Anda di halaman 1dari 44

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu yang amat penting dalam melakukan aktifitas

sehari-hari, sehingga untuk menyelesaikan aktivitas maka diperlukan kesehatan

yang mencakup fisik, mental, dan sosial. Selain itu dalam kehidupan kita, hal itu

ditunjukan dalam aktivita kita sehari-hari tanpa sehat kita tidak akan bisa

melakukan aktivitas. Selain itu dengan keadaan sehat kita bisa melaksanakan

kehidupan yang optimal tanpa adanya gangguan dan keterbatasan.

Orang dikatakan tidak sehat itu apabila adanya suatu gangguan yang dirasakan

terhadap gerak dan fungsi tubuh. Salah satunya yang terjadi gangguan adalah pada

kaki dimana pada kaki dan pergelangan kaki merupakan penyanggah kuat badan

yang dinamis untuk melakukan gerak yang fungsional. Tetpi jika kaki kita

mngelami masalah hal tersebut dapat mengganggu kualitas kita dalam beraktivitas

dan berjalan dalam keseharian. Salah satu gangguanya adalalah Plantar Fasciitis.

Plantar Fasciitis adalah suatu peradangan pada plantar fascia. Pita tebal

fascia ini terletak di permukaan plantar kaki,terletak pada calcaneusdan sebagai

penunjang ke arah jari-jari kaki. Penguluran plantar fascia yang berlebihan

dapatmengakibatkan kerobekan kemudian menimbulkan suatuiritasi pada fascia

plantaris, tepatnya mengenai bagian anteromedial tuberositas calcaneus yang

terkadang dapat jugaterjadi pada bagian posterior calcaneus. (Salvo, 2014).

Plantar fascia adalah jaringan serat pita tebal aponeurosis yang menempel dari

tumit ke jari-jari kaki yang berasal pada medialcalcaneal tuberkulum, dan

1
membantu mendukung lengkungan padakaki. Selama peregangan berlangsung ada

tarikan yang berulangdalam jangka waktu lama sehingga menurunkan rasa sakit

danperadangan pada plantar fascia di tumit. Lengkungan karena bentukkaki, alas

kaki yang tidak mendukung atau peningkatan aktivitas,menekan fascia,

menyebabkan perubahan pada aponeurosis danmenimbulkan bengkak serta

peradangan.

Gangguan atau kelainan pada plantar fasciitis merupakan Salah satu

penyebab paling umum munculnya nyeri pada bagian tumit bawah. Diperkirakan

bahwa 11%-15% dari semua keluhan kaki yang membutuhkan perawatan medis

dapat dikaitkan dengan kondisi ini.

Data yang didapat dari National Health and Wellness Survey pada tahun 2013

bahwa prevalensi plantar fasciitis pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki, pada rentang usia 45-64 tahun didapatkan data 1,19% keluhan plantar

fasciitisdialami oleh wanita dan 0,47% pada laki-laki. Prevalensi angka kejadian

plantar fasciitis dilaporkan pada angka 8% sampai dengan 15% pada kategori

ankle and foot injury. Survey di Amerika Serikat menyebu tkan setiap tahun 2 juta

orang dengan rata-rata umur 40 – 60 tahun mendapatkan tindakan untuk kasus

plantar fasciitis dimana keluhan mereka adalah nyeri yang memburuk saat

pertama kali berjalan pada pagi hari dan setelah duduk dalam jangka waktu yang

panjang. Pada umumnya nyeri tidak menjalar dan tidak berhubungan dengan

gejala nyeri karena gangguan pada sistem saraf.

Penanganan pada kondisi plantar fasciitis banyak dilakukan seperti minum

obat pengurang rasa sakit seperti ibubproven,menggunakan plaster penyanggah,

2
untuk menopang bagian bawah kaki, menggunakan sol sepatu khusus (orthotic)

untuk membagi beban secara merata, dan fisioterapi.

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada

individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan

memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan

menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,

elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.

Fisioterapi baik secara manual ataupun dengan penggunaan alat guna dapat di

aplikasikan pada pasient salah satu penanganannya bisa di aplikasikan pada kasus

plantar fasciitis. Beberapa modalitas yang dapat diberikan untuk penurunan nyeri

adalah Infra Red, Ultrasound, terapi latihan dan lainnya. Namun penulis memilih

menggunakan ultrasound dan terapi latihan. Ultrasound menimbulkan efek

biologis,dalam penggunaan Ultrasound melalui penyerapan dari energi

Ultrasound yang dapat menghasilkan efek panas sehingga terjadi peningkatan

sirkulasi darah dan akan mengurangi tekanan peradangan pada plantar fascia

sehingga terjadi penurunan nyeri.

Selain menggunakan modalitas utrasound penulis juga menambahkan terapi

latihan. Terapi latihan merupakan suatu teknik yang digunakan fisioterapi untuk

memulihkan dan meningkatkan gerak dan fungsi. Terapi latihan menggunakan

gerak tubuh baik secara aktif maupunpasif untuk memelihara dan memperbaiki

kekuatan, ketahanan dankemampuan fungsi gerak, mobiltas dan fleksibilitas,

rileksasi dankoordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional. Tujuan

3
dariterapi latihan adalah meningkatkan aktifitas penderita danmeningkatkan

kemampuan penderita sehingga dapat beraktifitas normal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah penelitian

sebagai berikut :

“Apakah intervensi Utrasound dan Terapi Latihan dapat menurunkan nyeri

pada kasus Plantar Fasciitis ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada

kasus plantar faciitis dengan menggunakan modalitas Utrasound dan

Terapi Latihan dalam penurunan nyeri.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan ultrasound dan terapi

latihan dalam penurunan nyeri pada kasus plantar fasciiti.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai hal-

hal yang berhubungan dengan Penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus

plantar facitis.

1.4.2 Bagi Pasien

Untuk mengetahui bagaimana penanganan plantar fasciitis

4
BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Plantar Fasciitis

Gambar 2.1 Plantar Fasciitis

Plantar Fasciitis adalah suatu peradangan pada plantar fascia. Pita tebal

fascia ini terletak di permukaan plantar kaki, terletak pada calcaneus dan

sebagai penunjang ke arah jari-jari kaki. Penguluran plantar fascia yang

berlebihan dapat mengakibatkan kerobekan kemudian menimbulkan

suatuiritasi pada fascia plantaris, tepatnya mengenai bagian antero medial

tuberositas calcaneus yang terkadang dapat jugaterjadi pada bagian posterior

calcaneus.

Plantar fascia adalah jaringan serat pita tebal aponeurosis yang menempel

dari tumit ke jari-jari kaki yang berasal pada medial calcanealis tuberkulum,

dan membantu mendukung lengkungan pada kaki. Selama peregangan

berlangsung ada tarikan yang berulang dalam jangka waktu lama sehingga

menurunkan rasa sakit dan peradangan pada plantar fascia di tumit.

Lengkungan karena bentuk kaki, alas kaki yang tidak mendukung atau

5
peningkatan aktivitas, menekan fascia, menyebabkan perubahan pada

aponeurosis dan menimbulkan bengkak serta peradangan. Pengulangan

tarikan dari plantar fascia terkait dengan lengkungan yang berlebihan saat

penurunan diduga menyebabkan rasa sakit yang kronis dan peradangan pada

bagian plantar fascia di tumit. Bahkan, peningkatan ketegangan pada tumit

diyakini begitu besar sehingga dapat menyebabkan pembentukan heel spurs.

Peradangan adalah respon tubuh terhadap cedera jaringan yang terjadi

akibat tekanan, gesekan, beban berulang dan trauma eksternal.Trauma

dikaitkan dengan perdarahan yang menyebabkan pembengkakan dan

peningkatan tekanan. Selain itu peradangan juga mengakibatkan kekakuan

pada otot gastrocnemius dan soleusmembatasi gerakan fleksipada ankle dan

menimbulkan pronasisubtalar yang berlebihan. Akibatnya adalah terjadi stres

dan penekanan pada plantar fascia. Kelemahan dari otot-otot intrinsik kakidan

yang utama yaitu otot tibialis posterior pada tumit, penambahanberat badan

atau aktivitas yang berat, kekurangan proprio-sepsi. Haltersebut akan

mengakibatkan tarikan pada plantar fascia, sehingga terjadi kerobekan dan

timbul iritasi pada plantar fascia. Kurangnya fleksibilitas plantar fascia

menyebabkan daya regang plantar fascia menurun dan akibatnya plantar

fascia mudah mengalami cedera. Aktifitas seperti berdiri atau berjalan yang

lebih lama dibanding biasanya akan menimbulkan over-stretch pada struktur

plantar fascia. Deformitas seperti pes cavus atau pes planus menimbulkan

perubahan alignment dari calcaneus sehingga mempengaruhi arcus plantaris

dalam aktifitasnya menumpu berat badan saat derdiri atau

berjalan.Penggunaan alas kaki yang keras menimbulkan penekanan pada

6
plantar fascia. Berat badan yang berlebihan akan memberikan bebanyang

besar pada kaki terutama daerah tumit yang menerima persentase tekanan

yang besar sehingga origo struktur plantar fascia mengalami penekanan.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Pergelangan Kaki

2.2.1 Tulang

Bagian distal dari tulang tibia dan fibula berartikulasi dengan

tulang tarsal pada pergelangan kaki yang membentuk struktur kaki. Yang

termasuk tulang tarsal adalahcalcaneus, talus, navicular, cuneiform 1,

cuneiform 2, cuneiform 3 dan cuboid, hampir sama dengan tulang carpal

pada tangan. Dikarenakan menumpu beban yang besar maka bentuk dan

ukurannya lebih luas. Kaki memiliki persendian yang kompleks dengan 7

tulang tarsal, 5 tulang meta tarsal dan 14 tulang phalang yang menopang

beban tubuh ketika berdiri, berjalan dan berlari.

Gambar 2.2 Tulang pada Angkle

7
2.2.2 Sendi

Secara fungsional, terdapat tiga sendi kompleks pada kaki: 1)

articulatio subtalaris klinis di antara talus dan calcaneus, dimana inversi

dan eversi terjadi di sekitar aksis oblik; 2) articulatio tarsalis transversa,

dimana kaki tengah dan depan berputar sebagai satu kesatuan pada kaki

belakang di sekitar aksis longitudinal, yang menambah inversi dan eversi;

dan 3) sendi lain pada kaki, yang memungkinkan platform pedal (kaki)

membentuk arcus transversus dan longitudinalis dinamis. Arcus

memberikan daya pegas yang diperlukan untuk berjalan, berlari, dan

melompat, dan dipertahankan oleh empat lapis topangan pasif, topangan

fibrosa ditambah topangan dinamis yang diberikan oleh otot intrinsik kaki

dan tendo M. flexor, tibialis, dan fibularis longus.

Gambar 2.2 angkle Joint

8
2.2.3 Otot

Tabel 2.2 Origo, Insersio, dan Fungsi

No Nama Otot Origo Insetio Fungsi


1 gastronecmius Femur (medial Tendon calcaneus Gerakan yang

condyle, popliteal ditimbulkan

surface), (lateral yaitu plantar

condyle) flekxi
2 Saleus Fibula (caput fibulae) Tendon calcaneus Gerak yang

dan Tibia (popliteal ditimbulkan

line) yaitu plantar

flexi
3 Tibialis Anterior Tibialis Anterior Cuniform 1, Gerak yang

metatarsal 1 ditimbulkan

yaitu

dorsoflexi dan

inversi
4 Peroneus Longus Condylus lateral Metatarsal Gerak yang

tibia 1,Cuniform 1 yang yang

ditimbulkan

yaitu

plantarflexi,

dosrsoflexi

daneversi
5 Peroneus Brevis Gerakan

dorsofleki

9
6 Extensor digitorum Ventral fibula, prox 4 tendonphalanx Gerakan

longus capt fibula, dan medial dan distaljari ekstensi jari

membran interossea 2-5 kaki 2 dan 5

7 Extensor hallucis Facies anterior Phalanx distal jari1 Gerakan

longus fibula dan ekstensi jari

membraninterossea kaki 1

2.2.4 Ligament Ankle

Secara anatomi struktur ligament dari sendi ankle adalah sebagai berikut :

1. Posteriortalofibular ligament adalah ligamen yang melekat pada posterior

tulang talus dan fibula.

2. Calcaneofibular ligament adalah ligamen yang melekat pada tulang

calcaneus dan fibula.

3. Anterior talofibular ligament adalah ligamen yang melekat pada anterior

tulang talus dan fibula.

4. Posterior tibiotalar ligament adalah ligamen pada posterior tulang tibia.

5. Tibiocalcaneal ligament adalah ligamen yang melekat pada tulang tibia

dan calcaneus.

6. Tibionavicular ligament adalah ligamen yang melekat pada tulang tibia

dan navicular.

7. Anterior tibiotalar ligament adalah ligament yang melekat pada anterior

tulang tibia dan talus.

10
Gambar 2.2 Ligament Sendi Ankle

2.2.5 Saraf

Persarafan pergelangan kaki berasal dari plexus lumbalis dan

plexus sacralis. Persarafan otot yang berfungsi mengontrol pergerakan

pergelangan kaki berasal dari n. tibialis, n. fibularis profundus dan n.

fibularis superficialis.Sedangkan saraf sensorisnya berasal dari n. suralis

dan n. saphenus.

2.3 Etiologi Plantar Fasciitis

Ada beberapa faktor penyebab pada kasus fasciitis plantaris. Beberapa

faktor tersebut antara lain yaitu faktor anatomi, faktor biomekanik, dan faktor

lingkungan. Contoh pada faktor anatomi termasuk arcus yang rendah atau pes

planus, arcus yang tinggi atau pes cavus, dan tekanan tubuh yang berlebih

atau obesitas. Pada faktor biomekanik termasuk tightness pada tendon

achilles, kelemahan flexor plantar fascia. Pada faktor lingkungan bisa

disebabkan oleh trauma, dan aktivitas yang berlebih.

2.4 Patofisiologi Plantar Fasciitis

11
Secara aktual patofisiologi dari plantar fasciistis berawal dari stress yang

menyebabkan penguluran yang berlebihan dari plantar fascianya. Faktor yang

menyebabkan yaitu kurangnya fleksibilitas dari plantar fascia dan tightness

otot-otot gastroc atau saleus. Lemah dari otot-otot instrunsik kaki dan yang

utama yaitu m.tibialis posterior pada ankle, penambahan berat badan atau

aktivitas yang berat, kekurangan propiosepsi adanya deformitas dari struktur

kaki, seperti : pes cavus dan flat foot. Hal tersebut akan mngekibatkan tarikan

pada fascia sehingga terjadi kerobekan dan timbul iritasi pada fascia

plantarisnya.

2.5 Penyebab dan Faktor Pemicu Plantar Fasciitis

Masalah utama penyebab plantar fasciitis umumnya berdasarkan

klasifikasi bagian dari tumit yang terasa nyeri yaitu penyakit pada calcaneus

(Osteomyelitis, tumor, paget's disease),arthritis pada persendian subtalar,

post calcaneus bursitis, rufture tendon calcaneus, paratendinitis calcaneus,

tender heel paddan plantar fasciitis)). Faktor yang mempengaruhi plantar

fasciitis yaitu:

1. Pola kaki datar terjadi gerakan pronasi sehinggaterjedi pemegangan

fasciasisi medial.

2. Lengkungan kaki yang tinggi, sehingga mengakibatkan pemendekan pada

laseaa plantaris.

3. Pola hidup memiliki penggaruh yang besar terjadinya Basciitis plantaris

seperti; kebiasaan berdiri dalam jangka waktu yang lamadankebiasaan

berjalan jauh dengan menggunakanalas kaki yang keras.

Sedangkan faktor lainnya adalah :

12
1. Obesitas menyebabkan penumpuan berat beban yang besar pada

kaki,terutama daerah tumit yang menerima persentase tekanan

yang besarsehingga perlekatan struktur fasia mengalami penekanan

berlebihan.

2. Over use plantar fasciaakan menyebabkan penguluran yang

berlebihan pada fascia plantaris.

3. Pada degenerative terjadi penurunan healing respon dan

penurunanelastisitas jaringan sehingga mempengaruhi kelenturan

fascia plantaris.

Selain faktor di atas juga terdapat faktor berupa bentuk telapak kaki. Kaki

pes cavum memiliki tekanan yang berlebih pada fascia plantaris selama heel

strikeke midstance, sedangkan kaki yang pes planus akan memberikan

penekananpada fascia selama midstanceke terminal stance dan juga pada saat toe

off.

Sedangkan bentuk pada kaki flat foot atau pronated flat dapat

menimbulkan perubahan liganment dari calcaneus sehingga mempengaruhi arkus

plantaris dalam aktifitassaat menumpu berat badan ketika berdiri atau berjalan.

Bentuk kaki flat foot disebabkan otot-otot intrinsik plantaris tidak memadai yang

mengakibatkan terlalu teregangnya ligamen sehingga arcus plantaris menjadi

collaps. Bila hal ini teijadi, maka talus pronasi dan dapat tergeser ke medialis dari

calcaneus, Pada akhirnya dapat merubah bentuk susunan ossa tarsi yang terlibat

os.Calcaneus, os.Naviculare dan os. Cuboideum

13
2.6 Tanda dan Gejala

fasciitis plantaris adalah nyeri tajam dibagian dalam telapak kaki di daerah

tumit. Nyeri tumit yang cenderung bertambah buruk pada beberapa langkah

pertama setelah bangun tidur, pada saat naik tangga atau pada saat jinjit, nyeri

tumit setelah berdiri lama kemudian bangkit dan berjalan. Area nyeri terdapat

di bagian medial atau lateral calcaneus atau dibagian lunak dari apponeurosis

plantaris dari bagian inferior tuberositas di calcaneus.

Fasciitis plantar menyebabkan nyeri seperti ditusuk atau rasa terbakar

yang biasanya bertambah buruk pada pagi hari karena fascia mengencang

(berkontraksi) sepanjang malam. Segera setelah kita berjalan-jalan beberapa

saat, nyeri yang disebabkan oleh plantar fasciitis ini biasanya berkurang,

tetapi mungkin akan terasa nyeri kembali setelah berdiri beberapa lama atau

setelah bangun dari posisi duduk.

2.7 Pemeriksaan

Proses pemeriksaan diawali dengan anamnesa pasien. Diperoleh data

pasien mengeluhkan ada nya nyeri dibagian medial atau lateral tumit. Setelah

itu dilakukan pemeriksaan fisik berupa tes cepat, positif nyeri gerak saat

gerakkan dorsal fleksi ankle. Dalam inspeksi dinamis diperoleh antalgic gait.

Tes khusus berupa stretch test dilakukan pada posisi dorsal fleksi ankle,

dan hasil didapat nyeri regang pada fascia plantaris. Palpasi dilakukan

didaerah fascia plantaris diperoleh titik nyeri tekan pada sisi medial atau

lateral dari tuberositas calcaneus.

14
2.8 Nyeri

2.8.1 Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau

yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu

pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena inidapat berbeda

dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar,

tajam), durasi (transien, intermiten,persisten), dan penyebaran (superfisial atau

dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri

memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam suatu

bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflex menghindar dan

perubahan output otonom.

Nyeri adalah suatu masalah yang membingungkan. Selain itu nyeri

merupakan alasan tersering yang dikeluhkan pasien ketika berobat kedokter.

Banyak institusi sekarang menyebutnyeri sebagai tanda vital kelima (fifth vital

sign), dan mengelompokkannya bersama tanda-tanda klasik seprti : suhu, nadi,

dan tekanan darah. Milton mengatakan “Pain is perfect miserie, the worst /of

evil. And excessive, overture / All patience”. Sudah menjadi kewajaran bahwa

manusia sejak awal berupaya sedemikian untuk mengerti tentang nyeri dan

mencoba mengatasinya.

Berdasarkan mekanisme nyeri, nyeri dapat dibedakan menjadi 3 jenis

nyeri :

1. Nyeri fisiologis, nyeri terjadi akibat stimulasi singkat yang tidak

merusak jaringan.Ciri dari nyeri fisiologis ini adalah terdapat

15
korelasi postif antara kuatnya stimulasi dan persepsi nyeri.

Semakin kuat stimulasi yang di berikan, maka semakin berat nyeri

yang dialami.

2. Nyeri inflamasi, nyeri terjadi akibat stimulasi yang dapat merusak

jaringan. Jaringan tersebut mengalami inflamasi sehingga

menyebabkan komponen nosiseptif berubah dan mengeluarkan

meiator inflamasi seperti : bradikinin, leukotrin, prostaglandin,

purin, dansitokinyang bisa mengativasi nosiseptor secara langsung

maupuntidak langsung. Aktivasi pada nosiseptor menyebabkan

stimulasi nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia.

3. Nyeri neuropatik, nyeri yang disebabkan adanya disfungsi primer

ataupun lesi pada saraf. Lesi pada saraf tersebut menyebabkan

perubahan khusunya pada serabut saraf aferen, sehingga

menimbulkan gangguan keseimbangan.

2.8.2 Patofisiologi Nyeri

Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu

nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral,

eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi.

Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat

empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

1. Transduksi

Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen

menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls

nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu

16
serabut A-beta, A-delta, dan C. Serabut yang berespon secara maksimal

terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar

nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor,

juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang

tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator

inflamasi

2. Transmisi

Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju

kornu dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik

menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima

aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis

medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron

spinal.

3. Modulasi

Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain

related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula

spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor

opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis.

Sistemnosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks

frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan

medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses

inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok)

sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.

4. Persepsi

17
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi

merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi,

aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah

organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh

yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam

kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial

merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis,

reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak

bermiyelin dari syaraf aferen.

2.8.3 Mekanisme Timbulnya Nyeri pada Kasus Plantar Fasciitis

Pengaturan nyeri pada tingkat saraf perifer, yaitu berupa sensasi yang

dihantarkan oleh serabut saraf nyeri yaitu serabut Aδ dan C. Rangsangan nyeri

ini bisa timbul akibat adanya gangguan metabolik dan penjepitan pada

polimodal disekitar jaringan. Pada fasciitis plantaris diawali karena adanya

iritasi pada jaringan lunak disisi tempat perlekatan plantar aponeurosis yang

letaknya dibawah tuberositas calcaneus. Pada kondisi ini akan terjadi iritasi

pada tendon fascia plantaris akibat penekanan dan penguluran yang

berlebihan karena fascia plantaris ini merupakan penutup semua struktur

jaringan lunak pada kaki maka apabila teriritasi akan menimbulkan kerusakan

pada jaringan lunak.

Nyeri pada plantar fasciitis merupakan jenis nyeri inflamasi karena

plantar fasciitis merupakan proses inflamasi akibat adanya stress mekanik.

Adanya penekanan dan gaya regang yang konstan dan berulang menyebabkan

fascia mengalami iritasi pada tendon periosteal atau kerobekan pada tempat

18
perlekatannya sehingga timbul inflamasi. Inflamasi dapat dikatakan

sebagaipenyebab utama dari nyeri pada plantar fasciitis. Proses inflamasi

menyebabkan jaringan di sekitar lesimem produksi mediator inflamasi yang

dapat menyebabkan aktivasinosiseptor sehingga merangsang serabut saraf

afferen bermyelin tipis (serabut saraf A delta dan tipe C). Impuls tersebut

dibawa ke ganglia akar saraf dorsalis dan merangsang produksi'T" substance

yang memicu terjadinya reaksi radang. Kemudian impuls tersebut dibawa ke

cornudorsalis medula spinalis dan dikirim ke level SSP yang lebih tinggi

melalui traktus spinothalamicus. Pada level SSP yang lebih tinggi (corteks

sensorik, hipothalamus & limbik system) impuls tersebut mengalami proses

interaksi yang kemudian menghasilkan suatu perasaan subyektif yang dikenal

dengan persepsi nyeri.

2.9 Modalitas Fisioterapi

2.9.1 Ultrasound

1. Definisi Ultrasound

Terapi ultrasound (US) adalah salah satu jenis terapi dalam bidang

Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang menggunakan gelombang

suara/ultrasound dengan frekuensi gelombang suara yang tidak dapat

didengar oleh telinga manusia yaitu dengan frekuensi >20.000 kali per

detik/Hertz (Hz) untuk tujuan terapi dalam bidang rehabilitasi

muskuloskeletal. Pembagian frekuensi gelombang suara berdasarkan

kemampuan telinga manusia dalam mendengar gelombang suara atau

dibagi menjadi:

a. Infrasonik dengan frekuensi (< 20 Hz)

19
b. Audiosonik (20-20,000 Hz)

c. Ultrasonik (20.000 Hz)

Ultrasound menggunakan gelombang suara dengan getaran

mekanis membentuk gelombang longitudinal dan berjalan melalui

medium tertentu dengan frekuensi yang bervariasi. Pada

prakteknya frekuensi yang umum digunakan antara 0.7 MHz dan 3

MHz.Peralatan yang dipergunakan pada terapi ultasound adalah

generator penghasil frekuensi gelombang yang tinggi, dan

transducer yang terletak pada aplikator. Transducer terbuat dari

kristal sintetik seperti barium titanate atau sirkon timbal titanat

yang memiliki potensi piezeloelectricyakni potensi untuk

memproduksi arus listrik bila dilakukan penekanan pada kristal.

Pada saat penggunaan ultrasound, frekuensi rendah biasanya di

gunakan dan disarankan pada cidera jaringan yang dalam, dengan

daya serap dengan kedalaman jaringan 3-5 cm, sedangkam dengan

frekunsi 3 Mhz biasanya di gunakan pada lesi superfisial dengan

kedalaman jaringan 1-2 cm. Pada saat gelombang ultrasound

masuk kedalam tubuh, maka akan terjadi efek termal dan mekanik

dalam tubuh. Pengaruh termal dari ultrasoundyaitu memperlambat

dan mengurangi nyeri,peningkatan jaringan relaksasi, aliran darah

lokal, dan kerusakan jaringan parut danmembantu mengurangi

peradangan pembengkakan dan kronis lokal. PengaruhEfek

mekanisdari ultrasound adalah adanya pengaruh dari kavitasi dan

streaming akustik pada ultrasound memberikan dampak fisiologis

20
padajaringan berupa degranulasi sel mast, peningkatan kadar

kalsium intraseluler, stimulasi aktivitas fibroblast mengakibatkan

peningkatan sintesis protein, peningkatan permeabilitas pembuluh

darah dan peningkatan kekuatan tarikan kolagen.

Dampak ultrasound antara lain mengurangi inflamasi,

meningkatkan metabolisme local, mengurangi nyeri otot dan

spasme, mempercepat penyembuhan serta meningkatkan

ekstenbilitasscars tissue. Waktu penggunaan ultrasound kira-kira

selama kurang lebih 3-5 menit, tergantung dari luas area yang

mengalami gangguan.Pemberian modalitas ultrasound yang terlalu

lama dapat menyebabkan mikrotrauma jaringan.

Intensitas penggunaan ultrasound di nyatakan dalam satuaan

watt per sentimeter persegi (W/cm2). Yang biasanya digunakan

dalam praktek fisioterapi dalam penggunaan modalitas ultrasound

adalah dengan intensitas 0,5 W/cm2sampai dengan 2 W/cm2.

2. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi

1.Pemendekan otot atau spasme otot.

2. Pemendekan jaringan lunak lain seperti kapsul sendi, ligamen, dan

tendon yang menyebabkan keterbatasan gerak sendi dan nyeri.

3. Peradangan sendi dan jaringan lunak sekitar sendi.

4. Nyeri sendi dan jaringan lunak sekitar sendi.

5. Luka yang sulit sembuh.

21
6. Trauma pada sendi dan jaringan lunak sekitar sendi.

7. Entrapment syndrome yaitu terjepitnya saraf tepi oleh jaringan

lunak pada sendi-sendi tertentu. Misalnya: Carpal Tunnel

Syndrome (CTS).

8. Stimulasi pertumbuhan tulang pada patah tulang.

9. Membantu memasukkan obat-obat topikal atau yang dioles sebagai

media transmisi terapi ultrasound sehingga obat-obat tersebut akan

masuk lebih dalam mencapai target terapi dan efektif. Terapi

ultrasound jenis ini disebut Phonophoresis.

10. Beberapa penelitian terbaru juga mengatakan terapi ultrasound

dapat membantu resorpsi penumpukan kalsium di tendon otot-otot

bahu, meskipun mekanisme kerja sebenarnya belum diketahui

secara pasti.

Kontraindikasinya meliputi:

1. Tumor atau kanker.

2. Kehamilan.

3. Menggunakan alat pacu jantung.

4. Menggunakan komponen plastik atau bahan methylmethacrylate

cement atau sering disebut joint cement pada daerah sendi sebagai

prosthesis pada operasi penggantian sendi.

5. Gangguan perdarahan terutama thrombophlebitis.

6. Terapi Ultrasound tidak boleh diberikan pada daerah mata dan

organ reproduktif.

22
7. Pada penderita pasca operasi saraf tulang belakang atau HNP

dengan metode laminektomi di atas level L2, pada keadaan ini

terapi ultrasound tidak diberikan dekat atau pada area laminektomi

karena saraf tulang belakang pada daerah ini lebih terbuka.

8. Pemasangan silikon pada payudara.

3. Mekanisme Ultrasound pada Plantar Fasciitis

Ultrasound menghasilkan Efek thermal yang akan menimbulkan

vodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi perbaikan sirkulasi darah

pada fascia sehingga zat-zat iritan penyebab nyeri dapat terangkut dan

masuk kembali ke dalam aliran darah. Dengan hilangnya zat-zat iritan

tersebut maka sensasi nyeri juga akan berkurang.

Efek Mekanik menimbulkan Micromassageyang dapat melunakkan

abnormal crosslinkyang terdapat pada fascia dan serabut otot sehingga

dapat melepaskan perlengketan jaringan. Dengan terlepasnya

perlengketan jaringan maka akan mengurangi iritasi serabut saraf A

delta dan tipe Csehingga nyeri akan berkurang, terjadinya

penyembuhan jaringan yangmengalami kerusakan.

4. Prosedur terapi ultrasound :

1. Terapis akan memposisikan bagian yang akan diterapi senyaman

mungkin.

2. Terapis akan melakukan pengaturan dosis alat ultrasound.

3. Terapis akan memberikan gel di atas kulit yang akan diterapi

ataupun obat-obatan topikal tertentu dicampur dengan gel

23
ultrasound pada terapi Ultrasound Phonophoresis, kemudian mulai

melakukan terapi dengan gerakan probe melingkar atau maju

mundur pada daerah tersebut.           

Penentuan dosis terapi

Dalam menentukan dosis terapi harus diperhatikan faktor-faktor di

bawah ini :

1. Kemungkinan memilih frekuensi yang berbeda

2. Kemungkinan memilih gelombang kontinyu atau terputus-putus.

Gelombang terputus-putus akan memberikan dosis yg rendah

3. Bila efek panas yang kita inginkan untuk tujuan terapi, lebih baik

dipilih gelombang kontinyu

4. Jaringan mana yang akan diterapi serta bagaimana aktualitas

kondisinya.

5. Prinsip menggunakan terapi ultrasound tidak boleh terjadi rasa sakit

di jaringan.

6. Jika setelah pemberian terapi timbul sakit kepala, pusing, mupun

reaksi vegetati yang lain, maka terapi berikutnya harus diberikan

intensitas yang lebih rendah.

7. Lamanya terapi, banyak pendapat yg mengemukakan tentang hal

ini.

8. Waktu terapi, sangat tergantung dari kondisi penyakit. Pada

penyakit-penyakit aktualitas tinggi (akut) sebaiknya diterapi minimal

24
setiap hari.Kondisi aktualitas rendah (kronis) diterapi 2 sampai 3 kali

perminggu.

2.9.2 Terapi Latihan

1. Definisi Terapi Latihan

Terapi latihan merupakan suatu teknik yang digunakan

fisioterapi untuk memulihkan dan meningkatkan gerak dan fungsi.

Pelaksanaan terapi latihanmenggunakan gerak tubuh baik secara

aktif maupun pasif untuk memelihara dan memperbaiki kekuatan,

ketahanan dankemampuan fungsi gerak, mobiltas dan fleksibilitas,

rileksasi dankoordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional.

Tujuan dariterapi latihan adalah meningkatkan aktifitas penderita

dan meningkatkan kemampuan penderita sehingga dapat

beraktifitas normal.

2. Manfaat Terapi Latihan

Berikut ini beberapa keadaan yang umumnya dapat

diperbaiki dengan terapi latihan :

a. Mengurangi nyerib.

b. Mengurangi kelemahan dan penurunan ketahanan ototc.

c. Meningkatkan jangkauan gerak yang dapat dikarenakan

oleh kekakuan kapsul sendi maupun pengurangan

panjang otot.

Tehnik terapi latihan ini diberikan selama 15 menit di setiap

pengobatan sebanyak 5 kali setiap 2-3 hari sekali selama 2 minggu.

25
Tehnik terapi latihan yang digunakan dalam hal menurunkan rasa nyeri

penderita Plantar Fascitis. Pada penelitian ini terapi latihan yang

digunakan adalah: Latihan Wall Stretches, Latihan Towel Stretching, dan

Calf Raises. . latihan ini akan meregangkan tumit. Tahan posisi ini selama

10 detik. Ulangi setidaknya 10 kali.

1. Latihan walk stretches

walk stretches adalah latihan ini membantu meregangkan salah

satu otot betis yang disebut gastrocnemius tersebut. Posisi berdiri tepat

menghadap dinding yang kokoh, berdiri sekitar dua sampai dengan tiga

kaki dari tembok. Outstretch lengan untuk bersandar ke dinding. Salah

satu kaki yang mengalami nyeri tungkai bawah dibelakang dan yang

lainnya didepan seperti posisi kuda-kuda. Luruskan lutut (pada kaki yang

lebih jauh ke belakang) sampai merasakan peregangan di bagian belakang

betis. Dorong tembok, jadikan kaki yang depan sebagai tumpuan,

kemudian diminta membungkuk ke depan sambil menjaga tumit kaki

belakang di lantai sampai merasakan peregangan di betis dan atau daerah

achilles. Tahan posisi itu selama 30 detik. Mulailah melakukan 3 set 10

latihan hingga melakukan 3 set 30 latihan. Cobalah untuk melakukan

latihan tiga kali per hari.

26
Gambar 2.9 walk streches

2. Latihan Towel Stretching

Towel stretch adalah latihan peregangan dengan handuk membantu

meningkatkan dorsofleksi pergelangan kaki dan peregangan otot betis.

Duduklah di lantai atau di tempat tidur dan lutut tetap lurus. Lipat

handuk persegi panjang, lingkarkan handukpada kaki bagian bawah

dimana bagian tengah handuk ditelapak kaki dan bagia ujung kanan serta

kiri digenggam oleh tangan. Kemudian tarik handuk kembali sampai

mulai merasakan peregangan pada otot betis. Tahan posisi selama 30

detik. Mulailah melakukan 3 set 10 latihan Anda hingga melakukan 3 set

30 latihan. Cobalah untuk melakukan latihan tiga kali per hari.22

Gambar 2.5 towel streching

27
3. Latihan Calf Raises

Calf raises adalah latihan penguatan otot di bagian bawah ankle

yang menggunakan beban tubuh sendiri. Latihan ini dapat

memaksimalkan kekuatan otot dan mempengaruhi peningkatan tonus

otot. Selain itu latihan calf raises juga mengaktivasi propioceptif. Latihan

calf raises dapat mengembalikan gerakan pasien setelah pasien

mengalami cedera. Dan latihan calf raises dapat meminimalisasi cedera

ulang kembali terhadap pasien tersebut. Latihan calf raise sbertujuan

untuk menciptakan lenghening dari achiles, tendon, atau calf musclese

hingga dapat melepas abnormal crosslink, sehingga nyeri berkurang,

stabilisasi anklemenurun dan menigkatkan fleksibilitas ankleyang

umumnya semakin lemah sehingga terjadinya peningkatan berjalan.

2.9 Gambar Callf Raises

Gerakan calf raises terdiri dari gerakan plantar fleksi dan dorso fleksi.

Pada saat melakukan gerakan calf raises, otot-otot ankleyang bekerja adalah

m.Gastrocnemius, m.Soleus ,dan m.Gluteus maximus. Otot-otot stabilisasi pada

28
gerakan dorso fleksi ankle pada peregangan maksimal adalah m.Tibialis anterior.

Sedangkan otot yang menstabilisasi pada gerakan plantar fleksi anklepada saat

gerakan menjinjit adalah m.Gastrocnemius, m.Soleus,dan tendon achiles.

Manfaat pemberian latihan calf raises pada ankle yaitu :

a. Meningkatkan stabilitas dan keseimbangan ankle.

b. Meningkatkan fungsi sensorimotor dan propioceptif.

c. Mempertahankan kekuatan otot ankle.

d. Meningkatkan fleksilitas ankle.

e. Membentuk dan mengencangkan otot tungkai bawah.

f. Memelihara sistem sirkulasi

Prosedur pemberian calf raises:

a. Sebelum melakukan latihan calf raises, pasien diberi penjelasan

bagaimana cara melakukan latihan calf raises dengan benar.

b. Siapkan blok kayu atau gunakan anak tangga sebai tempat untuk

melakukan standing calf raises

c. Kemudian terapist mengawasi dan memberi contoh bagaimana latihan

calf raises terhadap pasien.

2.10 Alat Ukur

2.10.1 VAS (Visual Analogue Scale)

Visual Analogue Scale (VAS) merupakan alat pengukuran intensitas nyeri

yang dianggap paling efisien yang telah digunakan dalam penelitian dan

pengaturan klinis.6 VAS umumnya disajikan dalam bentuk garis horisontal.6

Dalam perkembangannya VAS menyerupai NRS yang cara penyajiannya

29
diberikan angka 0-10 yang masing-masing nomor dapat menunjukkan

intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien.

Gambar 2.10 Visual Analogue Scale

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7-9 : Nyeri berat terkontrol

10 : Nyeri berat tidak terkontrol

30
2.11 Kerangka Berfikir

Usia dan Jenis


Aktivitas Fisik Trauma
Kekamin

Plantar Fasciitis

Nyeri

Terapi latihan(wall
Ultrasound
strech, towel stretch,
- Untuk mengurangi calf raises)
nyeri
- Untuk mengurangi
nyeri

Penurunan nyeri

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan pada kasus ini adalah studi kasus.

Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset

yang menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang

mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus

dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan,

pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya,

akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan

dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk

menghasilkan dan menguji hipotesis. Jenis penelitian ini merupakan penelitian

yang mendalami terhadap seseorang dengan kondisi Pemberian Ultrasound dan

Terapi Latihan Untuk penurunan Nyeri Pada Kondisi Plantar Faciitis.

3.2 Lokasi dan WaktuPenelitian

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data pada waktu penelitian menggunaan suatu metode.

3.3.1 Visual Analogue Scale

Visual Analogue Scale (VAS) merupakan alat pengukuran

intensitas nyeri yang dianggap paling efisien yang telah digunakan

dalam penelitian dan pengaturan klinis.6 VAS umumnya disajikan

dalam bentuk garis horisontal.6 Dalam perkembangannya VAS

32
menyerupai NRS yang cara penyajiannya diberikan angka 0-10 yang

masing-masing nomor dapat menunjukkan intensitas nyeri yang

dirasakan oleh pasien.

3.4 Populasi dan sampel

3.4.1 Populasi

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi, dimana

dalam sampel terdapat kriteria sampel dibagi menjadi dua yaitu : kriteria

inklusi dan kriteria ekslusi :

1) Kriteria Inklusi

1. Responden menderita nyeri pada area plantar fascia yang telah dipilih

berdasarkan prosedur assesment fisioterapi serta tes khusus berupa

Stretch test.

2. Diindikasikan dan menyetujui menjalani fisioterapi sebagai bagian dari

terapi.

3. Usia 27-50 tahun

4. Pasien yang bersedia ikut dalam penelitian, dengan terapi sebanyak 6

kali.

2) Kriteria Enklusi

1.Responden Sedang mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit atau

mendapatkan terapi modalitas lain dalam 10 hari sebelumnya

33
2.Nyeri yang disertai dengan penyakit lain pada telapak kaki misal

menderita osteoforosis, kanker & tumor.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas

Variabel indenpendent atau variabel bebas adalah variabel yang

dapat mempengaruhi perubahan atau timbulnya variabel terikat

(variabel dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Ultrasound, Terapi Latihan (Latihan Walk Stretches, Towel Streches,

Calf Raises).

3.5.2 Variabel Terikat (Dependen)

variabel dependent adalah variabel yang mengalami perubahan

sebagai akibat dari perubahan variabel independen. Oleh karena itu,

variabel dependent ini juga disebut sebagai variabel terikat atau

tergantung. Penelitian ini memiliki variabel dependent penurunan

nyeri fasciitis plantaris.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan

data primer dan data sekunder. Adapun pemeriksaan adalah sebagai berikut:

3.6.1 Data Primer

1. Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu tindakan pemeriksaan dengan cara

melakukan Tanya jawab dengan pasien (Auto anamnesis) atau dengan

34
orang paling dekat dengan pasien (Hetero anamnesis) tentang keadaan

pasien.

Anamnesis terdiri dari :

1) Anamnesis Umum

Anamnesis ini mencakup keterangan berupa nama, umur, jenis

kelamin, agama, alamat, pekerjaandan hobby

2) Anamnesis Khusus

Dari anamnesis khusus ini kita dapat memperoleh tentang

hal-hal yang berkaitan dengan keadaan atau penyakit pasien, seperti

keluhan utama, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit sekarang,

riwayat pribadi dan riwayat keluarga.

3) Anamnesis Sistem

Anamnesis ini untuk melengkapi data yang belum tercakup pada

anamnesis umum dan khusus, yang meliputi :

1. Kepala dan leher

2. Kardiovaskuler

3. Respirasi

4. Gastrointestinalis

5. Urogenitalis

6. Nervorum

7. Musculoskeletal

2. PemeriksaanFisik

1. Vital Sign meliputi :Tekanan darah, Denyut nadi, Pernafasan,

Temperatur, Tinggi badan dan Berat badan.

35
2. Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati.

Inspeksi ini bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan

umum pasien, dengan cara melihat dan mengamati fisik pasien baik.

pada saat diam (statis) maupun bergerak (dinamis).

3. Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas tonus

otot, ada tidaknya spasme, ada tidaknya kontraktur otot, nyeri tekan,

oedem dan temperatur.

4. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

1. Gerak Aktif

Merupakan pemeriksaan gerak dimana gerak yang terjadi

dilakukan oleh pasien sendiri tanpa ada bantuan dari terapis. Dari

pemeriksaan ini di dapatkan kemampuan penderita untuk

mselakukan gerakan, koordinasi gerak, dan lingkup gerak sendi.

2. Gerak Pasif

Merupakan pemeriksaan gerak dimana gerak yang terjadi

dilakukan oleh terapis dan penderita dalam keadaan rileks. Dari

pemeriksaan ini diperoleh: lingkup gerak sendi dan end feel.

3. Gerak Isometrik Melawan Tahanan

Merupakan gerakan yang dilakukan pasien sendiri secara aktif

sementara terapis memberikan tahanan yang berlawanan arah dari

gerakan yang dilakukan oleh pasien untuk melihat kelainan pada otot

dan tendon beserta kekuatanya.

4. Pemeriksaan Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal

36
1) Kognitif cara pemeriksaan pengetahuan pasien yang

mengkaitkan perilaku manusia dengan susunan saraf otak.

2) Intrapersonal keinginan pasien untuk sembuh, apakah tinggi atau

rendah.

3) Interpersonal apakah adanya kerjasama yang baik dengan terapis

dan keluarga

5. Pemeriksaan Fungsional dan Lingkungan Aktifitas

Pemeriksaan fungsional dan lingkungan aktifitas adalah suatu

proses pemeriksaan untuk mengetahui kemampuan pasien dalam

melakukan aktifitas hubungannya dengan rutinitas kehidupan sehari

– hari.

1) Strecth test

Strecth Test mencapai peregangan langsung pada plantar

aponeurosis yang dapat efektif dalam memeriksa disfungsi

plantar fascia. Tes ini dapat menjadi penting dalam proses

pengambilan keputusan yang terlibat dalam evaluasi dan

pengobatan plantar fasciitis.

2) Nyeri

Pemeriksaan derajat nyeri bisa memnggunakan VAS

(visual Analoqua Scale) dengan 10 skala yaitu : 0 = Tidak

nyeri , 1-3 = Nyeri ringan , 4-6 = Nyeri sedang , 7-9 = Nyeri

berat terkontrol, 10 = Nyeri berat tidak terkontrol.

4. Interprestasi Data atau Diagnosa Fisioterapi

37
Diagnosa ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi dan

menyatakan hasil dari proses pertimbangan/ pemikiran klinis, dapat berupa

pernyatan keadaan disfungsi gerak, dapat meliputi/mencakup kategori

kelemahan, limitasi fungsi, kemampuan/ketidakmampuan dan sindrom.

5. Rencana Tujuan Fisioterapi

1) Tujuan jangka pendek

- Menurunkan nyeri pada Plantar Fasciitis

2) Tujuan Jangka Panjang

- Melanjutkan tujuan jangka pendek.

- Peningkatkan Kemampuan Fungsional pasien.

3.6.2 Data Skunder

1. Studi Dokumentasi

Dimana dala studi dokumentasi peneliti mengamati dan

mempelajari data suatu pasien.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan

melakukan penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta

berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin

dipecahkan.

3.7 Pengolahan, Penyajian Dan Analisa Data

Pengolahan data di dapat dari pengamatan dan pengukuran data yang

dikumpulkan, disajikan dalam bentuk tabel dan kalimat, kemudian dianalisa

dengan membandingkan data dan referensi yang ada.

38
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization. Definisi kesehatan WHO: WHO; 1947

Shibili, N.2012.Plantar Fasciitis : A REVIEW A CURRENT CONCEPTS.Indian


Journal of Basic & Applied Medical Research.

Richard L Nahin. J Pain.2018. Free PMC article. Show details.

Sawyer, G.A. Lareau, C.R. Mukand, J.A. 2012. Diagnosis and Management of
Heel and Plantar Foot Pain Vol. 95 No.4, tahun 2012.

Mujianto. (2013). Cara Cepat Mengatasi 10 Besar Kasus Muskuloskeletal Dalam


Praktik Klinik Fisioterapi. CV. Trans Info Media. Jakarta Timur

Alamsyah, Indra. 2016. “Efektivitas Penambahan Latihan Hold Relax pada


Intervensi Transverse Friction dalam Mengurangi Nyeri pada Plantar
Fasciitis”. Sport and Fitness Journal. Volume 5. Nomor 1.

Loue,S. &Sajatovic, M. (2008).Encyclopedia of Aging and Public Health.New


york:LLC.

Alghadir, A.H. 2006. “Conservative Treatment Of Plantar Fasciitis With Dorsi


Flexion Night Splint And Medial Arch Support” : A Pospective
Randomized Study. Pittsburgh : University of Pittsburgh.

Aden, Zidni. 2014. “Penambahan Kinesiotaping Pada Perlakuan Myofascial


Release Technique Lebih Baik Dalam Menurunkan Nyeri Fungsional
pada Plantar Fasciitis Oleh Karena Pemakaian Sepatu Hak tinggi (High
Heels) “.

Syaifudin. 2011. “Anatomi dan Fisiologi Tubuh “. Penerbit : Buku Kedokteran

Harsanti, Susi. 2014. “Efektifitas Terapi Masase dan Terapi Latihan Pembebanan
dalam Meningkatkan Range of Movement Pasca Cedera Ankle Ringan”.
MEDIKORA. Volume 13. Nomor 1

39
Yantika, Nindi dan Indra, Syahmirza. 2009. “ Perbedaan Pengaruh Pemberian
MWD, US, Latihan Eksentrik Quadriceps dengan MWD, US, Latihan
Statik Isometrik Quadriceps terhadap Peningkatan Kekuatan Otot
Quadriceps pada Tendinitis Patelaris “. Jurnal Fisioterapi. Volume 9.
Nomor 2

Alghadir, A.H. 2006. “Conservative Treatment Of Plantar Fasciitis With Dorsi


Flexion Night Splint And Medial Arch Support” : A Pospective
Randomized Study. Pittsburgh : University of Pittsburgh.

Periatna, Heri dan Gerhaniawati, Liza. 2006. “Perbedaan Pengaruh Pemberian


Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Ultrasound Underwater
dengan Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Ultrasound Gel
terhadap Penurunan Nyeri Pada kasus Plantar Fascitis”. Jurnal
Fisioterapi Indonusa. Volume 6. Nomor 1

Dewi, Dina. 2009. “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas dalam terhadap Penurunan

Persepsi Nyeri pada Lansia dengan Artritis Reumatoid”. Jurnal


keperawatan Soedirman. Volume 4. Nomor 2 Purbo, Heru. 2011. “Nyeri
secara umum dan osteoarthritis lutut dari aspek fisioterapi”. Surakarta :
Muhammadyah Universitas Press Tamsuri, Anas. 2007. “Konsep dan
penatalaksanaan nyeri”. Jakarta : Buku kedokteranHayes, Keren W.
2014. Agens Modalitas untuk Praktisi Fisioterapi, Edisi 6.Jakarta:EGC.

Cameron Michelle H, 2009, Physical Agents in Rehabilitation From Research to


Practice, Sounders Elsevier, Portland.

Jones & Bartlett. Nurse’s Handbook of IV Drug (3rd edition). Sudburry,

Massachusetts: Jones & Bartlett Publishing; 2009

Anonim, 2014. Tight Calf Stretches. Cited.

Bambang Trisnowiyanto, 2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan


Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

40
Bimaariotejo, 2008. Gambar Latihan Peregangan dengan Counter Top. Available
from:file:///H:/PLANTAR%20FASCITIS%20%C2%AB%20
Bimaariotejo%27s%20Blog.htmdiakses tanggal 30 Mei 2021.

Siburian, 2008. Penyakit Plantar Fascitis. Dalam: Soeparman, Waspadji S, eds.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

41
LAMPIRAN A

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Wahyuni Lestari


NIM : 103017
Nama Pembimbing : Intan Harared,S.Ft
Program Studi : Fisioterapi
Judul Proposal :Penatalaksanaan Fisioterpi Pada Kasus Plantar Fascitis
Dengan Menggunakan Modalitas Ultra Sound Dan Terapi
Latihan Terhadap Penurunan Nyeri.
No Hari/Tanggal Topik/Materi Hasil Tanda
Konsultasi Konsultasi Tangan

Padang, Juni 2020

Panitia ujian

(IntanHarared,S.Ft)

42
LAMPIRA B

BLANKO MENGHADIRI SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN

Nama Mahasiswa : Wahyuni Lestari

NIM : 18803017

Jurusan : Fisioterapi

No Hari/Tanggal Nama Judul Pembimbing

Ujian Mahasiswa Proposal


1
2
3
4
5
6
7

Padang, Juni 2020

Peneliti

(Wahyuni Lestari)

43
44

Anda mungkin juga menyukai