Anda di halaman 1dari 6

RESUME JURNAL PENELITIAN TERKAIT DENGAN SOSIAL BUDAYA PADA

KESEHATAN IBU DAN ANAK

Disusun Oleh:

Okta Anjelia Renopen

F0G021028

Dosen Pengampuh:

Asmariyah,S.ST,M.Keb

PRODI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2021/2022
Judul : Budaya Kehamilan Dan Persalinan Pada Masyarakat Baduy, Di Kabupaten
Lebak

Volume :

Tahun : 2018

Penulis : Vita Kartika, Rozana Ika Agustiya, Asep Kusnali

Latar Belakang

Di Kabupaten Lebak pada tahun 2018 tercatat 497 kasus kematian ibu dan bayi terdiri
dari 450 kematian bayi atau 19.7/1000 kelahiran hidup dan 47 kasus kematian ibu atau
195/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2017
dimana hanya 477 kasus kematian dengan rincian 437 kematian bayi atau 18.1/1000 kelahiran
hidup dan 40 kasus kematian ibu atau 166/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Kabupaten Lebak,
2018). Kondisi tersebut menyebabkan Kabupaten Lebak menempati urutan ketiga kematian ibu
di Provinsi Banten (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, 2017). Demikian juga pada
masyarakat Baduy pada tahun 2019 dari bulan Januari hingga September telah terjadi tiga
kematian ibu melahirkan.

Hasil riset etnografi menggambarkan bahwa masyarakat Baduy merupakan masyarakat


yang sangat patuh dan taat dalam melaksanakan budaya dan ritual dalam masa kehamilan dan
persalinan secara turun temurun. Salah satu ritual pada masa kehamilan yaitu tradisi ngaragap
beuteung dengan memijat bagian perut yang disertai dengan jampi-jampi untuk meminta
keselamatan ibu dan janin. Sedangkan budaya persalinan yang dilakukan yaitu persalinan yang
dilakukan sendiri tanpa penolong baik oleh dukun paraji maupun tenaga medis (Ipa, Prasetyo,
Arifin, & Kasnodihardjo, 2014). Budaya pada masa kehamilan dan persalinan tersebut dapat
memberikan dampak pada kesehatan ibu dan bayi di masyarakat Baduy. Penelitian ini dibatasi
pada Masyarakat Etnik Baduy Luar dengan menggali lebih mendalam budaya kehamilan dan
persalinan untuk menyingkap aspek soasial budaya terhadap kematian ibu melahirkan. Hasil
pendalaman tersebut untuk menentukan upaya intervensi kesehatan berbasis budaya dalam
membantu menurunkan AKI dan AKB di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang merupakan lanjutan riset etnografi
kesehatan pada etnis suku Baduy tahun 2012 di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Permasalahan yang ditemukan dalam riset tersebut dibatasi pada budaya kehamilan dan
persalinan yang kemudian ditindaklanjuti dengan riset intervensi kesehatan berbasis budaya
dalam dua tahap, yaitu tahun 2018 dan 2019. Penelitian dilakukan dengan metode Participatory
Action Research dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam (indepth
interview) dan diskusi kelompok (Focus Group Discussion). Data kuantitatif digunakan sebagai
penunjang dalam analisis yaitu berupa data sekunder dan formulir terstruktur. Informan dipilih
dengan teknik purposive sampling meliputi ketua adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat, tokoh pemuda, paraji, ibu hamil & ibu balita, bidan desa dan kader kesehatan. Validasi data
dilaksanakan dengan triangulasi dan analisis data dilakukan dengan analisis isi (content
analysis).

Hasil Penelitian

Aspek kehidupan masyarakat Baduy diselimuti dengan berbagai budaya dan ritual
termasuk upacara adat pada proses kehamilan dan persalinan. Hasil riset etnografi
menggambarkan bahwa masyarakat Baduy sangat patuh dan taat dalam melaksanakan budaya
dan upacara yang telah diturunkan dari leluhurnya hingga kini (Ipa et al., 2014).

Budaya persalinan di masyarakat Baduy yang saat ini masih terjadi adalah persalinan
yang dilakukan sendiri tanpa bantuan penolong persalinan. Saat proses persalinan sudah selesai,
penolong persalinan baru diperlukan perannya untuk memotong tali pusar, membersihkan bayi
atau saat ibu bersalin mengalami kesulitan dalam proses persalinan (Lestari & Agustina, 2018).
Budaya persalinan sendiri tersebut merupakan salah satu faktor permasalahan KIA di Kabupaten
Lebak, khususnya pada masyarakat Baduy. Bagi perempuan Baduy menjalani proses melahirkan
sendiri tanpa penolong atau pendamping di huma merupakan hal yang sudah biasa dilakukan,
karena mereka harus membantu suami bekerja di huma walaupun sudah menjelang kelahiran.

Simpulan

Pengetahuan perempuan Baduy tentang kesehatan pada saat kehamilan dan persalinan
masih rendah. Tidak adanya pendidikan formal yang diperbolehkan pada masyarakat Baduy
menyebabkan pengetahuan yang dimiliki perempuan Baduy juga rendah. Pengetahuan mengenai
kesehatan kehamilan dan persalinan merupakan pengetahuan yang diperoleh secara turun
temurun dan dipengaruhi oleh aspek sosial budaya yang selalu dilakukan seperti para leluhurnya.
Budaya persalinan sendiri di Baduy sudah terbiasa dilakukan oleh ibu hamil pada saat di huma.
Proses persalinan dilakukan sendiri dan pertolongan persalinan oleh dukun paraji merupakan
ritual yang harus ditaati dan dijalani secara turun temurun sampai saat ini. Kepatuhan dan
ketaatan pada budaya berakibat pada keterbatasan kesempatan pada ibu hamil Baduy untuk
mendapat pertolongan secara medis jika ada penyulit pada persalinannya. Untuk mewujudkan
keselarasan antara adatistiadat masyarakat Baduy dengan kebijakan terutama yang berkaitan
dengan upaya pelayanan kesehatan modern guna meningkatkan tingkat kesehatan seluruh
masyarakat Baduy dapat dilaksanakan dengan kerjasama yang sinergis antar lintas program dan
lintas sektor terkait dari SKPD di tingkat pusat maupun daerah. Saran Untuk membuka pola pikir
dan meningkatkan pengetahuan ibu hamil terkait kesehatan kehamilan dan persalinan, perlu
dilakukan pendekatan komunikasi efektif oleh tenaga kesehatan. Pendekatan yang dilakukan
harus secara sinergis dan berkesinambungan untuk menghasilkan perubahan sikap dan perilaku
terkait kesehatan kehamilan dan persalinan dengan cara melakukan pemeriksaan secara teratur
dari awal kehamilan hingga melakukan persalinan di fasilitas kesehatan oleh tenaga kesehatan.
Perlu peningkatan kompetensi pada tenaga kesehatan agar dapat melaksanakan komunikasi
efektif pada saat memberikan pelayanan kesehatan, sehingga bisa memberikan rasa nyaman pada
saat menolong persalinan. Dengan komunikasi efektif, tenaga kesehatan diharapkan lebih
mampu mengadakan pendekatan secara intensif untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan. Diperlukan upaya untuk menunjang
keberlangsungan pelayanan kesehatan pada masyarakat Baduy, dengan cara melakukan
penambahan fasilitas kesehatan terutama pada bungur yang mempunyai akses ke Puskesmas jauh
dan sulit dijangkau agar cakupan K1 dan K4 lebih optimal dan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan meningkat sehingga kematian ibu melahirkan dapat diturunkan.
Judul : Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan, Persalinan, dan
Pasca Persalinan (Studi di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara)

Volume : Vol.2,No.1 2007

Tahun : 2007

Penulis : Chriswardani Suryawati

Latar Belakang

Konsep Kesehatan Reproduksi yang diperkenalkan dalam Konferensi Internasional


Kependudukan dan Pembangunan di Kairo, Mesir, tahun 1994 yang menekankan kondisi
kesehatan yang lengkap tidak sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik, akan tetapi
meliputi aspek mental dan sosial, yang berkorelasi dengan bekerjanya fungsi sistem serta proses
reproduksi. Bertolak dari konsep kesehatan reproduksi tersebut, sasaran program kesehatan
reproduksi difokuskan pada wanita sepanjang masa reproduksinya atau wanita usia subur, yaitu
sejak wanita tersebut mendapatkan menstruasi pertama sampai dengan masa menopause (antara
15 tahun hingga 49 tahun), baik menikah maupun tidak menikah.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional dan merupakan penelitian survey dengan
pendekatan belah bintang (cross sectional). Lokasi penelitian adalah Kabupaten Jepara yang
merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang ditetapkan sebagai
daerah proyek Safe Motherhod. Kecamatan Bangsri dipilih sebagai daerah penelitian dimana
desa Bangsri dipilih karena karakteristik kota dan desa Bondo yang mewakili karakteristik desa.
Instrumen pengumpulan data adalah kuesioner terstruktur dan pedoman wawancara mendalam.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku yang kurang mendukung selama masa
nifas yaitu pantang makanan tertentu yang lebih dikaitkan dengan si bayi antara lain agar ASI
tidak berbau amis antara lain daging dan ikan laut. Kebiasaan kurang baik lainnya yang masih
ada yaitu bayi digedhong atau membungkus bayi dengan jarik (kain batik pelengkap busana
kebaya) agar bayi hangat dan diam. Bila hal ini dilakukan terus menerus akan berpengaruh pada
aktivitas bayi dan pertumbuhan tulangnya.

Simpulan

Praktik perawatan kehamilan, persalinan bayi dan nifas di lokasi penelitian telah banyak
mendukung upaya kesehatan reproduksi antara lain: periksa hamil. Bidan adalah pilihan pertama
sebagai penolong persalinan tetapi dukun bayi juga masih diminati. Peran suami cukup menonjol
dalam masa kehamilan, persalinan bayi dan nifas. Tradisi budaya Jawa seperti minum jamu,
pantang makanan tertentu, pijat untuk kebugaran ibu setelah melahirkan masih mereka jalankan.
Nuansa budaya Jawa tercermin pada berbagai ritual budaya yang diwarnai oleh agama (Islam)
yaitu mulai dari mitoni (munari), krayanan (brokohan), , resikan (walikan) dan kekahan
(aqiqah). Masih diperlukan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) yang terus menerus yang
bertujuan untuk mempertahankan praktek yang positif dan mengurangi/ menghilangkan
pemahaman nilai-nilai yang tidak mendukung kesehatan reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai