Anda di halaman 1dari 6

PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN BENCANA

“PRAKTIKUM FIRE ALARM SYSTEM”

Oleh :

Lanobyan Hamengku Prananya 151911713001

D3 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
CHECKLIST INSPEKSI FIRE ALARM SYSTEM
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum inspeksi fire alarm system, didapati hasil temuan bahwa bangunan GKB
Fakultas Vokasi telah memfasilitasi adanya sistem alarm kebakaran berjenis konvensional. Seperti
yang kita ketahui sebelumnya, bahwa Fire Alarm System merupakan sebuah sistem penanda bahaya
terhadap kebakaran yang bekerja untuk mendeteksi keberadaan api yang tidak diinginkan dengan
memonitor perubahan lingkungan yang terkait dengan pembakaran. Atau secara sederhana, cara
kerja sebuah fire alarm adalah dengan mengeluarkan signal berupa suara alarm dan indikasi lampu
menyala apabila detektor menemukan salah satu atau beberapa tanda kebakaran seperti api, asap,
gas, maupun panas. Tujuan dipasangnya sebuah sistem fire alarm tersebut yakni untuk mendeteksi
secara dini terhadap kebakaran dan memberitahukan kepada orang disekitar tempat kejadian untuk
dapat melakukan evakuasi atau melakukan tindakan darurat dalam pemadaman dan mengkontrol
penyebaran api dan asap. Secara umum, fire alarm systems dapat diaktifkan secara otomatis melalui
detector atau secara manual melalui Manual Call Point. Komponen fire alarm system, diantaranya
Input berupa detector (smoke detector, heat detector, flame detector, gas detector), Manual Call
Point (Break glass, pull station, push station, Panel Fire Alarm Systems (FACP), serta Output yang
berupa alarm bell atau horn dan indicator lamp.
Penjelasan mengenai fire alarm system jenis konvensional yakni Fire alarm system
Konvensional merupakan jenis fire alarm yang menggunakan satu atau lebih sirkuit inisiasi yang
terhubung ke peralatan pendeteksi seperti alat pendeteksi asap (smoke detectors), alat pendeteksi
panas (heat detectors), alat pendeteksi gas (gas detectors) dan alat pendeteksi lainnya, menggunakan
rangkaian kabel secara paralel. Fire alarm system konvensional umumnya digunakan sebagai sistem
pendeteksi dini pada gedung-gedung yang relatif lebih kecil dan tidak bertingkat banyak seperti
gedung perkantoran, gedung sekolah, minimarket, kantor-kantor pemerintahan yang skala kecil.
Sistem fire alarm konvensional sangat cocok untuk diaplikasikan pada gedung-gedung yang
memiliki tata ruangan yang sederhana dan tidak banyak pola ruangan yang lebih komplek sehingga
masih relatif mudah dideteksi titik munculnya api atau asap jika terjadi bahaya kebakaran.
Cara kerja fire alarm system konvensional adalah ketika terjadi kebakaran atau ada kelalaian
manusia yang menyebabkan munculnya asap, api atau menimbulkan panas sehingga suhu ruangan
naik secara signifikan maka sensor pendeteksi asap (smoke detectors), sensor pendeteksi panas (heat
detectors), sensor pendeteksi api (flame detectors) atau sensor pendeteksi gas (gas detectors)
tergantung alat pendeteksi dini yang dipasang, akan mengirimkan sinyal kepada panel kontrol fire
alarm (MCFA) untuk kemudian panel master control fire alarm (MCFA) tersebut akan mengirimkan
sinyal output kepada alarm bell, lampu indikator (indicator lamp), rotary lamp, horn storbe dll
sebagai alarm peringatan dini kepada penghuni gedung sehingga bisa diambil langkah-langkah
pencegehan untuk menghindari terjadinya kejadian bahaya kebakaran yang lebih luas. Control Panel
Fire Alarm juga dapat menginformasikan dari jalur mana sumber terjadinya kabakaran yang
dideteksi oleh sensor-sensor yang dipasang tersebut sesuai dengan zona tarikan kabel yang telah
ditetapkan. Misalnya untuk Zona 1 untuk mendeteksi kejadian kebakaran di Lantai 1 pada suatu
gedung, Zona 2 untuk mendeteksi kejadian kebakaran yang terjadi di Lantai 2, dan seterusnya.
Sehingga proses indentifikasi sumber bahaya kebakaran menjadi lebih cepat. Hanya saja pada fire
alarm system konvensional tidak bisa menunjukan secara tepat diunit sensor pendeteksi mana yang
mendeteksi terjadinya asap, api atau panas tersebut dari keseluruhan rangkaian yang ada per zona
tersebut, sehingga pemilik gedung hanya mendapatkan informasi zona nya saja atas lokasi bahaya
kebakaran tersebut.
Fire alarm system konvensional dapat diintegrasikan dengan sub-system lain seperti fire
hydrant system melalui sambungan flow switch, fire sprinkler system melalui deluge valve atau trim
valve system, alarm check valve atau alarm gong, interkoneksi dengan lift system, interlock system
dengan access door system, interlock system dengan panel elektrikal dan sub system lainnya sesuai
dengan kebutuhan pengguna gedung. Sehingga berdasarkan ciri-ciri di atas mengenai Fire Alarm
System pada GKB Gedung Fakultas Vokasi yang kami lakukan inspeksi, merujuk pada jenis
konvensional.

KESIMPULAN
Dari hasil praktikum inspeksi fire alarm system dapat diketahui untuk sistem alarm kebakaran
bangunan GKB Fakultas Vokasi dengan Manual Call Point yang berada pada lobby kiri yakni
menggunakan jenis konvensional. Hal ini sesuai dengan ciri kegunaan fire alarm system
konvensional yang berlaku pada gedung-gedung perkantoran skala kecil, sekolah, minimarket atau
yang sejenis. Selain itu menampilkan ciri lain untuk fire alarm system konvensional dari hasil
temuan berupa adanya zona yakni terhubungnya langsung Manual Call Point secara Push dengan
lampu indicator dan smoke detector diatasnya, serta sususan kabel antara zona yang terkesan
berbentuk paralel. Serta adanya satu aspek kelemahan yang terterap dalam fire alarm system GKB
yakni belum secara akurat mendapatkan titik dari detector yang mendeteksi terjadinya asap, api, atau
panas, sehingga hanya menginformasikan zonanya saja (daerah lantai 1 atau 2, dst). Kemudian untuk
hasil temuan pada sistem integrasi fire alarm system, pada GKB, hanya baru menerapkan assembly
point. Untuk keadaan secara fisik dari fire alarm system, masih dalam kondisi baik dan layak
digunakan.
SARAN
Rekomendasi yang dapat diberikan pada fire alarm system GKB Fakultasi Vokasi meliputi
1. Adanya perawatan dan pengecekan berkala untuk memastikan kebersihan maupun kabel,
tombol, detector, indicator lamp, dll yang rusak
2. Pemberian nomor identitas atau seri pada masing-masing alat input dan output.
3. Pengadaan simulasi bila perlu, untuk memastikan kegunaan alat secara sempurna.
4. Dapat menambah pengintegrasian alarm system dengan letak APAR dan pengiriman sinyal
pada departemen penanganan kebakaran.
5. Melakukan inspeksi rutin sebagai bentuk laporan berkala dan dapat didokumentasikan.
6. Evaluasi cara kerja fire alarm system sesuai dengan PERMENAKER Nomor 2 Tahun 1983
tentang instalasi alarm kebakaran otomatik.
7. Dapat melakukan pengupgradean fire alarm system berjenis semi-Addressable.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai