Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lanobyan Hamengku Prananya

NIM : 151911713001
Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PANCASILA
RUMUSAN MASALAH
1.) Apakah yang dimaksud dengan KKN ?
2.) Bagimana cara mahasiswa meminimalisir terjadinya KKN, berdasarkan
pengamalan butir-butir Pancasila ?

TINJAUAN PUSTAKA
1.) Pengertian Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) saat ini telah menjadi masalah dunia,
adalah suatu tindakan merugikan bagi masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Memerlukan adanya penangganan secara serius, dikarenakan KKN hanya
menguntungkan pihak pemilik kekuasaan, sehingga orang-orang kecil dan jujur
dapat dirugikan, bahkan dapat mengakibat hilangnya rasa kepercayaan rakyat
pada pemerintah.
Istilah Korupsi menurut Undang-Undang UU RI No.31 1999 “Korupsi adalah
setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian Negara”. Dan dalam kamus Ilmiah Populer
mengandung pengertian kecurangan, penyelewengan / penyalahgunaan jabatan
untuk kepentingan diri; pemalsuan ( Partanto dan Al-Barry 1994 : 375).
Kemudian Kolusi, dalam KBBI merupakan kerja sama rahasia untuk maksud
tidak terpuji, persekongkolan, hambatan usaha pemerataan berupa antara pejabat
dan pengusaha. Menurut Undang-Undang, berdasarkan UU RI No.28 1999 Pasal
1 ” Pengertian kolusi adalah permufakatan atau kerjasama secara melawan
hukum antar penyelenggaraan negara dan pihak lain,masyarakat dan atau
Negara”.
Istilah Nepotisme berasal dari kata “nepos” yang berarti keponakan atau cucu,
secara isitilah berarti mendahulukan anggota keluarga atau kawan dalam memberikan
pekerjaan atau hak istimewa (Chambers Murray Latin-English Dictionary, 1983).
Kemdian, menurut Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi No. 28
Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 5, Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara
Negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan
atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.

2.) Cara Meminimalisir KKN oleh Mahasiswa Sesuai Butir-Butir Pancasila


Mahasiswa merupakan suatu elemen masyarakat yang unik, miliki semangat
berkobar dan idealisme yang akan terus disuarakannya. Sejarah mencatat bahwa
perjuangan bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari mahasiswa dan dari pergerakan
mahasiswa akan muncul tokoh dan pemimpin bangsa. Sejarah juga mencatat dengan
tinta emas, seiring dengan merebaknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
orde baru, hingga mempelopori perubahan, melahirkan zaman reformasi, demikianlah
perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya, untuk memerangi
ketidakadilan. Dengan sebutan kaum intelektual, mahasiswa tentu harus memiliki
strategi dalam mengatasi KKN di Negri ini, diantaranya dengan cara :

a. Memahami, mengenal karakteristik penyebab terjadinya KKN.


Seharusnya, diharapkan mampu meningkatkan pengamalan butir kedua Sila
Kedua Pancasila yaitu, mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
b. Upaya pencegahan, investigasi, serta edukasi dilakukan bersama.
Bahwasanya yang pada awalnya Bangsa Indonesia menyatakan
kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Butir
pertama, Sila Pertama), sehingga seharusnya tiap warga harap
menghindarkan, melakukan pencegahan agar tidak terikat dengan kegiatan
KKN tersebut. Dapat kembali disesuaikan dengan pengamalan butir pertama
pada Sila Ketiga, mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan, butir pertama pada Sila
Kelima mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

c. Tindakan dilakukan dari hulu sampai ke hilir (mulai dari perencanaan,


pelaksanaan, pengawasan, aspek lainnya) meliputi berbagai elemen.
Disesuaikan dengan pengamalan butir kelima Sila Keempat Pancasila,
menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah. Dengan melihat apapun keputusan yang telah disepakati,
tentu haruslah tetap menghormatinya.

Anda mungkin juga menyukai