Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Pendidikan
Nilai dan Karakter
Disusun Oleh :
PAI-1/SM VII
SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas petunjuk dan
bimbingan serta hidayah-nya, laporan ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya
dengan judul Pendidikan Nilai/ Karakter Islam Pada Masa Pandemi Covid-19
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk menyelesaikan tugas pada mata
kuliah Pendidikan Nilai/Karekater dan agar menjadi sumber referensi bagi mahasiswa terkait
materi yang ada.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat masukan untuk perbaikan dan
penyempurnaan lebih lanjut. Meskipun ini sifatnya sederhana semoga bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Dari konsep yang disajikan di atas maka berbagai rumusan dapat diambil sebagai
berikut
C. TUJUAN PENELITIAN
1
Maka dari rumusan masalah yang tersedia diambilah beberapa tujuan sebagai
berikut:
1) Untuk mengetahui konsep pendidikan nilai/karkater presfektif Islam
2) Untuk mengetahui pengaruh covid 19 di Indonesia
3) Untuk mengetahui pendidikan karakter masa covid-19 di desa Lau Dendang
4) Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan karater di desa Lau Dendang
D. HIPOTESIS
Desa Lau Dendang merupakan slaah satu desa di kabupaten Deli Serdang,
provinsi Sumatera Utara. Dan disi saya mengadakan mini riset kepada warganya
perihal pelaksanaan pendidikan karakter pada siswa-siswa selama pandemi covid-19
ini.
E. MANFAAT PENELITIAN
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. LANDASAN KAJIAN
1. Konsep Pendidikan Nilai/Karakter Presfektif Islam
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe”
dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya). Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.
Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti
pendidikan.1 Ki Hadjar Dewantara mendefenisikan pendidikan sebagaimana yang
dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Ukhbiyati adalah sebagai tuntutan segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak agar mereka kelak menjadi manusia dan anggota
masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya.2
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan dan pertolongan
yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi
dewasa. Maka Dari itu hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
Adapun definisi karakter, secara etimologis kata “karakter” (Inggris, character)
tersebut berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charasein yang berarti “to
engrave”. Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan,
atau menggoreskan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2012), kata
“karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain dan watak. Menurut Pusat Bahasa
Depdiknas sebagaimana dikutip Marzuki karakter juga bisa berarti huruf, angka,
ruang, simbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Orang
1
Musrifah, Journal Pendidikan Karakter Presfektif Islam, Vol 1 No 1, 2016
2
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter ( Yogyakarta :Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 27
3
berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau
berwatak.3
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa , diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil. Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona adalah pendidikan untuk
membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya
terlihat dalam tindakan nyata seserorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur,
bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. 4
Pendidikan dalam bahasa Arab disebut tarbiyah yang diambil dari Rabba yang
bermakna memelihara, mengurus, merawat, mendidik.5 Pendidikan Islam adalahsuatu
proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian.
Pengertian pendidikan seperti disebutkan di atas mengacu kepada suatu sistem yaitu
“sistem pendidikan Islam”.6
Pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam, pendidikan karakter
secara teoretik sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di dunia, seiring dengan
diutusnya Nabi Muhammad Saw untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak
(karakter) manusia. Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak
hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu’amalah, tetapi juga akhlak.
Istilah al-khuluq (karakter) dalam pendidikan Islam adalah bentuk jamak dari akhlak.
2. Menghadapi Wabah Covid-19 Presfektif Islam
Ujian dan cobaan menurut pandangan Islam ialah Allah SWT mengatakan di
dalam al-qur’an bahwa manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk mengabdi atau
beribadah kepada Allah SWT. Artinya, jika ada manusia yang tidak mau beribadah
kepada Allah SWT maka ia tidak patut untuk hidup.
Kata ujian ataupun cobaan sebagaimana kita ketahui tidak terlalu berbeda
dengan kata musibah, kata musibah sudah sangat populer di kalangan masyarakat
Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musibah diartikan dengan; (1)
kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa; (2) malapetaka; bencana.5 Dari
3
Musrifah, Ibid
4
Abdullah Munir, Pendidikan Karakter, (Yoggyakarta: Pedagogia, 2010) h. 4
5
Abi Dadl Jamal al-Diin Muhammad bin M. Ibn Mandzur al-Afriki al-Mishri, Lisan alArab Jilid I,
(Beirut: Daar al-Shadr, 1990), hlm. 79.
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,( Jakarta: Kalam Mulia,1994), hlm 120
4
pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa musibah adalah semua kejadian atau
peristiwa yang menimpa manusia, baik yang bersifat ringan maupun yang berat yang
sering disebut dengan berbagai bencana, seperti bencana alam, berupa banjir,
kebakaran, tanah longsor, angin puting beliung, dan gempa bumi.Jika menelaah
Alquran, maka kata musibah, yang berasal dari akar kata Asaba ini beserta derivasinya
cukup banyak ditemukan, yakni ada 77 kali disebutkan. Dan khusus kata musibah
disebutkan dalam Alquran sebanyak 10 kali.
Ayat Al-Quran tentang Ujian dan Cobaan
a) Al-Baqarah [2]: 155-157
Artinya:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, “Inna lillahi wainna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Tafsir Surah Al-Baqarah : 155-157
Kalimat ولنبلونكم بشيءmemberikan informasi kepada kita bahwa Allah ta'ala akan
memberikan bala kepada manusia. Makna bala dalam konteks ini adalah cobaan, ujian
dan hal-hal yang tidak disukai oleh manusia, baik itu berupa rasa takut, khawatir,
kelaparan dan kekurangan harta benda. Semua itu adalah bagian dari bala yang Allah
ta'ala berikan bagi setiap manusia agar mereka semakin yakin bahwa Dia maha kuasa
atas mereka. Allah memberitahukan bahwa Dia akan mengujimu hamba-hamba-Nya.
Terkadang Dia memeberikan ujian berupa kebahagiaan dan ppada saat yang lain Dia
juga memebrikan ujian berupa kesusahan seperti ras atakut dan kelaparan seperti Q.s
Al Baqarah:155.7
Wa labluannakum” dan sungguh akan kami berika cobaab kepadamu”,
penyebab huruf wau ditengan kalimat ini berharkat fahthah menurut Sibawaih karena
bertemunya dua sukun. Ahli bahasa lain mengaatakan: penyebabnya adalah karena
7
Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1,(Pustaka Imam Syafii, 2005), hlm 305
5
wau digabungkan denganhuruf wau yang berat. Sementara bala (cobaan) di sini bisa
jadi terkadang baik atau bisa jadi juga buruk. Makna aslinya adlah ujiam, seperti yang
telah dijelaskan.8
Sayyid Quthub dalam menafsirkan ayat di atas mengemukakan bahwa telah
menjadi suatu keniscayaan terkenanya jiwa dengan bencana dan menguji dengan
ketakutan, kelaparan, kesengsaraan serta kemusnahan harta, nyawa dan makanan. Hal
ini adalah suatu ketentuan untuk meneguhkan keyakinan orang yang beriman pada
tugas kewajiban yang harus ditunaikannya. Sehingga, akhirnya mereka setelah
mengalami ujian, tentu akan terbukti tangguh dan merasa berat untuk berkhianat
kepada Islam, karena mengingat pengorbanan yang telah dilakukannya. Aqidah yang
dianut oleh seseorang bila tanpa ujian, akan mudah bagi penganutnya untuk
meninggalkannya, bila satu ketika terkena ujian yang berat untuk menguji
keimanannya. Semakin berat ujian dan pengorbanan, akan semakin meninggikan nilai
aqidah dalam hati dan jiwa penganutnya. Bahkan, makin besar penderitaan dan
pengorbanan yang dituntut oleh suatu akidah yang menjadi keyakinannya, akan
bertambah berat juga seseorang untuk berkhianat atau meninggalkan akidahnya,
karena sudah teruji keimanannya dengan berbagai ujian.
Lebih lanjut Sayyid Quthub mengemukakan bahwa yang terpenting dari pelajaran
di atas adalah kembalinya kita mengingat Allah ketika menghadapi segala keraguan
dan kegoncangan, serta berusaha mengosongkan hati dari segala hal kecuali ditujukan
semata kepada Allah. Kemudian, agar terbuka hati kita bahwa tidak ada kekuatan
kecuali kekuatan Allah, tidak daya kecuali daya Allah, dan tidak keinginan kecuali
keinginan mengabdi kepada Allah. Ketika itu, akan bertemulah ruh dengan sebuah
hakikat yang menjadi landasan tegaknya pandangan (tashawwur) yang benar.
Kemudian, nash Alquran di atas dikaitkan dengan jiwa, menuju ke suatu titik di atas
ufuk ini, yakni, ”Dan, berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi
wa inna ilaihi raji’un, ” yang maknanya manusia adalah milik Allah. Oleh karena itu,
manusia semua dan segala sesuatu yang ada padanya, baik eksistensi maupun zatnya
adalah kepunyaan Allah. Kepunyaan-Nyalah manusia akan kembali dan menghadap
dalam setiap perkara. Maka, manusia harus pasrah dan menyerah
8
Al-Qurtubu, Tafsir Al Qurtibi hlm. 407
6
secara mutlak. Menyerah sebagai perlindungan terakhir yang bersumber dari
pertemuan vis a vis dengan satu hakikat dan dengan pandangan yang benar.
Kedua, sebagai peringatan atau teguran bagi umat manusia pada umumnya, hal ini
dapat dilihat dalam Q.S. Ali Imran/3:165:
Artinya: Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud),
padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu
(pada peperangan Badar) kamu berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?"
Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.Segala musibah baik berupa bencana atau lainnya yang menimpa
manusia memiliki hubungan yang erat dengan perbuatan manusia itu sendiri (Q.S.ar-
Rum/30:41). Demikianlah Allah swt mengingatkan manusia, sehingga menunjukkan
kepada manusia bahwa akibat perbuatan manusia yang berupa kerusakan dan
kejahatan terhadap lingkungannya akan berdampak pada kehancurannya sendiri.
Dengan peringatan Allah swt ini diharapkan manusia akan sadar dari kekeliruan dan
kesalahannya.9
Ketiga, sebagai azab atau siksa bagi manusia yang banyak berbuat dosa danmaksiat,
tentang hal ini dapat dilihat pada Q.S.al-Maidah/5:49 yang artinya: danhendaklah kamu
memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan musibahkepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan
sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.
Alquran mengaitkan antara amal individual dan perubahan sosial yang negatif
maupun yang positif, dan menganggap keterkaitan tersebut sebagai hukum alam.
Alquran berbicara – misalnya- tentang orang-orang yang menentang risalah dan
pembawa risalah, kemudian mengaitkan penentangan tersebut dengan perubahan sosial
yang terjadi di kalangan para penentang; kemudian menyebutnya dengan sunnatullah.
B. PENDEKATAN PENELITIAN
9
Ibid..ihlm 444
7
fenomena dan situasi. Teknik pengumpulan data ini berlangsung dengan proses wawancara
yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Sedangkan dalam
pengumpulan data menggunakan data sekunder yaitu tidak langsung dengan menggunakan
media angket/kuesioner dalam mendapatkan data yang sesuai dengan objek penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer. Yaitu metode yang didapat
langsung dari lapangan. Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan data sekunder
yaitu tidak langsung dengan menggunakan media angket/kuesioner dalam mendapatkan data
yang sesuai dengan objek penelitian.
Status : Pegawai
Usia : 22 tahun
No. HP :
3. Narasumber : Alimuddin
Waktu/Tempat : 10 September 2021/ Dusun I Desa Lau Dendang
Status : Petani
Usia : 49 tahun
No. HP : 0822-7476-2919
8
4. Narasumber : Juraidah
Waktu/Tempat : 10 September 2021/ Dusun I Desa Lau Dendang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Usia : 45 tahun
No. HP :-
5. Narasumber : M. Habli
Waktu/Tempat : 10 September 2021/ Dusun I Desa Lau Dendang
Status : Siswa SMP
Usia : 12 tahun
No. HP :-
9
BAB III
10
1) Dilingkungan kelurga orangtua turut berpartisipasi memberikan pemndididikan
karakter yang baik bagi anak
2) Guru tetap memberikan arahan tentang karkater yang baik di setiap pertemuan
secara daring
3) Guru turut menilai bagaiamna karkater sisiwa baik ketika diskusi online,
mengerjakan tugas dll.
4) Orang tua ikut berperan memantau perekembangan pendiidkan karkater anak
5) Guru berinteraksi dengan orang tua tentang mensuksekseskan pendidikan
karakter anak
11
BAB IV
PENUTUP
a. KESIMPULAN
b. SARAN
Dari hasil pengamatan saya maka hndaklah guru dna orang tua lebih maksimaldalam
membimbing pendiidkan karakter siswa.
12