Anda di halaman 1dari 6

Nama : Irma Yunita

Nim : 200231100017

Kelas : Ekonomi Pembangunan/ A

Mata Kuliah : Koperasi dan Kewirausahaan

Tugas : 6

Dosen Pengampu : Dr. Eni Sri Rahayuningsih, S.E., M.E.

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PERKOPERASIAN DI INDONESIA

koperasi di Indonesia belum memiliki kemampuan untuk menjalankan perannya secara efektif. Hal ini
disebabkan koperasi masih menghadapi hambatan structural dalam penguasaan factor produksi
khususnya permodalan. Kelangkaan modal pada koperasi menjadi factor ganda yang membentuk
hubungan sebab akibat lemahnya perkoperasian di Indonesia selama ini. Hubungan tadi menjadi
lingkaran setan yang membelit dan semakin memperlemah koperasi. Upaya untuk memutus lingkaran
setan ini tak dapat diserahkan pada mekanisme pasar, tapi harus dillakukan melalui upaya terobosan
structural dalam bentuk restrukturisasi dalam penguasaan factor produksi, khususnya permodalan.

Restrukturisasi penguasaan factor produksi di anataranya dilakukan melalui pemberian akses yang lebih
besar kepada koperasi untuk mendapatkan modal. Teori ini didasarkan atas asumsi bahwa terdapat
hubungan positif antara tingkat penguasaan modal dengan tingkat pemanfaatan hasil pembangunan.
Dengan akses yang lebih besar terhadap modal, koperasi diharapkan dapat menikmati perolehan
pembangunan secara lebih besar pula. Secara mikro, dengan modal yang memadai maka anggota
koperasi dapat meraih manfaat yang lebih besar atas kegiatan dan usaha koperasi. Dengan demikian,
anggota diharapkan bekemampuan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Masalah-masalah koperasi
yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut antara lain :

1. Permasalahan dalam Makro ekonomi (ekonomi politik)


Indonesia adalah satu dari sedikit negara yang memiliki Departemen Koperasi (Depkop). Karena
tidak semua negara itu mempunyai Depkop tersebut. Hal itu terjadi karena adanya kontradiksi
akut dalam pemahaman koperasi. Secara substansial koperasi adalah gerakan rakyat untuk
membardayakan dirinya. Sebagai gerakan rakyat, maka koperasi tumbuh dari bawah (bottom-
up) sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Hal itu sangat kontradiktif dengan eksistensi Depkop.
Sebagai departemen, tentu Depkop tidak tumbuh dari bawah, ia adalah alat politik yang
dibentuk oleh pemerintah. Jadi, Depkop adalah datang “dari atas” (top-down). Karena itu, lantas
dalam menjalankan operasinya, Depkop tetap dalam kerangka berpikir top-down. Misalnya
dalam pembentukan koperasi-koperasi unit desa (KUD) oleh pemerintah. Padahal, rakyat sendiri
belum paham akan gunanya KUD bagi mereka, sehingga akhirnya KUD itu tidak berkembang dan
hanya menjadi justifikasi politik dari pemerintah agar timbul kesan bahwa pemerinth telah
peduli pada perekonomian rakyat, atau dalam hal ini khususnya pada koperasi. Hal lain yang
menandakan kontradiksi akut itu, adalah pada usaha Depkop (dan tampaknya masih terus
dilanjutkan sampai saat ini oleh kantor menteri negara koperasi) untuk “membina” gerakan
koperasi. Penulis sungguh tidak mengerti mengapa istilah membina tersebut sangat digemari
oleh para pejabat pemerintahan. Sekali lagi, koperasi adalah gerakan rakyat yang tumbuh
karena kesadaran kolektif untuk memperbaiki taraf hidupnya. Karena itu penggunaan kata (atau
malah paradigma) membina sangatlah tidak tepat dan rancu. Koperasi tidak perlu dibina, apalagi
dengan fakta bahwa pembinaan pemerintah selama ini tidak efektif. Yang diperlukan koperasi
adalah keleluasaan untuk berusaha, untuk akses memperoleh modal, pangsa pasar, dan input
(bahan baku).
2. Permasalahan dalam Mikro ekonomi, di antaranya adalah :
 Masalah input.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya koperasi sering mengalami kesulitan untuk
memperoleh bahan baku. Salah satu bahan baku pokok yang sulit diperoleh adalah
modal. Yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah permodalan ini
adalah dengan memberikan keleluasaan bagi koperasi dalam akses memperoleh modal.
Jangan dipersuli-sulit dengan bermacam regulasi. Biarkan koperasi tumbuh dengan
alami (bukan direkayasa), belajar menjadi efisisen dan selanjutnya dapat bertahan
dalam kompetisi. Pada sisis input sumber daya manusia, kopearsi mengalami kesuliatan
untuk memperoleh kualitas manajer yang baik. Dan disisnilah campur tangan
pemerintah diperlukan untuk memberikan mutu modal manusia yang baik bagi
koperasi.
 Masalah output
Distribusi dan bisnis. Kualitas output koperasi tidak distandardisasikan, sehingga secara
relatif kalah dengan output industri besar. Hal ini sebenarnya sangat berkaitan dengan
permasalahan input (modal dan sumber daya manusia). Mapping Product Koperasi (dan
usaha kecil serta menengah/UKM) dalam menentukan output tidak didahului riset
perihal sumber daya dan permintaan potensial (potential demand) daerah tempat
usahanya. Sehingga, dalam banyak kasus, output koperasi (dan UKM) tidak memiliki
keunggulan komparatif sehingga sulit untuk di pasarkan.Distribusi, Pemasaran dan
Promosi (Bisnis). Koperasi mengalami kesulitan dalam menjalankan bisnisnya. Output
yang dihasilkannya tidak memiliki jalur distribusi yang established, serta tidak memiliki
kemampuan untuk memasarkan dan melakukan promosi. Sehingga, produknya tidak
mampu untuk meraih pangsa pasar yang cukup untuk dapat tetap eksis menjalankan
kegiatan usahanya.Peranan pemerintah sekali lagi, diperlukan untuk menyediakan
sarana distribusi yang memadai. Sarana yang dibentuk pemerintah itu, sekali lagi, tetap
harus dalam pemahaman koperasi sebagai gerakan rakyat, sehingga jangan melakukan
upaya-upaya “pengharusan” bagi koperasi untuk memakan sarana bentukan
pemerintah itu. dalam aspek bisnis, koperasi –karena keterbatasan input modal—sulit
untuk melakukan pemasaran (marketing) dan promosi (promotion). Karena itu, selaras
dengan mapping product seperti diuraikan diatas, pemerintah melanjutkannya dengan
memperkenalkan produk-produk yang menjadi unggulan dari daerah itu. Dengan
demikian, output koperasi dapat dikenal dan permintaan potensial (potential demand)
dapat menjadi permintaan efektif (effective demand).
3. Permasalah Internal, di antaranya adalah :
1. Kurangnya tenaga profesional yang memang diakui dalam Perkembangan Koperasi Pegawai
Republik Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan baik internal maupun
eksternal. Salah satu permasalahan internal yaitu masih kurangnya tenaga profesional yang
menangani Koperasi Pegawai Republik Indonesia Tersebut. Masih banyak tantangan dan
permasalahan yang kita hadapi dalam memajukan Koperasi Pegawai, Baik masalah internal
maupun permasalahn eksternal. Dari kurangnya tenaga yang profesional menangani ini
maupun permasalahan lain yang harus di benahi bersama. Belum lagi ada persaingan yang
timbul dari berkembangnya usaha sejenis koperasi. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, perlu membentuk wadah-wadah yang ada dibawah kepengurusan Korpri dengan
memberikan pemahaman, pelatihan dan penyuluhan kepada yang ada dibawah naungan
koperasi tersebut.
2. Adanya pemikiran limiting belive yang menurut istilah dalam pesikologi adalah mengenai
sebuah pemikiran yang berkecederungan negatif dan yang dibentuk oleh belenggu
keyakinan keliru. Secara umum limiting belive juga telah membelenggu perkembangan
seluruh koperasi di tanah air. Bayak orang tidak percaya bahwa koperasi bisa berkembang
sebagai perusahaan yang mampu menjamin kesejahteraan manajer atau karyawannya.
Untuk itu, pemahaman tentang koperasi sangat diperlukan dengan cara memberikan study
oleh pemerintah.
Permasalahan yang dihadapi koperasi pun beragam pada era globalisasi ini dari masalah
internal koperasi atau masalah eksternal koperasi,dan bukan hanya itu saja masalah yang
dihadapi perkoperasian di Indonesia, masalah permodalan koperasi, dan masalah Re-
generasi dalam pengurusan koperasi tersebut diantaranya :

1. Terlalu banyak pengurus koperasi telah lanjut usia sehingga kapasitasnya terbatas.
2. Pengurus koperasi merupakan tokoh dalam masyarakat, sehingga “rangkap jabatan” ini
menimbulkan akibat bahwa fokus perhatiannya terhadap pengelolaan koperasi berkurang
sehingga kurang menyadari adanya perubahan-perubahan lingkungan;
3. Adanya ketidakpercayaan anggota koperasi menimbulkan kesulitan dalam memulihkannya.
4. Terbatasnya dana mengakibatkan tidak dilakukan usaha pemeliharaan fasilitas (mesin-
mesin), padahal teknologi berkembang pesat hal ini mengakibatkan harga pokok yang
relative tinggi sehingga mengurangi kekuatan bersaing koperasi.
5. Administrasi kegiatan-kegiatan belum memenuhi standar tertentu sehingga menyediakan
data untuk pengambilan keputusan tidak lengkap, demikian pula data statistis kebanyakan
kurang memenuhi kebutuhan.
6. Kebanyakan anggota kurang solidaritas untuk berkoperasi di lain pihak anggota banyak
berhutang kepada koperasi.
7. Dengan modal usaha yang relative kecil maka volume usaha terbatas, akan tetapi bila ingin
memperbesar volume kegiatan, keterampilan yang dimiliki tidak mampu menanggulangi
usaha besar-besaran; juga karena insentif rendah sehingga orang tidak tergerak hatinya
menjalankan usaha besar yang kompleks.

4. Permasalahan Eksternal diantaranya adalah :


1. Bertambahnya persaingan dari badan usaha yang lain yang secara bebas memasuki bidang
usaha yang sedang ditangani oleh koperasi.
2. Karena dicabutnya fasilitas-fasilitas tertentu koperasi tidak dapat lagi menjalankan usahanya
dengan baik, misalnya usaha penyaluran pupuk yang pada waktu lalu disalurkan oleh
koperasi melalui koperta sekarang tidak lagi sehingga terpaksa mencari sendiri.
3. Tanggapan masyarakat sendiri terhadap koperasi; karena kegagalan koperasi pada waktu
yang lalu tanpa adanya pertanggungjawaban kepada masyarakat yang menimbulkan
ketidakpercayaan pada masyarakat tentang pengolahan koperasi.
4. Tingkat harga yang selalu berubah (naik) sehingga pendapatan penjualan sekarangtidak
dapat dimanfaatkan untuk meneruskan usaha, justru malah mebciptakan usaha.
Dan permasalahan lain yang menghambat diantaranya:

a. Masalah manajemen
Permasalahannya bukan hanya ada pada kekurangan dalam teknis manajemen saja akan
tetapi juga masih lemahnya dan kurangnya pembinaan sistem manajemen secara
rasional dan berorientasi kepada pencapain sasaran – sasaran, situasi mental dan situasi
tradisional memang tidak mudah untuk diubah dengan cepat akan tetapi dengan
perlahan – lahan dengan cara mengembangkan cara – cara manajemen dan organisasi
koperasi yang sesuai dengan keadaan sosial ekonomi terutama diperuntukkan bagi
ekonomi lemah di berbagai sektor, dengan demikian apabila para anggotanya
merasakan bahwa dirinya berada dalam suatu wadah yang pas untuk meningkatkan
perjuangan ekonominya demi meningkatkan kesejahteraan ekonomi bersama maka
loyalitas dari dalam diri mereka akan muncul dan loyalitas ini merupakan suatu sikap
mental yang baik yang akan menimbulkan kedisiplinan dan ketanggung jawaban
mereka.

b. Masalah kekurangan Modal serta pemupukkan modal


Dalam usahanya mengembangkan kemamupuan untuk golongan ekonomi lemah selalu
saja mengalami masalah kekurangan modal , daya himpun modal dari dalam koperasi
masih terbatas sekali karena memang umumnya para anggota koperasi merupakan
masyarakat golongan lemah serta dengan pendapatan usaha yang relatif kecil, untuk
memperoleh pinjaman dari Bank tidak mudah karena mereka susah untuk memenuhi
persyaratan yang diberlakukan , sehingga untuk mengatasi permasalahan ini
pemerintah khususnya pemerintah daerah yelah mendirikan Lembaga Jaminan Kredit
koperasi yang telah memberikan sumbangsi besar dengan melaksanakan ketiga
fungsinya yaitu memberikan jaminan , memberikan subsidi bunga dan partisipasi dalam
modal investasi asing. Sehingga kelancaran usaha koperasi banyak tertolong, dan
pemupukan modal dari dalam hanya mungkin terjadi apabila usaha koperasi yang
bersangkutan memperoleh kemajuan secara terus – menerus dalam hal ini kita ambil
contoh Koperasi produksi atau KUD dimana para anggotanya berhasil meningkatkan
produk – produknya sehingga pendapatan mereka selalu meningkat dan hal ini berarti
simpanan sukarela mereka akan terus bertambah dengan seiringnya waktu dikemudian
hari dapat dimanfaatkan sebagai modal usaha mereka.

c. Kepercayaan terhadap Koperasi


Kepercayaan masyarakat kepada koperasi seiring dengan berjalannya waktu hingga
sekarang ini terus berkurang mereka lebih percaya dan memilih untuk mengivestasikan
dana mereka kepada badan – badan usaha lainnya dalam hal ini misalnya Bank , mereka
percaya bahwa misalnya menyimpan uang di bank akan lebih aman dan memperoleh
keuntungan yang lebih menjanjikan daripada di Koperasi yang dianggap perkembangan
dan pertumbuhan nya sekarang sudah tidak begitu menjanjikan dan faktor lain mungkin
karena mayoritas anggota koperasi adalah mereka yang berekonomi lemah dan karena
itu mereka takut untuk menginvestasikannya misalnya takut uang mereka tidak kembali
atau keuntungan yang diperoleh tidak banyak memberikan manfaat besar dalam
kehidupan mereka, karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut segala aspek
harus dilakukan peninjauan kembali misalnya dengan cara memperbaiki manajemen
koperasi, memperbaiki pola pikir dan mental daripada anggota koperasi.

d. Pemasaran dan Peningkatan Mutu Produk


Kerap kali koperasi kesulitan untuk melakukan proses pemasaran produk – produknya
atau pun produk – produknya kurang mendapat penilaian yang wajar di pasaran umum
atau konsumen untuk mengatasi permasalahan ini sangat diperlukan penambahan
pengetahuan tentang pemasaran kepada pengurus koperasi misalkan dengan
memberikan pengarahan kepada para anggota koperasi tentang jenis barang yang perlu
ditingkatkan produksinya yang sangat dibutuhkan oleh pasar dalam hal ini adalah
konsumen.
Dalam pengembangan koperasi, bukan peranan pemerintah yang menentukan
perkembangannya, tetapi juga masyarakat itu sendiri, yang turut menentukan berkembang atau
tidaknya suatu koperasi, baik sebagai anggota koperasi ataupun sebagai anggota masyarakat
yang berada dalam ruang lingkup koperasi tersebut. Organisasi/lembaga koperasi, merupakan
organisasi ekonomi yang terdiri dari kumpulan orang-orang yang secara bersama-sama dan
sukarela memajukan kepentingan ekonomi bagi anggotanya dan masyarakat dalam lingkungan
kerjanya. Dan karena koperasi merupakan sekumpulan orang-orang yang berusaha untuk
mencapai tujuan yang telah mereka programkan bersama, sudah barang tentu kemajuan dan
perkembangnnya tergantung pada orang-orang yang menjadi anggotanya, khususnya orang
yang berada dalam kepengurusan atau yang mengelola koperasi tersebut.
Selain perkembangan anggota secara individu, peranan pemerintah akan lebih mendorong
koperasi untuk berkembang. Jika peranan anggota untuk mengurus atau menjaga citra koperasi
dimatamasyarakat, maka peranan pemerintah sebagai Pembina akan terus mengarahkan, dan
yang terpenting memberiukan bantuan dan fasilitas yang diperlukan koperasi dalam usahanya
mewujudkan kemandireiannya.
1. Berbagai kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah untuk mewujudkan suatu koperasi yang
mandiri, dapat dibagi dalam tiga tahapan, yaitu :
2. Memperkenalkan konsep koperasi,mengambil inisiatif unmtuk mendorong pertumbuhan
3. dan terus memberikan bantuan dan fasitas yang diperlukan koperasi.

DAFTAR PUSTAKA
https://mizaroh.wordpress.com/koperasi/permasalahan-yang-dihadapi-perkoperasian-
indonesia/

Anda mungkin juga menyukai