Disusun oleh :
1. Asti Safina (2001085043)
2. Sofiana Fitri (2001085061)
Jl. Tanah Merdeka No.20, RT.11/RW.2, Rambutan, Kec. Ciracas, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13830
KATA PENGANTAR
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
2.1 ................................................................................................................................................6
2.2.................................................................................................................................................7
2.3.................................................................................................................................................8
2.4.................................................................................................................................................9
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan Memahami tentang Aliran Politeisme dan Penyimpangannya.
2. Mempelajari tentang Tuhan Yang Maha Esa.
3. Mempelajari Sistem-Sistem Kepercayaan Politeisme.
4. Mengetahui contoh Politeisme yang dapat ditemukan dalam budaya manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Mitologi Yunani
Dewa-dewa Yunani memberikan contoh politeisme yang paling akrab bagi ilmu
pengetahuan Barat. Kisah mitologis mereka yang luas (dilestarikan dalam drama, seni
visual, dan puisi epik) menunjukkan bahwa orang Yunani kuno percaya pada dewa-
dewa yang mandiri dan sangat dipersonifikasikan yang bukan merupakan aspek dari
keilahian yang lebih besar.
Sebaliknya, mereka dipandang berdiri sendiri, mewakili aspek-aspek tertentu dari
kosmos atau pengalaman manusia. Dewa-dewa pertama sebagian besar terikat pada
proses alam atau primordial, seperti Uranus, dewa ayah langit, Gaia, dewi ibu bumi,
dan Chronos. Dewa-dewa kemudian, seperti Olympian, diidentifikasi dengan aspek
pengalaman yang lebih spesifik.
Misalnya, Apollo adalah dewa cahaya, tarian, akal, musik, panahan, dan obat-obatan,
sementara juga mencontohkan kesulitan hubungan antarmanusia melalui cerita
tentang banyaknya cintanya yang gagal. Athena, sementara itu, digembar-gemborkan
sebagai dewi kebijaksanaan, kesenian, pendidikan dan kecantikan batin, serta perang.
Akhirnya, Zeus mewakili dewa cuaca.
c. Mitologi Mesir
Kepercayaan mitologi Mesir awal dapat dibagi menjadi lima kelompok berbeda, yang
terkait erat dengan lokalitas. Di dalam masing-masing daerah ini terdapat banyak
dewa, di atasnya satu dewa utama dielu-elukan sebagai yang tertinggi.
Untuk Ennead dari Heliopolis, dewa utamanya adalah Atum; untuk Ogdoad of
Hermopolis, itu adalah Ra; di antara tiga serangkai Chnum-Satet-Anuket dari
Elephantine, dewa utamanya adalah Chnum; di antara tiga serangkai Amun-Mut-
Chons dari Thebes, itu adalah Amun; dan di antara tiga serangkai Ptah-Sekhmet-
Nefertem dari Memphis, dewa utamanya adalah Ptah.
Sepanjang sejarah Mesir yang kompleks, kepercayaan dominan orang Mesir kuno
berubah drastis ketika para pemimpin dari kelompok yang berbeda mengambil alih
kekuasaan atas daerah lain. Misalnya, ketika Kerajaan Baru dibentuk oleh
penggabungan Ogdoad dan Amun-Mut-Chons, dewa utama Ra dan Amun menjadi
Amun-Ra.
Penggabungan dua dewa menjadi satu dewa ini khas di Mesir dan, seiring waktu,
panteon Mesir mengalami banyak rekombinasi sinkretik. Namun, bahkan ketika
mengambil bagian dalam hubungan ini, dewa asli tidak sepenuhnya “terserap” ke
dalam gabungan dewa.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Dari penjelasan yang dikemukakan dapatlah dikatakan bahwa istilah politeisme
kerapkali diterapkan pada berbagai tradisi agama dengan berbagai posisi teologis
yang berbeda. Penyelidikan lebih dalam tentang sifat kepercayaan diperlukan jika
kita ingin menghindari kesalahpahaman.
Secara khusus, beberapa keyakinan yang mengakui keberadaan banyak dewa
cenderung ke arah monoteisme ketika mempertimbangkan sifat Realitas
Tertinggi. Hal ini tentusaja termasuk henoteisme (pengakuan satu dewa tertinggi
di antara dewa), monaltry (penyembahan satu dewa tertentu sambil mengakui
keberadaan yang lain) dan bahkan monoteisme mistik emanasional (interpretasi
banyak dewa sebagai nama yang berbeda untuk satu Tuhan).
DAFTAR PUSTAKA
https://dosensejarah.com/pengertian-politeisme/
https://id.thpanorama.com/articles/cultura-general/politesmo-origen-e-historia-
caractersticas-y-ejemplos.html
https://www.google.com/search?
q=tujuan+mempelajari+aliran+politeisme&oq=tujuan+mempelajari+aliran+polite
isme&aqs=chrome..69i57.21843j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8