Anda di halaman 1dari 36

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

NEGARA DAN KONSTITUSI


MATA KULIAH : UNO106E (B3)
Dosen pengampu : I Wayan Latra, S.Ag, M.Si.

KELOMPOK 3

MADE PUTRI DEWI 2007511048

NININ EVA ANDIKA RADA 2007511051

BQ. NINING RISKYA RAMDHANI 2007511054

YUSTINA MEDY ROSILA CHIRSTY 2007511056

KOMANG AYU CAHYANI 2007511075

NASRANI GINTING 2007511080

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI EKONOMI
PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas ini. Atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Negara dan Konstitusi”
tepat waktu. Tugas ini ditulis dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Penulis berharap agar tugas ini dapat menambah wawasan pembaca
tentang Negara dan Konstitusi.

Dimana berkaitan dengan materi kelompok 3 dalam mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan semester ganjil tahun ajaran 2021. Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada I Wayan Latra, S.Ag, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini karena tugas yang telah
diberikan ini telah menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang Negara dan
Konstitusi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tugas ini. Penulis juga sadar
bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan tugas ini.

Denpasar, 13 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ..............................................................................................................................i
Kata Pengantar..............................................................................................................ii
Daftar Isi ........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara......................................................................................................3
2.2 Unsur-unsur terbentuknya Negara ..............................................................................3
2.3 Sifat negara................................................................................................................5
3.1 Pengertian Konstitusi .................................................................................................6
3.2 Kedudukan konstitusi ................................................................................................7
3.3 Klasifikasi konstitusi .................................................................................................8
3.4 Unsur-unsur konstitusi ...............................................................................................9
3.5 Sifat Konstitusi ..........................................................................................................9
3.6 Tujuan Konstitusi .................................................................................................... 10
3.7 Fungsi konstitusi......................................................................................................10
3.8 Hubungan Negara dengan Konstitusi ....................................................................... 11
3.9 Pancasila dan Konstitusi Negara .............................................................................. 11
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 13
4.2 Saran ........................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sekarang ini sebagian masyarakat Indonesia yang mengabaikan arti dari pancasila
sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi. Bahkan bukan hanya
mengabaikan, namun banyak juga yang tidak mengetahui makna dari dasar negara dan
konstitusi tersebut. Terlebih di era globalisasi ini masyarakat dituntut untuk mampu
memilah-milah pengaruh positif dan negatif dari globalisasi tersebut. Dengan pendidikan
tentang dasar negara dan konstitusi diharapkan masyarakat Indonesia mampu
mempelajari, memahami serta melaksanakan segala kegiatan kenegaraan berlandasakan
dasar negara dan konstitusi, namun tidak kehilangan jati dirinya.
Dasar Negara menjadi sumber bagi pembentukan konstitusi. Dasar Negara menempati
kedudukan sebagai norma hukum tertinggi disuatu Negara. Sebagai norma tertinggi, dasar
Negara menjadi sumber bagi pembentukan norma-norma hukum dibawahnya. Konstitusi
adalah salah satu norma hukum dibawah dasar Negara. Dalam arti yang luas : konstitusi
adalah hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan dan ketentuan (hukum) yang
menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara, dalam arti sempit : konstitusi adalah
Undang-Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa dokumen yang memuat aturan-aturan
yang bersifat pokok. Dengan demikian, konstitusi bersumber dari dasar Negara. Norma
hukum dibawah dasar Negara isinya tidak boleh bertentangan dengan norma dasar. Isi
norma tersebut bertujuan mencapai cita-cita yang terkandung dalam dasar Negara. Dasar
Negara merupakan cita hukum dari Negara. Terdapat hubungan-hubungan yang sangat
terkait antara keduanya yang perlu kita ketahui.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Negara?

1.2.2 Unsur unsur apa saja yang di butuhkan untuk membangun suatu Negara?

1.2.3 Apa yang dimaksud dengan konstitusi?

1.2.4 Bagaimana kedudukan dan klasifikasi konstitusi?

1.2.5 Apa saja unsur-unsur konstitusi?

1.2.6 Apa saja sifat, tujuan, dan fungsi konstitusi?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Negara.

1.3.2 Untuk mengetahui unsur unsur yang dibutuhkan untuk membangun Negara.

1.3.3 Untuk mengetahui tentang pengertian konstitusi.

1.3.4 Untuk mengetahui kedudukan dan klasifikasi konstitusi.

1.3.5 Untuk mengetahui unsur-unsur konstitusi.

1.3.6 Untuk mengetahui sifat, tujuan, dan fungsi konstitusi.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Untuk mengetahui pengertian Negara.

1.4.2 Untuk mengetahui unsur unsur yang dibutuhkan untuk membangun Negara.

1.4.3 Untuk mengetahui tentang pengertian konstitusi.

1.4.4 Untuk mengetahui kedudukan dan klasifikasi konstitusi.

1.4.5 Untuk mengetahui unsur-unsur konstitusi.

1.4.6 Untuk mengetahui sifat, tujuan, dan fungsi konstitusi.


2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara


Negara berbeda dengan bangsa. Jika bangsa merujuk pada kelompok orang atau
persekutuan hidup, sedangkan negara merujuk pada sebuah organisasi sekelompok orang
yang berada di dalamnya. Istilah negara merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris,
State, bahasa Belanda dan Jerman Staat, serta bahasa Prancis, Etat. Kata-kata tersebut
diambil dari bahasa Latin, status atau Statum, yang berarti keadaan yang tegak serta tetap
atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak serta tetap. Di Indonesia, istilah negara
berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu nagari atau nagara yang berarti wilayah atau penguasa.
Secara terminologi, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara suatu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu hidup dalam daerah tertentu
dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif
dari sebuah negara yang menyaratkan adanya unsur dalam sebuah negara yaitu rakyat,
wilayah, kedaulatan dan pengakuan dari negara lain.
Berikut ini pendapat beberapa pakar kenegaraan berikut ini tentang negara:
1. Aristoteles
Menurut Aristoteles, negara (polis) adalah suatu persekutuan dari keluarga dan desa
untuk mencapai kehidupan yang sebaik-baiknya.
2. Mac Iver
Negara adalah persembatanan (penarikan) yang bertindak lewat hukum yang
direalisasikan oleh pemerintah yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk memaksa
dalam satu kehidupan yang dibatasi secara teritorial mempertegak syaratsyarat lahir
yang umum dari ketertiban sosial.
3. Logeman
Negara adalah organisasi kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya bertujuan
untuk mengatur dan mengurus masyarakat tertentu.

2.2 Unsur-unsur Terbentuknya Negara


Unsur-unsur negara adalah bagian yang penting untuk membentuk suatu negara,
sehingga negara memiliki pengertian yang utuh. Jika salah satu unsur tidak terpenuhi, maka
tidak sempurnalah negara itu. Negara dapat memiliki status yang kokoh jika didukung oleh

3
minimal tiga unsur utama, yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintah berdaulat. Selain itu, ada
satu unsur tambahan, yaitu pengakuan dari negara lain.

1. Rakyat
Suatu negara harus memiliki rakyat yang tetap. Rakyat merupakan unsur terpenting
dari terbentuknya negara. Rakyat menjadi pendukung utama keberadaan sebuah negara.
Hal ini karena rakyatlah yang merencanakan, mengendalikan, dan menyelenggarakan
sebuah negara. Dalam hal ini rakyat adalah semua orang yang berada di wilayah suatu
negara serta tunduk pada kekuasaan negara tersebut.

2. Wilayah
Adanya wilayah merupakan suatu keharusan bagi negara. Wilayah adalah tempat
bangsa atau rakyat suatu negara tinggal dan menetap. Wilayah yang dimaksud dalam
hal ini meliputi daratan, lautan, udara, ekstrateritorial, dan batas wilayah negara.
Wilayah merupakan unsur kedua setelah rakyat. Dengan adanya wilayah yang didiami
oleh manusia, negara akan terbentuk. Jika wilayah tersebut tidak ditempati secara
permanen oleh manusia, mustahil untuk membentuk suatu negara. Wilayah memiliki
batas wilayah tempat kekuasaan negara itu berlaku. Wilayah suatu negara sebagai
berikut.
a. Wilayah daratan, meliputi seluruh wilayah daratan dengan batas-batas tertentu
dengan negara lain.
b. Wilayah lautan, meliputi seluruh perairan wilayah laut dengan batas-batas yang
ditentukan menurut hukum internasional.
c. Wilayah udara atau dirgantara, meliputi wilayah di atas daratan dan lautan negara
yang bersangkutan.

3. Pemerintahan yang Berdaulat


Kedaulatan sangat diperlukan bagi sebuah negara. Tanpa kedaulatan, sebuah negara
tidak akan berdiri tegak. Negara tidak memiliki kekuasaan untuk mengatur rakyatnya
sendiri, terlebih mempertahankan diri dari negara lain. Oleh karena itu, kedaulatan
merupakan unsur penting berdirinya negara. Jadi, pemerintah yang berdaulat berarti
pemerintah yang mempunyai kekuasaan penuh untuk memerintah baik ke dalam
maupun ke luar. Kedaulatan suatu negara mempunyai empat sifat sebagai berikut.

4
a. Permanen. Artinya, kedaulatan itu tetap ada pada negara selama negara itu tetap ada
(berdiri) sekalipun mungkin negara itu mengalami perubahan organisasinya.
b. Asli. Artinya, kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi,
tetapi asli dari negara itu sendiri.
c. Bulat/tidak terbagi-bagi. Artinya, kedaulatan itu merupakan satusatunya kekuasaan
yang tertinggi dalam negara dan tidak dapat dibagi-bagi. Jadi, dalam negara hanya
ada satu kedaulatan.
d. Tidak terbatas/absolut. Artinya, kedaulatan itu tidak dibatasi oleh siapa pun sebab
apabila bisa dibatasi berarti ciri kedaulatan yang merupakan kekuasaan tertinggi
akan hilang.

4. Pengakuan dari Negara Lain


Pengakuan dari negara lain diperlukan sebagai suatu pernyataan dalam hubungan
internasional. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya ancaman dari dalam
(kudeta) atau campur tangan negara lain. Selain itu, pengakuan dari negara lain
diperlukan untuk menjalin hubungan terutama dalam bidang ekonomi, politik, sosial,
budaya, dan pertahanan keamanan. Macam-macam bentuk pengakuan ialah sebagai
berikut.
a. Pengakuan De Facto, artinya pengakuan menurut kenyataan. Suatu negara diakui
karena memang secara nyata telah memenuhi unsur-unsurnya sebagai negara.
b. Pengakuan De Jure, artinya pengakuan berdasarkan hukum. Dalam hal ini, suatu
negara diakui secara formal memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh hukum
internasional untuk dapat berpartisipasi aktif dalam tata pergaulan internasional.

2.3 Sifat Negara


Miriam Budiardjo menyatakan bahwa setiap negara mempunyai sifat-sifat berikut:

1. Memaksa
Sifat memaksa artinya negara mempunyai kekuasaan untuk memaksa kekerasan
fisik secara sah. Tujuannya ialah agar peraturan perundang-undangan ditaati, ketertiban
dalam masyarakat tercapai, serta anarki (kekacauan) alam masyarakat dapat dicegah.
Alat pemaksanya bermacam-macam, seperti polisi, tentara, dan berbagai persenjataan
lainnya.

5
Contohnya, setiap warga negara harus membayar pajak. Orang yang menghindari
kewajiban ini dapat dikenakan denda atau harta miliknya disita, bahkan dapat
dikenakan hukuman kurungan.

2. Monopoli
Sifat monopoli yaitu hak negara guna melaksanakan sesuatu sesuai dengan tujuan
bersama dari masyarakat. Contohnya, menjatuhkan hukuman kepada setiap warga
negara yang melanggar peraturan, menjatuhkan hukuman mati, mewajibkan warga
negaranya untuk mengangkat senjata jika negaranya diserang musuh, memungut pajak,
menentukan mata uang yang berlaku dalam wilayahnya, serta melarang aliran
kepercayaan atau aliran politik tertentu yang dinilai bertentangan dengan tujuan
masyarakat.

3. Mencakup semua
Sifat mencakup semua berarti semua peraturan perundang-undangan (misalnya
keharusan membayar pajak) barlaku untuk semua orang tanpa terkecuali. Hal ini
memang diperlukan karena kalau sesorang dibiarkan berada di luar ruang lingkup
aktivitas negara, maka usaha negara kearah tercapainya cita-cita negara.

3.1 Pengertian Konstitusi


Dari segi bahasa istilah konstitusi berasal dari kata Constituer (Prancis) yang berarti
membentuk. Maksudnya yaitu membentuk, menata, dan menyusun suatu negara. Demikian
pula dalam bahasa Inggris kata Constitute dapat berarti mengangkat, mendirikan atau
menyusun. Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan sebutan Gronwet yang
berarti undang-undang dasar.
Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan
suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau
memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan
yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik
penyelenggaraan negara. Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat
menunjuk pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Selain itu, beberapa ahli juga mengemukakan pengertian konstitusi sebagai berikut.

6
1. E.C. Wade
Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.

2. KC. Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk dan mengatur pemerintahan negara.

3. Herman Heller
Herman Heller membagi konstitusi menjadi tiga pengertian, yaitu:
a. Konstitusi yang bersifat politik sosiologis, yaitu konstitusi yang mencerminkan
kehidupan politik masyarakat.
b. Konstitusi yang bersifat yuris, yaitu konstitusi merupakan kesatuan kaidah yang
hidup di dalam mayarakat.
c. Konstitusi yang bersifat politis, yaitu konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah
sebagai undang-undang.

4. CF. Strong
Menurut CF. Strong, konstitusi merupakan kumpulan asas yang didasarkan
pada kekuatan pemerintah, hak-hak yang diperintah, serta hubungan-hubungan antara
keduanya yang diatur.

5. Sri Soemantri
Konstitusi merupakan naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-
sendi sistem pemerintahan negara. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ada dua pengertian konstitusi, yaitu:
a. Dalam arti luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar (hukum
dasar yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis yang
mengatur mengenai suatu pemerintahan yang diselenggarakan di dalam suatu
negara;
b. Dalam arti sempit, merupakan undang-undang dasar, yaitu suatu dokumen yang
berisi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok dari
ketatanegaran suatu negara.

7
3.2 Kedudukan Konstitusi

Kedudukan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan pada suatu negara sangat


penting karena menjadi ukuran kehidupan dalam bernegara dan berbangsa untuk
mengetahui aturan-aturan pokok yang ditujukan baik kepada penyelenggara negara
maupun masyarakat dalam ketatanegaraan. Kedudukan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sebagai hukum dasar


Dalam hal ini, konstitusi memuat aturan-aturan pokok mengenai penyelenggara
negara, yaitu badan-badan/lembaga-lembaga pemerintahan dan memberikan kekuasaan
serta prosedur penggunaan kekuasaan tersebut kepada badan-badan pemerintahan.

2. Sebagai hukum tertinggi


Dalam hal ini, konstitusi memiliki kedudukan yang lebih tinggi terhadap
peraturan-peraturan yang lain dalam tata hukum pada suatu negara. Dengan demikian,
aturan-aturan di bawah konstitusi tidak bertentangan dan harus sesuai dengan aturan-
aturan yang terdapat pada konstitusi.

3.3 Klasifikasi Konstitusi


Hampir semua negara memiliki kostitusi, namun antara negara satu dengan negara
lainyatentu memiliki perbeadaan dan persamaan. Dengan demikian akan sampai pada
klasifikasi dari konstitusi yang berlaku di semua negara. Para ahli hukum tata negara atau
hukum konstitusi kemudian mengadakan klasifikasi berdasarkan cara pandang mereka
sendiri, antara lain K.C.Wheare, C.F. Strong, James Bryce dan lain-lainnya. Dalam buku
K.C. Wheare “Modern Constitution” (1975) mengklasifikasi konstitusi sebagai berikut:

a. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (Written Constitution And


Unwritten Constitution).

b. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (Flexible And Rigid Constitution.).


Konstitusi fleksibelitas merupakan konstitusi yang memiliki ciri-ciri pokok:

- Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah.

- Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah


undang-undang.

8
c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi (Supreme And
Not Supremeconstitution). Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai
kedudukan tertinggi dalam negara (tingkatan peraturan perundang-undangan).
Konstitusi tidak derajat tinggi adalah konstitusiyang tidak mempunyai
kedudukan seperti yang pertama.

d. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary


Constitution). Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang
bersangkutan. Dalam suatunegara serikat terdapat pembagian kekuasaan antara
pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur di dalam
konstitusinya. Pembagian kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam konstitusi
negara kesatuan, karena pada dasarnya semua kekuasaan berada ditangan
pemerintah pusat.

e. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President


Executiveand Parliamentary Executive Constitution).

3.4 Unsur-unsur Konstitusi


Unsur-unsur yang harus dimuat di dalam konstitusi menurut pendapat Lohman adalah:
1. Konstitusi sebagai perwujudan kontak sosial, yaitu merupakan perjanjian dari
kesepakatan antara warga negara dengan pemerintah;
2. Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu merupakan penentu hak dan
kewajiban warga negara dan badan-badan pemerintah;
3. Konstitusi sebagai Forma Regiments, yaitu merupakan kerangka pembangunan
pemerintah.

3.5 Sifat Konstitusi


Menurut pendapat dari C.F. Strong (dalam Miriam Budiardjo: 1985), suatu konstitusi
dapat bersifat kaku atau bisa juga supel tergantung pada apakah prosedur untuk mengubah
konstitusi itu sudah sama dengan prosedur membuat undang-undang di negara yang

9
bersangkutan atau belum. Dengan demikian, sifat dari konstitusi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu
1. Konstitusi yang bersifat kaku (Rigid), hanya dapat diubah melalui prosedur yang
berbeda dengan prosedur membuat undang-undang pada negara yang bersangkutan;
2. Konstitusi yang bersifat supel (Flexible), sifat supel disini diartikan bahwa konstitusi
dapat diubah melalui prosedur yang sama dengan prosedur membuat undang-undang
pada negara yang bersangkutan.

3.6 Tujuan Konstitusi


Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk keselamatan
masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah
masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama dari
hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas dapat
dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri. Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir
sama dengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih terkait dengan:
a. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya masing-
masing.
b. Hubungan antar lembaga negara.
c. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara (rakyat).
d. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.
e. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak menjamin
bahwa konstitusi tersebut baik. Di dalam prakteknya, banyak negara yang memiliki
lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun memiliki peranan yang
tidak kalah lembaga-lembaga yang terdapat di dalam konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak
asasi manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih baik dibandingkan
dengan yang diatur di dalam konstitusi. Dengan demikian banyak negara yang memiliki
aturan-aturan tertulis di luar konstitusi yang memiliki kekuatan yang sama dengan pasal-
pasal yang terdapat pada konstitusi. Konstitusi selalu terkait dengan paham
konstitusionalisme.

10
3.7 Fungsi Konstitusi
Fungsi konstitusi bagi suatu negara sebagai berikut:
1. Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
2. Memberi suatu rangka dan dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-
citakan dalam tahap berikutnya.
3. Sebagai landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan
tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya, baik penguasa maupun
rakyat (sebagai landasan struktural).

3.8 Hubungan Negara dengan Konstitusi


Negara dan konstitus saling berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha
untuk melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang
penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan satu
kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara Pancasila,
melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.

3.9 Pancasila dan Konstitusi di Indonesia


Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila merupakan
Filosofische Grondslag Dan Common Platforms atau Kalimatun Sawa. Pada masa lalu
timbul suatu permasalahan yang mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan
untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi
idiologi tertutup. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa pancasila berada di atas dan
diluar konstitusi. Pancasila disebut sebagai norma fundamental negara dengan
menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans Nawiasky. Teori Hans Kelsen yang mendapat
banyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan rantai validitas yang membentuk
piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh yang mengembangkan teori tersebut
adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. Teori Nawiaky disebut dengan Theorie
Von Stufenufbau Der Rechtsordnung. Susunan norma menurut teori tersebut adalah:

1. Norma fundamental negara.

2. Aturan dasar negara.

3. Undang-undang formal.

11
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom.

Staats Fundamental Norm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan
konstitusi atau Undang-Undang Dasar dari suatu negara. Posisi hukum sebagai syarat bagi
berlakunya suatu konstitusi. Staats Fundamental Norm ada terlebih dahulu dari konstitusi
suatu negara.
Berdasarkan teori Nawiaky tersebut, A. Hamid S. Attamimi membandingkannya dengan
teori Kelsen dan menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia. Attamimi
menunjukkan struktur hierarki tata hukum Indonesia dengan menggunakan teori Nawiasky.
Berdasarkan teori tersebut, struktur tata hukum Indonesia adalah:

1) Staats fundamental norm: Pancasila (Pembukaan UUD 1945).

2) Staats grund gesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi
Ketatanegaraan.

3) Formell gesetz: Undang-Undang.

4) Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari Peraturan Pemerintah


hingga Keputusan Bupati atau Walikota.

Penempatan pancasila sebagai suatu Staats fundamental norm di kemukakan pertama


kali oleh Notonagoro. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk
mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif.
Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Staats fundamental norm maka pembentukan
hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.
Dengan menempatkan pancasila sebagi Staats Fundamental Norm, maka kedudukan
pancasila berada di atas undang-undang dasar. Pancasila tidak termasuk dalam pengertian
konstitusi, karena berada di atas konstitusi. Yang menjadi pertanyaan mendasar sekarang
adalah, apakah pancasila merupakan staats fundamental norm atau merupakan bagian dari
konstitusi? Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara sebagai filosofis sebagai
fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya yang diatasnya akan didirikan
bangunan negara Indonesia. Soekarno juga menyebutnya dengan istilah pandangan hidup.
Pancasila adalah lima dasar atau lima asas. Jika masalah dasar negara disebutkan oleh
Soekarno sebagai Philosofische grondslag ataupun Weltanschauung, maka hasil dari

12
persidangan-persidangan tersebut, yaitu Piagam Jakarta yang selanjutnya menjadi dan
disebut dengan Pembukaan UUD 1945, yang merupakan Philosofische Grondslag dan
Weltanschauung bangsa Indonesia. Seluruh nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara Indonesia, termasuk di dalamnya Pancasila.

13
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Negara adalah oraganisasi tertinggi di antara suatu kelompok masyarakat yang
mempunyai cita-cita untuk bersatu hidup dalam daerah tertentu dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari sebuah
negara yang menyaratkan adanya unsur dalam sebuah negara yaitu rakyat, wilayah,
kedaulatan dan pengakuan dari negara lain.
Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk,
mengatur atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis
sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa
kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara.

4.2 Saran
Penulis berharap masyarakat mengetahui makna tentang Negara dan Konstitusi di
negara kita, penulis juga berharap informasi ini dapat tersebar luas ke masyarakat agar
terbentuk jiwa nasionalisme sebagai tonggak kemajuan Negara. Kepada para pembaca
diharapkan agar lebih banyak membaca buku yang berkaitan dengan Negara atau
Konstitusi agar lebih memahami makna Negara dan Konstitusi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ubaidillah, A., Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani,


Jakarta: IAIN Press, 2000 h. 33-37, 48-55, 82-83, 85-87.
Budiarto, Miriam, Dasar-dasar Ilmu politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Media, 1987
Diponolo, GS., Ilmu Negara, Jilid 1, Jakarta :Balai Pustaka, 1975
Lubis, M. Solly, Asas-asas Hukum Tata Negara, Bandung, Alumni, 1982
Ashiddiqie, Jimly., Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi Dan Pelaksanaannya Di
Indonesia, PT. Ictiar Baru Van Hoeve, Jakarta 1994
Kaelan, M.S., Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Membahas Proses Reformasi
Paradigm Reformasi Masyarakat Madani, paradigm, Yogyakarta, 1999

15
NEGARA DAN
KONSTITUSI
Dosen Pengampu
I Wayan Latra S.Ag, M.si
Kelompok 3
Made Putri Dewi
2007511048
Ninin Eva Andika Rada
2007511051
Bq Nining Riskya Ramdhani
2007511054
Yustina Medy Rosila Chirsty
2007511056
Komang Ayu Cahyani
2007511075
Nasrani Ginting
2007511080
SUB MATERI
Pengertian Negara Unsur-unsur Sifat Negara
terbentuknya Negara

Pengertian Konstitusi
Kedudukan Konstitusi Klasifikasi Konstitusi

Unsur-unsur Tujuan
Sifat Konstitusi
Konstitusi Konstitusi

Fungsi Hubungan Negara


Konstitusi Pancasila dan
dengan Konstitusi
Konstitusi Negara
Pengertian Negara

Di Indonesia, istilah negara berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu nagari atau nagara yang berarti
wilayah atau penguasa. Secara terminologi, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara
suatu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu hidup dalam daerah tertentu
dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari
sebuah negara yang menyaratkan adanya unsur dalam sebuah negara yaitu rakyat, wilayah,
kedaulatan dan pengakuan dari negara lain.
Berikut ini pendapat beberapa pakar kenegaraan berikut ini tentang negara:

Aristoteles Mac Iver

Logeman
Unsur-unsur terbentuknya negara

Rakyat Wilayah

Pemerintahan yang Pengakuan dari


berdaulat negara lain
Memaksa
Negara mempunyai kekuasaan
untuk memaksa kekerasan fisik
secara sah

Sifat negara Monopoli


hak negara guna melaksanakan
sesuatu sesuai dengan tujuan
bersama dari masyarakat

Mencangkup semua
semua peraturan perundang-undangan
(misalnya keharusan membayar
pajak) barlaku untuk semua orang tanpa
terkecuali.
Herman
E.C Wade KC. Wheare
Heller

CF. Strong Sri Soemantri


Sebagai Hukum
Sebagai Hukum Dasar
tertinggi
konstitusi memuat konstitusi memiliki
aturan-aturan pokok kedudukan yang lebih tinggi
mengenai penyelenggara terhadap peraturan-
negara, yaitu badan- peraturan yang lain dalam
badan/lembaga-lembaga tata hukum pada suatu
pemerintahan dan negara. Dengan demikian,
memberikan kekuasaan aturan-aturan di bawah
serta prosedur konstitusi tidak
penggunaan kekuasaan bertentangan dan harus
tersebut kepada badan- sesuai dengan aturan-aturan
badan pemerintahan. yang terdapat pada
konstitusi.
Dalam buku K.C. Wheare “Modern Constitution” (1975) mengklasifikasi konstitusi
sebagai berikut:

1. Konstitui tertulis dan konstitusitidaktertulis(Written Constitution And Unwritten Constitution).

2. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (Flexible And Rigid Constitution), memilikiciri-cir ipokok:
•Sifat elastis, artinya dapat disesuaika ndengan mudah.
•Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah undang-undang.

3. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak tinggi(Supreme And Not Supreme
constitution).

4. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan(Federal and Unitary Constitution).

5. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President Executiveand


Parliamentary Executive Constitution).
Unsur-unsur Konstiitusi
menurut pendapat Lohman

1. Konstitusi sebagai perwujudan kontak sosial, yaitu merupakan perjanjian dari kesepakatan antara
warga negara dengan pemerintah;
2. Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu merupakan penentu hak dan kewajiban warga
negara dan badan-badan pemerintah;
3. Konstitusi sebagai Forma Regiments, yaitu merupakan kerangka pembangunan pemerintah.
Sifat Konstitusi

Menurut pendapat dari C.F. Strong (dalam Miriam Budiardjo: 1985), suatu konstitusi dapat
bersifat kaku atau bisa juga supel tergantung pada apakah prosedur untuk mengubah
konstitusi itu sudah sama dengan prosedur membuat undang-undang di negara yang
bersangkutan atau belum

sifat dari konstitusi


dapat dibedakan Konstitusi
menjadi dua, yaitu yang bersifat
kaku Konstitusi
sifat dari konstitusi yang bersifat
dapat dibedakan supel
menjadi dua, yaitu
Tujuan Konstitusi
Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk
keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai
kepentingan yang ada di tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara
pada dasarnya sama dan karena sumber utama dari hukum tata negara
adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas
dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri. Konstitusi juga memiliki
tujuan yang hampir sama dengan hukum, namun tujuan dari konstitusi
lebih terkait dengan:
• Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan
tugasnya masing-masing.
• Hubungan antar lembaga negara.
• Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara
(rakyat).
• Adanya jaminan atas hak asasi manusia.
• Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.

13
Fungsi Konstitusi
• Membatasi atau mengendalikan
kekuasaan penguasa agar dalam
menjalankan kekuasaannya tidak
sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

• Memberi suatu rangka dan dasar hukum


untuk perubahan masyarakat yang dicita-
citakan dalam tahap berikutnya.
• Sebagai landasan penyelenggaraan
negara menurut suatu sistem
ketatanegaraan tertentu yang dijunjung
tinggi oleh semua warga negaranya, baik
penguasa maupun rakyat (sebagai
landasan struktural).
Hubungan Negara dengan Konstitusi
Negara dan konstitus saling berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan u
saha untuk melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal,
yang penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD
(Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD
45 tercantum dasar negara
Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.
Pancasila dan Konstitusi di
Indonesia
Pancasila disebut sebagai norma fundamental negara
dengan menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans Nawiasky. Teori
Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki nor
ma hukum dan rantai validitas yang membentuk piramida hukum
(stufentheorie).
Salah seorang tokoh yang mengembangkan teori tersebut adalah
murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. Teori Nawiaky disebut de
ngan Theorie Von Stufenufbau Der Rechtsordnung. Susunan norm
a menurut teori tersebut adalah:
• Norma fundamental negara.
• Aturan dasar negara.
• Undang-undang formal.
• Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom.
Berdasarkan teori Nawiaky tersebut, A. Hamid
S. Attamimi membandingkannya dengan teori Kelsen dan menerap
kannya pada struktur tata hukum di Indonesia. Attamimi menunjuk
kan struktur hierarki tata hukum Indonesia dengan menggunakan t
eori Nawiasky. Berdasarkan teori tersebut, struktur tata hukum Indo
nesia adalah:

• Staats fundamental norm: Pancasila (Pembukaan UUD


1945).

• Staats grund gesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR,


dan Konvensi Ketatanegaraan.

• Formell gesetz: Undang-Undang.

• Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai d


ari Peraturan Pemerintah hingga Keputusan Bupati atau W
alikota.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai