Anda di halaman 1dari 126

BUKU PANDUAN

DEFINISI OPERASIONAL
INDIKATOR KINERJA PERUBAHAN
PUSKESMAS TAHUN 2020 - 2024

DINAS KESEHATAN KOTA PONTIANAK


TAHUN 2021

1|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA PONTIANAK

NOMOR : 9.1/DINKES/TAHUN 2021

TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN NOMOR
11/DINKES/TAHUN 2020 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSKESMAS
KOTA PONTIANAK TAHUN 2020 – 2024

KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PONTIANAK,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar
pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
b. bahwa berdasarkan Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Kota Pontianak Tahun 2020 – 2024,
terdapat Indikator Kinerja dan Standar Pelayanan
Minimal Dinas Kesehatan Kota Pontianak untuk dasar
penyusunan Indikator Kinerja dan Standar Pelayanan
Minimal Puskesmas;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a dan huruf b di atas, perlu
menetapkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan
tentang Penetapan Indikator Kinerja dan Standar
Pelayanan Minimal Puskesmas Kota Pontianak;

Mengingat : 1. Undang – undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang


Penetapan Undang – undang Darurat Nomor 3 Tahun
1953 tentang Pembentukkan Daerah Tingkat II di
Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1953 Nomor 9) sebagaimana telah diubah
dengan Undang – undang Nomor 8 Tahun 1965
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965
Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2756);

1|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


2. Undang – undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang – undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang – undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang


Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);

5. Undang – undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4439);

6. UU No. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas


UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun


2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Anggaran Pendapatan
Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017;

8. Undang - Undang No. 15 tahun 2019 tentang


Perubahan Atas Undang - Undang 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000


tentang Tatacara Pertanggungjawaban Kepala Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4027);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang


Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4614);

2|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang
Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah
Daerah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Pemerintah 12 tahun 2019 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun
2007 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dan
Penetapan Standar Pelayanan Minimal;

15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29


Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;

16. Instruksi Presiden (INPRES) tentang Percepatan


Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun
2011;

17. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang


Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4890);

18. Peraturan Pemerintah 18 tahun 2016 tentang


Perangkat Daerah;

19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13


Tahun 2019 Tentang Laporan Dan Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

20. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara Nomor PER/ 20/ M.PAN/ 5/ 2007 tentang
Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja di
Lingkungan Instansi Pemerintah;

21. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara Nomor PER/ 20/ M.PAN/ 11/ 2008 tentang
Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja;

3|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


22. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun
2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

23. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tatacara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri


Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata
Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah;

25. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;

26. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun
2019 Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas
dari Korupsi dan Birokrasi Bersih dan Melayani di
Lingkungan Instansi Pemerintah;

27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2019


tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun 2020;

28. Peraturan Kementerian Dalam Negeri (Permendagri)


Nomor 57 Tahun 2019 Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah;

29. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 10 Tahun


2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Kota Pontianak Tahun 2005 - 2025;

4|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


30. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 7 Tahun
2016 Tentang Pembentukkan dan Susunan
Perangkat Daerah;

31. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 5 Tahun


2017 tentang Pencabutan Peraturan daerah Nomor 8
Tahun 2008 Tentang Bidang Urusan Pemerintahan
Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota
Pontianak;

32. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 7 Tahun


2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pontianak Tahun
2020-2024;

33. Peraturan Walikota Pontianak Nomor 19 Tahun 2011


tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Lingkungan
Pemerintah Kota Pontianak (Berita Daerah Tahun
2011 Nomor 19);

34. Peraturan Walikota Pontianak Nomor 21 Tahun 2011


tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja
Utama (IKU) Satuan Kerja Perangkat Daerah di
Lingkungan Pemerintah Kota Pontianak (Berita
Daerah Tahun 2011 Nomor 21);

35. Peraturan Walikota Pontianak Nomor 66 Tahun 2016


tentang Kedudukan, Struktur Oganisasi, Tugas
Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas
Kesehatan Kota Pontianak.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

KESATU : Indikator Kinerja dan Standar Pelayanan Minimal


Puskesmas sebagaimana dimaksud pada Diktum Kesatu
Keputusan ini, didasari atas Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Kota Pontianak Tahun 2020 – 2024, dan
Permenkes No.4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

5|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


KEDUA : Indikator Kinerja dan Standar Pelayanan Minimal
Puskesmas sebagaimana dimaksud pada Diktum Kedua
Keputusan ini, merupakan pedoman dan acuan ukuran
kinerja yang digunakan oleh Puskesmas di Kota Pontianak
untuk :
a. menyusun dan menetapkan dokumen rencana
pelaksanaan kegiatan (RPK) Puskesmas;
b. menyusun dan menetapkan dokumen rencana uraian
kegiatan (RUK) Puskesmas;
c. menyusun dan menetapkan dokumen rencana anggaran
biaya (RAB) Puskesmas;
d. menyusun rencana strategis BLUD Puskesmas;
e. menyusun laporan tahunan Puskesmas;
f. menyusun profil Puskesmas,
g. melakukan pemantauan dan pengendalian kinerja
pelaksanaan program dan kegiatan Puskemas; dan
h. melakukan evaluasi pencapaian kinerja sesuai dengan
indikator Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020 –
2024.

KETIGA : Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Nomor


9.1/DINKES/TAHUN 2021 Tentang Perubahan Atas
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 11/DINKES/
TAHUN 2020 Tentang Penetapan Indikator Kinerja dan
Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kota Pontianak
Tahun 2020 – 2024, sebagaimana dimaksud pada Diktum
Ketiga Keputusan ini.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Pontianak
pada tanggal 4 Januari 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA
PONTIANAK,

SIDIG HANDANU WIDOYONO

Tembusan :
1. Walikota Pontianak u.p. Bagian Organi sasi Setda Kota Pontianak;
2. Kepala Bappeda Kota Pontianak u.p. Bidang Statistik dan Pelaporan.

6|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


Lampiran 1
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Nomor : 9.1 /DINKES/TAHUN 2021
Tentang : Perubahan Atas Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor
11/Dinkes/Tahun 2020 Tentang Penetapan Indikator Kinerja Dan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024

INDIKATOR KINERJA PERUBAHAN DAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)


PUSKESMAS KOTA PONTIANAK TAHUN 2020 - 2024

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TARGET


NO DAN STANDAR PELAYANAN SATUAN KET
MINIMAL (SPM) 2021 2022 2023 2024

1 2 3 4 5

INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

Persentase ibu hamil mendapatkan


1 % 100 100 100 100 SPM.1
pelayanan kesehatan ibu hamil

Persentase ibu bersalin


2 % 100 100 100 100 SPM.2
mendapatkan pelayanan pesalinan

Persentase bayi baru lahir


3 mendapatkan pelayanan kesehatan % 100 100 100 100 SPM.3
bayi baru lahir

Cakupan Pelayanan Kesehatan


4 % 100 100 100 100 SPM.4
Balita sesuai Standar

Persentase anak usia pendidikan


5 dasar yang mendapatkan pelayanan % 100 100 100 100 SPM.5
kesehatan sesuai standar

Persentase orang usia 15–59 tahun


6 mendapatkan skrining kesehatan % 100 100 100 100 SPM.6
sesuai standar

Persentase warga negara usia 60


7 tahun ke atas mendapatkan % 100 100 100 100 SPM.7
skrining kesehatan sesuai standar

Persentase penderita Hipertensi


8 yang mendapatkan pelayanan % 100 100 100 100 SPM.8
kesehatan sesuai standar

Persentase penderita DM yang


9 mendapatkan pelayanan kesehatan % 100 100 100 100 SPM.9
sesuai standar

Persentase ODGJ berat yang


10 mendapatkan pelayanan kesehatan % 100 100 100 100 SPM.10
jiwa sesuai standar

Persentase Orang terduga TBC


11 mendapatkan pelayanan TBC sesuai % 100 100 100 100 SPM.11
standar
Persentase orang dengan risiko
terinfeksi HIV
mendapatkan pelayanan deteksi
12 % 100 100 100 100 SPM.12
dini HIV sesuai standar

7|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (OUTPUT)

Persentase anak usia 0- 11 bulan


1 yang mendapatkan imunisasi dasar % 93.6 94.1 95 95
lengkap

Persentase jemaah calon haji yang


2 % 100 100 100 100
terdeteksi faktor resiko kesehatan

Persentase penanggulangan KLB


3 % 100 100 100 100
yang direspon < 24 jam

Jumlah Sosialisasi Gerakan Deteksi


4 Dini FR PTM terkait masalah Jiwa- Kali 1 0 0 0
Napza {BOK/DAK)

Persentase ketersediaan obat, dan


5 % 100 100 100 100
vaksin esensial

Persentase penggunaan obat


6 % 100 100 100 100
rasional
Persentase ketersediaan alat
7 kesehatan sesuai standar 60% dari % 60 60 65 70
ASPAK

Jumlah Puskesmas yang dilakukan


8 Unit 2 2 2 3
Rehabilitasi dan Pemeliharaan

Jumlah Fasilitas Lainnya yang


9 dilakukan Rehabilitasi dan Unit 3 3 3 3
Pemeliharaan (Posyandu, Pustu)

10 Jumlah Kematian ibu Orang 6 6 6 6

11 Jumlah Kematian Bayi Orang 27 26 25 24

Cakupan komplikasi nenonatus


12 % 100 100 100 100
yang ditangani

Cakupan komplikasi kebidanan


13 ditangani % 100 100 100 100

Persentase Balita mempunyai buku


14 % 100 100 100 100
KIA/KMS

Persentase Lansia Risti yang


15 % 55 60 65 70
mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Jumlah orang terduga TBC yang Orang 8100 8100 8100 8100
dilakukan pemeriksaan sesuai
16 standar

Jumlah penderita TBC yang Orang 1500 1500 1500 1500


17 ditemukan

Jumlah penderita TBC yang Orang 1500 1500 1500 1500


18 dilakukan contact tracing
Jumlah orang beresiko HIV yang Orang 1700 1700 1700 1700
19 dilakukan penjaringan

Jumlah ibu hamil yang dilakukan Orang 12576 12576 12576 12576
20 pemeriksaan HIV, Sipilis, dan
Hepatitis
Cakupan Ibu hamil yang % 98 99 99 100
21 mendapatkan TTD minimal 90
tablet selama kehamilan

8|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


Cakupan Ibu hamil Kurang Energi % 92 94 96 98
Kronik yang mendapat makanan
22
tambahan

Cakupan Balita yang ditimbang % 71 72 73 74


23 Berat Badannya (D/S)

Cakupan Remaja Putri (Rematri) % 52 54 56 58


24 mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD)
Cakupan Balita gizi kurang yang % 92 94 96 98
25 mendapat makanan tambahan

Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk %


26 yang mendapat Perawatan 100 100 100 100

Cakupan Bayi Baru Lahir % 77 78 78 79


mendapat Inisiasi Menyusui Dini
27
(IMD)

Cakupan Bayi Usia 6 Bulan % 40 45 50 55


28 Mendapat ASI Eksklusif

Cakupan Bayi Usia Kurang dari 6 % 45 50 55 60


29 Bulan Mendapat ASI Eksklusif

Cakupan balita ditimbang Naik % 82 84 86 88


30 Berat Badannya (N/D)

Cakupan Balita 6 – 59 bulan % 87 88 89 90


31 mendapat Kapsul Vitamin A

Cakupan Ibu Nifas mendapat % 73 76 79 82


32 Kapsul Vitamin A

Cakupan Balita Mempunyai Buku % 70 75 80 85


Kesehatan Ibu Anak (KIA) / Kartu
33
Menuju Sehat (KMS)

Cakupan Rumah Tangga % 90 90 90 90


34 Mengkonsumsi Garam Beriodium

Jumlah pasien dengan resiko % 50 50 50 50


35 nutrisi yang mendapat asuhan gizi

Persentase Tempat Fasilitas Umum %


36 yang memenuhi syarat kesehatan 78.21 78.9 79.59 80.28

Persentase Tempat Pengolahan %


37 Makanan yang memenuhi syarat 36 38 40 42
kesehatan

38 Cakupan RT yang ber PHBS % 60 60 60 60

Persentase Sekolah yang


39 % 50 50 50 50
melaksanakan PHBS

Persentase Posyandu Purnama


40 % 65 65 65 65
Mandiri

41 Indeks Keluarga Sehat % 23 24 25 26

Contact Rate Pelayanan Dalam dan 1000


42 150 150 150 150
Luar Gedung Puskesmas Penduduk

1000
Contact Rate Pelayanan Dalam dan
43 Peserta 150 150 150 150
Luar Gedung Pasien BPJS
BPJS

Rasio Rujukan Non Spesialistik


44 Kasus 2 2 2 2
Puskesmas

Rasio Rujukan Non Spesialistik


45 Kasus 2 2 2 2
Peserta BPJS

9|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


Peserta
46 Rasio Peserta Prolanis Terkendali > 5% > 5% > 5% > 5%
terdaftar

47 Rasio Cabut Tambal Gigi Rasio 2:1 2:1 2:1 2:1

48 BOR (Bed of rate) % 40 40 40 40

49 LOS (Length of stay) Hari 3 3 3 3

50 TOI (Turn over internal) Hari 5 5 5 5

Tidak ada kesalahan pemberian


51 % 100 100 100 100
hasil Laboratorium

Persentase keluarga rawan


52 % 80 85 90 95
kesehatan yang di bina

Persentase kasus gawat darurat


53 % 100 100 100 100
yang ditangani

Ditetapkan di Pontianak
pada tanggal 4 Januari 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA
PONTIANAK,

SIDIG HANDANU WIDOYONO

10 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


Lampiran 2
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Nomor : 9.1/DINKES/TAHUN 2021
Tentang : Perubahan Atas Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 11/Dinkes/Tahun 2020 Tentang Penetapan Indikator Kinerja Dan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024

RINCIAN KEGIATAN DAN INDIKATOR UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) ESENSIAL


DAN KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS KOTA PONTIANAK TAHUN 2020 - 2024
Pelayanan Kesehatan Masyarakat (PKM) Esensial Target
No Satuan Ket Seksi
Tahun Tahun Tahun Tahun
Pelayanan PKM Esensial Indikator Pelayanan PKM Esensial
2021 2022 2023 2024

1 Pelayanan Promosi Kesehatan 1) Cakupan RT yang ber PHBS % 60 60 60 60 Promkes

2) Persentase Sekolah yang melaksanakan


% 50 50 50 50 Promkes
PHBS
3) Persentase Posyandu Purnama Mandiri % 65 65 65 65 Promkes

4) Indeks Keluarga Sehat % 23 24 25 26 Promkes

1)Persentase Tempat Fasilitas Umum yang


2 Pelayanan Kesehatan Lingkungan % 78.21 78.9 79.59 80.28 PL
memenuhi syarat kesehatan
2) Persentase Tempat Pengolahan Makanan
% 36 38 40 42 PL
yang memenuhi syarat kesehatan

3 Pelayanan Kesehatan Keluarga 1) Jumlah Kematian ibu Orang 6 6 6 6 KIA

2) Jumlah Kematian Bayi Orang 27 26 25 24 KIA

3) Persentase ibu hamil mendapatkan


% 100 100 100 100 SPM.1 KIA
pelayanan kesehatan ibu hamil (SPM)
5) Persentase bayi baru lahir mendapatkan
% 100 100 100 100 SPM.3 KIA
pelayanan kesehatan bayi baru lahir (SPM)

6) Cakupan komplikasi nenonatus yang


% 100 100 100 100 KIA
ditangani

11 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


7) Cakupan komplikasi kebidanan ditangani % 100 100 100 100 KIA

8) Cakupan pelayanan kesehatan balita


% 100 100 100 100 SPM.4 KIA
sesuai standar (SPM)
9) Persentase anak usia pendidikan dasar
yang mendapatkan pelayanan kesehatan % 100 100 100 100 SPM.5 KIA
sesuai standar (SPM)
10) Persentase Balita mempunyai buku
% 100 100 100 100 KIA
KIA/KMS
11) Persentase warga negara usia 60 tahun
ke atas mendapatkan skrining kesehatan % 100 100 100 100 SPM.7 KIA
sesuai standar (SPM)

1)Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan % 98 99 99 100


4 Pelayanan gizi TTD minimal 90 tablet selama kehamilan Gizi

2)Cakupan Ibu hamil Kurang Energi Kronik % 92 94 96 98


yang mendapat makanan tambahan Gizi

3)Cakupan Balita yang ditimbang Berat % 71 72 73 74


Badannya (D/S) Gizi

4)Cakupan Remaja Putri (Rematri) mendapat % 52 54 56 58


Tablet Tambah Darah (TTD) Gizi

5)Cakupan Balita gizi kurang yang % 92 94 96 98


mendapat makanan tambahan Gizi

6)Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang %


mendapat Perawatan 100 100 100 100 Gizi

7)Cakupan Bayi Baru Lahir mendapat % 77 78 78 79


Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Gizi

8)Cakupan Bayi Usia 6 Bulan Mendapat ASI % 40 45 50 55


Eksklusif Gizi

9)Cakupan Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan % 45 50 55 60


Mendapat ASI Eksklusif Gizi

10)Cakupan balita ditimbang Naik Berat % 82 84 86 88


Badannya (N/D) Gizi

11)Cakupan Balita 6 – 59 bulan mendapat % 87 88 89 90


Kapsul Vitamin A Gizi

12)Cakupan Ibu Nifas mendapat Kapsul % 73 76 79 82


Vitamin A Gizi

12 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


13)Cakupan Balita Mempunyai Buku % 70 75 80 85
Kesehatan Ibu Anak (KIA) / Kartu Menuju Gizi
Sehat (KMS)

14)Cakupan Rumah Tangga Mengkonsumsi % 90 90 90 90


Garam Beriodium Gizi

Pelayanan pencegahan dan 1)Persentase anak usia 0- 11 bulan yang


5 % 93.6 94.1 95 95 Pencegahan
pengendalian penyakit mendapatkan imunisasi dasar lengkap
2)Persentase penanggulangan KLB yang
% 100 100 100 100 Pencegahan
direspon < 24 jam
3)Jumlah Sosialisasi Gerakan Deteksi Dini
FR PTM terkait masalah Jiwa-Napza Kali 1 0 0 0 Pencegahan
{BOK/DAK)
4)Persentase orang usia 15–59 tahun
mendapatkan skrining kesehatan sesuai % 100 100 100 100 SPM.6 KIA
standar
Pelayanan Keperawatan Persentase keluarga rawan kesehatan yang
6 Kesehatan masyarakat dibina % 80 85 90 95 Yankes

Sumber: Permenkes No.43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat


(Buku Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas)

Ditetapkan di Pontianak
pada tanggal 4 Januari 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PONTIANAK,

SIDIG HANDANU WIDOYONO

13 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


Lampiran 3
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Nomor : 9.1/DINKES/TAHUN 2021
Tentang : Perubahan Atas Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor
11/Dinkes/Tahun 2020 Tentang Penetapan Indikator Kinerja Dan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024

RINCIAN KEGIATAN DAN INDIKATOR UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)


PENGEMBANGAN PUSKESMAS KOTA PONTIANAK TAHUN 2020 - 2024

Upaya Kesehatan Masyarakat (PKM) Pengembangan Ket.

No
Upaya Kesehatan Masyarakat Indikator Upaya Kesehatan
(UKM) Pengembangan Masyarakat (UKM) Pengembangan

Pelayanan kesehatan gigi Di sesuaikan dengan Kondisi


1
masyarakat Pelayanan dan Inovasi Puskesmas

Pelayanan kesehatan Di sesuaikan dengan Kondisi


2
tradisional komplementer Pelayanan dan Inovasi Puskesmas
Di sesuaikan dengan Kondisi
3 Pelayanan kesehatan olahraga
Pelayanan dan Inovasi Puskesmas
Di sesuaikan dengan Kondisi
4 Pelayanan kesehatan kerja
Pelayanan dan Inovasi Puskesmas

Di sesuaikan dengan Kondisi


5 Pelayanan kesehatan lainnya
Pelayanan dan Inovasi Puskesmas
Sumber : Permenkes No.43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Buku Penguatan
Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas)

Ditetapkan di Pontianak
pada tanggal 4 Januari 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA PONTIANAK,

SIDIG HANDANU WIDOYONO

14 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


Lampiran 4
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Nomor : 9.1/DINKES/TAHUN 2021
Tentang : Perubahan Atas Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 11/Dinkes/Tahun 2020 Tentang Penetapan Indikator
Kinerja Dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024

RINCIAN KEGIATAN DAN INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN UKP, KEFARMASIAN, DAN LABORATORIUM PERUBAHAN
PUSKESMAS KOTA PONTIANAK TAHUN 2020-2024

Pelayanan Kesehatan UKP, Kefarmasian, dan Laboratorium Satuan Target

No Indikator Pelayanan Keterangan Seksi


Pelayanan Kesehatan UKP,
Kesehatan UKP,
Kefarmasian, dan Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
Kefarmasian, dan
Laboratorium
Laboratorium
Angka kunjungan
1)Contact Rate Pelayanan 1000
1 Pelayanan pemeriksaan umum 150 150 150 150 Seluruh sasaran Yankes
Dalam dan Luar Gedung Penduduk
Puskesmas
2)Contact Rate Pelayanan 1000
Sesuai
Dalam dan Luar Gedung Peserta 150 150 150 150 Yankes
Kepesertaan BPJS
Pasien BPJS BPJS
3)Rasio Rujukan Non Seluruh sasaran
Kasus <2 <2 <2 <2 Yankes
Spesialistik Puskesmas Puskesmas

4)Rasio Rujukan Non Sesuai


Kasus <2 <2 <2 <2 Yankes
Spesialistik Peserta BPJS Kepesertaan BPJS
Sesuai
Peserta Kepesertaan
5)Peserta Prolanis terkendali > 5% > 5% > 5% > 5% Yankes
Terdaftar Prolanis di
Puskesmas
Hanya untuk
6)BOR (bed of rate) % 40 40 40 40 puskesmas Rawat Yankes
Inap
Hanya untuk
7)LOS (length of stay) Hari <3 <3 <3 <3 puskesmas Rawat Yankes
Inap

15 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


Hanya untuk
8)TOI (turn over interval) Hari 5 5 5 5 puskesmas Rawat Yankes
Inap

9)Persentase penderita
Hipertensi yang mendapatkan
% 100 100 100 100 SPM.8 Pencegahan
pelayanan kesehatan sesuai
standar

10)Persentase penderita DM
yang mendapatkan pelayanan % 100 100 100 100 SPM.9 Pencegahan
kesehatan sesuai standar

11)Persentase ODGJ berat


yang mendapatkan pelayanan % 100 100 100 100 SPM.10 Pencegahan
kesehatan jiwa sesuai standar

12)Persentase jemaah calon


haji yang terdeteksi faktor % 100 100 100 100 Pencegahan
resiko kesehatan
13)Jumlah orang terduga TBC
yang dilakukan pemeriksaan Orang 8100 8100 8100 8100 Pengendalian
sesuai standar

14)Jumlah penderita TBC yang


ditemukan Orang 1500 1500 1500 1500 Pengendalian

15)Jumlah penderita TBC yang


dilakukan contac tracing Orang 1500 1500 1500 1500 Pengendalian

16)Jumlah orang beresiko HIV


yang dilakukan penjaringan Orang 1700 1700 1700 1700 Pengendalian

17)Jumlah ibu hamil yang


dilakukan pemeriksaan HIV, Orang 12576 12576 12576 12576 Pengendalian
Sipilis, dan Hepatitis

18)Persentase Orang terduga


TBC mendapatkan pelayanan % 100 100 100 100 SPM.11 Pengendalian
TBC sesuai standar
19)Persentase orang dengan
risiko terinfeksi HIV
mendapatkan pelayanan % 100 100 100 100 SPM.12 Pengendalian
deteksi dini HIV sesuai
standar

16 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


Pelayanan kesehatan gigi dan
2 Rasio cabut tambal gigi Rasio 2:1 2:1 2:1 2:1 Yankes
mulut
Persentase Lansia Risti yang
Pelayanan kesehatan keluarga
3 mendapatkan Pelayanan % 50 50 50 50 KIA
yang bersifat UKP
Kesehatan
Persentase kasus gawat
darurat yang ditangani di
4 Pelayanan gawat darurat % 100 100 100 100 Yankes
Puskesmas pada periode
tertentu

Persentase pasien dengan


5 Pelayanan gizi bersifat UKP resiko nutrisi yang mendapat % 50 50 50 50 Gizi
asuhan gizi
Persentase ibu bersalin
6 Pelayanan Persalinan mendapatkan pelayanan % 100 100 100 100 SPM.2 KIA
persalinan (SPM)

1)Persentase ketersediaan
7 Pelayanan kefarmasian % 100 100 100 100 Farmasi
obat, dan vaksin esensial
2)Persentase penggunaan obat
% 100 100 100 100 Farmasi
rasional
3)Persentase ketersediaan alat
kesehatan sesuai standar 60% % 60 60 65 70 Farmasi
dari ASPAK
Tidak ada kesalahan
6 Pelayanan laboratorium % 100 100 100 100 Yankes
pemberian hasil laboratorium
Sumber : Permenkes No.43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
(Buku Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas)

Ditetapkan, di Pontianak
Pada tanggal 4 Januari 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA PONTIANAK

SIDIG HANDANU WIDOYONO

17 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


Lampiran 5
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Nomor : 9.1/DINKES/TAHUN 2021
Tentang : Perubahan Atas Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor
11/Dinkes/Tahun 2020 Tentang Penetapan Indikator Kinerja Dan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024

Rincian Kegiatan UKM dan UKP


Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Upaya Kesehatan Perorangan
Upaya Kesehatan Masyarakat
No Esensial dan Keperawatan (UKP), Kefarmasian, dan
Pengembangan
Kesehatan Masyarakat Laboratorium

Pelayanan kesehatan gigi


1 Pelayanan promosi kesehatan Pelayanan pemeriksaan umum
masyarakat

Pelayanan kesehatan tradisional


2 Pelayanan kesehatan lingkungan Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
komplementer

Pelayanan Kesehatan Keluarga yang Pelayanan Kesehatan Keluarga yang


3 Pelayanan kesehatan olahraga
bersifat UKM bersifat UKP

4 Pelayanan gizi yang bersifat UKM Pelayanan kesehatan kerja Pelayanan Gawat Darurat

Pelayanan pencegahan dan Pelayanan kesehatan lainnya sesuai


5 Pelayanan gizi yang bersifat UKP
pengendalian penyakit kebutuhan

Pelayanan keperawatan kesehatan


6 Pelayanan persalinan
masyarakat

7 Pelayanan kefarmasian

8 Pelayanan laboratorium

Sumber: Permenkes No.43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat


(Buku Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas)

Ditetapkan di Pontianak
pada tanggal 4 Januari 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA PONTIANAK,

SIDIG HANDANU WIDOYONO

18 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


KATA PENGANTAR
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PONTIANAK

Assalamu’alaikum wr wb.
Puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga penyusunan Buku Panduan Dokumen Definisi Operasional
Indikator Kinerja Perubahan Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024 dapat diselesaikan.
Buku Panduan Dokumen Definisi Operasional ini merupakan Panduan dan tatacara Puskesmas
untuk menghitung realisasi serta capaian yang telah dilakukan Puskesmas dalam mencapai
tujuan Dinas Kesehatan Kota Pontianak periode Tahun 2020-2024 yaitu “Meningkatnya
Derajat Kesehatan Masyarakat”.
Pada akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua Pihak yang
telah bekerja keras dalam penyusunan Buku Panduan Dokumen Definisi Operasional Indikator
Kinerja Perubahan Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2020-2024. Semoga Tuhan Y.M.E
senantiasa memberi petunjuk kepada kita semua dalam melaksanakan pembangunan kesehatan
di Kota Pontianak dan memberikan manfaat untuk masyarakat Kota Pontianak.
Demikian Buku Panduan Dokumen Definisi Operasional Indikator Kinerja Puskesmas
Kota Pontianak Tahun 2020-2024 dibuat, dan semoga dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr wb

KEPALA DINAS KESEHATAN


KOTA PONTIANAK

dr. Sidig Handanu Widoyono, M.Kes


Pembina Utama Muda
NIP. 19660516 199603 1 003

i|DEFINIS I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
A. INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)………………………....................... 1

1. Persentase Ibu Hamil mendapatkan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (SPM).............................. 1


2. Persentase Ibu Bersalin mendapatkan Pelayanan Persalinan (SPM)…........................................ 4
3. Persentase Bayi Baru Lahir mendapatkan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
(SPM)............................................................................................................................................. 6
4. Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita sesuai standar (SPM)........................................................ 9
5. Persentase Anak Usia Pendidikan Dasar yang mendapatkan Pelayanan Kesehatan sesuai standar
(SPM)............................................................................................................................................. 12
6. Persentase Orang Usia 15-59 Tahun mendapatkan Skrining Kesehatan sesuai standar (SPM)….. 14
7. Persentase Warga Negara Usia 60 Tahun Ke Atas mendapatkan Skrining Kesehatan sesuai
standar (SPM)................................................................................................................................ 18
8. Persentase Penderita Hipertensi yang mendapatkan Pelayanan Kesehatan sesuai standar
(SPM)............................................................................................................................................. 19
9. Persentase Penderita DM yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (SPM)........... 21
10. Persentase ODGJ berat yang mendapatkan Pelayanan Kesehatan Jiwa sesuai standar (SPM).... 23
11. Persentase Orang Terduga TBC mendapatkan Pelayanan TBC sesuai standar (SPM)................. 24

12. Persentase Orang dengan Resiko Terinfeksi HIV mendapatkan pelayanan Deteksi Dini HIV
sesuai standar (SPM)………………………………………………………………….................. 26
B. INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (OUTPUT)…………………………………………………. 28
1. Persentase Anak Usia 0-11 Bulan yang mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap………………... 28

2. Persentase Jemaah Calon Haji yang Terdeteksi Faktor Resiko Kesehatan……………………... 29

3. Persentase Penanggulangan KLB yang di respon < 24 Jam………………………………......... 30

4. Jumlah Sosialisasi Gerakan Deteksi Dini FR PTM Terkait Masalah Jiwa-Nafza………………... 33

5. Persentase Ketersediaan Obat, dan Vaksin…………………………………................................ 34

6. Persentase Penggunaan Obat Rasional........................................................................................... 36

7. Persentase Ketersediaan Alat Kesehatan sesuai standar 60% dari ASPAK……………………… 39

8. Jumlah Puskesmas yang dilakukan Rehabilitasi dan Pemeliharaan.............................................. 48


9. Jumlah Fasilitas Lainnya yang dilakukan Rehabilitasi dan Pemeliharaan……………………… 41

10. Jumlah Kematian Ibu……………………………………………………..................................... 41

11. Jumlah Kematian Bayi................................................................................................................... 42

ii | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


12. Cakupan Komplikasi Neonatus yang ditangani…………………................................................ 43

13. Cakupam Komplikasi Kebidanan di tangani................................................................................. 46

14. Persentase Balita mempunyai buku KIA/KMS............................................................................. 48

15. Persentase Lansia Risti yang mendapatkan Pelayanan Kesehatan……………………………… 50

16. Jumlah Orang Terduga TBC yang dilakukan Pemeriksaan sesuai standar……………………… 51

17. Jumlah Penderita TBC yang ditemukan………………………………………………………… 52

18. Jumlah Penderita TBC yang dilakukan Contact Tracing……………………………………….. 53

19. Jumlah Orang Beresiko HIV yang dilakukan Penjaringan……………………………………… 54

20. Jumlah Ibu Hamil yang dilakukan Pemeriksaan HIV, Sipilis, dan Hepatitis…………………… 55

21. Cakupan Ibu Hamil yang mendapatkan TTD Minimal 90 Tablet selama Kehamilan………….. 56

22. Cakupan Ibu Hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat Makanan Tambahan……………… 57

23. Cakupan Balita yang ditimbang Berat Badannya (D/S)................................................................. 59

24. Cakupan Remaja Putri (Rematri) mendapatkan Tablet Tambah darah (TTD)…………………. 61

25. Cakupan Balita Gizi Kurang yang mendapat Makanan Tambahan…………………………….. 62

26. Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan………………………………….. 63

27. Cakupan bayi Baru Lahir mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)............................................ 65

28. Cakupan Bayi Usia 6 Bulan mendapat ASI Ekslusif……………………………………............ 66

29. Cakupan Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan mendapat ASI Ekslusif……………………………… 67

30. Cakupan Balita ditimbang Naik Berat Badannya (N/D)………………………………………… 69

31. Cakupan Balita 6-59 Bulan mendapat Kapsul Vitamin A………………………………………. 70

32. Cakupan Ibu Nifas mendapat Kapsul vitamin A........................................................................... 72

33. Cakupan Balita mempunyai Buku Kesehatan Ibu Anak (KIA)/ Kartu Menuju Sehat (KMS)….. 73

34. Cakupan Rumah Tangga mengkonsumsi Garam beriodium…………………………………… 75

35. Jumlah Pasien dengan Resiko Nutrisi yang mendapat Asuhan Gizi…….................................... 76

36. Persentase Tempat Fasilitas Umum yang memenuhi Syarat Kesehatan………………………… 77

37. Persentase Tempat Pengolahan Makanan yang Memenuhi Syarat Kesehatan.............................. 79

38. Cakupan RT yang ber PHBS…………………………………………………............................. 81

39. Persentase Sekolah yang melaksanakan PHBS………................................................................. 82

40. Persentase Posyandu Purnama Mandiri………………………………………………………… 84

41. Indeks Keluarga Sehat…………………………………………………………………………… 85

42. Contact Rate Pelayanan Dalam dan Luar Gedung Puskesmas………………………………….. 87

iii | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


43. Contact rate Pelayanan Dalam dan Luar Gedung Pasien BPJS…………………………………. 89

44. Rasio rujukan Non Spesilistik Puskesmas (RRNS) Puskesmas.................................................... 92

45. Rasio Rujukan Rawat jalan Non Spesialistik (RRNS) Peserta BPJS……………………………. 93

46. Rasio Peserta Prolanis Terkendali (RPPT)………………………………………………………. 94

47. Rasio Cabut Tambal Gigi………………………………………………………………………... 96

48. Bed of Rate (BOR)………………………………………………………………………………. 97

49. Length of Stay (LOS)……………………………………………………………………………. 98

50. Turn Over Internal (TOI)………………………………………………………………………… 99

51. Tidak ada Kesalahan Pemberian Hasil Laboratorium…………………………………………… 100

52. Persentase Keluarga Rawan Kesehatan yang di bina……………………………………………. 100

53. Persentase Kasus Gawat Darurat yang di tangani……………………………………………….. 101

iv | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR PUSKESMAS
TAHUN 2021-2024

A. Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM)


1) Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan ibu hamil (SPM)
A. a. Pengertian
Pelayanan antenatal yang sesuai standar yang meliputi:
1) Standar kuantitas;
2) Standar kualitas.
b. Pernyataan Standar
Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar. Pemerintah Daerah
tingkat kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai
standar kepada semua ibu hamil di wilayah kerja tersebut dalam kurun waktu satu
tahun.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu hamil dinilai dari cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil sesuai standar
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Semua ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar di wilayah Kota
Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100 % 100 % 100 % 100 %

1|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


F. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar di
Persentase ibu hamil wilayah kerja kabupaten/kota tersebut
mendapatkan dalam kurun waktu satu tahun
pelayanan kesehatan (Nominator) x 100%
ibu hamil =
Jumlah sasaran ibu hamil di wilayah
kerja kabupaten/kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun yang sama
(denominator)

Catatan:
a. Nominator yang dihitung adalah Ibu hamil yang telah selesai menjalani masa
kehamilannya (bersalin) di akhir tahun berjalan;
b. Ibu hamil yang belum selesai menjalani masa kehamilannya pada akhir tahun berjalan
tidak di hitung sebagai nominator akan tetapi dihitung sebagai nominator dan
denominator pada tahun berikutnya.
Contoh Perhitungan
Kabupaten “A” terdapat 3 Puskesmas B,C,dan D. Terdapat estimasi 1000 ibu hamil dan
dari hasil pendataan terdapat 750 ibu hamil. Adapun rincian yang berkunjung ke
Puskesmas dan fasyankes swasta:
Lokasi Pelayanan Jumlah Ibu hamil di Kab Mendapat Sesuai standar
(proyeksi) pelayanan
Puskesmas B, (data 350 150 100 100 ibu hamil tidak
laporan termasuk dari mendapatkan
poskesdes,polindes, pelayanan sesuai
Pustu dan fasyankes standar misalnya
swasta) ibu hamil tidak
mendapatkan tablet
tambah darah.
Puskesmas C, (data 500 300 100 Fasyankes swasta
laporan termasuk dari termasuk rumah
poskesdes,polindes, sakit harus
Pustu dan fasyankes melapor ke
swasta) puskesmas C
Puskesmas D, (data 150 100 0 Tidak ada
laporan termasuk dari fasyankes swasta
poskesdes,polindes, di wilayah
Pustu) Puskesmas C
Total Kabupaten A 1000 550 200
(Total Puskesmas (X) (Y) (Z)
B+C+D)

2|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


Capaian indikator ibu hamil yang mendapat pelayanan standar di Kab. A
= ___Y__ x 100%
X
= _550_ x 100% = 55%
1000
Capaian SPM kabupaten A untuk indikator pelayanan kesehatan ibu hamil adalah 55 %.
Catatan:
a) Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 55%), sehingga kabupaten A
harus menganalisis penyebabnya seperti :
(1) Kurangnya informasi mengenai pelayanan antenatal;
(2) akses ke fasyankes sulit;
(3) pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke puskemas;
(4) ibu hamil mendapatkan pelayanan di fasyankes luar wilayah kerja kabupaten/kota;
(5) kendala biaya;
(6) Sosial budaya.
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada tahun berikutnya
capaian SPM untuk indikator pelayanan kesehatan ibu hamil mencapai 100%.
b. Ibu hamil di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan dicatat tetapi tidak
masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan ke
Kab/Kota sesuai dengan alamat tinggal ibu hamil tersebut.
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.

3|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


2) Persentase ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan (SPM)
A. a. Pengertian
Pelayanan persalinan sesuai standar meliputi:
1) Persalinan normal;
2) Persalinan komplikasi.
b. Pernyataan Standar
Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar. Pemerintah
Daerah tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
sesuai standar kepada semua ibu bersalin di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu bersalin dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai
standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua ibu bersalin yang mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar di fasilitas
pelayanan kesehatan di wilayah Kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja :


Jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pelayanan
persalinan sesuai standar di fasilitas pelayanan
Persentase ibu bersalin kesehatan di wilayah kerja kabupaten/kota dalam
mendapatkan pelayanan = kurun waktu satu tahun x 100%
persalinan
Jumlah sasaran ibu bersalin di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.

Contoh Perhitungan
Kabupaten “D” terdiri dari 3 Puskesmas A,B, dan C. Terdapat 3.500 sasaran ibu bersalin
(proyeksi) . Rincian ibu yang mendapatkan pelayanan ibu bersalin di Puskesmas dan
jaringannya serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah sebagai berikut :

4|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


Lokasi Pelayanan Jumlah ibu Dilayani Dilayani Keterangan
bersalin (proyeksi) Sesuai standar Tidak sesuai
standar
Puskesmas A 800 500 0
Bersalin oleh 0 20 Tidak dihitung,
tenaga kesehatan karena tidak
di Rumah bersalin di
fasyankes. Tetapi
dipakai sebagai
bahan evaluasi dan
perencanaan
Puskesmas
selanjutnya
Bersalin oleh 0 20 Tidak dihitung,
dukun kecuali pemerintah
daerah menjamin
polindes dan
poskesdes telah
dilengkapi SDM,
sarana dan
prasarana sesuai
standar pelayanan
persalinan
Bersalin di 200 0 Fasyankes primer
Fasilitas pelayanan dan rujukan
kesehatan swasta melaporkan
pelayanan
persalinan ke
Puskesmas sesuai
dengan wilayah
kerjanya
Total Puskesmas A 800 700 50
Total Puskesmas B 1300 900 100
Total Puskesmas C 1400 1000 0
Kabupaten D 3.500 2.600 150
(Total Puskesmas (X) (Y) (Z)
A+B+C)

*data bersalin dirumah, Polindes, poskesdes, oleh dukun dilaporkan ke Puskesmas


walaupun tidak dihitung dalam cakupan.
Capaian indikator Ibu bersalin mendapat pelayanan standar di Kab. D
= ___Y__ x 100%
X
= _2600_ x 100% = 74,3 %
3500
Capaian SPM kabupaten D untuk indikator pelayanan kesehatan ibu bersalin adalah
74,3%.
Catatan:
a) Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 74,3%), sehingga kabupaten A harus
menganalisis penyebabnya seperti :
(1) Kurangnya informasi mengenai pelayanan persalinan;

5|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


(2) akses ke fasyankes sulit;
(3) pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke puskemas;
(4) ibu bersalin mendapatkan pelayanan bukan oleh nakes dan atau tidak difasyankes;
(5) ibu bersalin mendapatkan pelayanan di luar wilayah kerja kab/kota;
(6) kendala biaya;
(7) Sosial budaya.
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada tahun berikutnya
capaian SPM untuk indikator pelayanan kesehatan ibu bersalin mencapai 100%.
b) Ibu bersalin di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan dicatat tetapi tidak
masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan ke
Kab/Kota sesuai dengan alamat tinggal ibu bersalin tersebut.
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan

3) Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir
(SPM)
A. a. Pengertian
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar meliputi:
1) Standar kuantitas;
2) Standar kualitas.
b. Pernyataan Standar
Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal esensial sesuai
standar. Pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir sesuai standar kepada semua bayi usia 0-28 hari di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

6|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir dinilai dari cakupan jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang
mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua bayi baru lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru
lahir sesuai dengan standar di wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja


Jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang
mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir
Persentase bayi baru lahir sesuai dengan standar dalam kurun waktu satu
mendapatkan pelayanan = tahun x 100%
kesehatan bayi baru lahir
Jumlah sasaran bayi baru lahir di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.

Lokasi Pelayanan Jumlah Mendapat pelayanan Mendapat pelayanan Keterangan


Bayi Baru Lahir di Sesuai standar Tidak sesuai standar
Kab/Kota (proyeksi)

1. Puskesmas B, (data 350 150 100 100 bayi baru lahir tidak
laporan termasuk dari mendapatkan pelayanan
poskesdes,polindes, Pustu , sesuai standar misalnya
Rumah sakit dan fasyankes bayi baru lahir tidak
swasta) mendapatkan salep mata
antibiotic

2.Puskesmas C, ( data 500 300 100 Rumah Sakit dan


laporan termasuk dari Fasyankes swasta harus
poskesdes,polindes, Pustu , melapor ke puskesmas
Rumah sakit dan fasyankes C
swasta)

3.Puskesmas D, (data 150 100 0 Tidak ada fasyankes


laporan termasuk dari swasta di wilayah
poskesdes,polindes, Pustu) Puskesmas C

Total Kabupaten A 1000 550 200


(Total Puskesmas B+C+D) (X) (Y) (Z)

7|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


Capaian indikator bayi baru lahir yang mendapat pelayanan standar di Kab. A
= ___Y__ x 100%
X
= _550_ x 100% = 55%
1000
Capaian SPM kabupaten A untuk indikator pelayanan kesehatan bayi baru lahir adalah
55%.
Catatan:
a) Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 55%), sehingga kabupaten A
harus menganalisis penyebabnya seperti :
(1) Kurangnya Informasi mengenai pelayanan bayi baru lahir;
(2) akses ke fasyankes sulit;
(3) pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke
puskemas;
(4) bayi baru lahir mendapatkan pelayanan dil luar wilayah kerja kab/kota;
(5) kendala biaya;
(6) Sosial budaya.
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada tahun berikutnya
capaian SPM untuk indikator pelayanan bayi baru lahir mencapai 100%.
b) Bayi baru lahir di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan dicatat tetapi
tidak masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan
ke Kab/Kota sesuai dengan alamat tinggal bayi baru lahir tersebut.
G. Pembuktian/ Sumber data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.
8|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024
4) Cakupan pelayanan kesehatan balita sesuai standar (SPM)
A. Pengertian
1) Pelayanan kesehatan balita berusia 0-59 bulan sesuai standar meliputi :
- Pelayanan kesehatan balita sehat;
- Pelayanan kesehatan balita sakit.
B. Definisi Operasional
Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan balita usia 0-59 bulan dinilai dari cakupan balita yang mendapat pelayanan
kesehatan balita sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Balita usia 12-59 bulan di wilayah Kota Pontianak
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja


Jumlah Balita usia 12-23 bulan yang mendapat
Pelayanan Kesehatan sesuai Standar 1 + Jumlah
Balita usia 24-35 bulan mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai
standar 2 + Balita usia 36-59 bulan mendapakan
pelayanan sesuai standar 3
Jumlah Balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja
= Kabupaten/kota tersebut pada kurun waktu satu X 100%
Cakupan Pelayanan Kesehatan tahun yang sama
Balita sesuai Standar

Catatan :
A. Balita yang belum mencapai usia 1 tahun di akhir tahun berjalan, tidak di hitung
sebagai cakupan. Perhitungan balita usia 0-11 bulan dilakukan setelah balita berulang
tahun yang pertama (balita genap berusia 1 tahun/12 bulan);
B. Balita yang belum mencapai usia 24 bulan di akhir tahun berjalan tidak di hitung
sebagai cakupan balita usia 24-35 bulan. Perhitungan dilakukan setelah berulang
tahun yang kedua (balita genap berusia 2 tahun/24 bulan);

9|DEFINISI OPERASIONAL INDIKAT OR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-2 024


C. Balita yang belum mencapai usia 36 bulan, di akhir tahun berjalan tidak di hitung
sebagai cakupan balita usia 36-59 bulan. Perhitungan di lakukan setelah berulang
tahun yang ketiga (balita genap berusia 3 tahun/36 bulan).
Contoh Perhitungan
Contoh 1
Balita A lahir pada 1 Juni 2018, di akhir tahun berjalan (Desember 2018) balita A
berusia 6 bulan, sudah mendapatkan penimbangan 4 kali, pengukuran panjang badan
2 kali, pemantauan perkembangan 1 kali dan vitamin A 1 kali, imunisasi HB0 1 kali,
BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali, Polio 4 kali dan IVP 1 kali. Balita A di akhir tahun
berjalan (Desember 2018) belum di hitung sebagai cakupan, karena belum mencapai
usia 1 tahun dan belum mendapatkan pelayanan sesuai standar;
Contoh 2
Balita B lahir pada 1 Oktober 2017, di akhir tahun berjalan (bulan Desember 2018),
balita B berusia 14 bulan. Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir (Jan-Des 2018) Balita
B mendapatkan penimbangan 8 kali ( 4 kali dalam kurun waktu 6 bulan), pengukuran
panjang badan sebanyak 2 kali, pemantauan perkembangan 2 kali, pemberian vitamin
A 2 kali dan imunisasi dasar nya sudah lengkap. Balita B di hitung sebagai cakupan
Balita usia 12-23 bulan pada tahun 2018 karena sudah mendapatkan pelayanan sesuai
standar.
Contoh 3
Balita C lahir pada 1 November 2016, di akhir tahun berjalan (bulan Desember 2018),
balita C berusia 25 bulan. Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir ( Jan-Des 2018) Balita
C mendapatkan penimbangan 8 kali ( 4 kali di kurun waktu 6 bulan), pengukuran
panjang badan 2 kali, pemantauan perkembangan 2 kali, vitamin A 2 kali , Imunisasi
lanjutan Campak Rubella 1 kali dan DPT-HB-Hib 1 kali. Balita C di hitung sebagai
cakupan balita usia 24-35 bulan karena mendapatkan pelayanan sesuai standar
Contoh 4
Balita D lahir pada 1 November 2015, di akhir tahun berjalan (bulan Desember 2018),
bayi D berusia 37 bulan. Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir ( jan-Des 2018) Balita
D sudah mendapatkan penimbangan 8 kali ( 4 kali di kurun waktu 6 bulan ),
pengukuran panjang badan 2 kali, pemantauan perkembangan 2 kali, vitamin A 2 kali
. Balita D di hitung sebagai cakupan balita usia 36—59 bulan karena mendapatkan
pelayanan sesuai standar.

10 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


Cara Menghitung Cakupan Pelayanan
Di Kabupaten D, terdapat Puskesmas A dan B. Jumlah sasaran balita (0-59 Bulan)
yang ada di wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama sebanyak 300 orang Balita.
Jumlah balita yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai dengan rincian sebagai
berikut :
Balita Mendapat Balita Tidak
Lokasi Pelayanan Jumlah Balita pelayanan sesuai mendapat pelayanan Keterangan
standar sesuai standard

Puskesmas A dan Pelayanan tidak sesuai


200 150 50
Jaringannya standar misalnya balita
hanya mendapatkan
Puskesmas B dan pengukuran Panjang
100 70 30
Jaringannya badan/TB 1 kali /setahun

Jumlah 300 (X) 220 (Y) 80 (Z)

Capaian SPM Balita mendapat pelayanan standar di Kab. D


= ___Y__ x 100%
X
= _220 x 100% = 73,3 %
300
Capaian SPM kabupaten D untuk indikator pelayanan balita adalah 73,3 %.
Catatan:
a) Capaian SPM kabupaten D belum mencapai 100% (73,3%), sehingga kabupaten D
harus menganalisis penyebabnya seperti :
(1) Kurangnya Informasi mengenai pelayanan balita;
(2) akses ke fasyankes sulit;
(3) pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke
puskemas;
(4) balita mendapatkan pelayanan dil luar wilayah kerja kab/kota;
(5) kendala biaya;
(6) Sosial budaya.
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada tahun berikutnya
capaian SPM untuk indikator pelayanan balita mencapai 100%.
b) Balita di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan dicatat tetapi tidak
masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan ke
Kab/Kota sesuai dengan alamat tinggal bayi dan anak balita tersebut :
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;

11 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
5) Persentase anak usia pendidikan dasar yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar (SPM)
A. a. Pengertian
Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar sesuai standar meliputi :

1) Skrining kesehatan.

2) Tindaklanjut hasil skrining kesehatan.

Keterangan: Dilakukan pada anak kelas 1 sampai dengan kelas 9 di sekolah minimal
satu kali dalam satu tahun ajaran dan usia 7 sampai 15 tahun diluar sekolah.
b. Pernyataan Standar
Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib melakukan pelayanan kesehatan
sesuai standar pada anak usia pendidikan dasar di dalam dan luar satuan pendidikan
dasar di wilayah kerja kabupaten/kota dalam kurun waktu satu tahun ajaran.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada anak usia pendidikan dasar dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan
anak setingkat pendidikan dasar sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun ajaran.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua anak usia pendidikan dasar yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar
yang ada di wilayah kota Pontianak.

12 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja


Jumlah anak usia pendidikan dasar yang
mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar
yang ada di wilayah kerja kabupaten/kota
dalam kurun waktu satu tahun ajaran
Persentase anak usia
Jumlah semua anak usia pendidikan dasar
pendidikan dasar yang yang ada di wilayah kerja kabupaten/kota
mendapatkan pelayanan tersebut dalam kurun waktu satu tahun ajaran
kesehatan sesuai standar = X 100%
yang sama.

Contoh perhitungan
Di Kabupaten “E” terdapat 17.000 anak usia pendidikan dasar. Rincian anak yang
mendapatkan pelayanan kesehatan di satuan pendidikan dasar dan di luar satuan
pendidikan dasar (pondok pesantren/panti/LKSA/lapas/LPKA/posyandu remaja sebagai
berikut :
Hasil rekapitulasi pada tahun itu, anak usia pendidikan dasar didalam satu tahun ajaran
Fasilitas Jumlah Anak Usia Jumlah Anak Usia Jumlah Anak Usia Tidak Tidak
Pelayanan Pendidikan Dasar Pendidikan Dasar Pendidikan Dasar yang mendapat mendapat
Kesehatan yang mendapat mendapat pelayanan pelayanan pelayanan
pelayanan kesehatan sesuai standar di kesehatan kesehatan
kesehatan sesuai pondok sesuai standar
standar di sekolah/ pesantren/panti/LKSA
madrasah /lapas/ LPKA/posyandu
remaja

Puskesmas A 7.500 7.400 55 40 5

Puskesmas B 6.000 5750 42 200 8

Puskesmas C 3.500 2677 33 600 190

Jumlah 17.000 15.827 130 840 203

sebanyak 17.000 anak, yang mendapatkan pelayanan skrining kesehatan sesuai standar
di sebanyak 15.957 orang (jumlah anak usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar di sekolah sebanyak 15.827 orang + jumlah anak usia
pendidikan dasar mendapatkan pelayanan skrining kesehatan sesuai standar di pondok
pesantren/panti/LKSA/lapas/LPKA/posyandu remaja sebanyak 130 orang).

13 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “E” dalam memberikan pelayanan
kesehatan anak usia pendidikan dasar sesuai standar :

15957_ x 100%= 93,86 %

17.000

Catatan:
Capaian Kinerja pemerintah Daerah Kabupaten E belum mencapai 100%, karena masih
terdapat 1.043 anak yang belum mendapat skrining kesehatan (penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala) sesuai dengan standar, sehingga perlu untuk dilakukan analisis
penyebab (faktor sarana prasarana, keterbatasan tenaga kesehatan puskesmas dan/atau
kurangnya koordinasi lintas sektor, dan sebagainya).
G. Pembuktian/ Sumber data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

6) Persentase orang usia 15–59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
(SPM)
A. Pengertian :

a. Setiap warga negara usia 15 tahun sampai 59 tahun mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar;
b. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan dalam
bentuk edukasi dan skrining kesehatan sesuai standar kepada warga negara usia 15-
59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun;
c. Pelayanan kesehatan usia produktif sesuai standar meliputi:
- Edukasi kesehatan termasuk keluarga berencana;
- Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.

14 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


d. Pelayanan edukasi pada usia produktif adalah Edukasi yang dilaksanakan di fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan/atau UKBM;
e. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun dilakukan di Puskesmas dan
jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja
sama dengan Pemerintah Daerah;
f. Pelayanan skrining faktor resiko pada usia produktif adalah skrining yang dilakukan
minimal 1 kali dalam setahun meliputi:
- Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan memeriksa tinggi badan dan berat
badan serta lingkar perut;
- Deteksi hipertensi dengan memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan primer;
- Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan tes cepat gula darah;
- Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku;
- Pemeriksaan ketajaman penglihatan;
- Pemeriksaan ketajaman pendengaran;
- Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis dan
pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia 30–59 tahun.
g. Tindaklanjut hasil skrining kesehatan meliputi:
- Melakukan rujukan jika diperlukan;
- Memberikan penyuluhan kesehatan.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan usia produktif
dinilai dari persentase orang usia 15-59 tahun yang mendapat pelayanan skrining
kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah orang usia 15-59 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun.
E. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

15 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Cara Perhitungan : Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah kerja
Puskesmas yang mendapat pelayanan skrining
kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu
tahun
Persentase orang usia 15-59 tahun
mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar = x 100%
Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun yang
sama

Catatan :
Nominator : Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah kerja Puskesmas yang mendapat
pelayanan skrining kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah orang usia 15-59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Di Kabupaten “F” terdapat 6000 warga negara berusia 15–59 tahun. Rincian yang
berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
yang bekerja sama dengan pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Jumlah Kunjungan Warga Jumlah yang Dilayani Keterangan
Negara Usia 15-59 Sesuai Standar

Puskesmas 1000 950 50 Tidak ada skrining kesehatan


mental
Posbindu PTM / Posyandu 1000 1000 Tanpa pemeriksaan IVA
RSUD 1000 1000

Fasilitas Kesehatan BUMD 1000 1000

Fasilitas Kesehatan Swasta 1000 900 100 tidak ada skrining DM


Jumlah 5000 4850

Hasil rekapitulasi pada tahun itu, warga negara berusia 15–59 yang berkunjung adalah
sebanyak 5000 orang. Sebanyak 4850 orang mendapat pemeriksaan obesitas, hipertensi
dan diabetes melitus, pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran serta
pemeriksaan gangguan mental emosional dan perilaku sesuai standar.
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “F” dalam memberikan pelayanan
skrining kesehatan warga negara usia 15–59 th adalah 4850/6000 x 100 % = 80,83 %.
Catatan : Mengingat Jumlah kunjungan masih 5000 orang diperlukan rencana strategis
tahun depan untuk menjangkau 1000 orang yang belum berkunjung. Perlu di analisis

16 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


sebab-sebab mereka belum berkunjung apakah persoalan sosialisasi, akses, sudah
memeriksa sendiri atau tidak mau mendapat pelayanan skrining.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mempunyai strategi untuk menjangkau
seluruh warga negara usia 15-59 tahun agar seluruhnya dapat memperoleh pelayanan
skrining sesuai standar setahun sekali.
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Laporan fasilitas pelayanan kesehatan;
2) Rapor Kesehatanku untuk peserta didik SMP/MTs, SMA/MA/SMK;
3) Laporan monitoring faktor risiko PTM berbasis Posbindu, Posyandu, Screning
Remaja di sekolah;
4) Laporan monitoring faktor risiko PTM berbasis FKTP (PANDU);
5) Portal web PTM Register SIPTM (Surveilans Penyakit Tidak Menular);
6) Laporan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu);
7) Buku Penjaringan PTM (Penyakit Tidak Menular).
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 854/MenKes/SK/IX/2009 tentang Pedoman
Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah;
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular;
- Pedoman Penjaringan Kesehatan Anak Satuan Lanjutan;
- Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja;
- Rapor Kesehatan Ku untuk peserta didik SD/MI dan Rapor Kesehatan Ku untuk peserta
didik SMP/MTs, SMA/MA/SMK;
- Pedoman Umum Pengendalian Obesitas, Jakarta; Departemen Kesehatan;
- Manual Peralatan Skrining dan Monitoring Faktor Risiko Diabetes Melitus dan
Penyakit Metabolik Lainnya, Jakarta; Departemen Kesehatan;
- Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Mellitus, Edisi 2 Jakarta;
Kementerian Kesehatan;
- Pedoman Pengukuran Tekanan Darah;
- Pedoman Pengendalian Hipertensi;
- Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta, Sekretariat PB Perkeni;
17 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024
- Pedoman Kesehatan Jiwa;
- Pedoman Umum Penyelenggraan Posbindu PTM;
- Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posbindu PTM;
- Petunjuk Teknis Penyelenggaraan CERDIK disekolah.
7) Persentase warga negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar (SPM)
A. a. Pengertian
Pelayanan kesehatan usia lanjut sesuai standar meliputi :
1) Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
2) Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.
b. Pernyataan Standar
Setiap Warga Negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan pelayanan kesehatan usia
lanjut sesuai standar. Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan dalam bentuk edukasi dan skrining usia lanjut sesuai standar
pada Warga Negara usia 60 tahun ke atas di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun atau lebih dinilai dari cakupan
warga negara berusia 60 tahun atau lebih yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai
standar minimal 1 kali di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

C. Satuan
Persen (%)

D. Sasaran
Semua warga negara berusia 60 tahun atau lebih yang mendapat skrining kesehatan
sesuai standar di wilayah kota Pontianak.

E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

18 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah warga negara berusia 60 tahun atau lebih yang
Persentase warga negara mendapat skrining kesehatan sesuai standar minimal 1 kali
usia 60 tahun ke atas yang ada di suatu wilayah kerja kabupaten/kota dalam kurun
mendapatkan skrining waktu satu tahun (Nominator)
kesehatan sesuai standar
Jumlah semua warga negara berusia 60 tahun atau lebih yang
= ada di suatu wilayah kerja kabupaten/kota dalam kurun waktu X 100%
satu tahun yang sama (Denominator)

G. Pembuktian/ Sumber data


1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

8) Persentase penderita Hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai


standar (SPM)
A. Pengertian :
a. Sasaran indikator ini adalah penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas;
b. Penduduk yang ditemukan menderita Hipertensi atau penyandang Hipertensi
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar dan upaya promotif dan preventif di
FKTP;
c. Penduduk yang ditemukan menderita Hipertensi atau penyandang Hipertensi dengan
komplikasi perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan untuk penanganan selanjutnya;
d. Pelayanan kesehatan penderita Hipertensi di FKTP sesuai standar meliputi :
- Pengukuran tekanan darah;
- Edukasi.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar bagi
penderita Hipertensi, dinilai dari persentase penderita Hipertensi usia 15 tahun ke atas

19 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


yang mendapatkan pelayanan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah penderita Hipertensi usia ≥15 tahun di dalam wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

F. Cara Perhitungan : Jumlah penderita Hipertensi usia ≥15 tahun di


dalam wilayah kerjanya yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun
Persentase penderita waktu satu tahun
Hipertensi yang = X 100%
mendapatkan pelayanan =
kesehatan sesuai standar Jumlah estimasi penderita Hipertensi usia ≥15 tahun yang
berada di dalam wilayah kerjanya berdasarkan angka
prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu tahun yang
sama

Catatan :
Estimasi penderita hipertensi kabupaten/kota berdasarkan prevalensi data Riskesdas
terbaru.
Nominator : Jumlah penderita hipertensi usia ≥15 tahun yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan hipertensi sesuai
standar terdiri dari : pengukuran dan monitoring tekanan darah, edukasi dan terapi
farmakologi.
Denominator : Jumlah estimasi penderita diabetes melitus usia ≥15 tahun yang berada di
dalam wilayah kerjanya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Jumlah estimasi penderita hipertensi yang berumur 15 tahun ke atas di Puskesmas “H”
tahun 2018 adalah 506.000 penderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi yang
mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar 345 ribu. Jadi % penderita hipertensi yang
mendapat pelayanan kesehatan standar adalah :

20 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


345.000
X 100% = 68,18%
506.000

G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Register SIPTM (Surveilans Penyakit Tidak Menular);
2) Laporan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu);
3) Buku Penjaringan PTM (Penyakit Tidak Menular).
H. Rujukan :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

9. Persentase penderita DM yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar


(SPM)
A. Pengertian :
a. Sasaran indikator ini adalah penderita DM di wilayah kerja Puskesmas;
b. Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai standar dan upaya promotif dan preventif di FKTP;
c. Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM dengan komplikasi
perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan untuk penanganan selanjutnya;
d. Pelayanan kesehatan penderita DM di FKTP sesuai standar meliputi :
- Pengukuran gula darah;
- Edukasi;
- Terapi farmakologi.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar bagi
penderita DM dinilai dari persentase penderita DM usia 15 tahun ke atas yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah penderita DM usia ≥15 tahun di dalam wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun.

21 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


E. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah penderita DM usia ≥15 tahun di dalam wilayah
Persentase penderita DM yang kerjanya yang mendapatkan pelayanan kesehatan
mendapatkan pelayanan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun
= X 100%
kesehatan sesuai standar
Jumlah estimasi penderita Diabetes Melitus (DM)
usia ≥15 tahun yang berada di dalam wilayah
kerjanya berdasarkan angka prevalensi kab/kota x
dalam kurun waktu satu tahun yang sama
Catatan :
Nominator : Jumlah penderita diabetes melitus usia ≥15 tahun di dalam wilayah kerjanya
yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah estimasi penderita diabetes melitus usia ≥15 tahun yang berada di
dalam wilayah kerjanya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Dari upaya penjaringan skrining kesehatan sesuai standar di Puskesmas “S” ditemukan
400 kasus DM baru. Berdasarkan estimasi jumlah penderita DM usia ≥15 di wilayah
tersebut adalah sebesar 690 orang. Sehingga persentase penderita DM yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar adalah:

400
590 X 100% = 67,7%

Jadi capaian pelayanan DM di Puskesmas tersebut hanya 67,7%, dari estimasi penderita
DM usia ≥15 tahun yang harus dilayani di wilayah tersebut, sehingga perlu strategi untuk
menjangkau penderita DM yang belum terlayani sesuai standar ataupun sama sekali
belum mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut.
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Register SIPTM (Surveilans Penyakit Tidak Menular);
2) Laporan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu);
3) Buku Penjaringan PTM (Penyakit Tidak Menular).

22 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


H. Rujukan :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
10) Persentase ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar
(SPM)
A. Pengertian :
a. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis;
b. Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Gangguan jiwa ini dapat ringan,
sedang ataupun berat;
c. Kesehatan Jiwa adalah bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari kesehatan dan
merupakan unsur utama dalam menunjuang terwujudnya kualitas hidup manusia yang
utuh;
d. Pelayanan kesehatan pada ODGJ berat sesuai standar bagi psikotik akut dan
Skizofrenia meliputi:
- Pemeriksaan kesehatan jiwa;
- Edukasi.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar bagi
ODGJ Berat, dinilai dari jumlah ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Puskesmas yang mendapatkan pelayanan kesehatan
jiwa sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

23 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Cara Perhitungan :
Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Puskesmas
yang mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa
Persentase ODGJ berat yang
sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun
mendapatkan pelayanan = X 100%
kesehatan jiwa sesuai standar
Jumlah
x ODGJ
100%berat berdasarkan proyeksi di
wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun
yang sama

Catatan :
Nominator : Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Puskesmas yang mendapatkan
pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah ODGJ berat berdasarkan proyeksi di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun yang sama.
Contoh cara perhitungan:
Estimasi/perkiraan target sasaran kinerja di Puskesmas B di tahun 2018 adalah 15 ODGJ
berat. Namun hanya 12 dari proyeksi 15 kasus yang medapatkan pelayanan kesehatan
jiwa sesuai standar.
Sehingga capaian kinerja Puskesmas B dalam kurun waktu satu tahun adalah:
12/15 x 100% = 80%
G. Pembuktian/Sumber Data:
1) Pencatatan dan Laporan;
2) Monitoring dan Evaluasi.
H. Rujukan :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
11) Persentase Orang terduga TBC mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar (SPM)
A. Pengertian
- Pernyataan Standar
Setiap orang terduga Tuberkulosis (TBC) mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar kepada orang terduga TBC di wilayah kerja Kabupaten/Kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun.
- Pengertian
Pelayanan orang terduga TBC sesuai standar bagi orang terduga TBC meliputi :

24 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


1) Pemeriksaan klinis;
2) Pemeriksaan penunjang;
3) Edukasi.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan sesuai
standar bagi orang dengan terduga TBC dinilai dari persentase jumlah orang terduga TBC
yang mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun
waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah orang yang terduga TBC di wilayah Kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100 % 100 % 100 % 100 %

F. Rumus Perhitungan Kinerja Jumlah orang terduga TBC yang


dilakukan pemeriksaan penunjang dalam
kurun waktu satu tahun.
Persentase Orang terduga TBC mendapatkan X 100%
pelayanan TBC sesuai standar
=

Persentase Orang terduga TBC


mendapatkan pelayanan TBC sesuai
standar
Catatan:
a) Orang terduga TB adalah seseorang yang menunjukkan gejala batuk > 2 minggu
disertai dengan gejala lainnya;
b) Nominator : Jumlah orang terduga TBC yang dilakukan pemeriksaan penunjang dalam
kurun waktu satu tahun;
c) Denominator : Jumlah orang yang terduga TBC dalam kurun waktu satu tahun yang
sama.
Contoh cara perhitungan:
Jumlah penduduk Kabupaten “K” adalah 1.500.000 jiwa. Pada tahun 2018 dilakukan
skrining pada kelompok risiko terkena TB (Rumah tahanan, pondok pesantren, keluarga
penderita TBC, penderita HIV dll). Dari 200.000 yang diperiksa, 20.000 menunjukkan

25 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


gejala TBC. Untuk memastikan adanya penyakit TBC 15.000 orang dilakukan
pemeriksaan lanjutan di fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan dahak.
Perhitungan:
- Jumlah orang terduga TBC : 20.000;
- Jumlah terduga TBC yang dilayani sesuai standar : 15.000;
- Capaian kinerja : (15.000 / 20.000) x 100 % = 60 %.
Kesimpulan : Capaian kinerja Pemerintah Daerah (SPM) belum tercapai.
Catatan : Mengingat capaian pelayanan terduga TBC sesuai standar masih dibawah
target, diperlukan rencana strategis tahun depan untuk menjangkau orang yang mendapat
pelayanan dan ditatalaksana sesuai standar. Perlu di analisis sebab-sebab masyarakat
belum berkunjung apakah persoalan sosialisasi, akses, sudah memeriksa sendiri atau
tidak mau mendapat pelayanan terduga TBC.
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Register TB ( TB 06 UPK ) di Puskesmas;
2) Register TB ( TB 03 UPK ) di Puskesmas;
3) Laporan Triwulan TB Puskesmas;
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
12) Persentase orang dengan risiko terinfeksi HIV mendapatkan pelayanan deteksi dini
HIV sesuai standar (SPM)
A. Pengertian
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada orang dengan risiko terinfeksi HIV sesuai
standar meliputi:
a. Edukasi perilaku beresiko;
b. Skrining
Orang dengan risiko terinfeksi virus HIV yaitu :
a. Ibu hamil, yaitu setiap perempuan yang sedang hamil;
b. Pasien TBC, yaitu pasien yang terbukti terinfeksi TBC dan sedang mendapat
pelayanan terkait TBC;
c. Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), yaitu pasien yang terbukti terinfeksi IMS
selain HIV dan sedang mendapat pelayanan terkait IMS;

26 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


d. Penjaja seks, yaitu seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan orang lain
sebagai sumber penghidupan utama maupun tambahan, dengan imbalan tertentu
berupa uang, barang atau jasa;
e. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), yaitu lelaki yang pernah
berhubungan seks dengan lelaki lainnya, sekali, sesekali atau secara teratur apapun
orientasi seksnya (heteroseksual, homoseksual atau biseksual);
f. Transgender/Waria, yaitu orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender
yang berbeda dengan jenis kelamin atau seksnya yang ditunjuk saat lahir, kadang
disebut juga transeksual;
g. Pengguna napza suntik (penasun), yaitu orang yang terbukti memiliki riwayat
menggunakan narkotika dan atau zat adiktif suntik lainnya.
h. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), yaitu orang yang dalam pembinaan
pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM dan telah mendapatkan vonis tetap.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan sesuai
standar bagi orang dengan risiko terinfeksi HIV dinilai dari persentase orang dengan
risiko terinfeksi HIV yang mendapatkan pelayanan HIV sesuai standar di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
di wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja


Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV yang
Persentase orang dengan risiko mendapatkan pelayanan sesuai standar dalam kurun
terinfeksi HIV mendapatkan waktu satu tahun
=
pelayanan deteksi dini HIV sesuai
standar Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV X 100 %
dikab/kota dalam kurun waktu satu tahun yang sama

27 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


G. Pembuktian. Sumber data
1) Semua penduduk dan kelompok resiko mendapatkan skrining kesehatan sesuai
standar;
2) Penduduk yang sudah terdekteksi HIV AIDS harus mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar;
3) Pertemuan evaluasi dan tindak lanjut program HIV;
4) Laporan SIHA.
H. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

B. Indikator Kinerja Kegiatan (Output)


1) Persentase Anak Usia 0-11 Bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap
A. Pengertian :
• Anak usia 0-11 bulan adalah seluruh anak usia 0-11 bulan (sebelum usia 1 tahun) yang
berdomisili di Kota Pontianak pada waktu satu tahun;
• Imunisasi dasar lengkap (IDL) adalah imunisasi yang diperoleh seorang anak berusia
0-11 bulan yang meliputi imunisasi HB O, BCG, DPT-HB-Hib 1-3, Polio 1-4 dan
MR.
B. Definisi Operasional
Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap dalam satu
wilayah tertentu dalam waktu satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah anak usia 0-11 bulan di wilayah kerja Kab/Kota dalam waktu satu tahun.
E. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

93,6% 94,1% 95% 95%

28 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Cara Perhitungan :

Jumlah anak usia 0-11 bl yg mendapat IDL


dalam waktu satu tahun
% Anak usia 0-11 bl X 100%
yg mendapat IDL = Jumlah seluruh anak usia 0-11 bl dalam
waktu satu tahun

Catatan :

Nominator : Jumlah anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap di satu
wilayah tertentu dalam waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah seluruh anak usia 0-11 bulan di satu wilayah tertentu dalam
waktu yang sama
Contoh cara perhitungan:
Jumlah anak usia 0-11 bln yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas “C”
sebanyak 200 anak. Sedangkan jumlah seluruh anak usia 0-11 bulan di wilayah
Puskesmas ”C” sebanyak 250 anak. Jadi % anak usia 0-11 bulan yang mendapat IDL
adalah:
200
X 100% = 80%
250
G. Pembuktian/Sumber Data:X 100%
= 80 %
1) Laporan hasil pelayanan Puskesmas;
2) Laporan hasil pelayanan Posyandu;
3) Laporan hasil pelayanan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan hasil pelayanan Dokter Praktek Swasta;
5) Laporan hasil pelayanan RS/RSIA.
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi;
- Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2019.
2) Persentase Jemaah Calon Haji yang Terdekteksi Faktor Resiko Kesehatan
A. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kab/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan
Kepada Jemaah Calon Haji sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.
B. Satuan :
Persen (%)

29 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


C. Sasaran
Jumlah jemaah calon haji yang terduga resiko tinggi dalam kurun waktu satu tahun.
D. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

E. Cara Perhitungan :
Jumlah jemaah calon haji yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar di wilayah
kerja kab/kota tersebut dalam kurun waktu satu
Persentase Jemaah Calon tahun
Haji yang terdeteksi faktor = x 100%
resiko kesehatan Jumlah sasaran jemaah calon haji di wilayah kerja
kab/kota tesebut dalam kurun waktu satu tahun
yang sama

Contoh cara perhitungan:


Di Kabupaten ‘A’ terdapat 700 jemaah calon haji pada tahun 2018. Sebanyak 700
jemaah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Jadi Persentase Jemaah
Calon Haji yang terdeteksi faktor resiko kesehatan adalah :

700
X 100% = 100 %
700

F. Pembuktian/Sumber Data:
- Daftar Calon Jemaah Haji Kota Pontianak bersumber dari Kemenag Kota
Pontianak
G. Rujukan :
- Permenkes No.15 Tahun 2016 tentang Istithaah
3) Persentase Penanggulangan KLB yang direspon < 24 jam
A. Pernyataan Standar
Desa/Kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24 jam oleh
Kab/Kota sesuai dengan standar penanganan KLB.
B. Pengertian :
a. Desa/Kelurahan mengalami KLB bila terjadi peningkatan kesakitan atau kematian
penyakit potensial KLB, penyakit karantina atau keracunan makanan.

30 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


b. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian
yang bermakna secara epidemiologis pada suatu Desa/Kelurahan dalam waktu
tertentu
c. Ditangani adalah mencakup penyelidikan dan penanggulangan KLB
d. Pengertian kurang dari 24 jam adalah sejak laporan W1 diterima sampai
penyelidikan dilakukan dengan catatan selain formulir W1 dapat juga berupa fax
atau telepon.
e. Penyelidikan KLB adalah serangkaian kegiatan berdasarkan cara-cara epidemiologi
untuk memastikan adanya suatu KLB, mengetahui gambaran penyebaran KLB dan
mengetahui sumber dan cara-cara penanggulangannya.
f. Penanggulangan KLB adalah upaya untuk menemukan penderita atau tersangka
penderita, penatalaksanaan penderita, pencegahan peningkatan, perluasan dan
menghentikan suatu KLB
C. Definisi Operasional
Persentase Desa/Kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani <
24 jam oleh Kab/Kota sesuai dengan standar penanganan KLB dalam kurun waktu
tertentu.
D. Satuan :
Persen (%)
E. Sasaran
Jumlah KLB di Desa/Kelurahan yang ditangani < 24 jam dalam periode tertentu.
F. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

G. Cara Perhitungan :

Jumlah KLB di Desa/Kelurahan yang ditangani < 24 jam


Persentase KLB Desa/Kelurahan dalam periode tertentu
yang ditangani < 24 jam = x 100%
Jumlah KLB di Desa/Kelurahan yang terjadi dalam periode
yang sama

Catatan :
Bila dalam 1 Desa/Kelurahan terjadi lebih dari 1 kali KLB pada suatu periode, maka
yang dihitung sesuai dengan frekuensi KLB yang terjadi di Desa/Kelurahan tersebut,

31 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


dimasukkan dalam penghitungan penyebut dan untuk data jumlah frekuensi yang
ditangani dimasukan dalam penghitungan pembilang.
Contoh cara perhitungan:
Di Desa/Kelurahan A pada tahun 2015 terjadi KLB difteri sebanyak 2 kasus, KLB
Tentanus neonatorum sebanyak 1 Kasus dan keracunan makanan sebanyak 2 kali.
Semua kasus tersebut telah mendapatkan penangananan sesuai standar dalam waktu <
24 jam. Jadi Persentase Desa/Kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
ditangani < 24 jam adalah :
5
X 100% = 100 %
5

H. Pembuktian/Sumber Data:
1) Laporan W1
2) Laporan EWARS
3) Laporan STP Puskesmas
4) Laporan surveilans aktif ke Rumah Sakit
5) Laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan swasta
6) Laporan adanya KLB dari masyarakat
I. Rujukan :
- Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
- Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular.
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 84 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit
Menular.
- Keputusan Menteri Kesehatan No. 1116 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
- Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 13 Tahun 2014 tentang Penyakit Menular
- Peraturan Walikota No. 14 Tahun 2014 tentang Penyakit Menular.
- Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (Pedoman
Epidemiologi), Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar Tahun 2007Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

32 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


4) Jumlah Sosialisasi Gerakan Deteksi Dini FR PTM Terkait Masalah Jiwa-Napza
A. Pengertian :
a. Kegiatan yang dilakukan untuk penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara
individu, kelompok maupun masyarakat dalam melakukan deteksi dini faktor resiko
Penyakit Tidak Menular terkait masalah Jiwa-Napza.
b. Tahap awal dari rangkaian proses penatalaksanaan penyakit/gangguan.
c. Langkah sebelum dilakukannya proses diagnosis.
d. Menjamin terlaksananya pengobatan atau penatalaksanaan penyakit sedini
mungkin sehingga mencegah terjadinya konsekuensi yang lebih buruk, seperti
bertambah parahnya penyakit, terjadinya penyulit dan kecacatan.
e. Idealnya setiap pasien yang datang dilakukan pendekatan dengan prinsip holistik,
baik fisik maupun jiwa.
f. Apabila tidak memungkinkan untuk melakukan penapisan/pemeriksaan psikiatrik
pada seluruh pasien, maka perhatian terutama harus ditujukan kepada beberapa
kelompok pasien yang berisiko tinggi, yaitu:
1. Pasien dengan penyakit fisik kronis (infeksi & non-infeksi).
2. Pasien dengan keluhan fisik yang diduga ada hubungannya dengan masalah
kejiwaan (keluhan fisik timbul/memberat jika ada masalah psikis).
3. Keluhan fisik beraneka ragam/berganti-ganti, gangguan fisik/kelainan organik
(-).
4. Pasien yang mengalami pengalaman hidup yang ekstrem (trauma psikologis,
stress yang berat, kehilangan).
5. Pasien dengan disabilitas.
B. Definisi Operasional
Kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada seluruh peserta agar
mampu dan gerak cepat menanggapi faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM)
terkait masalah Jiwa-Napza.
C. Satuan :
Kali (X)
D. Sasaran
Jumlah peserta sosialisasi Gerakan Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Tidak
Menular Terkait Masalah Jiwa-Napza di Kota Pontianak .

33 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


E. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

1 kali 0 0 0

F. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan.
- Modul Pelatihan Penatalaksanaan Kasus Gangguan Jiwa di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP)
5) Persentase ketersediaan obat, dan vaksin esensial
A. Pengertian
- Persentase Ketersediaan obat dan vaksin essensial setiap bulan di Puskesmas dalam
tahun berjalan;
- Persentase ketersediaan obat dan vaksin essensial dilaksanakan terhadap obat
Indikator melalui form pemantauan 20 ketersediaan obat dan vaksin indikator, yaitu :
• Puskesmas dengan ketersediaan obat & vaksin essensial 100% adalah puskesmas
yang memiliki minimal 80% ketersediaan obat dan vaksin essensial;
• Ketersediaan obat & vaksin essensial merupakan kestersediaan 20 obat indikator;
• Obat indikator merupakan 20 obat indikator pendukung program kesehatan ibu,
kesehatan anak, penanggulangan dan pencegahan penyakit serta obat pelayanan
kesehatan dasar essensial yang terdapat di dalam formularium puskesmas.
- Daftar obat indikator adalah
NO NAMA OBAT BENTUK SEDIAN
1 Albendazole Tablet
2 Amoxicillin 500 mg Tablet
3 Amoxicillin Sirup
4 Deksametasone 0,5 mg Tablet
5 Diazepam 5 mg/ml Injeksi
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi
7 Fitomenadion (vitamin K) Injeksi
8 Furosemid 40 mg / Hidroklorotiazid Tablet
9 Garam Oralit Serbuk
10 Glibenklamid/Metformin Tablet

34 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


11 Kaptopril Tablet
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi
13 Metilgometrin Maleat 0,200 mg – 1 ml Injeksi
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet
15 Oksitosin Injeksi
16 Parasetamol 500 mg Tablet
17 Tablet Tambah Darah Tablet
18 Vaksin BCG Injeksi
19 Vaksin DPT – HB – Hib Injeksi
20 Vaksin Td Injeksi

- Ketersedian adalah penilaian ada/tidak dengan angka 1 jika tersedia, angka 0 jika tidak
tersedia khusus untuk item nomor 8 dan 10 ketersedian diberi angka 1 jika salah satu
atau kedua jenis tersebut tersedia.
B. Definisi Operasional
Ketersediaan 20 (dua puluh) obat indikator di Puskesmas setiap bulan pada tahun
berjalan.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Daftar 20 (dua puluh) obat indikator dan vaksin essensial
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja


Persentase
Ketersediaan Obat & Jumlah Obat Dan Vaksin Essensial Yang
= Tersedia X 100%
Vaksin Essensial
20 Obat indikator
Catatan :
- Nominator : Jumlah ketersediaan obat indikator dan vaksin essensial setiap bulan.
- Denominator : Jumlah 20 obat indikator.
Contoh Perhitungan
- Jumlah Obat & Vaksin Essensial yang tersedia = 18
- Jumlah obat indikator = 20
35 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024
- Persentase Ketersediaan Obat & Vaksin Essensial : 18/20 x 100% = 90%
G. Pembuktian Sumber Data
1) Rencana kebutuhan obat dan vaksin essensial pada tahun berjalan;
2) Rekapitulasi persediaan dan penggunaan obat dan vaksin setiap bulan;
3) Dokumen pengadaan obat;
4) Kunjungan kasus setiap bulan;
5) Sasaran bayi dan balita pada tahun berjalan;
6) Laporan kegiatan dan cakupan pelayanan imunisasi setiap bulan;
7) LPLPO puskesmas setiap bulan;
8) Kartu stok obat dan vaksin essensial;
9) Lembar permintaan vaksin essensial.
H. Rujukan
- UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
- PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
- Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
- Permenkes RI Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas;
- Kepmenkes RI Nomor 189/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat Nasional;
- Kepmenkes RI Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
- Kepmenkes RI Nomor Nomor HK.01.07/MENKES/659/2017 tentang formularium
Nasional.
6) Persentase penggunaan obat rasional
A. Pengertian
- Persentase penggunaan obat rasional di Puskesmas setiap bulan dalam tahun berjalan
terhadap 4 (empat) parameter, yaitu :
• Persentase penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus ISPA non
pneumoni;
• Persentase penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus diare non-spesifik;
• Penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus myalgia;
• Rerata item obat perlembar resep di Puskesmas, terhadap seluruh kasus ISPA non-
pneumonia, diare non-spesifik dan Myalgia.

36 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


- Kasus adalah seluruh pasien yang berobat ke Puskesmas/Pustu dengan diagnosis
tunggal ISPA non-pneumonia (batuk-pilek), diare akut non spesifik, dan penyakit
sistem otot dan jaringan;
- Pasien diambil dari register harian, 1 kasus per hari untuk setiap diagnosis terpilih,
bila tidak ada kasus pada hari tersebut diambil pada hari berikutnya. Dengan demikian
dalam 1 bulan terkumpul sekitar 25 kasus per diagnosis terpilih;
- Penggunaan Obat rasional adalah pada persentase penggunaan antibiotik pada ISPA
Non pneumoni dan Diare Non Spesifik serta injeksi pada Myalgia;
- Penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus ISPA non-pneumonia dengan
batas toleransi 20 % maka pencapaian indikator kinerja nya 100%;
- Penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus diare non-spesifik dengan batas
toleransi 8 % maka pencapaian indikator kinerja nya 100%;
- Penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus myalgia dengan batas toleransi 1 %
maka pencapaian indikator kinerja nya 100%;
- Rerata item obat perlembar resep dengan batas maksimal 2,6 maka pencapaian
indikator kinerja nya 100%.
B. Definisi Operasional
Pengunaan obat rasional di puskesmas dengan rata-rata persentase penggunaan antibiotik
pada ISPA Non pneumoni dan Diare Non Spesifik serta injeksi pada Myalgia.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah resep seluruh pasien yang berobat ke Puskesmas/Pustu dengan diagnosis tunggal
ISPA non-pneumonia (batuk-pilek), diare akut non spesifik, dan penyakit sistem otot dan
jaringan.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

37 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Cara Perhitungan Kinerja
Jumlah Persentase Capaian
Persentase Penggunaan = Masing-masing Indikator x 100%
Obat Rasional Peresepan
Jumlah Komponen Indikator
Peresepan

Catatan :
Nominator : Jumlah Persentase Capaian Masing-masing Indikator Peresepan setiap bulan
Denominator : Jumlah Komponen Indikator Peresepan.
Contoh cara perhitungan
- Menggunakan form penggunaan obat rasional;
- Dilakukan setiap hari oleh petugas Puskesmas/Pustu;
- Sampel pasien diambil dari resep/register harian, 1 pasien/hari untuk setiap diagnosis
→ min 25 pasien dari tiap diagnosis per bulan;
- Apabila hari tersebut tidak ada pasien dengan diagnosis tsb diisi dengan pasien hari
berikutnya ds;.
- Bila pasien dengan diagnosis tsb lebih dari, diambil pasien dengan urutan pertama;
- Obat racikan dituliskan rincian obatnya;
- Jenis obat termasuk obat luar, obat minum dan injeksi;
- Injeksi tidak termasuk imunisasi;
- Proses perhitungan.
a = Persentase Penggunaan antibiotik pada ISPA Non Pneumonia (angka riil)
b = Persentase Penggunaan antibiotik pada Diare Non Spesifik (angka riil)
c = Persentase Penggunaan injeksi pada Myalgia (angka riil)
d = 𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝 𝑥 100%
4
Bila hasil perhitungan Persentase AB pd ISPA non pneumonia : 1%,
Persentase AB pada diare non spesifik : 1%,
Persentase inj pada myalgia : 0%,
Rerata item obat per R/ : 5,5.
Sehingga Persentase POR adalah :
Persentase AB pada ISPA non pneumonia : 1% → < 20% → Capaian 100%
Persentase AB pada diare non spesifik : 1% → < 8% → Capaian 100%
Persentase ini pada myalgia : 0% → < 1% → Capaian 100%
Rerata item obat per R/ : 5,5 → > 4 item →Capaian 0%

38 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


% POR : (100+100+100+0) / 4 = 75%
Capaian POR puskesmas tersebut sudah > 60% , maka puskesmas tersebut sudah kinerja
Penggunaan Obat Rasional (POR).
G. Pembuktian Sumber Data
1) Resep seluruh kasus ISPA Non Pneumonia, Diare Non Spesifik dan Myalgia;
2) Rekapitulasi persediaan dan penggunaan obat setiap bulan;
3) Kartu stok obat;
4) LPLPO puskesmas setiap bulan.
H. Referensi :
- UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
- PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
- Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
- Permenkes RI Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas;
- Kepmenkes RI Nomor 189/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat Nasional;
- Kepmenkes RI Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
- Kepmenkes RI Nomor Nomor HK.01.07/MENKES/659/2017 tentang formularium
Nasional.
7) Persentase ketersediaan alat kesehatan sesuai standar 60% dari ASPAK
A. Definisi Operasional
Capaian Unit Pelaksanan Teknis (UPT) Puskesmas yang memiliki ketersediaan Alat
Kesehatan sebagai penunjang pelayanan sebesar 60 Persen berdasarkan aplikasi
ASPAK dan Peraturan Menteri Kesehatan No 43 tahun 2019 yang berada di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
B. Satuan :
Persen
C. Sasaran :
Jumlah UPT Puskesmas diwilayah Kota Pontianak yang memiliki minimal 60
% Alat Kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun
D. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

60% 60% 65% 70%

39 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


E. Cara Perhitungan :
Jumlah Ketersediaan Alat Kesehatan
di Puskesmas
Persentase Ketersediaan Alat
= x X 100%
Kesehatan sesuai standar
60% dari ASPAK Jumlah Ketersediaan Alat Kesehatan
yang ada di PMK No.43 Tahun 2019
dan di Aplikasi ASPAK
F. Referensi :
Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019

8) Jumlah Puskesmas yang dilakukan Rehabilitasi dan Pemeliharaan


A. Definisi Operasional
Puskesmas yang dilakukan Rehabilitasi dan Pemeliharaan oleh Pemerintah Kota
Pontianak
B. Satuan
Unit

C. Sasaran
Puskesmas yang dilakukan Rehabilitasi dan Pemeliharaan

D. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

2 Unit 2 Unit 2 Unit 3 Unit

E. Cara Perhitungan

Jumlah Puskesmas yang dilakukan Jumlah Puskesmas yang dilakukan F.


Rehabilitasi dan Pemeliharaan Rehabilitasi oleh Pemerintah Kota
= Pontianak

G. Referensi
-

40 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


9) Jumlah Fasilitas Lainnya yang dilakukan Rehabilitasi dan Pemeliharaan
(Posyandu, Pustu)
1) Definisi Operasional
Fasilitas Lainnya yang dilakukan Rehabilitasi dan Pemeliharaan (Posyandu, Pustu)
oleh Pemerintah Kota Pontianak
2) Satuan
Unit
3) Sasaran
Jumlah Fasilitas Lainnya (Posyandu, Pustu)
4) Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

3 Unit 3 Unit 3 Unit 3 Unit

5) Cara Perhitungan
Jumlah Fasilitas Lainnya yang Jumlah Fasilitas lainnya yang dilakukan
dilakukan Rehabilitasi dan Rehabilitasi dan Pemeliharaan (Posyandu,
Pemeliharaan (Posyandu, Pustu) = Pustu) oleh Pemerintah Kota Pontianak

6) Referensi
-
10) Jumlah Kematian ibu
A. Pengertian
Banyaknya kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan pasca persalinan
per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu. Angka pengukuran risiko kematian
wanita yang berkaitan dengan peristiwa kehamilan. Kematian ibu adalah kematian
wanita dalam masa kehamilan, persalinan dan dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah
berakhirnya kehamilan tanpa memandang usia kehamilan maupun tempat melekatnya
janin, oleh sebab apa pun yang berkaitan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
pengelolaannya, bukan akibat kecelakaan.
B. Definisi Operasional
Jumlah Kematian Ibu adalah Jumlah Ibu meninggal yang dikarenakan hamil, bersalin
dan nifas di wilayah Kota Pontianak.

41 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


C. Satuan
Orang
D. Sasaran
Kematian ibu hamil, bersalin dan nifas di wilayah Kota Pontianak
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

6 Orang 6 Orang 6 Orang 6 Orang

F. Rumus Perhitungan Kinerja


- Jumlah Kematian Ibu = 3 Orang
Contoh :
Jumlah Kematian Ibu tgl. 1 januari 2019 sebanyak 1 kasus karena hamil dengan
perdarahan, tgl. 15 November tahun 2019 terjadi 1 kasus kematian Ibu karena
Preeklampsi dan tgl. 30 Desember tahun 2019 terjadi 1 kasus Kematian Ibu karena
Infeksi setelah 20 hari pasca persalinan . Jumlah Kematian Ibu di Puskesmas A adalah
1+1+1 =3 orang, maka jumlah kematian ibu di Puskesmas A pada tahun 2019 adalah
3 orang.
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Kematian Ibu di Puskesmas;
2) Laporan Kematian Ibu di RS di Kota Pontianak;
3) Laporan Kematian Ibu di Klinik di Kota Pontianak.
H. Referensi
- Pedoman Surveilans Kematian Ibu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2017;
- Pedoman Audit Material Perinatal (AMP), Kementerian Kesehatan Direktur Jendral
Bina Kesehatan Masyarakat Tahun 2010;
- Aplikasi MDN (Maternal Death Notification) Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2018.
11) Jumlah Kematian Bayi
A. Pengertian
Banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun
tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai
usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).

42 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


B. Definisi Operasional
Jumlah Kematian Bayi Umur Kurang dari 1 Tahun di wilayah Kota Pontianak.
C. Satuan
Orang
D. Sasaran
Kematian bayi usia kurang dari 1 tahun di wilayah Kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

27 Orang 26 Orang 25 Orang 24 Orang

F. Rumus Perhitungan Kiinerja


Jumlah Kematian Bayi = 21 Orang
Contoh :
Jumlah Kematian bayi tgl. 1 januari 2019 umur 1 jam sebanyak 8 kasus, tgl. 15 juli tahun
2019 umur 6 bulan sebanyak 4 kasus, tgl. 30 November 2019 terjadi kematian bayi umur
7 sampai 11 bulan sebanyak 9 kasus. Jumlah Kematian bayi di Puskesmas A adalah
8+4+9 =21 kasus, maka jumlah kematian bayi pada tahun 2019 di Puskesmas A adalah
21 orang
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Kematian Bayi di Puskesmas;
2) Laporan Kematian Bayi di RS di Kota Pontianak;
3) Laporan Kematian Bayi di Klinik di Kota Pontianak.
H. Referensi
- Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV, Sipilis, dan Hepatitis dari Ibu ke
Anak, Kementerian Kesehatan Tahun 2019;
- Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir, Kementerian
Kesehatan Tahun 2019;
- Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Kementerian Kesehatan
Tahun 2019.
12) Cakupan komplikasi nenonatus yang ditangani
A. Pengertian
- Neonatus adalah bayi yang berumur 0 – 28 hari;

43 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


- Pelayanan Neonatus Komplikasi meliputi : Pencegahan dan penanganan asfiksia,
Pencegahan dan penanganan hipotermia, Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR),
Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan–
sedang, Pencegahan dan penanganan gangguan minum serta Stabilisasi komplikasi
neonatus untuk dirujuk dan transportasi rujukan;
- Neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah neonatus komplikasi yang
mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter, bidan dan perawat di
sarana pelayanan kesehatan;
- Indikator ini mengukur kemampuan menejemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan
komplikasi;
- Sarana pelayanan kesehatan adalah Polindes, Praktik Bidan, Puskesmas,
Puskesmas Perawatan( PONET), Rumah Bersalin Dan Rumah Sakit Pemerintah Atau
Swasta;
- Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi
neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi
yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau
mati.
B. Definisi Operasional
Cakupan neonatus dengan komplikasi di tangani secara definitif oleh tenaga kesehatan
yang kompeten di Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapatkan penanganan definitif di Kota
Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

44 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Rumus Perhitungan Kinerja :
Pembilang : Jumlah neonatus dengan komplikasi yang tertangani secara definitive
disuatu wilayah kerja tertentu
Penyebut : 15 % dari Jumlah sasaran bayi di seluruh wilayah dalam kurun waktu 1
tahun.
Rumus :
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan
definitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100 %
X
15 X jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Contoh Perhitungan
Jumlah neonatus pada daerah X yang mendapat penanganan definitif sebanyak 75 orang,
dengan jumlah sasaran bayi sebanyak 1243 orang. Sehingga persentase cakupan neonatus
komplikasi yang di tangani adalah :
75 x 100% = 0,40
15 x 1243
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
- Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS- KIA) tahun 2011;
- Modul Pelatihan Manajemen Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Tahun 2006;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 66 Tahun 2014 tentang
Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan gangguan Tumbuh Kembang;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284/MenKes/SK/III/2004
Tentang buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Tahun 2004;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 25 tahun 2014 tentang
Upaya Kesehatan Anak Tahun 2014;
- Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru lahir berbasis Perlindungan Anak
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010;

45 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


- Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV, Sipilis, dan Hepatitis dari Ibu ke
Anak, Kementerian Kesehatan Tahun 2019;
- Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir, Kementerian
Kesehatan Tahun 2019;
- Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Kementerian Kesehatan
Tahun 2019.
13) Cakupan komplikasi kebidanan ditangani
A. Pengertian
- Komplikasi Kebidanan adalah Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan pada
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau bayi.
- Komplikasi dalam kehamilan : a) Abortus, b) Hiperemesis Gravidarum, c)
perdarahan pervagina, d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia), e)
kehamilan lewat waktu, f) ketuban pecah dini.
- Komplikasi dalam nifas : a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia),
b) Infeksi nifas, c) pendarahan nifas.
B. Definisi Operasional
Cakupan ibu hamil dengan faktor resiko dan komplikasi yang ditemukan oleh tenaga
kesehatan, kader, dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini bisa keluarga,
ataupun ibu hamil itu sendiri.

C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua Ibu hamil yang mengalami komplikasi kebidanan mendapatkan penanganan
definitif di wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

46 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah komplikasi kebidanan yang
mendapatkan penanganan definitif di
Cakupan Komplikasi suatu wilayah kerja pada kurun waktu
Kebidanan Ditangani tertentu
= 20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu X 100%
wilayah kerja dalam 1 tahun
Contoh Perhitungan

Jumlah komplikasi kebidanan pada daerah X yang mendapat penanganan definitif


sebanyak 85 orang, dengan jumlah sasaran ibu hamil sebanyak 1258 orang. Sehingga
persentase cakupan neonatus komplikasi yang di tangani adalah :
85 x 100 = 6,75
1258
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
- Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS- KIA) tahun 2011;
- Modul Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), tahun
2006;
- Buku KIA tahun 2019;
- Buku Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
dengan stiker, Kementerian Kesehatan tahun 2010;
- Keputusan Menteri Kesehatan nomor 284/MenKes/SK/2004 tentang buku Kesehatan
Ibu dan Anak tahun 2004;
- Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1464/X/Menkes/2010 tentang penyelenggaraan
Praktek Bidan tahun 2010;
- Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
- Peraturan Menteri Kesehatan nomor 97 tentang tahun 2014 Pusat Kesehatan
Masyarakat tentang Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil,

47 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


Persalinan, dan masa sesudah melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi
serta Pelayanan Kesehatan seksual.
- Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV, Sipilis, dan Hepatitis dari Ibu ke
Anak, Kementerian Kesehatan Tahun 2019;
- Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir, Kementerian
Kesehatan Tahun 2019;
- Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Kementerian Kesehatan
Tahun 2019.
14) Persentase Balita mempunyai buku KIA/KMS
A. Pengertian
1) Balita adalah Anak Usia 0 – 5 tahun;
2) Buku Kesehatan ibu dan Anak (KIA) adalah berisi Catatan dan Alat Pemantauan
KIA milik ibu/keluarga yang dapat digunakan pada semua fasilitas pelayanan
kesehatan. Bahan Informasi cara menjaga dan merawat kesehatan ibu anak, Materi
Penyuluhan kesehatan ibu dan anak;
3) Buku Kesehatan ibu dan Anak (KIA) adalah berisi catatan kesehatan ibu (hamil,
bersalin, dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak usia sampai 6 tahun),
gabungan dari kartu-kartu kesehatan yang ada: KMS ibu hamil, KB, KMS Balita,
Perkembangan Anak;
4) Buku Kesehatan ibu dan Anak (KIA) adalah berisi Catatan dan Alat Pemantauan
KIA milik ibu/keluarga yang dapat digunakan pada semua fasilitas pelayanan
kesehatan. Bahan Informasi cara menjaga dan merawat kesehatan ibu anak, Materi
Penyuluhan kesehatan ibu dan anak;
5) Buku Kesehatan ibu dan Anak (KIA) adalah berisi catatan kesehatan ibu (hamil,
bersalin, dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak usia sampai 6 tahun),
gabungan dari kartu-kartu kesehatan yang ada: KMS ibu hamil, KB, KMS Balita,
Perkembangan Anak.
B. Definisi Operasional
Jumlah Balita yang mempunyai Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di suatu wilayah
kerja tertentu pada kurun waktu tertentu.
C. Satuan
Persen (%)

48 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


D. Sasaran
Semua Balita yang mempunyai Buku KIA di wilayah kota Pontianak.
E. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

F. Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah Balita yang mempunyai Buku


Persentase Balita KIA di suatu wilayah kerja pada kurun
mempunyai Buku waktu tertentu
KIA/KMS
=
Jumlah Balita di Kota Pontianak di suatu
wilayah kerja dalam 1 tahun X 100%

Contoh Perhitungan

Jumlah Balita yang mempunyai Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kota Pontianak,
sebanyak 1587 orang, dan Jumlah Balita di wilayah Kota Pontianak sebanyak 1986
orang, sehingga Persentase balita yang mempunyai Buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), sebagai berikut:

1587 x 100 = 79,90


1986
G. Pembuktian/ Sumber Data
1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan Masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.
H. Referensi
- Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS - KIA) Tahun 2011;
- Modul Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Tahun
2006.

49 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


15) Persentase Lansia Risti yang mendapatkan Pelayanan Kesehatan
A. a. Pengertian
Lansia Resiko Tinggi
1) Seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas dengan masalah
kesehatan.
2) Adapun masalah kesehatan antara lain :
1 Hipertensi 6 Osteoporosis
2 Diabetes mellitus 7 Parkinson
3 Inkontinensia /berkemih 8 Katarak
4 Malnutrisi 9 Alzheimer dan Demensia
5 Arthritis 10 Dll
Pelayanan kesehatan usia lanjut
1) Upaya kesehatan yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu wadah dan merupakan upaya preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif
bagi lanjut usia
b. Pernyataan Standar
Setiap Warga Negara usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan mendapatkan
pelayanan preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif . Pemerintah Daerah Tingkat
Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk preventif,
promotif, kuratif, serta rehabilitatif bagi usia lanjut pada Warga Negara usia 60 tahun
ke atas di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
B. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan dalam bentuk preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif bagi usia lanjut
usia 60 tahun ke atas minimal 1 kali di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Semua warga negara berusia 60 tahun atau lebih yang mendapat pelayanan preventif,
promotif, kuratif, serta rehabilitatif di wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

55% 60% 65% 70%

50 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah warga negara berusia 60 tahun atau lebih
Persentase warga yang mendapatkan pelayanan preventif, promotif,
negara usia 60 tahun ke kuratif, serta rehabilitatif minimal 1 kali yang ada di
atas mendapatkan = suatu wilayah kerja kabupaten/kota dalam kurun X 100%
pelayanan preventif, waktu satu tahun (Nominator)
promotif, kuratif, serta Jumlah semua warga negara berusia 60 tahun atau
rehabilitatif lebih yang ada di suatu wilayah kerja kabupaten/kota
dalam kurun waktu satu tahun yang sama
(Denominator)

G. Pembuktian/ Sumber data


1) Laporan Rumah Sakit;
2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Lansia.
H. Referensi
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 Tentang
Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lansia Tahun 2016-2019
16) Jumlah orang terduga TBC yang dilakukan pemeriksaan sesuai standar
A. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
sesuai standar bagi orang dengan terduga TBC dinilai dari presentase jumlah orang
terduga TBC yang mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.
B. Satuan :
Orang
C. Sasaran :
Masyarakat

51 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


D. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

8100 Orang 8100 Orang 8100 Orang 8100 Orang

E. Rumus Perhitungan Kinerja

Persentase Orang Jumlah Orang terduga TBC yang dilakukan


terduga TBC pemeriksaan penunjang dalam kurun waktu
mendapatkan = satu tahun X 100%
pelayanan sesuai
standar Jumlah orang yang terduga TBC di
Wilayah Kabupaten/Kota tersebut dalam
Kurun Waktu Satu Tahun yang sama

F. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
17) Jumlah Penderita TBC yang di temukan
A. Definisi Operasional
Jumlah semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan diantara perkiraan jumlah
semua kasus TB (insiden) yang ditemukan di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun.
B. Satuan :
Orang
C. Sasaran :
Penderita TBC
D. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

1500 Orang 1500 Orang 1500 Orang 1500 Orang

52 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


E. Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah semua kasus TBC yang


Jumlah Penderita diobati dan dilaporkan
TBC yang
ditemukan Perkiraan jumlah semua kasus TBC
= X 100%
di suatu wilayah kerja dalam 1
tahun

F. Referensi
Buku Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2016
18) Jumlah penderita TBC yang dilakukan contact tracing
A. Definisi Operasional
Upaya untuk menjaring tersangka TB Paru baru dari orang yang kontak erat/langsung
dengan penderita TB Paru BTA Positif dengan tujuan untuk menjadi pedoman dalam
menjaring Suspek TB paru pada kontak erat dari penderita TB paru BTA positif.
B. Satuan :
Orang
C. Sasaran :
Semua pasien TBC baru/kambuh yang tekonfirmasi bakteriologis dan TBC anak
D. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

1500 Orang 1500 Orang 1500 Orang 1500 Orang

E. Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah penderita Jumlah kasus TBC yang dilakukan


X 100%
TBC yang dilakukan investigasi kontak
contact tracing =
Jumlah kasus TBC yang ada di wilayah
kerja fasyankes pada periode tertentu

F. Referensi
- Buku Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016;
- Panduan Teknis Investigasi Kontak Pasien TB bagi Petugas Kesehatan dan Kader
Tahun 2019.

53 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


19) Jumlah orang beresiko HIV yang dilakukan penjaringan
A. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan sesuai
standar bagi orang dengan risiko terinfeksi HIV dinilai dari persentase orang dengan
risiko terinfeksi HIV yang mendapatkan pelayanan HIV sesuai standar di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
B. Satuan
Orang
C. Sasaran
Orang dengan risiko terinfeksi virus HIV
D. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

1700 Orang 1700 Orang 1700 Orang 1700 Orang

E. Cara Perhitungan :

Persentase orang Jumlah orang berisiko HIV yang


beresiko HIV dilakukan penyaringan dalam kurun
mendapatkan pelayanan waktu satu tahun 10
deteksi dini HIV sesuai = X 100%
standar Jumlah orang dengan berisiko HIV
dikab/kota dalam kurun waktu satu tahun
yang sama
Catatan:
a) Nominator adalah Jumlah orang berisiko terinfeksi HIV yang pemeriksaan HIV sesuai
standar dalam kurun waktu satu tahun.
b) Denominator Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV di kab/kota dalam kurun
waktu satu tahun yang sama yang ditetapkan.
Contoh Perhitungan :
Contoh Kabupaten “ A” orang yang beresiko HIV sebanyak 1500 orang yang
mendapatkan pelayanan tes HIV sebanyak 1300 orang maka hasil yang di dapat 86%
F. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

54 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


20) Jumlah ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan HIV, Sipilis, dan Hepatitis
A. Definisi Operasional
Capaian Kinerja Pemerintah kabupaten/Kota untuk mengurangi penularan
HIV,Sypilis, Hepatitis dari Ibu ke Anak
B. Satuan :
Orang
C. Sasaran :
Ibu hamil yang telah mendapatkan pemeriksaan HIV,Sypilis,Hepatitis di akhir tahun
Berjalan
D. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

12576 Orang 12576 Orang 12576 Orang 12576 Orang

E. Perhitungan
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
deteksi dini HIV,Sypilis,Hepatitis di wilayah kerja
Ibu hamil mendapatkan
= kabupaten/Kota tersebut dalam kurun waktu satu
pelayanan deteksi dini
tahun
HIV , Sypilis,Hepatitis
Jumlah sasaran ibu hamil di wilayah kerja
X 100%
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu
tahun yang sama
F. Catatan :
a. Nominator : Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan deteksi dini
HIV,Sypilis,Hepatitis dalam kurun satu tahun.
b. Deminator : Jumlah sasaran ibu hamil di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun yang sama
Contoh kasus : Sebuah Kabupaten A Jumlah penduduknya 18.213, dengan jumlah ibu
hamil 208 orang. Jumlah ibu hamil dengan pelayanan anternatal lengkap 201 orang.
Kegiatan HIV Sifilis Hepatitis
Pelayanan Anternatal lengkap 201 201 201
Capaian indikator ibu hamil yang di lakukan pemeriksaan HIV, Sypilis, Hepatitis di
Kab.A, adalah :
= Y x 100%
X
= 201 x 100 % =97 %
208

55 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


Capaian ibu hamil yang di lakukan pemeriksaan HIV, Sypilis, Hepatitis di Kab A
adalah 97%.
G. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.
21) Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama kehamilan
A. Pengertian :
Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet yang sekurangnya mengandung zat besi
setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,4 mg asamfolat yang disediakan oleh
pemerintah maupun diperoleh sendiri.
B. Definisi Operasional
Persentase Ibu hamil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama kehamilan
adalah jumlah ibu hamil yang selama kehamilan mendapat minimal 90 TTD terhadap
jumlah sasaran ibu hamil dikali 100%
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Ibu hamil
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

98% 99% 99% 100%

F. Cara Perhitungan :
jumlah ibu hamil yang selama kehamilan
mendapat minimal 90 TTD di satu
Persentase Ibu hamil yang wilayah kerja dalam kurun waktu satu
mendapatkan TTD tahun
minimal 90 tablet selama = x 100%
kehamilan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu satu tahun yang
sama

56 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


Contoh cara perhitungan:
Sasaran ibu hamil di Puskesmas A pada tahun 2020 adalah 460 orang. Per 31 Desember
2020 jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah minimal 90 tablet adalah
423 bumil.. Maka Persentase Ibu hamil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet
selama kehamilan Puskesmas A tahun 2020 adalah :
423 / 460 *100% = 91,96%
G. Pembuktian /Sumber Data :
- Register Ibu
- Buku KIA
- Laporan bulanan surveilans gizi
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan.
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
- Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi
22) Cakupan Ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan
A. Pengertian :
• Kurang Energi Kronik adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung relatif
lama
• Ibu hamil KEK adalah ibu hamil dengan IMT < 18,5 kg/m2
• Ibu hamil resiko KEK adalah ibu hamil dengan Lingkar Lengan Atas (LiLA)
kurang dari 23,5 cm
• Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai tambahan asupan
zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan pabrikan atau
makanan tambahan bahan pangan lokal
B. Definisi Operasional
Persentase Ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan adalah jumlah ibu hamil KEK
yang mendapatkan makanan tambahan terhadap jumlah ibu hamil KEK yang ada dikali
100%
C. Satuan :
Persen (%)

57 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


D. Sasaran :
Ibu hamil KEK
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

92% 94% 96% 98%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah ibu hamil KEK yang mendapatkan
Persentase Ibu hamil makanan tambahan
KEK yang = x 100%
mendapatkan makanan Jumlah ibu hamil KEK yang ada
tambahan

Contoh cara perhitungan:


Jumlah ibu hamil KEK di suatu Puskesmas A pada tahun 2020 adalah 50 orang. Dari
jumlah tersebut 2 orang diantaranya tidak mendapatkan Makanan Tambahan. Maka
Persentase Ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan Puskesmas A tahun
2020 adalah :
48 / 50 *100% = 96%
Catatan : jumlah ibu hamil yang mendapatkan Makanan Tambahan adalah jumlah kasus
yang ada (50 bumil) dikurangi 2 orang bumil yang tidak mendapat Makanan Tambahan
yaitu 48 orang
G. Pembuktian /Sumber Data :
- Register Ibu
- Buku KIA
- Laporan bulanan surveilans gizi
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;
- Buku Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah untuk Bidan dan Perawat, 2018;
- Buku Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir, 2019;
- Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi.

58 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


23) Cakupan Balita yang ditimbang Berat Badannya (D/S)
A. Pengertian :
• Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
• S Balita adalah jumlah seluruh sasaran balita yang ada di suatu wilayah.
• D Balita adalah jumlah balita yang ditimbang (D) disuatu wilayah
B. Definisi Operasional
Persentase balita yang ditimbang berat badan nya adalah jumlah balita yang ditimbang
terhadap sasaran balita dikali 100%
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Balita
E. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

71% 72% 73% 74%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah balita yang ditimbang di suatu
Persentase balita wilayah
ditimbang = x 100%
Jumlah balita yang ada

Contoh cara perhitungan:


Pada bulan November tahun 2020 jumlah balita yang dapat ditimbang di wilayah kerja
puskesmas A adalah 1000 orang. Sasaran balita Puskesmas A adalah 1500 orang. Maka
persentase balita yang ditimbang berat badan nya pada bulan November 2020 adalah :
1000 / 1500 *100% = 66,67%
G. Pembuktian /Sumber Data
- Register pemantauan pertumbuhan balita
- Sistem Informasi Posyandu (SIP)
- Buku KIA/KMS balita
- Laporan bulanan surveilans gizi

59 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.
24) Cakupan Remaja Putri (Rematri) mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
A. Pengertian :
• Remaja Putri adalah remaja putri yang berusia 12-18 tahun yang bersekolah di
SMP/SMA atau sederajat
• TTD adalah tablet yang sekurangnya mengandung zat besi setara dengan 60 mg
besi elemental dan 0,4 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah maupun
diperoleh secara mandiri
• Remaja putri mendapat TTD adalah jumlah remaja putri yang mendapat TTD secara
rutin setiap minggu sebanyak 1 tablet.
• Kartu Kontrol Tablet Tambah Darah Remaja Putri adalah kartu yang digunakan
untuk mencatat konsumsi tablet tambah darah oleh remaja putri
B. Definisi Operasional
Persentase Remaja Putri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) adalah jumlah remaja
putri yang mendapat TTD secara rutin setiap minggu terhadap jumlah seluruh remaja
putri usia 12-18 tahun di sekolah dikali 100%
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Remaja putri usia12-18 tahun di sekolah
E. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

52% 54% 56% 58%

60 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Cara Perhitungan :
Jumlah remaja putri mendapat TTD
Persentase Remaja Putri
= x 100%
mendapat Tablet
Jumlah seluruh remaja putri usia 12-18
Tambah Darah (TTD)
Tahun di sekolah

Contoh Cara Perhitungan:


Formulir : Pemantauan Program TTD Remaja Putri di Puskesmas A Triwulan 1
Tahun 2020
TW I TW II

No Nama Jumlah Jumlah Mendapat TTD Jumlah Minum TTD


Sekolah Siswi ≤ 50% 51- 81- ≥100% ≤ 50% 51- 81- ≥100%
80% 99% 80% 99%
1 SMP A 300 10 150 90 50 150 90 30 30
2 SMA B 310 20 130 120 30 80 150 50 20
3 SMA C 280 15 160 85 20 40 130 50 60
Total 890 55 440 295 100 280 370 130 110
Rekapitulasi Remaja Putri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Puskesmas A
Triwulan 1 Tahun 2020
No Nama Sekolah Jumlah rematri / Jumlah rematri/siswi mendapat % rematri dapat
siswi TTD TTD

1 SMP A 300 10+150+90+50 = 300 100


2 SMA B 310 20+130+120+30=300 96.77
3 SMA C 280 15+160+85+20=280 100
Total 890 880 98,88
Jadi Persentase Remaja Putri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Puskesmas A
pada tahun 2020 adalah : 880/890 = 98,88%
Catatan :
• Nama remaja putri yang dicatat tidak berulang
• Untuk remaja putri di sekolah, tablet tambah darah diberikan kepada semua tingkatan
kelas (kelas 7 – 9, kelas 10 – 12) selama remaja putri tersebut masih terkategori usia
12 – 18 tahun
G. Pembuktian /Sumber Data
- Formulir Pemantauan Program TTD Remaja Putri di Puskesmas;
- Kartu kontrol tablet tambah darah remaja putri;
- Pencatatan pada Posyandu Remaja;
- Laporan UKS;
- Laporan bulanan surveilans gizi.

61 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
25) Cakupan Balita gizi kurang yang mendapat makanan tambahan
A. Pengertian :
• Balita kurus (gizi kurang) adalah anak usia 6 bulan 0 hari sampai dengan 59 bulan
29 hari dengan status gizi kurus/gizi kurang (BB/PB atauBB/TB -3 SD sampai
dengan kurang dari -2 SD)
• Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai tambahan asupan
zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan pabrikan atau
makanan tambahan bahan pangan lokal
B. Definisi Operasional
Persentase balita kurus (gizi kurang) mendapat makanan tambahan adalah jumlah
balita kurus (gizi kurang) yang mendapat makanan tambahan terhadap jumlah balita
kurus (gizi kurang) yang ada dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Balita kurus
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

92% 94% 96% 98%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah balita kurus (gizi kurang) yang mendapatkan
Persentase balita kurus (gizi makanan tambahan
kurang) mendapat makanan = x 100%
tambahan Jumlah seluruh balita kurus (gizi kurang)

Contoh cara perhitungan:


Jumlah balita kurus di suatu Puskesmas X pada tahun 2020 adalah 48 orang. Dari
jumlah tersebut 1 balita diantaranya menolak pemberian Makanan Tambahan dan 2

62 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


balita masih berusia 4 bulan (ASI). Maka Persentase balita kurus yang mendapatkan
makanan tambahan Puskesmas X tahun 2020 adalah :

45 / 48 *100% = 93,75%
Catatan : jumlah balita kurus yang mendapatkan makanan tambahan adalah jumlah
kasus yang ada (48 balita) dikurangi 3 balita yang tidak mendapat Makanan Tambahan
(menolak dan masih ASI)
G. Pembuktian /Sumber Data :
- Register Balita dengan masalah gizi
- Buku KIA
- Laporan bulanan surveilans gizi
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.
26) Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan
A. Pengertian :
• Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
• Kasus balita gizi buruk adalah balita dengan tanda klinis gizi buruk dan atau indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score kurang dari-3 SD.
• Kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang
dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat
sesuai dengan tata laksana gizi buruk.
B. Definisi Operasional
Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah jumlah kasus balita
gizi buruk yang mendapat perawatan terhadap jumlah kasus balita gizi buruk yang
ditemukan di suatu wilayah pada periode tertentu dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Balita gizi buruk

63 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah kasus balita gizi buruk yang mendapat
perawatan di suatu wilayah
Persentase kasus balita = x 100%
gizi buruk yang mendapat Jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan
perawatan di suatu wilayah

Contoh cara perhitungan:


Distribusi penemuan kasus dan perawatan kasus gizi buruk Puskesmas A bulan Oktober
– Desember Tahun 2019
Bulan ditemukan dirawat membaik % gizi buruk dirawat
Oktober 2 1 1 50%
Nopember 4 2 2 50%
Desember 1 0 0 0%
Total 7 3 3 42,85%
Maka kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan Puskesmas A bulan Oktober –
Desember tahun 2019 adalah :
3 / 7 *100% = 42,85%
G. Pembuktian /Sumber Data :
• Register Balita dengan masalah gizi
• Buku KIA
• Laporan bulanan surveilans gizi
H. Rujukan :
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;
• Kepmenkes Nomor1995/MENKES/SK/XII/2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak;
• Bagan Tatalaksana Gizi Buruk (Buku I);

64 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


• Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku II);
• Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk;
• Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi.
27) Cakupan Bayi Baru Lahir mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
A. Pengertian :
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai segera setelah lahir. IMD
dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibunya segera setelah
lahir dan berlangsung minimal 1 (satu) jam.
B. Definisi Operasional
Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD adalah jumlah bayi baru lahir hidup
yang mendapat IMD terhadap jumlah bayi baru lahir hidup dikali 100%
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Bayi Baru Lahir
E. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

77% 78% 78% 79%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah bayi baru lahir hidup yang mendapat IMD
= x 100%
Persentase jumlah bayi baru
Jumlah seluruh bayi baru lahir
lahir yang mendapat IMD
hidup
Contoh cara perhitungan:
Jumlah bayi lahir hidup di Puskesmas A pada tahun 2020 adalah 581 orang. Dari
jumlah tersebut 30 bayi tidak mendapat IMD karena kelahiran ditolong dukun dan 5
bayi dilahirkan asfiksia. Maka bayi baru lahir yang mendapat IMD Puskesmas A
tahun 2020 adalah :
546 / 581 *100% = 89,67%
Catatan:
Bayi lahir hidup tidak mendapat IMD diatas yaitu 30 bayi yang ditolong dukun, 5 bayi
dengan asfiksia sehingga total adalah 35 bayi. Jumlah bayi lahir hidup yang mendapat
IMD adalah jumlah bayi lahir hidup (581 bayi) dikurangi 35 bayi yaitu 546 bayi.

65 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


G. Pembuktian /Sumber Data :
- Register bayi
- Buku KIA
- Laporan IMD dari RS, Puskesmas rawat inap, Bidan Praktik Mandiri
- Laporan bulanan surveilans gizi
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;
- Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.
28) Cakupan Bayi Usia 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif
A. Pengertian :
• Bayi usia 6 bulan adalah seluruh bayi yang telah mencapai umur 5 bulan 29 hari.
• Bayi mendapat ASI Eksklusif 6 bulan adalah bayi usia 6 bulan yang diberi ASI saja
tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral sejak lahir.
B. Definisi Operasional
Persentase bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah jumlah bayi mencapai
usia 5 bulan 29 hari mendapat ASI Eksklusif terhadap jumlah seluruh bayi mencapai
usia 5 bulan 29 hari dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Bayi 5 bulan 29 hari
E. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

40% 45% 50% 55%

66 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Cara Perhitungan :
Jumlah bayi telah mencapai usia 5 bulan 29
hari mendapat ASI Eksklusif
Persentase bayi usia 6
= x 100%
bulan mendapat ASI
Jumlah bayi telah mencapai 5 bulan 29
Eksklusif
Hari

Contoh cara perhitungan:


Jumlah bayi usia 5 bulan 29 hari Puskesmas A yang terdata pada register ASI eksklusif
tahun 2020 adalah sebanyak 371 orang. Dari jumlah tersebut 200 bayi diantara nya
diberikan ASI eksklusif saja sejak lahir hingga usia 6 bulan. Maka persentase bayi usia
6 bulan mendapat ASI Eksklusif Puskesmas A tahun 2020 adalah :

200/ 371 *100% = 53,91%

G. Pembuktian /Sumber Data :


- Register bayi
- Register Posyandu
- Buku KIA/KMS balita
- Pencatatan dan pelaporan RS/klinik/praktek swasta
- Laporan bulanan surveilans gizi
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
- Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
29) Cakupan Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif
A. Pengertian :
Bayi usia kurang dari 6 bulan adalah seluruh bayi umur 0 bulan 1 hari sampai 5 bulan
29 hari.
Bayi mendapat ASI Ekslusif kurang dari 6 bulan adalah bayi kurang dari 6 bulan
yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral
berdasarkan recall 24 jam.

67 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


B. Definisi Operasional
Persentase bayi kurang 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah jumlah bayi
kurang dari 6 bulan yang masih mendapat Asi Eksklusif terhadap jumlah seluruh bayi
kurang dari 6 bulan yang direcall dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Bayi usia 0 bulan 1 hari sanpai 5 bulan 29 hari
E. Target :
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

45% 50% 55% 60%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah bayi kurang dari 6 bulan masih
Persentase Bayi
mendapat ASI Eksklusif
kurang dari 6 bulan
= x 100%
mendapat ASI
Jumlah bayi kurang dari 6 bulan yang
Eksklusif
direcall

Contoh cara perhitungan:


Jumlah bayi usia 0 bulan 1 hari sampai 5 bulan 29 hari Puskesmas A yang terdata pada
register ASI eksklusif tahun 2020 adalah sebanyak 250 orang. Dari jumlah tersebut 150
bayi diantaranya diberikan ASI eksklusif saja sejak lahir hingga usia saat dilakukan
recall. Maka persentase bayi usia kurang 6 bulan mendapat ASI Eksklusif Puskesmas
A tahun 2020 adalah :

150/ 250 *100% = 60%

G. Pembuktian /Sumber Data :


- Register bayi
- Register Posyandu
- Buku KIA/KMS balita
- Pencatatan dan pelaporan RS/klinik/praktek swasta
- Laporan bulanan surveilans gizi.

68 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;
- Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.
30) Cakupan balita ditimbang Naik Berat Badannya (N/D)
A. Pengertian :
- Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun ( 0 – 59 bulan 29 Hari).
- Balita ditimbang (D) adalah anak umur 0 – 59 bulan 29 hari yang ditimbang
- Berat Badan Naik (N) adalah hasil penimbangan berat badan dengan grafik berat
badan mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan berat badan sama dengan
kenaikan berat badan minimum atau lebih. Kenaikan berat badan ditentukan
dengan membandingkan hasil penimbangan bulan ini dengan bulan lalu.
- Balita tidak ditimbang bulan lalu (O) adalah Balita yang tidak memiliki catatan
hasil penimbangan bulan lalu
- Balita Baru (B) adalah balita yang baru pertama kali datang dan tidak terdaftar
sebelumnya.
B. Definisi Operasional
Persentase Balita yang naik berat badannya adalah jumlah balita yang naik berat
badannya terhadap jumlah balita yang ditimbang dikurangi balita tidak ditimbang
bulan lalu dan balita baru dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Balita
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

82% 84% 86% 88%

69 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Cara Perhitungan :
jumlah Balita naik berat badannya
= x 100%
Persentase Balita Naik
jumlah seluruh balita yang ditimbang –
Berat Badannya
(balita tidak ditimbang bulan lalu + balita
baru)

Contoh cara perhitungan:


Jumlah seluruh Balita yang ditimbang di Puskesmas A pada bulan Februari 2020
adalah 100 anak. Dari 100 balita, 15 diantaranya tidak datang timbang bulan lalu, dan
10 balita yang baru pertama kali mendaftar dan datang timbang. Terdapat 20 Balita
yang naik berat badannya setelah di plot dalam grafik pertumbuhan dalam buku KIA.
Maka Persentase balita yang naik berat badannya pada bulan februari tahun 2020
adalah:

20 / 100 – ( 15 +10) *100% = 26,7 %

G. Pembuktian /Sumber Data :


- Register Penimbangan Balita
- Buku KIA/KMS
- Laporan bulanan surveilans gizi.
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;
- Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.
31) Cakupan Balita 6 – 59 bulan mendapat Kapsul Vitamin A
A. Pengertian :
- Bayi umur 6 – 11 bulan adalah bayi umur 6 – 11 bulan yang ada di suatu wilayah
Kab / Kota
- Balita umur 12 – 59 bulan adalah balita umur 12 – 59 bulan yang ada disuatu
wilayah Kab / Kota

70 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


- Kapsul Vitamin A adalah Kapsul yang mengandung Vitamin A Dosis Tinggi yaitu
100.000 Satuan Internasional (SI) untuk bayi umur 6 – 11 bulan dan 200.000 SI
untuk anak Balita 12 – 59 bulan
B. Definisi Operasional
Persentase Balita mendapat Kapsul Vitamin A adalah Jumlah bayi 6 – 11 bulan
ditambah jumlah balita 12 – 59 bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A pada
periode 6 ( enam) bulan terhadap jumlah seluruh Balita 6 – 59 bulan dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Balita 6 – 59 bulan
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

87% 88% 89% 90%

F. Cara Perhitungan :
jumlah bayi 6 – 11 bulan + Balita 12
Persentase Balita 6 – 59 – 59 bulan yang mendapat kapsul
bulan Mendapat Kapsul vitamin A
Vitamin A = x 100%
jumlah Balita 6 – 59 bulan

Contoh cara perhitungan:


Jumlah Sasaran balita 6 – 59 bulan di Puskesmas A pada tahun 2020 adalah 1200
orang. Pada bulan Februari tahun 2020 jumlah bayi usia 6 – 11 bulan yang mendapat
Kapsul Vitamin A sebanyak 50 orang, Untuk usia 12 – 59 bulan mendapat kapsul
Vitamin A sebanyak 1000 orang.. Maka Persentase Balita 6 – 59 bulan yang mendapat
Kapsul Vitamin A di bulan Februari adalah :

(50+1000) / 1200 *100% = 87,5%

Untuk menghitung Data Tahunan dengan menggabungkan data cakupan bayi umur 6
– 11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan Agustus, sedangkan data
cakupan balita umur 12 – 59 bulan yang mendapat vitamin A menggunakan data Bulan
Agustus.

71 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


G. Pembuktian /Sumber Data :
- Register Balita
- Laporan pemberian Kapsul Vitamin A pada bulan Februari dan Agustus
- Buku KIA
- Laporan bulanan surveilans gizi
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;
- Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.
32) Cakupan Ibu Nifas mendapat Kapsul Vitamin A
A. Pengertian :
- Ibu Nifas adalah ibu baru melahirkan sampai hari ke – 42;
- Ibu Nifas mendapat Kapsul Vitamin A adalah ibu nifas mendapat 2 kapsul vitamin A ,
satu kapsul diberikan segera setelah melahirkan dan kapsul kedua diberikan minimal
24 jam setelah pemberian pertama;
- Kapsul Vitamin A untuk ibu nifas adalah kapsul yang mengandung vitamin A Dosis
200.000 Satuan Internasional (SI).
B. Definisi Operasional
Persentase Ibu Nifas mendapat Kapsul Vitamin A adalah Jumlah ibu nifas yang mendapat
kapsul vitamin A terhadap jumlah ibu yang ada dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Ibu Nifas
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

73% 76% 79% 82%

72 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Cara Perhitungan :
jumlah Ibu Nifas yang mendapat kapsul
Persentase Ibu Nifas vitamin A
Mendapat Kapsul = x 100%
Vitamin A jumlah seluruh ibu nifas

Contoh cara perhitungan:


Jumlah ibu nifas yang terdata di Puskesmas A pada tahun 2020 adalah 500 orang. Per 31
Desember 2020 jumlah ibu nifas yang mendapat kapsul Vitamin A sebanyak 400 orang..
Maka Persentase Ibu Nifas yang mendapat Kapsul Vitamin A adalah :

400 / 500 *100% =80 %

G. Pembuktian /Sumber Data :


- Register / Kohort Ibu
- Laporan pemberian Kapsul Vitamin A pada ibu nifas
- Buku KIA
- Laporan bulanan surveilans gizi
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;
- Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.
33) Cakupan Balita Mempunyai Buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) / Kartu Menuju
Sehat (KMS)
A. Pengertian :
- Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun ( 0 – 59 bulan 29 Hari);
- Buku KIA adalah buku yang berisi catatan Kesehatan ibu ( hamil, bersalin dan
nifas) dan anak ( bayi baru lahir, bayi dan anak Balita) serta berbagai informasi
cara memelihara dan merawat Kesehatan ibu serta grafik pertumbuhan anak yang
dapat dipantau setiap bulan;
- Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu digunakan untuk mencatat berat badan,
memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan sebagai media penyuluhan gizi dan
Kesehatan;

73 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


B. Definisi Operasional
Persentase Balita mempunyai Buku KIA/KMS adalah jumlah balita mempunyai Buku
KIA/KMS terhadap jumlah Balita yang ada dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Balita
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

70% 75% 80% 85%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah Balita mempunyai buku KIA/KMS
Persentase Balita = x 100%
mempunyai Buku Jumlah seluruh balita yang ada
KIA/KMS
Contoh cara perhitungan:
Pada bulan November tahun 2020 Di Wilayah Kerja Puskesmas A tercatat jumlah balita
yang mempunyai buku KIA / KMS adalah 1000 orang. Jumlah seluruh balita yang
terdata di wilayah kerja Puskesmas A adalah 1500 orang. Maka persentase balita yang
mempunyai Buku KIA/KMS pada bulan November 2020 adalah :
1000 / 1500 *100% = 66,67%
G. Pembuktian /Sumber Data :
- Register Penimbangan Balita;
- Buku KIA/KMS;
- Laporan bulanan surveilans gizi.
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;
- Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

74 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


34) Cakupan Rumah Tangga Mengkonsumsi Garam Beriodium
A. Pengertian :
- Garam beriodium adalah produk bahan makanan yang komponen utamanya
Natrium Klorida (NaCl) dengan penambahan Kalium Iodat (KIO3).
- Alat Tes Cepat Garam Beriodium (larutan uji garam beriodium) adalah larutan
yang digunakan untuk menguji kandungan iodium dalam garam secara kualitatif
yang dapat membedakan ada / tidaknya Iodium dalam garam melalui perubahan
warna menjadi ungu.
- Rumah Tangga mengonsumsi garam beriodium adalah seluruh anggota rumah
tangga yang mengkonsumsi garam beriodium.
B. Definisi Operasional
Persentase Rumah Tangga yang mengkonsumsi garam beriodium adalah jumlah rumah
tangga yang mengkonsumsi garam beriodium terhadap jumlah seluruh rumah tangga
yang diperiksa dikali 100%.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Rumah Tangga
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

90% 90% 90% 90%

F. Cara Perhitungan :
Jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi
Persentase Rumah Tangga garam beriodium
mengkonsumsi garam = x 100%
beriodium jumlah rumah tangga yang diperiksa

Contoh cara perhitungan:


Pada bulan Agustus tahun 2020 Di Wilayah Kerja Puskesmas A dilakukan pemeriksaan
garam dengan menggunakan alat tes cepat garam beriodium terhadap 500 Rumah
Tangga. Dari 500 Rumah Tangga tersebut ditemukan sebanyak 450 Rumah Tangga
yang mengkonsumsi garam beriodium yang ditandai dengan adanya perubahan warna

75 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


ungu pada garam yang telah dites.. Maka persentase Rumah Tangga yang
mengkonsumsi garam beriodium di wilayah kerja Puskesmas A adalah:

450 / 500 *100% = 90 %

G. Pembuktian / Sumber Data :


- Hasil pemantauan konsumsi garam beriodium
H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;
- Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.
35) Jumlah pasien dengan resiko nutrisi yang mendapat asuhan gizi
A. Pengertian
Jumlah Pasien dengan resiko nutrisi yang mendapat asuhan gizi adalah Pasien dengan
resiko nutrisi baik pasien PTM,balita, bumil dengan masalah gizi yang berkunjung ke
Puskesmas yang mendapat asuhan gizi yang meliputi PDIME (Pengkajian Diagnosa
Intervensi Monitoring dan Evaluasi).
B. Definisi Operasional
Jumlah pasien dengan resiko nutrisi yang mendapat asuhan gizi adalah Jumlah pasien
dengan resiko nutrisi yang mendapat asuhan gizi ( pasien PTM, balita dan ibu hamil
yang mengalami masalah gizi) dibagi jumlah pasien dengan resiko nutrisi (pasien
PTM,balita dan ibu hamil) yang berkunjung ke puskesmas dalam satu tahun.
C. Satuan :
Persen (%)
D. Sasaran :
Pasien dengan resiko nutrisi
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

50% 50% 50% 50%

76 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Cara Perhitungan :

Jumlah pasien dengan


Jumlah pasien dengan resiko nutrisi yang
resiko nutrisi yangmendapat asuhan gizi ( pasien PTM, balita
mendapat asuhan gizi
dan ibu hamil yang mengalami masalah
gizi) dalam satu tahun (Nominator)
= Jumlah pasien dengan resiko nutrisi (pasien x 100%
PTM,balita dan ibu hamil yang mengalami
masalah gizi) yang berkunjung ke
puskesmas dalam tahun yang sama
(Denominator)
G. Pembuktian / Sumber Data
-
H. Rujukan :
- Kementerian Kesehatan Tahun 2018. Pedoman proses asuhan gizi puskesmas.
Jakarta: Kementerian Kesehatan;
- Gizi Indonesia (Persagi) dan Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) Tahun 2011.
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PGAT). Jakarta: Abadi Publishing & Printing;
- Gizi Indonesia (Persagi) dan Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) Tahun 2019.
Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Jakarta: EGC.
36) Persentase Tempat Fasilitas Umum yang memenuhi syarat kesehatan
A. Pengertian
• Tempat atau sarana yang diselenggarakan pemerintah/swasta atau perorangan yang
digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat yang meliputi: sarana kesehatan (rumah
sakit, puskesmas), sarana sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA), Pasar, Hotel
berbintang dan non bintang (Fropil Kementerian Kesehatan Republik Indonesia);
• Tempat Fasilitas Umum (TFU) memenuhi syarat adalah: TFU yang memenuhi syarat
kesehatan berdasarkan hasil penilaian Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) sesuai
standar (berdasarkan Form IKL).
B. Definisi Operasional
Persentase Tempat Fasilitas Umum (TFU) memenuhi syarat kesehatan adalah: TFU
yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan
sesuai standar dalam tahun berjalan dibagi jumlah TFU yang terdaftar disuatu wilayah
pada kurun waktu tertentu dikali seratus.
C. Satuan
Persen (%)

77 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


D. Sasaran
- Rumah Sakit;
- Puskesmas;
- Sekolah dan Kantin Sekolah;
- Hotel;
- Pasar Tradisional.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

78,21% 78,90% 79,59% 80,28%

F. Perhitungan / Rumus
Jumlah TFU yang memenuhi syarat
PersentaseTempat-Tempat kesehatan
= X 100%
Fasilitas (TFU) memenuhi
syarat kesehatan Jumlah TFU yang teregistrasi

a. Pembilang
Jumlah TFU yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan sesuai standar.
b. Penyebut
Jumlah TFU yang teregistrasi.
c. Konstanta
Persentase (%)
Cara Perhitungan
Contoh : Apabila kelurahan X Memiliki sepuluh (10) Tempat-Fasilitas umum
tergeristrasi, dan hanya lima (5) Tempat-Fasilitas umum dikelurahan tersebut
yang memenuhi persyaratan kesehatan maka perhitungannya adalah : lima
(5) Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan dibagi Sepuluh
(10) Tempat-tempat umum yang teregistrasi di kelurahan X dikali seratus
persen (5:10 X 100%).
G. Pembuktian Sumber Data
1) Aplikasi e-Monev Kementerian Kesehatan;
2) Form hasil Inspeksi Sanitasi Kesehatan Lingkungan (IKL) TTU;
3) Laporan Triwulan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan TTU (form profil Kesling).

78 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


H. Referensi
- Permenkes No. 80 / Menkes / Per / II / 1990 tentang Persyaratan Kesehatan Hotel;
- Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
- Kepmenkes No. 1204 /Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit;
- Kepmenkes No. 1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan di Lingkungan Sekolah;
- Peraturan Daerah Kota Pontianak No 17 TAhun 2002 tentang Perizinan Usaha Hotel
dan Penginapan.
37) Persentase Tempat Pengolahan Makanan yang memenuhi syarat kesehatan
A. Pengertian
a. Tempat Pengolahan Makanan adalah Usaha Pengelolaan Makanan Siap Saji Terdiri
dari:
- Jasa Boga atau Katering yaitu: usaha atau kegiatan pengolahan makanan yang
disajikan diluar tempat usaha atas dasar pesanan yang dilaksanakan oleh badan
Hukum maupun perorangan;
- Rumah Makan yaitu: usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya;
- Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau
seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan
untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan
minuman bagi masyarakat umum ditempat usahanya;
- Depot Air Minum yaitu: Badan Usaha yang mengelola air minum untuk keperluan
masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas;
- Kantin adalah yaitu: Salah satu jenis usaha jasa makanan yang di lokasinya berada
dilingkungan institusi dan sebagian besar konsumennya adalah masyarakat di
institusi tersebut, seperti kantin sekolah, kantin yang berada di kantor;
- Sentra Jajanan yaitu usaha makanan dan minuman yang diolah pengrajin makanan
di tempat penjualan dan /atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual
bagi umum selain yang di sajikan jasa boga, Rumah Makan/Restoran, dan Hotel.
b. Tempat Pengolahan Makanan memenuhi syarat adalah: TPM yang memenuhi syarat
kesehatan berdasarkan hasil penilaian Inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai standar;
c. TPM yang teregestrasi yaitu TPM yang tercatat diwilayah kerja Puskesmas atau Dinas
Kesehatan Kota Pontianak didukung dengan aspek Legal Hukum;
79 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024
B. Definisi Operasional
Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) memenuhi syarat kesehatan adalah:
TPM yang memenuhi persyaratan hygiene sanitasi dalam tahun berjalan dibagi jumlah
TPM yang terintegrasi disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu di kali serratus.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
- Industri Rumah Tangga Pangan di wilayah kota Pontianak;
- Jasa boga / catering di wilayah kota Pontianak;
- Sentra jajanan di wilayah kota Pontianak;
- Rumah makan dan restoran di wilayah kota Pontianak;
- Depot air minum (DAMIU) di wilayah kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

36% 38% 40% 42%

F. Perhitungan/Rumus
a. Rumus Jumlah TPM yang memenuhi
syarat kesehatan
Persentase Tempat Pengolahan Makan X 100%
=
(TPM) memenuhi syarat kesehatan
Jumlah TPM yang terdaftar

b. Pembilang
Jumlah TPM yang memenuhi syarat
c. Penyebut
Jumlah TPM yang terdaftar
d. Konstanta
Persentase (%)
Cara Perhitungan :
Contoh : Apabila kelurahan X Memiliki sepuluh (10) Tempat pengolahan makanan yang
terdata, dan hanya lima (5) Tempat pengolahan makanan dikelurahan tersebut yang
memenuhi persyaratan kesehatan maka perhitungannya adalah : lima (5) Tempat
pengolahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan dibagi Sepuluh (10) Tempat
pengolahan makan yang terdata di kelurahan X dikali seratus persen (5:10 X 100%).

80 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


G. Pembuktian dan Sumber Data
1) Aplikasi e-Monev Kementerian Kesehatan;
2) Form hasil Inspeksi Sanitasi Kesehatan Lingkungan (IKL) TPM;
3) Laporan Triwulan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan TPM (form profil Kesling).
H. Referensi
- Kepmenkes RI No. 942 Menkes / SK / VII / 2003 tentang pedoman persyaratan
hygiene sanitasi makanan jajanan;
- Kepmenkes No. 1098 / Menkes / SK / VII / 2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi
rumah makan dan restoran;
- Kepmenkes No. 1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan di Lingkungan Sekolah;
- Permenkes RI. No. 1096 / Menkes / Per/ VI / 2011 tentang hygiene sanitasi Jasa boga;
- Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum,
Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Kementrian Kesehatan tahun 2010;
- Peraturan Daerah Kota Pontianak No 16 Tahun 2002 tentang Perizinan usaha restoran,
rumah makan dan Bar.
38) Cakupan RT yang ber PHBS
A. Pengertian :
a. Sasaran indikator ini adalah rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas;
b. Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga dengan mengukur 10
(sepuluh) indikator. Adapun sasaran nya yaitu :
- Pasangan usia subur;
- Ibu hamil dan ibu menyusui;
- Anak dan remaja (usia mulai dari 10 tahun);
- Usia lanjut;
- Pengasuh anak.
c. Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan secara berjenjang oleh Tim Penggerak
PKK mulai dari Pusat, Provinsi, Kota, Kecamatan sampai Kelurahan melalui langkah
– langkah sebagai berikut :
- Sosialisasi PHBS di rumah tangga;
- Pengumpulan data PHBS di rumah tangga;
- Pengumpulan data dan pemetaan PHBS;
- Perencanaan;
81 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024
- Penggerakan dan Pelaksanaan;
- Pemantauan dan Penilaian.
B. Definisi Operasional :
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau, dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
C. Satuan :
Persentase (%)
D. Sasaran :
Rumah Tangga di wilayah kerja puskesmas dengan menggunakan sampel sebanyak 210
rumah tangga.
E. Target:
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

60% 60% 60% 60%

F. Rumus Perhitungan Kinerja :


Jumlah rumah tangga yang dikatagorikan sehat di bagi dengan seluruh rumah tangga
yang dipantau yang ada di kelurahan dikali dengan 100%.

Rumah Tangga Sehat = Jumlah rumah tangga yang dikatagorikan sehat X 100%
Seluruh jumlah rumah tangga yg dipantau di kelurahan
G. Pembuktian/Sumber Data :
Form penilaian indikator PHBS

H. Referensi :
Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan bekerjasama dengan Tim
Penggerak PKK Pusat Tahun 2007, Pedoman Pelatihan Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Rumah Tangga.

39) Persentase Sekolah yang melaksanakan PHBS


A. Pengertian :
a. Sasaran indikator ini adalah Sekolah SD-SLTP di wilayah Kota Pontianak;
b. Sasaran PHBS di Sekolah adalah seluruh Sekolah dengan mengukur 10 (sepuluh)
indikator. Adapun sasaran nya yaitu :
- Anak – anak dari tingkat SD sampai SLTP.
82 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024
c. Pembinaan PHBS di Sekolah dilakukan secara berjenjang oleh Tim Penggerak PKK
mulai dari Pusat, Provinsi, Kota, Kecamatan sampai Kelurahan melalui langkah –
langkah sebagai berikut :
- Sosialisasi PHBS di Sekolah;
- Pengumpulan data PHBS di Sekolah;
- Pengumpulan data dan pemetaan PHBS
- Perencanaan;
- Penggerakan dan Pelaksanaan;
- Pemantauan dan Penilaian.
B. Definisi Operasional :
PHBS di Sekolah adalah upaya untuk memberdayakan Anak-anak Sekolah agar tahu,
mau, dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
C. Satuan :
Persentase (%)
D. Sasaran :
Sekolah di wilayah kerja puskesmas.
E. Target:
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

50% 50% 50% 50%

F. Rumus Perhitungan Kinerja :


Jumlah rumah Sekolah yang dikatagorikan sehat di bagi dengan seluruh Sekolah yang
dipantau yang ada di kelurahan dikali dengan 100%.
Sekolah PHBS = Jumlah Sekolah SD-SLTP yang dikatagorikan sehat x 100%
Seluruh jumlah Sekolah SD-SLTP yg dipantau di kelurahan
G. Pembuktian/Sumber Data :
Form penilaian indikator PHBS
H. Referensi :
Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan bekerjasama dengan Tim
Penggerak PKK Pusat Tahun 2007, Pedoman Pelatihan Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Rumah Tangga.

83 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


40) Persentase Posyandu Purnama Mandiri
A. Pengertian
- Posyandu purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih dari
8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih.
Cakupan utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan Program Tambahan seta
telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat
yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu;
- Posyandu mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih.
Cakupan dari kegiatan utamanya >50%, mampu menyelenggarakan Program
Tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola
masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah
kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan
dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.
B. Definisi Operasional
Posyandu purnama adalah jumlah posyandu purnama dan posyandu mandiri yang ada di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
C. Satuan
Persen (%)
D. Sasaran
Seluruh Posyandu di wilayah Kota Pontianak.
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

65% 65% 65 % 65%

F. Rumus perhitungan Kinerja


Persentase Posyandu Purnama Mandiri : Jumlah posyandu purnama x 100%
Jumlah seluruh posyandu

- Pembilang : Jumlah posyandu purnama mandiri di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu;
- Penyebut : Jumlah seluruh posyandu di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang
sama;

84 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


- Ukuran/konstanta : Persentase (%).
Contoh Perhitungan
Jumlah seluruh posyandu purnama mandiri di satu wilayah kerja ada = 75 buah
Persentase Posyandu Purnama Mandiri di satu wilayah kerja ada = 30 buah
Persentase posyandu Purnama Mandiri = 30 x 100% = 40 %
75
G. Pembuktian/ Sumber Data
Laporan Bulanan Posyandu
H. Referensi
- Pedoman buku ARRIF (manajemen ARRIF);
- Pedoman Revitalisasi Posyandu.
41) Indeks Keluarga Sehat
A. Pengertian :
Sasaran indikator ini adalah : seluruh jumlah anggota keluarga yang tinggal dan menetap
di suatu keluarga disuatu wilayah (sesuai definisi BPS). Adapun Anggota Keluarga
adalah semua orang yang mempunyai hubungan dengan kepala keluarga (istri/suami dan
anak). Seseorang selain suami/istri dan anak dapat dimasukkan sebagai anggota keluarga
jika ikut tinggal dan makan di keluarga tersebut dan pada periode pendataan ada di
keluarga tersebut. Anggota Keluarga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih dan anggota
keluarga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan
meninggalkan keluarga 6 bulan atau lebih atau yang telah tinggal dikeluarga kurang dari
6 bulan tetrapi berniat tinggal di keluarga tersebut 6 bulan atau lebih.

B. Definisi Operasional :
Pendekatan pelayanan oleh puskesmas yang mengintegrasikan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat secara berkesinambungan dengan target
keluarga didasarkan pada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga dengan 12
Indikator utama yaitu :

• Keluarga mengikuti program keluarga berencana;


• Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
• Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
• Bayi mendapat air susu ibu;
• Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;

85 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


• Penderita tuberculosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
• Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
• Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
• Anggota keluarga tidak ada yang merokok;
• Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional;
• Keluarga mempunyai akses air bersih;
• Keluarga mempunai akses atau menggunakan jamban sehat.
Berdasarkan indikator tersebut dilakukan penghitungan indeks keluarga sehat dari
setiap keluarga, dengan katagori :
Indeks > 0,800 dikatagorikan Keluarga Sehat;
Indeks 0,500 – 0,800 dikatagorikan Keluarga Pra Sehat;
Indeks <0,500 dikatagorikan Keluarga Tidak Sehat.
C. Satuan :
Persen (%)

D. Sasaran :
Jumlah Keluarga Sehat dalam kurun waktu satu tahun

E. Target:
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

23% 24% 25% 26%

F. Cara Perhitungan :
£ Keluarga dengan IKS >0,800
IKS Tingkat RT/RW/Kelurahan = ______________________________ x
100%
£ Seluruh Keluarga di RT/RW/Kelurahan

G. Pembuktian / Sumber Data :


1) Instrumen Keluarga Sehat / Profil Kesehatan Keluarga;
2) Aplikasi Web Keluarga Sehat;
3) Raw Data Keluarga Sehat.

86 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


H. Rujukan :
- Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga;
- Kementerian Kesehatan RI, Badan PPSDM Pusat Pelatihan SDM Kesehatan 2017,
Modul Pelatihan Keluarga Sehat.
42) Contact Rate Pelayanan Dalam dan Luar Gedung Puskesmas
A. Pengertian
Kontak Rate pelayanan adalah indikator untuk mengetahui aksesabilitas dan pemanfaatan
pelayanan primer di FKTP.

B. Definsi Operasional
Angka Kontak merupakan indikator untuk mengetahui tingkat aksesabilitas dan
pemanfaatan pelayanan primer di FKTP oleh pasien dalam dan luar wilayah berdasarkan
jumlah penduduk yang mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP per bulan baik di
dalam gedung maupun di luar gedung tanpa memperhitungkan frekuensi kedatangan
peserta dalam satu bulan.
C. Rumus Perhitungan Kinerja
Kontak Rate Pelayanan dalam dan Luar Gedung Puskesmas :
jumlah penduduk yang melakukan kontak X 1000 (seribu)
jumlah penduduk di wilayah kerja FKTP
Cara perhitungan :
a) Perhitungan Angka Kontak pelayanan merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk yang melakukan kontak dengan FKTP dengan total jumlah penduduk di
wilayah kerja FKTP;
b) Jumlah penduduk yang melakukan kontak adalah jumlah penduduk dalam dan luar
wilayah yang mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP per bulan baik di dalam
gedung maupun di luar gedung tanpa memperhitungkan frekuensi kedatangan peserta
dalam 1 (satu) bulan.
c) Bentuk Kontak yang menjadi catatan penilaian adalah:
(1) Tempat kontak
Apabila terjadi salah satu atau lebih kontak antara peserta dengan:
▪ FKTP (Puskesmas);

87 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


▪ Jaringan pelayanan Puskesmas (Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan
bidan desa);
▪ Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), seperti Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu), Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes),
Posyandu Lansia;
▪ Rumah atau domisili Peserta yang dikunjungi oleh FKTP;
▪ Upaya Kesehatan Sekolah (UKS); dan
▪ Tempat kontak lainnya yang disepakati.
(2) Jenis Pelayanan
Kontak antara peserta dengan FKTP adalah kondisi terdapat salah satu atau lebih
pelayanan yang diberikan oleh FKTP dalam bentuk:
(a) Kunjungan Sakit
a. Pelayanan pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis termasuk
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
b. Pelayanan tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif, pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama;
c. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama, pelayanan persalinan, kebidanan
dan neonatal sesuai dengan kondisi fasilitas kesehatan;
d. Pelayanan gawat darurat termasuk penanganan kasus medis yang
membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan rujukan;
e. Kunjungan rumah pasien sakit;
f. Pelayanan kasus medis rujuk balik termasuk pemeriksaan, pengobatan, dan
konsultasi medis, pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
(b) Kunjungan Sehat
a. Pelayanan imunisasi;
b. Pelayanan penyuluhan kesehatan perorangan atau kelompok;
c. Pemeriksaan kesehatan Ibu dan anak, serta Keluarga Berencana (KB);
d. Kunjungan rumah;
e. Senam sehat.
(c) Sumber data yang digunakan dalam indikator ini
adalah hasil pencatatan kontak FKTP dengan kondisi di tempat dan jenis
pelayanan dicatatkan pada aplikasi SIK yang dikembangkan oleh Dinas
Kesehatan Kota Pontianak.

88 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


D. Satuan
Per 1000 Penduduk
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

150/1000 Penduduk 150/1000 Penduduk 150/1000 Penduduk 150/1000 Penduduk

F. Sasaran
Penduduk di wilayah kerja puskesmas, sesuai dengan jumlah data sasaran yang telah
ditentukan.
G. Target
15% penduduk atau 150/1000 penduduk
H. Pembuktian/ Sumber Data
Laporan SIK Puskesmas, P-Care baik dalam Gedung, luar Gedung Puskesmas
I. Referensi
Peraturan BPJS Nomor 7 Tahun 20019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kapitasi Berbasis
Kinerja pada FKTP
43) Contact Rate Pelayanan Dalam dan Luar Gedung Pasien BPJS
A. Pengertian
indikator untuk mengetahui aksesabilitas dan pemanfaatan pelayanan primer di FKTP
oleh Peserta dan kepedulian serta upaya FKTP terhadap kesehatan Peserta pada setiap
1000 (seribu) Peserta terdaftar di FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
A. Definisi Operasional
Definsi Angka Kontak merupakan indikator untuk mengetahui tingkat aksesabilitas dan
pemanfaatan pelayanan primer di FKTP oleh Peserta berdasarkan jumlah Peserta
Jaminan Kesehatan (per nomor identitas peserta) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan di FKTP per bulan baik di dalam gedung maupun di luar gedung tanpa
memperhitungkan frekuensi kedatangan peserta dalam satu bulan.
B. Rumus Perhitungan Kinerja :
Indikator Angka Kontak (AK) dihitung dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:
a) jumlah peserta yang melakukan kontak ^ jumlah Peserta terdaftar d FKTP X.
Perhitungan Angka Kontak merupakan perbandingan antara jumlah Peserta

89 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


terdaftar yang melakukan kontak dengan FKTP dengan total jumlah peserta
terdaftar di FKTP dikali 1000 (seribu);
b) Jumlah peserta yang melakukan kontak adalah jumlah Peserta Jaminan Kesehatan
(per nomor identitas peserta) yang terdaftar di 1 (satu) FKTP dan mendapatkan
pelayanan kesehatan di FKTP per bulan baik di dalam gedung maupun di luar
gedung tanpa memperhitungkan frekuensi kedatangan peserta dalam 1 (satu)
bulan;
c) Jumlah peserta terdaftar adalah jumlah Peserta Jaminan Kesehatan yang terdaftar
di suatu FKTP per bulan.
d) Bentuk Kontak yang menjadi catatan penilaian adalah:

(1) Tempat kontak


Apabila terjadi salah satu atau lebih kontak antara peserta dengan:
a. FKTP (Puskesmas, Klinik, DPP, RS Kelas D Pratama);
b. Jaringan pelayanan Puskesmas (Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan
bidan desa);
c. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan (apotek, laboratorium, bidan, dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya);
d. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), seperti Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu), Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes), Posyandu Lansia;
e. Rumah atau domisili Peserta yang dikunjungi oleh FKTP;
f. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS); dan
g. Tempat kontak lainnya yang disepakati.
(2) Jenis Pelayanan
Kontak antara peserta dengan FKTP adalah kondisi terdapat salah satu atau lebih
pelayanan yang diberikan oleh FKTP dalam bentuk:
(a) Kunjungan Sakit
a. Pelayanan pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis termasuk
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
b. Pelayanan tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif, pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama;
c. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama, pelayanan persalinan, kebidanan
dan neonatal sesuai dengan kondisi fasilitas kesehatan;

90 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


d. Pelayanan gawat darurat termasuk penanganan kasus medis yang
membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan rujukan;
e. Kunjungan rumah pasien sakit;
f. Pelayanan kasus medis rujuk balik termasuk pemeriksaan, pengobatan, dan
konsultasi medis, pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
(b) Kunjungan Sehat
a. Pelayanan imunisasi;
b. Pelayanan penyuluhan kesehatan perorangan atau kelompok;
c. Pemeriksaan kesehatan Ibu dan anak, serta Keluarga Berencana (KB);
d. Kunjungan rumah;
e. Senam sehat.
(c) Sumber data yang digunakan dalam indikator ini
adalah hasil pencatatan kontak FKTP dengan kondisi di tempat dan jenis
pelayanan sebagaimana huruf yang dicatatkan pada aplikasi pencatatan
pelayanan tingkat pertama yang dikembangkan oleh BPJS Kesehatan.
C. Satuan
Per 1000 Peserta BPJS
D. Sasaran
Peserta BPJS di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu tertentu
E. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

150/1000 peserta 150/1000 peserta


150/1000 peserta 150/1000 peserta
BPJS BPJS
BPJS BPJS

F. Pembuktian/ Sumber Data


Laporan P-Care Puskesmas
G. Referensi
Peraturan BPJS Nomor 7 Tahun 20019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kapitasi Berbasis
Kinerja pada FKTP.

91 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


44) Rasio Rujukan Non Spesialistik Puskesmas (RRNS) Puskesmas
A. Pengertian
Indikator untuk mengetahui optimalnya koordinasi dan kerjasama antara FKTP dengan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai
indikasi medis dan kompetensinya.
B. Definisi Operasional
Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik merupakan indikator untuk
mengetahui kualitas pelayanan di FKTP, sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai
indikasi medis dan kompetensinya.
C. Rumus Perhitungan Kinerja :
a) Indikator Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) dihitung
dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:
RRNS = jumlah rujukan kasus non spesialistik jumlah rujukan FKTP x 100%
Keterangan :
Perhitungan RRNS merupakan perbandingan antara jumlah rujukan kasus non
spesialistik dengan jumlah seluruh rujukan pasien (dalam dan luar wilayah
puskesmas) oleh FKTP dikali 100% (seratus persen);
b. Jumlah rujukan rawat jalan kasus non spesialistik adalah jumlah rujukan dengan
diagnosa yang termasuk dalam jenis penyakit yang menjadi kompetensi dokter di
FKTP sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Rujukan kasus non spesialistik dengan kriteria Time, Age, Complication dan
Comorbidity (TACC) tidak diperhitungkan dalam jumlah rujukan rawat jalan kasus
non spesialistik;
d. Jumlah rujukan FKTP adalah total jumlah rujukan pasien dalam dan luar wilayah
FKTP ke FKRTL;
e. Sumber data yang digunakan dalam indikator ini adalah hasil pencatatan rujukan
peserta ke FKRTL pada Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Puskesmas.
D. Satuan
Kasus
E. Sasaran
Jumlah pasien rujukan non spesialistik dalam kurun waktu tertentu, baik pasien umum,
gratis maupun peserta BPJS.

92 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

2 Kasus 2 Kasus 2 Kasus 2 Kasus

G. Pembuktian/ Sumber Data


Data SIK dan P-Care Puskesmas
H. Referensi
Peraturan BPJS Nomor 7 Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kapitasi Berbasis
Kinerja pada FKTP
45) Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) Peserta BPJS
A. Pengertian
Indikator untuk mengetahui optimalnya koordinasi dan kerjasama antara FKTP
dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan sehingga sistem rujukan terselenggara
sesuai indikasi medis dan kompetensinya.

B. Definisi Operasional
Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik merupakan indikator untuk
mengetahui kualitas pelayanan di FKTP, sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai
indikasi medis dan kompetensinya.
C. Rumus Perhitungan Kinerja :
a) Indikator Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) dihitung
dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:
RRNS = jumlah rujukan kasus non spesialistik jumlah rujukan FKTP x 100%
Perhitungan RRNS merupakan perbandingan antara jumlah rujukan kasus non
spesialistik dengan jumlah seluruh rujukan oleh FKTP dikali 100% (seratus persen).
b) Jumlah rujukan rawat jalan kasus non spesialistik adalah jumlah rujukan dengan
diagnosa yang termasuk dalam jenis penyakit yang menjadi kompetensi dokter di
FKTP sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Rujukan kasus non spesialistik dengan kriteria Time, Age, Complication dan
Comorbidity (TACC) tidak diperhitungkan dalam jumlah rujukan rawat jalan kasus
non spesialistik.
d) Jumlah rujukan FKTP adalah total jumlah rujukan FKTP ke FKRTL.

93 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


e) Sumber data yang digunakan dalam indikator ini adalah hasil pencatatan rujukan
peserta ke FKRTL pada Sistem Informasi BPJS Kesehatan.
D. Satuan
Kasus
E. Sasaran
Jumlah peserta BPJS yang menerima rujukan non spesialistik dalam kurun waktu
tertentu.
F. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

2 Kasus 2 Kasus 2 Kasus 2 Kasus

G. Pembuktian/ Sumber Data


Data P-Care
H. Referensi
Peraturan BPJS Nomor 7 Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kapitasi Berbasis
Kinerja pada FKTP
46) Rasio Peserta Prolanis Terkendali (RPPT)
A. Pengertian
Prolanis adalah pelayanan kesehatan dengan pendekatan proaktif yang dilaksanakan
secara terintegrasi dengan melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan
dalam rangka pemeliharaan kesehatan peserta penderita penyakit kronis untuk
mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya kesehatan yang efektif dan efisien.
B. Definisi Operasional
Rasio Peserta Prolanis Terkendali merupakan indikator untuk mengetahui optimalisasi
penatalaksanaan Prolanis oleh FKTP dalam menjaga kadar gula darah puasa bagi pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 (DM) atau tekanan darah bagi pasien Hipertensi Essensial
(HT).
C. Rumus Perhitungan Kinerja :
a) Indikator Rasio Peserta Prolanis Terkendali dihitung dengan formulasi perhitungan
sebagai berikut:
RPPT
Rasio Prolanis DM terkendali + Rasio Prolanis HT terkendali : 2

94 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


Perhitungan Rasio Peserta Prolanis Terkendali merupakan capaian Rasio Peserta
Prolanis DM Terkendali ditambah capaian Rasio Peserta Prolanis HT Terkendali
dibagi 2.
RPPT DM
jumlah peserta Prolanis DM terkendali jumlah peserta terdaftar di FKTP dengan
diagnosa DM Perhitungan Rasio Peserta Prolanis Terkendali DM merupakan
perbandingan antara jumlah pasien DM yang terdaftar sebagai peserta Prolanis
dengan kadar gula darah puasa terkendali dengan jumlah peserta terdaftar di FKTP
dengan diagnosa DM dikali 100% (seratus persen).
RPPT HT
jumlah peserta Prolanis HT terkendali
— ------------------------------------------------- x
jumlah peserta terdaftar di FKTP dengan diagnosa HT

Keterangan :
1) Perhitungan Rasio Peserta Prolanis HT Terkendali merupakan perbandingan
antara jumlah pasien HT yang terdaftar sebagai peserta Prolanis dengan tekanan
darah terkendali dengan jumlah peserta terdaftar di FKTP dengan diagnosa HT
dikali 100% (seratus persen);
2) Jumlah Peserta Prolanis terkendali adalah peserta dengan diagnosa penyakit DM
atau HT yang terdaftar sebagai peserta Prolanis dengan kadar gula darah puasa
bagi pasien DM atau tekanan darah bagi pasien HT terkendali;
3) Jumlah peserta terdaftar di FKTP dengan diagnosa DM atau HT adalah peserta
terdaftar di FKTP yang telah ditegakkan diagnosa penyakit DM atau HT;
4) Kriteria terkendali adalah:
1) pasien DM dengan capaian kadar gula darah puasa;
2) pasien HT dengan capaian tekanan darah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh Organisasi Profesi;
5) Penjaminan pelayanan pemeriksaan kadar gula darah puasa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
6) Ketentuan mengenai pengelolaan Peserta Prolanis mengacu pada Pedoman
Program Pengelolaan Penyakit Kronis yang berlaku;
7) Sumber data yang digunakan dalam indikator ini adalah hasil pencatatan
pemantauan kadar gula darah puasa dan tekanan darah pasien pada Sistem
Informasi BPJS Kesehatan.

95 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


D. Satuan
Peserta Terdaftar
E. Sasaran
Peserta Prolanis Terkendali Hipertensi dan DM
F. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

˃ 5% Peserta terdaftar ˃ 5% Peserta terdaftar ˃ 5% Peserta terdaftar ˃ 5% Peserta terdaftar

G. Pembuktian/ Sumber Data


P-Care
H. Referensi
Peraturan BPJS Nomor 7 Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kapitasi Berbasis
Kinerja pada FKTP
47) Rasio Cabut Tambal Gigi
A. Pengertian
Cabut gigi adalah tindakan untuk mencabut gigi dari gusi. Tindakan cabut gigi biasanya
dilakukan pada gigi yang bermasalah dan tidak bisa diperbaiki lagi.
Tambal gigi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk mengisi gigi berlubang
(karies) yang terjadi akibat pembentukan plak di gigi. Tindakan ini merupakan salah
satu prosedur yang paling umum dilakukan, dan pasien dapat memilih metode
penambalan serta bahan tambalan yang akan digunakan
B. Definisi Operasional
Rasio Cabut Tambal adalah Rasio tumpatan/pencabutan gigi tetap yaitu jumlah gigi
tetap yang ditambal/ditumpat pada suatu wilayah pada waktu tertentu dibandingkan
jumlah gigi tetap yang dicabut pada wilayah periode waktu yang sama.
C. Rumus Perhitungan Kinerja
Rasio Cabut Tambal : Jumlah gigi tetap yang ditambal
Jumlah gigi tetap yang dicabut
D. Satuan
rasio
E. Sasaran
Pasien gigi di wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu tertentu.

96 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

2:1 2:1 2:1 2:1

G. Pembuktian/ Sumber Data


Data Kunjungan pelayanan gigi di SIK Puskesmas
H. Referensi
-
48) BOR (Bed of rate)
A. Pengertian
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed
count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005),
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator
ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit.
B. Definisi Operasional
Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan
rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan
tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah
sakit atau penambahan tempat tidur. Nilai indikator BOR yang ideal adalah antara 60-
85% (DepKes RI, 2005), sedangkan menurut Barber Johnson nilai BOR yang ideal
adalah 75-85%.
C. Rumus Perhitungan Kinerja
Rumus:
BOR (Bed Occupancy Ratio) = Rata-rata jumlah pasien keluar * jumlah kapasitas
tempat tidur * 100%.
Angka yang menunjukkan presentase tempat tidur yg digunakan dalam satu tahun,
BOR ideal = 75 – 85 %.
D. Satuan
Persen (%)
E. Sasaran
Pasien Rawat Inap Puskesmas

97 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

40% 40% 40% 40%

G. Pembuktian/ Sumber Data


Laporan SIK, P-Care Puskesmas
H. Referensi
Sistem Informasi Kesehatan, Pusdiknakes 2018
49) Length Of Stay (LOS)
A. Pengertian
LOS menurut Huffman (1994) adalah “the average hospitalization stay of inpatient
dischargedduring the period under consideration”. LOS menurut DepKes RI (2005)
adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
B. Definisi Operasional
Indikator ini digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rawat inap yang tidak
dapat dilakukan sendiri, tetapi harus bersama dengan interpretasi BOR dan TOI.
Disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran
mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
memerlukan pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal adalah antara
6-9 hari (DepKes, 2005). Sedangkan menurut Baber Johnson adalah 3-12 hari.
C. Rumus Perhitungan Kinerja
LOS ( Length Of Stay) = rata jumlah pasien keluar * periode * jumlah hari perawatan.
Angka yang menunjukkan rata-rata lamanya seorang pasien dirawat, AVLOS ideal =
2 - 12 hari.
∑ lama rawat
LOS =
∑ pasien keluar (hidup + mati)
D. Satuan
Hari
E. Sasaran
Pasien rawat inap Puskesmas

98 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


F. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

3 Hari 3 Hari 3 Hari 3 Hari

G. Pembuktian/ Sumber Data


Laporan SIK, P-Care
H. Referensi
Sistem Informasi Kesehatan, Pusdiknakes 2018.
50) Turn Over Interval (TOI)
A. Pengertian
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
B. Definisi Operasional
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Idealnya
tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
C. Rumus Perhitungan Kinerja:
TOI (Turn Over Interval) = (jumlah kapasitas tempat tidur – rata jumlah pasien
keluar) * periode / jumlah hari perawatan.
Rata-rata jumlah hari sebuah tempat tidur tidak terisi, yaitu waktu antara sebuah
tempat tidur ditinggalkan pasien sampai dengan saat ditempati lagi oleh pasien lain
berikutnya, TOI ideal = 1 – 3 hari.
D. Satuan
Hari
E. Sasaran
Pasien rawat inap puskesmas
F. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

5 Hari 5 Hari 5 Hari 5 Hari

G. Pembuktian/ Sumber Data


SIK dan P-Care puskesmas.

99 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 020-2 024


H. Referensi
Sistem Informasi Kesehatan, Pusdiknakes 2018
51) Tidak ada kesalahan pemberian hasil Laboratorium
A. Pengertian
Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil oleh petugas yang disebabkan oleh : Petugas
laboratorium hanya menyebutkan nama saja ketika pemanggilan, Petugas tidak
melakukan crosscheck identitas pasien sebelum menyerahkan hasil pemeriksaan
B. Definisi Operasional
Jumlah pemberian/penyerahan hasil laboratorium dengan benar kepada pasien dibagi
jumlah seluruh pasien yang dilakukan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas pada
kurun waktu tertentu
C. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah penyerahan hasil pemeriksaan dengan benar x 100%
Jumlah seluruh pasien yang dilakukan pemeriksaan lab
D. Satuan
Persen (%)
E. Sasaran
Seluruh pasien yang periksa laboratorium
F. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

G. Pembuktian/ Sumber Data


Buku register/catatan harian Laboratorium
H. Referensi
Permenkes 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
52) Persentase keluarga rawan kesehatan yang di bina
A. Pengertian
Keluarga yang memiliki Indeks Keluarga Sehat ≤ 0.5 – 0.8 (kategori Pra sehat dan
Tidak sehat yang sudah didata melalui survei PIS PK pada periode tertentu dalam kurun
waktu satu tahun.

100 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-


2024
B. Definisi Operasional
Keluarga rawan kesehatan yang dibina yaitu jumlah keluarga rawan kesehatan yang
telah dibina di bagi jumlah keluarga rawan kesehatan yang didata pada periode tertentu.
Dalam kurun waktu satu tahun.
C. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah keluarga rawan kesehatan yang telah dibina x 100%
Jumlah keluarga rawan kesehatan yang didata pada periode tertentu
D. Satuan
Persen (%)
E. Sasaran
Seluruh keluarga rawan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
F. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

80% 85% 90% 95%

G. Pembuktian/ Sumber Data


Laporan PIS PK, Laporan Perkesmas
H. Referensi
Permenkes 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
53) Persentase kasus gawat darurat yang ditangani
A. Pengertian
Kasus yang masuk kriteria gawat darurat yang mendapatkan perawatan dan tindakan di
Puskesmas
B. Definisi Operasional
Semua kasus gawat darurat yang datang ke Puskesmas pada waktu tertentu dalam kurun
waktu satu tahun
C. Rumus Perhitungan Kinerja
Kasus gawat darurat yang ditangani x 100%
Jumlah kasus gawat darurat yang didata pada periode tertentu
D. Satuan
Persen (%)

101 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-


2024
E. Sasaran
Seluruh keluarga rawan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
F. Target
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

G. Pembuktian/ Sumber Data


Laporan bulanan UGD/ Ruang tindakan di Puskesmas
H. Referensi
Permenkes 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

102 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-


2024
DINAS KESEHATAN
Jl. Jend. Ahmad Yani Telp. (0561) 760528 Fax. 732602 Pontianak 78112
Website : Www.Dinkeskotapontianak.Net – Email : perencanaandinkesptk@gmail.com

103 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2 02 0-


2024

@GMAIL.COM

Anda mungkin juga menyukai