesmas A pada tahun 2020 adalah 581 orang. Dari
jumlah tersebut 30 bayi tidak mendapat IMD karena kelahiran ditolong dukun dan 5
bayi dilahirkan asfiksia. Maka bayi baru lahir yang mendapat IMD Puskesmas A
tahun 2020 adalah :
546 / 581 *100% = 89,67%
Catatan:
Bayi lahir hidup tidak mendapat IMD diatas yaitu 30 bayi yang ditolong dukun, 5 bayi
dengan asfiksia sehingga total adalah 35 bayi. Jumlah bayi lahir hidup yang mendapat
IMD adalah jumlah bayi lahir hidup (581 bayi) dikurangi 35 bayi yaitu 546 bayi.
F. Cara Perhitungan :
Jumlah bayi kurang dari 6 bulan masih
Persentase Bayi
mendapat ASI Eksklusif
kurang dari 6 bulan
= x 100%
mendapat ASI
Jumlah bayi kurang dari 6 bulan yang
Eksklusif
direcall
F. Cara Perhitungan :
jumlah bayi 6 – 11 bulan + Balita 12
Persentase Balita 6 – 59 – 59 bulan yang mendapat kapsul
bulan Mendapat Kapsul vitamin A
Vitamin A = x 100%
jumlah Balita 6 – 59 bulan
Untuk menghitung Data Tahunan dengan menggabungkan data cakupan bayi umur 6
– 11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan Agustus, sedangkan data
cakupan balita umur 12 – 59 bulan yang mendapat vitamin A menggunakan data Bulan
Agustus.
F. Cara Perhitungan :
Jumlah Balita mempunyai buku KIA/KMS
Persentase Balita = x 100%
mempunyai Buku Jumlah seluruh balita yang ada
KIA/KMS
Contoh cara perhitungan:
Pada bulan November tahun 2020 Di Wilayah Kerja Puskesmas A tercatat jumlah balita
yang mempunyai buku KIA / KMS adalah 1000 orang. Jumlah seluruh balita yang
terdata di wilayah kerja Puskesmas A adalah 1500 orang. Maka persentase balita yang
mempunyai Buku KIA/KMS pada bulan November 2020 adalah :
1000 / 1500 *100% = 66,67%
G. Pembuktian /Sumber Data :
- Register Penimbangan Balita;
- Buku KIA/KMS;
- Laporan bulanan surveilans gizi.
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;
- Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.
F. Cara Perhitungan :
Jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi
Persentase Rumah Tangga garam beriodium
mengkonsumsi garam = x 100%
beriodium jumlah rumah tangga yang diperiksa
F. Perhitungan / Rumus
Jumlah TFU yang memenuhi syarat
PersentaseTempat-Tempat kesehatan
= X 100%
Fasilitas (TFU) memenuhi
syarat kesehatan Jumlah TFU yang teregistrasi
a. Pembilang
Jumlah TFU yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan sesuai standar.
b. Penyebut
Jumlah TFU yang teregistrasi.
c. Konstanta
Persentase (%)
Cara Perhitungan
Contoh : Apabila kelurahan X Memiliki sepuluh (10) Tempat-Fasilitas umum
tergeristrasi, dan hanya lima (5) Tempat-Fasilitas umum dikelurahan tersebut
yang memenuhi persyaratan kesehatan maka perhitungannya adalah : lima
(5) Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan dibagi Sepuluh
(10) Tempat-tempat umum yang teregistrasi di kelurahan X dikali seratus
persen (5:10 X 100%).
G. Pembuktian Sumber Data
1) Aplikasi e-Monev Kementerian Kesehatan;
2) Form hasil Inspeksi Sanitasi Kesehatan Lingkungan (IKL) TTU;
3) Laporan Triwulan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan TTU (form profil Kesling).
F. Perhitungan/Rumus
a. Rumus Jumlah TPM yang memenuhi
syarat kesehatan
Persentase Tempat Pengolahan Makan X 100%
=
(TPM) memenuhi syarat kesehatan
Jumlah TPM yang terdaftar
b. Pembilang
Jumlah TPM yang memenuhi syarat
c. Penyebut
Jumlah TPM yang terdaftar
d. Konstanta
Persentase (%)
Cara Perhitungan :
Contoh : Apabila kelurahan X Memiliki sepuluh (10) Tempat pengolahan makanan yang
terdata, dan hanya lima (5) Tempat pengolahan makanan dikelurahan tersebut yang
memenuhi persyaratan kesehatan maka perhitungannya adalah : lima (5) Tempat
pengolahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan dibagi Sepuluh (10) Tempat
pengolahan makan yang terdata di kelurahan X dikali seratus persen (5:10 X 100%).
Rumah Tangga Sehat = Jumlah rumah tangga yang dikatagorikan sehat X 100%
Seluruh jumlah rumah tangga yg dipantau di kelurahan
G. Pembuktian/Sumber Data :
Form penilaian indikator PHBS
H. Referensi :
Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan bekerjasama dengan Tim
Penggerak PKK Pusat Tahun 2007, Pedoman Pelatihan Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Rumah Tangga.
- Pembilang : Jumlah posyandu purnama mandiri di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu;
- Penyebut : Jumlah seluruh posyandu di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang
sama;
B. Definisi Operasional :
Pendekatan pelayanan oleh puskesmas yang mengintegrasikan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat secara berkesinambungan dengan target
keluarga didasarkan pada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga dengan 12
Indikator utama yaitu :
D. Sasaran :
Jumlah Keluarga Sehat dalam kurun waktu satu tahun
E. Target:
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
F. Cara Perhitungan :
£ Keluarga dengan IKS >0,800
IKS Tingkat RT/RW/Kelurahan = ______________________________ x
100%
£ Seluruh Keluarga di RT/RW/Kelurahan
B. Definsi Operasional
Angka Kontak merupakan indikator untuk mengetahui tingkat aksesabilitas dan
pemanfaatan pelayanan primer di FKTP oleh pasien dalam dan luar wilayah berdasarkan
jumlah penduduk yang mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP per bulan baik di
dalam gedung maupun di luar gedung tanpa memperhitungkan frekuensi kedatangan
peserta dalam satu bulan.
C. Rumus Perhitungan Kinerja
Kontak Rate Pelayanan dalam dan Luar Gedung Puskesmas :
jumlah penduduk yang melakukan kontak X 1000 (seribu)
jumlah penduduk di wilayah kerja FKTP
Cara perhitungan :
a) Perhitungan Angka Kontak pelayanan merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk yang melakukan kontak dengan FKTP dengan total jumlah penduduk di
wilayah kerja FKTP;
b) Jumlah penduduk yang melakukan kontak adalah jumlah penduduk dalam dan luar
wilayah yang mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP per bulan baik di dalam
gedung maupun di luar gedung tanpa memperhitungkan frekuensi kedatangan peserta
dalam 1 (satu) bulan.
c) Bentuk Kontak yang menjadi catatan penilaian adalah:
(1) Tempat kontak
Apabila terjadi salah satu atau lebih kontak antara peserta dengan:
▪ FKTP (Puskesmas);
F. Sasaran
Penduduk di wilayah kerja puskesmas, sesuai dengan jumlah data sasaran yang telah
ditentukan.
G. Target
15% penduduk atau 150/1000 penduduk
H. Pembuktian/ Sumber Data
Laporan SIK Puskesmas, P-Care baik dalam Gedung, luar Gedung Puskesmas
I. Referensi
Peraturan BPJS Nomor 7 Tahun 20019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kapitasi Berbasis
Kinerja pada FKTP
43) Contact Rate Pelayanan Dalam dan Luar Gedung Pasien BPJS
A. Pengertian
indikator untuk mengetahui aksesabilitas dan pemanfaatan pelayanan primer di FKTP
oleh Peserta dan kepedulian serta upaya FKTP terhadap kesehatan Peserta pada setiap
1000 (seribu) Peserta terdaftar di FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
A. Definisi Operasional
Definsi Angka Kontak merupakan indikator untuk mengetahui tingkat aksesabilitas dan
pemanfaatan pelayanan primer di FKTP oleh Peserta berdasarkan jumlah Peserta
Jaminan Kesehatan (per nomor identitas peserta) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan di FKTP per bulan baik di dalam gedung maupun di luar gedung tanpa
memperhitungkan frekuensi kedatangan peserta dalam satu bulan.
B. Rumus Perhitungan Kinerja :
Indikator Angka Kontak (AK) dihitung dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:
a) jumlah peserta yang melakukan kontak ^ jumlah Peserta terdaftar d FKTP X.
Perhitungan Angka Kontak merupakan perbandingan antara jumlah Peserta
B. Definisi Operasional
Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik merupakan indikator untuk
mengetahui kualitas pelayanan di FKTP, sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai
indikasi medis dan kompetensinya.
C. Rumus Perhitungan Kinerja :
a) Indikator Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) dihitung
dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:
RRNS = jumlah rujukan kasus non spesialistik jumlah rujukan FKTP x 100%
Perhitungan RRNS merupakan perbandingan antara jumlah rujukan kasus non
spesialistik dengan jumlah seluruh rujukan oleh FKTP dikali 100% (seratus persen).
b) Jumlah rujukan rawat jalan kasus non spesialistik adalah jumlah rujukan dengan
diagnosa yang termasuk dalam jenis penyakit yang menjadi kompetensi dokter di
FKTP sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Rujukan kasus non spesialistik dengan kriteria Time, Age, Complication dan
Comorbidity (TACC) tidak diperhitungkan dalam jumlah rujukan rawat jalan kasus
non spesialistik.
d) Jumlah rujukan FKTP adalah total jumlah rujukan FKTP ke FKRTL.
Keterangan :
1) Perhitungan Rasio Peserta Prolanis HT Terkendali merupakan perbandingan
antara jumlah pasien HT yang terdaftar sebagai peserta Prolanis dengan tekanan
darah terkendali dengan jumlah peserta terdaftar di FKTP dengan diagnosa HT
dikali 100% (seratus persen);
2) Jumlah Peserta Prolanis terkendali adalah peserta dengan diagnosa penyakit DM
atau HT yang terdaftar sebagai peserta Prolanis dengan kadar gula darah puasa
bagi pasien DM atau tekanan darah bagi pasien HT terkendali;
3) Jumlah peserta terdaftar di FKTP dengan diagnosa DM atau HT adalah peserta
terdaftar di FKTP yang telah ditegakkan diagnosa penyakit DM atau HT;
4) Kriteria terkendali adalah:
1) pasien DM dengan capaian kadar gula darah puasa;
2) pasien HT dengan capaian tekanan darah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh Organisasi Profesi;
5) Penjaminan pelayanan pemeriksaan kadar gula darah puasa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
6) Ketentuan mengenai pengelolaan Peserta Prolanis mengacu pada Pedoman
Program Pengelolaan Penyakit Kronis yang berlaku;
7) Sumber data yang digunakan dalam indikator ini adalah hasil pencatatan
pemantauan kadar gula darah puasa dan tekanan darah pasien pada Sistem
Informasi BPJS Kesehatan.
@GMAIL.COM