Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TATA KELOLA PEMERINTAH DESA”

OLEH :

Angela Griselda N. Pangerapan

19304148

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkatnyalah maka kami
dapat menyelesaikan makalah “Akuntansi sektor publik ” sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Saya berharap dengan makalah ini dapat memberi banyak manfaat maupun inspirasi bagi para pembaca
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

Bab I. pendahuluan

 Latar belakang
 Rumusan masalah
 Tujuan pnulisan

Bab II. Pembahasan

 Desa di indonesia
 Penyelenggaraan kelembagaan desa
 Peraturan di desa
 Pembangunan kawasan perdesaan
 Administrasi desa
 Keuangan desa dan aset desa
 Pengelolaan keuangan desa
 Anggaran pendapatan dan belanja desa
 Pengelolaan aset desa
 Badan dan usaha milik desa

Bab III. Penutup

 Kesimpulan
Bab I
Pendahuluan
 Latar belakang

Pemerintah desa merupakan simbol formil kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa
sebagai badan kekuasaan terendah selain memiliki wewenang asli untuk mengatur rumah
tangga sendiri juga memiliki wewenang dan kekuasaan sebagai pelimpahan secara bertahap
dari pemerintah di atasnya. Pemerintahan desa diselenggarakan di bawah pimpinan
seorang kepala desa beserta perangkat desa yang membantunya untuk mewakili
masyarakat desa guna hubungan keluar maupun ke dalam masyarakat yang bersangkutan.
Pemerintahan desa memiliki peranan signifikan dalam pengelolaan proses sosial di dalam
masyarakat, tugas utama yang harus ditempuh pemerintah desa adalah bagaimana cara
untuk mengembangkan prinsip keterbukaan informasi kepada publik, memberikan
pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang
sejahtera, rasa tentram dan berkeadilan. Pemerintahan desa diharapkan harus mampu
mengembangkan peran aktif masyarakat agar senantiasa memiliki dan turut bertanggung
jawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai warga desa. Melalui Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2004 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah, undang- undang ini memberikan wacana dan paradigma
baru dalam upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
pengembangan pelayanan pemberdayaan, dan peran serta masyarakat dalam proses
pembangunan, serta daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip keterbukaan.
Perangkat desa sebagai salah satu unsur pelaku desa memiliki peran penting tersendiri
dalam mengembangkan kemajuan bangsa melalui desa. Perangkat desa merupakan bagian
dari unsur pemerintah desa yang terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya
yang merupakan aparatur desa dibawah naungan kepala desa. Perangkat desa yang
dimaksud biasanya jumlah dan sebutannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat yang biasa dikenal dengan sebutan kepala urusan
(KAUR), kepala seksi (KASI), dan unsure kewilayahan atau kepala dusun (KADUS) yang ada di
setiap pemerintahan desa. Perangkat desa dituntut dapat mengelola dan mengembangkan
masyarakat dan segala sumber daya yang kita miliki secara baik (Good Governance) yang
bercirikan demokratis juga desentralistis.

 Rumusan masalah
 Desa di Indonesia
 penyelenggaraan kelembagaan desa
 peraturan desa
 pembangunan kawasan perdesaan
 administrasi desa
 Keuangan desa dan aset desa
 Pengelolaan keuangan desa
 Anggaran pendapatan dan belanja desa
 Pengeelolaan aset desa
 Badan usaha milik desa
 Tujuan penulisan
 Untuk mengetahui desa di Indonesia
 Untuk mengetahui penyelenggaraan kelembagaan desa
 Untuk mengetahui peraturan desa
 Untuk mengetahui pembangunan kawasan perdesaan
 Untuk mengetahui administrasi desa
 Untuk mengetahui keuangan desa dan aset desa
 Untuk mengetahui pengelolaan keuangan desa
 Untuk mengetahui anggaran pendapatan belanja desa
 Untuk mengetahui pengelolaan aset desa
 Untuk mengetahui badan usaha milik desa
Bab II
Pembahasan
 Desa di Indonesia

Masyarakat Indonesia sedang menuju perubahan relasi, khususnya relasi antara pemerintah
(Negara) dan masyarakat. Perubahan ini mengandung unsur penguatan peran aktif warga;
khususnya peran warga (Desa) dalam pengambilan keputusan publik. Dengan kata lain,
demokrasi yang diprakarsai oleh warga semakin menguat seiring dengan tumbuhnya aneka
institusi atau lembaga penopang demokrasi di tingkat akar rumput; di perdesaan Banyak
institusi atau lembaga penopang demokrasi muncul di tengah masyarakat dalam bentuk
kelompok-kelompok petani, pemakai air, kepemudaan, perempuan, pembinaan anak usia dini,
peduli lingkungan, lembaga permusyawaratan masyarakat, dan lain-lain. Kemunculan institusi
atau lembaga-lembaga ini menunjukan bergersernya formasi bentuk pemerintahan yang
sentralistik menuju kekuatan yang semakin mendekat dengan warga (Desa). Warga mulai
bersemangat dalam memberikan aspirasi dan bertanggung jawab atas kehidupan di wilayah
mereka. Proses pergeseran ini menunjukan bahawa lembaga perwakilan warga dan pemerintah
bukan lagi menjadi satu-satunya penentu kebijakan public tetapi peran aktif dan partisipasi
warga (Desa)- lah yang mulai menjadi sistem untuk pengambilan keputusan, pemantau dan
penilai kinerja pemerintah dalam menyediakan pelayanan bagi warga (Desa).

 Penyelenggaraan kelembagaan desa

Menurut Undang- undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, terdapat enam lembaga Desa
yakni :

1. Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa);

2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD);

3. Lembaga kemasyarakatan;

4. Lembaga Adat;

5. Kerjasama Antar Desa; dan

6. Badan Usaha Milik Desa(BUMDes);

Dalam menyelenggarakan pembangunan Desa, Desa mendayagunakan lembaga- lembaga


seperti yang tersebut diatas, untuk pelaksanaan fungsi penyelenggaraan Pemerinthan Desa.,
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.

Masing-masing lembaga Desa tersebut memiliki kedudukan, tugas dan fungsi tertentu dalam
konstruksi penyelenggaraan pemerintah desa yakni:

1. Kedudukan suatu lembaga desa mencerminkan peran yang diemban oleh lembaga desa
tersebut;

2. Tugas dan kedudukan lembaga desa merupakan derivasi atau uraiaian lebih lanjut dari
kewenangan desa, sehingga seluruh kewenangan desa dapat diselenggarakan secara efektif
oleh lembaga- lembaga desa tersebut.

 Peraturan di desa

Peraturan ini berlaku di wilayah desa tertentu. Peraturan Desa merupakan penjabaran lebih
lanjut dari peraturan perundangundangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi
sosial budaya masyarakat desa setempat.

 Aturan Penyusunan Peraturan Desa dilarang bertentangan dengan kepentingan umum


dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Masyarakat berhak
memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau
pembahasan Rancangan Peraturan Desa.
 Aturan Turunan Untuk melaksanakan Peraturan Desa, Kepala Desa menetapkan
Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa. Nama istilah Peraturan Desa dapat
bervariasi di Indonesia.

 Pembangunan kawasan perdesaan

Pembangunan pedesaan adalah pembangunan berbasis pedesaan dengan mengedepankan


kearifan lokal kawasan pedesaan yang mencakup struktur demografi masyarakat,
karakteristik sosial budaya, karakterisktik fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian,
pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan
pemukiman. Fenomena kesenjangan perkembangan antar wilayah di suatu negara,
meliputi wilayah-wilayah yang sudah maju dan wilayah-wilayah yang sedang berkembang
memicu kesenjangan sosial antar wilayah. Salah satu faktor terjadi kesenjangan antara desa
dan kota karena pembangunan ekonomi sebelumnya cenderung bias kota (urban bias).
mencoba melakukan tindakan intervensi untuk mengurangi tingkat kesenjangan antar
wilayah dengan melakukan pembangunan pedesaan.

Skala prioritas pembangunan pedesaan yang berbasis pada pengembangan pedesaan (rural
based development), meliputi :

(1) pengembangan ekonomi lokal;

(2) pemberdayaan masyarakat;

(3) pembangunan prasarana dan sarana; dan

(4) pengembangan kelembagaan.

Selanjutnya, model intervensi terhadap proses pembangunan pedesaan bertumpu pada


pandangan yang menganggap bahwa pengkotaan pedesaan (rural urbanization) yang
berdasarkan pengembangan perkotaan dan pedesaan sebagai kesatuan ekonomi dan
kawasan serta pengembangan kegiatan pertanian secara modern melalui mekanisasi dan
industrialisasi pertanian dan penerapan standar pelayanan minimum yang sama antara desa
dan kota. Dalam intervensi pembanguan pedesaan digunakan analisis terhadap anatomi
desa sehingga tidak kontraproduktif dalam merealisasikan pembangunan pedesaan.
Anatomi tersebut mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik sosial- budaya,
karakterisktik fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-
kota, sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman sehingga dalam
pembangunan pedesaan berlandaskan pada kearifan lokal.

 Administrasi desa
Administrasi desa adalah keseluruhan proses kegiatan pencatatan data dan informasi
mengenai penyelenggaraan pemerintahan Desa pada buku Administrasi Desa.
Administrasi Desa ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri akan tetapi
teknis pelaksanaan dan pembinaan operasionalnya ditetapkan dengan Keputusan
Bupati. Untuk meningkatkan manajemen Pemerintahan Desa perlu dilakukan penataan
administrasi agar lebih effektif dan effisien, penataan administrasi merupakan
pencatatan data dan informasi dalam mendukung penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
maka perlu dilakukan langkah penyempurnaan terhadap pelaksanaan administrasi. Ada
beberapa pengertiani terkait Administrasi yakni ;
1. Administrasi Umum adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai
kegiatan Pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Umum di Desa
2. Administrasi Penduduk adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai
penduduk pada Buku Administrasi Penduduk di Desa
3. Administrasi Keuangan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai
pengelolaan Keuangan Desa pada Buku Adminitrasi Keuangan di Desa
4. Administrasi Pembangunan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
pembangunan yang akan, sedang dan telah dilaksanakan pada Buku Administrasi
Pembangunan di Desa.
 Keuangan desa dan aset desa

Keuangan Desa dalam Undang-Undang (UU) Desa diatur pada Bab VIII tentang Keuangan Desa
dan Aset Desa yang terdiri dari beberapa pasal. Secara umum, pembahasan mengenai
keuangan desa dapat dikelompokkan menjadi beberapa lingkup, yaitu:

1. Lingkup Keuangan Desa,

2. Pendapatan Desa,

3. Belanja Desa,

4. Penatausahaan Keuangan Desa,

5. Aset Desa.

Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli milik Desa, dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) atau perolehan Hak
lainnya yang sah.

Adapun jenis-jenis aset desa, ada aset desa yang bersifat stategis dan aset lainnya milik desa.
Hal ini dijelaskan dalam Permendagri No.1/2016 .
1. Aset Desa bersifat staregis
Jenis aset desa yang bersifat strategis dapat berupa:
 Tanah kas desa;
 Pasar desa;
 Pasar hewan;
 Tambatan perahu;
 Bangunan desa;
 Pelelangan ikan yang dikelola oleh desa;
 Pelelangan hasil pertanian;
 Hutan milik desa;
 Mata air milik desa;
 Pemandian umum; dan
 Lain-lain kekayaan asli desa.
2. Aset lainnya milik Desa
Aset lainnya milik desa antara lain:
 Kekayaan asli desa;
 Kekayaan milik desa yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa; 
 Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;
 Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan/atau
diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang, 
 hasil kerja sama desa, dan 
 Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lain yang sah. 

 Pengelolaan keuangan desa

Pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan proses kegiatan, yang meliputi perencanaan
dan penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban,
serta pengawasan keuangan desa.Pengelolaan keuangan desa dilakukan secara tertib dan
terencana yang ditetapkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).
Keuangan desa dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember.

 Anggaran pendapatan dan belanja desa

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) adalah peraturan desa yang memuat
sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun.
APBDesa terdiri dari pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan. Rancangan APBDesa
dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama Badan
Permusyawaratan Desa (BPD_ menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan Desa.

 Pendapatan Desa.

Yakni semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu)
tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Adapun Pendapatan Desa berasal
dari Pendapatan Asli Desa, yakni dari hasil usaha, hasil aset, swadaya, partisipasi dan gotong
royong dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.

 belanja Desa.

Yakni meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1
(satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja
Desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan desa. Adapun
klasifikasi belanja desa terdiri atas penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan
belanja tak terduga.

 Pengelolaan aset desa

Pengelolaan aset Desa ditentukan dalam Permendagri ini sebagai:


Pengelolaan Aset Desa merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan,
penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian aset Desa.

Aset Desa dalam ketentuan Permendagri ini adalah Aset Desa adalah barang milik Desa yang
berasal dari kekayaan asli milik Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APB Desa) atau perolehan Hak lainnya yang sah.

Pengelolaan aset Desa dipimpin oleh Kepala Desa dan dibantu Sekretaris Desa (pasal 4 dan 5
Pengelolaan Aset Desa). Dan Aset Desa yang berupa tanah ketika dipinjamsewakan harus
mendapat ijin tertulis dari Bupati.

 Badan usaha milik desa

Badan usaha milik desa yang sering disebut dengan BUMDes adalah sebuah lembaga usaha
desa yang dikelola oleh pemerintah desa juga masyarakat desa tersebut dengan tujuan untuk
memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi yang ada di
desa tersebut. Badan Usaha Milik Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk
kesejahteraan masyarakat desa. BUMDes harus lahir atas kehendak seluruh warga desa yang
diputuskan melalui Musyawarah Desa (Musdes). Musdes adalah forum tertinggi melahirkan
berbagai keputusan utama dalam BUMDes mulai dari nama lembaga, pemilihan pengurus
hingga jenis usaha yang bakal dijalankan. Pendirian dan pengelolaan BUMDesa adalah
perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara kooperatif,
partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel, dan sustainable.

Ciri-ciri dari BUMDes, antara lain :

1. Kekuasaan penuh di tangan desa, dan dikelola bersama masyarakat desa


2. Modal bersama yakni bersumber dari desa sebesar 51% dan dari masyarakat 49%,
dilakukan dengan cara penyerataan modal (saham atau andil).
3. Menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal untuk melakukan
kegiatan operasional. Proses operasionalisasi ini di kontrol bersama oleh
BPD,Pemerintah Desa dan anggota masyarakat.
4. Untuk bidang yang dipilih bagi badan usaha desa disesuaikan dengan potensi dan
informasi pasar.
5. Keuntungan yang diperoleh dari produksi dan penjualan ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat desa melalui kebijkan desa.
6. Pemberian fasilitas dan pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten, dan Pemrintah Desa.
BUMDes memiliki empat tujuan utama yakni :

1. Meningkatkan perekonomian masyarakat desa


2. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa
3. Mengoptimalkan potensi sumber daya alam untuk kebutuhan masyarakat
4. Menjadi alat pemerataan dan pertumbuhan ekonomi desa.
Bab III
Penutup
 Kesimpulan

Tata pemerintahan yang baik merupakan pelaksanaan poitik, ekonomi, dan administratif
dalam mengelola masalah-masalah bangsa untuk mencapai pembangunan yang stabil dan
relatif merata sesuai prinsip-prinsip good governance. Pemerintah desa sering kali
mengalami hambatan dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik, seperti kurangnya
keaktifan dari masyarakat itu sendiri. Namun di sisi dan bentuk yang lain, pemerintah desa
juga selalu berupaya untuk melakukan evaluasi dan perbaikan guna untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik di desa ini.

Anda mungkin juga menyukai