47-Article Text-194-1-10-20210521
47-Article Text-194-1-10-20210521
Improving Fiqh Learning Outcomes Through the Application of Learning Methods for
The Demonstration of Plural Prayers, Qasar, Plural Qasar, and Prayers in
Emergency Situations for Students in Class VII-3 MTSN 2 Kendari
Nusriati 1*
1
MTS Negeri 2 Kendari
Jl. Tekawa No. 35 Kendari, Sulawesi Tenggara - Indonesia
*Email: nusriati@gmail.com
Received: 25th January, 28th February, 2021; Accepted: 28th March, 2021
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa melalui
penerapan model pembelajaran Metode Demonstrasi. Jenis penelitian ini adalah PTK yang setiap siklusnya
terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan adannya
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Hal ini ditunjukkan pada kondisi prasiklus,
presentase ketuntasan hasil belajar siswa hanya sekitar 36,84%, siklus I (73,68%), dan siklus II telah
mencapai presentase ketuntasan belajar sekitar 92,11% dan dapat dinyatakan bahwa pada siklus I dan II,
ketuntasan hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan (73%). Kemudian hasil peningkatan
keaktifan belajar siswa juga nampak meningkat, ditandai dengan hasil yang diperoleh pada tahapan prasiklus
hanya mencapai 50%, siklus I (76,92%), dan pada tahapan siklus II telah mencapai nilai keaktifan sekitar
90,38%, sehingga dapat dinyatakan bahwa keaktifan belajar telah memenuhi indikator keberhasilan (70%)
pada siklus I dan II. Oleh karena itu, penggunaan Model Pembelajaran menggunakan Metode Demonstrasi
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Fiqih materi shalat Jamak,
Qashar, Jamak Qashar dan shalat dalam Keadaan Darurat di Kelas VII-3 MTsN 2 Kendari.
Kata Kunci: Metode pembelajaran, demonstrasi, hasil belajar, fiqih
Abstract
The purpose of this study was to determine the increase in student activity and learning outcomes through
the application of the Demonstration Method learning model. This type of research is the PTK, in which each
cycle consists of the stages of planning, action, observation, and reflection. The results showed that there was an
increase in student activity and learning outcomes in each cycle. This is shown in pre-cycle conditions, the
percentage of student learning outcomes is only around 36.84%, cycle I (73.68%), and cycle II has reached a
percentage of learning completeness of around 92.11% and it can be stated that in cycles I and II, completeness
of student learning outcomes has reached indicators of success (73%). Then the results of the increase in student
learning activeness also appear to have increased, marked by the results obtained at the pre-cycle stage only
reached 50%, cycle I (76.92%), and in the second cycle stage had reached an active value of around 90.38% so
that it could be stated that learning activeness has met the success indicator (70%) in cycles I and II. Therefore,
the use of the Learning Model using the Demonstration Method can improve student activity and learning
outcomes in the Fiqh Subject for the material of the Plural, Qashar, Plural Qashar, and prayer in an Emergency
in Class VII-3 MTsN 2 Kendari.
Keywords: Learning methods, demonstrations, learning outcomes, fiqh
76
Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih …
mencakup shalat Jamak, Qashar, Jamak Ranah afektif merupakan ranah yang
Qashar dan shalat dalam keadaan darurat, berkenaan dengan sikap dan nilai. Sikap
dianggap sangat penting untuk ditanamkan seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila
sejak dini. Akan tetapi, yang menjadi kendala seseorang telah memiliki penguasaan kognitif
dalam upaya menanamkan pemahaman jenis- tingkat tinggi (Nana Sujana, 2010). Pernyataan
jenis shalat ini kepada peserta didik adalah tersebut mengungkapkan bahwa pada dasarnya
siswa sulit memahami tata cara pelaksanaan ranah kognnitif dan afektik memiliki
dan sering timbul pemaknaan ganda diantara keterkaitan. Namun dalam prakteknya, ranah
jenis-jenis shalat tersebut. Kendala lainnya afektif ini masih cenderung diabaikan oleh para
adalah guru hanya memberikan penjelasan guru yang lebih sering melakukan penilaian
secara teoritis dan pasif, sehingga materi yang hanya pada ranah kognitif.
berkaitan dengan gerakan-gerakan shalat, siswa Menurut Nazarudin, (2007) Pendidikan
sulit untuk memahami secara berkelanjutan. Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar
Apa lagi kita ketahui bahwa siswa sangat jarang dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam
untuk mengamati secara langsung pelaksanaan meyakini, memahami, dan mengamalkan Islam
dari jenis-jenis shalat tersebut dalam kehidupan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
sehari-hari. atau latihan. Sedangkan menurut Muhaimin,
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan (2002) PAI yang pada hakekatnya merupakan
suatu metode pembelajaran yang tepat dan sebuah proses itu, dalam perkembangannya juga
efektif untuk menumbuhkan pengetahuan siswa dimaksud sebagai rumpun mata pelajaran yang
mengenai pelaksanaan shalat Jamak, Qashar, diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi.
Jamak Qashar dan shalat dalam keadaan PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,
darurat yaitu dengan menggunakan metode pemahaman, penghayatan dan pengamalan
pembelajaran Demonstrasi. Menurut Sanjaya ajaran Agama Islam peserta didik, disamping
(2008), bahwa metode demonstrasi adalah untuk membentuk keshalehan sosial.
metode mengajar dengan cara memperagakan Arikunto Suharsimi, (2006) peranan
suatu benda tertentu yang tidak terlepas dari berbagai metode jika ditinjau dari jenis metode
penjelasan secara lisan oleh seorang guru. dan banyaknya metode yang sudah dikenal
Metode pembelajaran demonstrasi dapat digunakan untuk mengajar. Metode
menjadikan proses pembelajaran akan lebih tersebut antara lain metode pemberian tugas dan
menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, resitasi, metode diskusi, metode pendekatan
tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi; dan proses, metode penemuan, metode kerja
mengamati secara langsung siswa akan kelompok, metode eksperimen, dan metode
memiliki kesempatan untuk membandingkan tanya jawab dan metode lain serta gabungan
antara teori dan kenyataan. Metode ini dapat dari metode tersebut.
membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan Salah satu karakteristik pembelajaran MTs.
lebih kongkret sehingga dapat menghindarkan yaitu adanya kurikulum. Kurikulum kurikulum
verbalisme. Berdasarkan penjelasan tersebut, merupakan sekumpulan mata pelajaran yang
maka melatar belakangi untuk dilakukan bersifat sistematis dan diperlukan untuk
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai mendapatkan ijazah dalam bidang studi
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih tertentu. Di dalam kurikulum terkandung dua
Materi Shalat Jamak, Qasar, jamak Qasar dan hal pokok, yaitu: (1) adanya mata pelajaran
Shalat dalam Keadaan Darurat Melalui yang harus ditempuh oleh siswa, dan (2) tujuan
Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi utamanya yaitu untuk memperoleh ijazah.
Siswa di Kelas VII-3 MTsN 2 Kendari. Keberhasilan siswa ditentukan oleh seberapa
Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010) jauh mata pelajaran tersebut dikuasainya dan
menjelaskan ranah kognitif dan ranah fektif. biasanya disimbolkan dengan skor yang
Menurut Nana Sudjana (2010) ranah kognitif diperoleh setelah mengikuti suatu tes atau
meliputi lima tipe hasilbelajar yaitu ujian (Nana Syaodih, 2005).
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, Roehstyah (2001) metode demostrasi
sintesis dan evaluasi. Tujuan aspek kognitif adalah cara mengajar instruktur atau guru
berorientasi pada kemampuan berfikir yang menunjukkan atau memperlihatkan suatu
mencakup kemampuan intelektual yang lebih proses. Peran penggunaan metode demonstrasi
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada mampu mengkomunikasikan sesuatu yang ingin
kemampuan memecahkan masalah. disampaikan oleh pemberi kepada penerima.
Sedangkan menurut Syaiful (2010) kelebihan bepergian tidak untuk maksiat, dan berniat
metode demonstrasi ini adalah: (a) Metode qoshor stiap melaksanakan sholat.
ini dapat membuat pengajaran menjadi lebih Jamak Qashar adalah melakukan shalat
jelas dan lebih kongkret sehingga dapat dengan cara dijamak sekaligus di Qashar,
menghindarkan verbalisme; (b) Siswa artinya mengumpulkan dua waktu shalat dan
diharapkan lebih mudah dalam memahami meringkas rakaat. Menurut Menurut Wahbah
apa yang dipelajari; Proses pengajaran akan az-Zuhaili, (2010) shalat Jamak Qashar
lebih menarik; (c) siswa dirangsang untuk merupakan shalat yang pelaksanaannya
aktif mengamati, menyesuaikan antara teori disamping Jamak juga di Qashar, baik dalam
dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya Jamak taqdim maupun dalam jamak takhir.
sendiri; dan (c) materi yang disajikan yaitu Shalat yang semula empat rakaat (zuhur,
materi pelajaran yang tidak mungkin kurang ashar, dan isya) dikerjakan dua rakaat, tidak
sesuai dengan menggunakan metode lain. ada selingan antara kedua shalat yang di
Di samping beberapa kelebihan, metode jamakkan.
demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan
yaitu:
1. Metode demonstrsi memerlukan persiapan METODE PENELITIAN
yang lebih matang, sebab tanpa persiapan
yang memadai demonstrasi bisa gagal Qashar dan shalat dalam Keadaan Darurat
sehingga dapat menyebabkan metode ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
tidak efektif lagi. dilaksanakan di kelas VII-3 MTsN 2 Kendari
2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan- pada semester genap tahun ajaran 2015/2016,
bahan, dan tempat yang memadai yang bearti dengan materi shalat Jamak, Qashar, Jamak
menggunakan metode ini memerlukan menggunakan pendekatan Demonstrasi, dengan
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan mempertimbangkan hal sebagai berikut:
dengan ceramah. Demonstrasi memerlukan 1) Masih banyak siswa kelas VII-3, yang belum
kemampuan dan keterampilan guru yang memahami lebih jauh pelajaran Fiqih
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja mengenai ketentuan dan tata cara
lebih profesional. pelaksanaan shalat Jamak, Qashar, Jamak
Shalat jamak adalah melaksanakan dua Qashar dan shalat dalam Keadaan Darurat.
shalat dalam satu waktu. Shalat yang boleh 2) Belum ada yang melakukan Penelitian
dijamak hanya shalat Dzuhur dengan ‘Ashar, Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan
lalu Magrib dengan ‘Isya’.Sedangkan shalat pembelajaran teknik Demonstrasi di Kelas
yang tidak boleh dijamak adalah Subuh. Shalat VII-3.
jamak hukumnya boleh bagi orang-orang yang 3) Memperbaiki dan meningkatkan proses
sedang dalam perjalanan berada dalam pembelajaran ilmu Fiqih di Sekolah.
keadaan hujan, sakit atau karena ada keperluan 4) Adannya dukungan dari pihak sekolah
lain yang sukar menghindarinya. Pelaksanaan untuk melaksanakan metodepe mbelajaran
shalat jamak dapat dilakukan dengan 2 cara dan pelaksanaan penelitian ini.
yaitu Jamak Taqdim dan Jama Ta’khir. Jamak
taqdim ialah mengerjakan shalat dalam waktu Subyek penelitian ini adalah siswa kelas
awal (Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, 2007). VII-3 MTsN 2 Kendari, dengan jumlah
Menurut Musthafa Kamal (2002) Seseorang keseluruhan 38 siswa yang terdiri dari 18 siswa
diperbolehkan menjamak shalat wajib pada putra dan 20 siswa putri. Jenis penelitian ini
saat-saat tertentu dan karena sebab tertentu, dan adalah jenis penelitian Tindakan Kelas (PTK)
diantaranya adalah safar (bepergian), hujan, dengan menggunakan mekanisme kolaboratif
sakit dan suatu keperluan tertentu sesuai anjuran. dan terdiri dari berbagai tahapan-tahapan.
Qashar artinya memendekkan atau Penelitian tindakan yang dilakukan di kelas
meringkas. Shalat Qashar maksudnya adalah dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan
meringkas jumlah rakaat shalat yang empat mutu Praktek pembelajaran (Arikunto, 2008).
menjadi dua; misalnya shalat Dzuhur, ‘Ashar Penelitian ini dilaksanakan dalam
dan ‘Isya. Menurut Wahbah az-Zuhaili, dua siklus utama yaitu siklus I dan siklus II,
(2010) terdapat beberapa syarat dilakukannya dan diawali dengan kegiatan Pra-siklus. Pada
shalat Qashar yaitu perjalanannya jarak jauh, siklus utama (I dan II), masing-masing terdiri
dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, belajar siswa. Keaktifan belajar siswa dapat
observasi dan refleksi. dikatakan memenuhi atau tinggi, jika sudah
Teknik pengumpulan data dilakukan mencapai indikator keberhasilan yang sudah
dengan cara diawali dengan perlakuan tes yang ditetapkan yaitu 70 % (Marno, 2008).
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam rana kognitif. Kemudian dilakukan tahap Presentase (100%) Kriteria
observasi yang terdiri dari lembar observasi 85 – 100 Sangat tinggi
keaktifan belajar siswa, observasi kegiatan guru 70 – 84 Tinggi
dan lembar observasi kondisi lingkungan kelas. 55 – 69 Cukup tinggi
Analisis data dilakukan dengan cara 40 – 54 Kurang
mengnalisis data secara kualitatif dan 0 – 39 % Sangat kurang
kuantitatif. Sugioyono (2001), menjelaskan
bahwa dalam hal peneliti menggunakan
Hasil prestest terdapat nilai rata- rata
statistik deskripif dengan mencari nilai rata-
sebesar 57,55 dengan ketuntasan klasikal yaitu
rata dan presentase dari hasil belajar maupun
36,84 % atau sekitar 14 siswa, sedangkan siswa
keaktifan belajar peserta didik, sebagaimana
yang belum tuntas adalah 63,16 % atau sekitar
rumus sebagai berikut
24 siwa. Dari hasil pretest tersebut tampak
bahwa hasil belajar dan keaktifan dalam
proses belajar siswa masih berada dalam
kategori masih rendah.
Kondisi demikian, melatar belakangi untuk
dilaksanakannya Penelitian Tindak Kelas
mengenai upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Fiqih Melalui Penerapan Metode Pembelajaran
Demonstrasi Siswa Kelas VII-3 MTsN 2
Kendari. Data hasil observasi mengenai
keaktifan peserta didik dalam belajar Fiqih
siswa Kelas VII-3 MTsN 2 Kendari ditampilkan
pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2, nilai Gambar 3. Nilai belajar siswa tahap siklus 1
rata-rata siswa yang diperoleh hanya sekitar
57,18, dengan ketuntasan klasikal hanya sekitar
36,84 % (14 siswa), sedangkan siswa yang
belum tuntas secara klasikal mencapai 63,16
% (24 siswa). Hal ini dapat dikatakan bahwa
ketuntasan hasil belajar siswa pada tahapan
Pra-siklus masih di bawah indikator
keberhasilan yang telah ditentukan oleh
sekolah yaitu 70 % dengan KKM 73.
Hal ini terjadi karena pada tahap Pra-siklus,
peserta didik belum terlibat aktif dalam proses
pembelajaran seperti penerimaan teori, kegiatan
memperagakan shalat menggunakan media atau
praktek serta diskusi kelompok, yang diduga
disebabkan oleh kurangnya motivasi dari guru, Gambar 4. Ketuntasan belajar siswa tahap siklus 1
cara mengajar yang dilakukan secara pasif,
guru hanya menggunakan metode ceramah,
pemberian materi secara teoritis, siswa dituntut
Berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4
untuk lebih banyak menghafal, dan sistem tanya
memperlihatkan peningkatan hasil belajar siswa
jawab secara spontan yang menyebabkan siswa
dari tahapan Pra-siklus. Berdasarkan hasil tes
tidak dapat menerima dan menjawab pertanyaan
pada siklus I ini, nilai rata-rata kelas telah
dari guru, dan dapat dikatakan bahwa proses
mencapai 76,05, dan dengan perolehan hasil
pembelajaran siswa masih bergantung kepada
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pada
guru.
tahapan ini, hasil belajar siswa menjadi
Berdasarkan hasil observasi
meningkat. Indikator lain dapat diketahui dari
keaktifan peserta didik pada siklus I ini,
presentase ketuntasan belajar, dimana presentase
nampak terlihat peningkatan keaktifan siswa
nilai siswa yang dianggap belum tuntas hanya
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini
sekitar 26,32 % (10 siswa), dan yang tuntas
dapat dilihat dari presentase keaktifan siswa
secara klasikal telah mencapai 73,68 % (28
rata-rata mencapai 76,92 %, dan lebih
siswa) dengan kriteria sudah memenuhi
meningkat dibanding dengan keaktifan siswa
presentase ketuntasan klasikal (70%) dengan
pada tahapan Pra-siklus (50 %), dan pada
KKM yang telah ditentukan (73).
tahapan ini, mekanisme peragaan shalat masih
Peningkatan hasil belajar pada siklus I,
dicontohkan oleh guru tanpa disertai media
dipengaruhi oleh adannya meningkatnya
Gambar atau Poster. Berdasarkan hasil tes akhir
motivasi belajar siswa yang ditandai dengan
keaktifan siswa mengajukan pertanyaan pada
merupakan Agama Allah yang dimudahkan siklus adalah 57,55, siklus I adalah 76,05, dan
terutama berkaitan dengan ibadah kita sehari- siklus II mengalami peningkatan sampai pada
hari. Kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi nilai yang cukup maksimal yaitu 85,21.
apapun, kita selalu diberi jalan untuk Sedangkan untuk presentase ketuntasan klasikal,
dimudahkan dalam melaksanakan ibadah secara berturut-turut adalah 36,84% (14
seperti shalat lima waktu. Oleh karena itu, dapat siswa), 73,68% (28 siswa) dan 92,11% (35
disimpulkan bahwa penerapan metode siswa).
pembelajaran menggunakan teknik Demonstrasi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran ilmu Fiqih secara berkelanjutan.
Data nilai siswa pada semua tahapan
baik tahapan Pra-siklus, Siklus I dan Siklus II,
ditampilkan pada Tabel 2.
KESIMPULAN DAN SARAN Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, ( 2007). Fiqh
Madzhab Syafi‟i Buku 1: Ibadah, Pustaka
Kesimpulan Setia, Bandung.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Mansyur, H., ( 2000). Materi Pokok Strategi
dilaksanakan pada siklus I dan siklus II, maka
Belajar Mengajar Modul 1-6. Dirjen Pembinaan
dapat ditarik kesimpulan bahwa: pembelajaran Kelembagaan Agama Islam, Depatemen Agama.
dengan teknik Demonstrasi, mampu Jakarta.
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Fiqih Materi shalat Jamak, Muhaimin, (2002). Paradigma Pendidikan Islam:
Qashar, Jamak Qashar dan shalat dalam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam
Keadaan Darurat di kelas VII-3 MTsN di Sekolah, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung.
2 Kendari, yang ditandai dengan peningkatan
keaktifan siswa pada tahap Pra-siklus yang Muhammad Ali, (2000). Penelitian Kependidikan
hanya sekitar 50 % (kriteria kurang), siklus I Prosedur dan Strategi, Angkasa, Bandung.
mencapai 76,92% (cukup tinggi), dan pada
Musthafa Kamal, (2002). Fiqih Islam, Citra Karsa
siklus II telah mencapai 90,38% (sangat tinggi). Mandiri, Yogyakarta.
Kemudian ketuntasan klasikal Pra-siklus hanya
sekitar 36,84 % dan nilai rata-rata 57,55, Nana Sudjana. (2010). Dasar-Dasar Proses Belajar,
meningkat menjadi 73,68% pada siklus I dengan Sinar Baru, Bandung.
nilai rata-rata 76,05, dan pada siklus II mampu
mencapai ketuntasan klasikal sekitar 92,11% Nazarudin, (2007). Manajemen Pembelajaran, Teras,
dengan peningkatan nilai rata-rata 85,21. Yogyakarta.