Anda di halaman 1dari 9

1.

RISET AKUNTANSI DAN METODE SAINTIFIK


Dalam sebuah penelitian, teori sangat berguna saat menjelaskan suatu
hubungan atau kejadian yang terjadi. Penelitian yang dilakukan secara terus
menerus sangat diperlukan untuk perkembangan sebuah teori. Dalam metode
ilmiah teori harus mengandung sekumpulan pemikiran dasar yang disebut asumsi.
Asumsi dapat terbukti dengan sendirinya atau dapat dilakukan pengujian dengan
kesimpulan statistik yang sering disebut pengujian hipotesis. Jadi dapat
disimpulkan bahwa teori merupakan sekumpulan asumsi atau pemikiran dasar
yang dapat berdiri sendiri atau dapat diuji kebenarannya. Kesimpulan yang
dihasilkan dari asumsi tersebut dapat ditetapkan secara deduktif maupun induktif.
Penalaran Deduktif dan Induktif
Deduktif adalah suatu penalaran yang dilakukan secara logis untuk
memperoleh kesimpulan dari sejumlah dasar pemikiran/ asumsi yang ada.
Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan pemikiran dan pernyataan yang
bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus. Kesimpulan deduktif dibentuk
dengan cara deduksi.
Induktif adalah kesimpulan yang dibuat dengan cara melakukan
pengamatan, pengumpulan data, melakukan pengukuran untuk memperoleh
kesimpulan yang mendukung maupun melemahkan hipotesis yang dibuat.
Penalaran induktif merupakan penalaran yang dilakukan untuk menyimpulkan
pernyataan/ yang bersifat khusus ke pernyataan yang lebih bersifat umum yang
merupakan suatu generalisasi. Kesimpulan menjelaskan fakta, faktanya
mendukung kesimpulan. Dalam penelitian akuntansi, data dikumpulkan melalui
berbagai metode dan sumber, termasuk kuesioner yang dikirim kepada responden
yang sesuai. Penalaran induktif dalam akuntansi umumnya digunakan untuk
menghasilkan pernyataan umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadap gejala
akuntansi tertentu. Pernyataan-pernyataan umum tersebut biasanya berasai dari
hipotesis yang diajukan dan diuji dalam suatu penelitian empiris. Teori induktif
yang baik adalah harus spesifik dan teliti terhadap masalah yang diuji. Riset harus
didasarkan pada hipotesis yang layak untuk diuji, pemilihan sampel yang tepat
dari populasi yang diteliti, mengumpulkan dan memeriksa dengan cermat data

1
yang diperlukan serta melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan alat
statistik.
Teori Normatif dan Deskriptif
Teori selain diklasifikasikan menjadi deduktif dan induktif, dapat juga
diklasifikasikan menjadi normatif dan deskriptif. Teori normatif adalah teori
yang menggunakan penilaian sebagai bahan pertimbangan, yang mengandung
setidaknya satu premis/asumsi yang menyatakan cara yang seharusnya ditempuh.
Teori akuntansi yang bersifat normatif merupakan teori yang menggunakan
sekumpulan prinsip akuntansi yang berlaku berdasarkan peraturan, tata tertib, tata
cara yang disesuaikan dengan standar akuntansi. Teori deskriptif adalah teori
yang mencoba menjelaskan tentang hubungan kenyataan yang terjadi. Sistem
deduktif umumnya bersifat normatif dan pendekatan induktif umumnya berupaya
untuk bersifat deskriptif. Hal ini dikarenakan metode deduktif pada dasarnya
merupakan sistem yang tertutup dan non empiris yang kesimpulannya secara ketat
didasarkan kepada premis (asumsi). Sebaliknya, karena berupaya untuk
menentukan hubungan empiris, pendekatan induktif bersifat deskriptif.
Teori Global dan Partikular
Perbedaaan sistem deduktif dan induktif adalah pada sistem deduktif
bersifat global (makro) dan sistem induktif bersifat partikular (mikro). Asumsi
dari sistem deduktif adalah bersifat total atau kesimpulan secara menyeluruh.
Sedangkan sistem induktif didasarkan pada fenomena di dunia nyata dan terfokus
pada bagian kecil dari lingkungan yang relevan. Meskipun pembedaan antara
sistem deduktif dan induktif bermanfaat untuk maksud pengajaran, dalam praktek
riset pembedaan ini seringkali tidak berlaku. Dengan kata lain, keduanya bukanlah
pendekatan yang saling bersaing tetapi saling melengkapi dan seringkali
digunakan secara bersama.

2. AKUNTANSI TERMASUK GOLONGAN SENI ATAU ILMU?


Akuntansi merupakan ilmu atau seni masih menjadi pertanyaan bahkan
sampai saat ini. Literatur akuntansi masih sering mempersoalkan apakah disiplin
akuntansi itu merupakan seni atau ilmu. Struktur ketentuan maupun praktik

2
penerapan akuntansi masih menimbulkan kemambiguan apakah akuntansi
merupakan ilmu ataukah seni. Namun sejauh ini belum ada kesepakatan yang
memilih antara kedua jenis tersebut, hal ini disebabkan oleh tidak adanya kriteria
klasifikasi yang definitif. Menurut Suwarjono (2013) karakterisasi disiplin
akuntansi sebagai seni atau ilmu mempunyai konsekuensi pada pemaknaan teori
akuntansi, seperti yang kita ketahui teori positif bertentangan dengan teori
normatif dan bahkan ada yang mengangkat pertentangan antara teori akuntansi
(kuantitatif-deskriptif versus kualitatif-interpretif).
Dengan kondisi pendidikan akuntansi saat ini, akademisi akuntansi juga
menanyakan apakah disiplin akuntansi itu merupakan disiplin akademik. Masalah
keakademikan muncul karena akuntansi masuk sebagai disiplin (seperangkat
pengetahuan) yang diajarkan di perguruan tinggi yang idealnya berorientasi
akademik. Sementara itu, seperangkat pengetahuan akuntansi juga diajarkan di
lembaga pelatihan profesional dan vokasional yang berorientasi kompetensi
profesional dan keterampilan.
Pada dasarnya tidak ada yang menentukan secara pasti apa saja kriteria-
kriteria dari ilmu dan apa saja kriteria-kriteria dari seni sehingga suatu subjek bisa
digolongkan ke dalam salah satu antara dua opsi tersebut. Kalau akuntansi
dikarakterisasi sebagai seni, maka yang dimaksud adalah bagaimana menerapkan
pengetahuan akuntansi dalam praktik, seperti contoh bagaimana menentukan
metode depresiasi atau metode lainnya. Seni adalah kemampuan yang
memerlukan perasaan, intuisi, pengalaman, bakat, dan pertimbangan yang secara
keseluruhan membentuk suatu harmonius. Dalam akuntasi, seni ini dapat berupa
keahlian dan pengalaman untuk memilih perlakuan atau kebijakan terbaik dalam
rangka mencapai suatu tujuan akuntansi dengan mempertimbangkan faktor nilai
ekonomi, moral dan sosial.
Sebagai seni, akuntansi merupakan bidang pengetahuan keterampilan,
keahlian, dan kerajinan yang mengandalkan pengetahuan dan praktik untuk
menguasainya. Kebijakan akuntansi dalam bentuk standar akuntansi harus
didasarkan atas pertimbangan yang sehat dan bila perlu akademik agar validitas
argumen yang melandasi dapat dipertanggungjelaskan secara logis dan akademik.

3
Kalau dipandang demikian, kajian teori akuntansi akan bersifat normatif untuk
menjustifikasi perlakuan akuntansi dalam standar. Validitas justifikasi didasarkan
pada kelayakan argumen atau penalaran logis.
Ilmu adalah suatu pengetahuan yang berfungsi untuk menjelaskan dan
memprediksi gejala alam dan sosial seperti apa adanya dengan metoda ilmiah
yang bertujuan untuk menguji dan menetapkan kebenaran serta penjelasan suatu
masalah,"The objective of accounting theory is to explain and predict accounting
practice" – suatu teori akuntansi harus dapat menjelaskan praktik akuntansi agas
dapat dikatakan ilmiah, (Watts dan Zimmerman, 1986; 2). Akuntansi dipandang
sebagai ilmu sosial dan fenomena akuntansi yang menjadi pengamatan adalah
perilaku orang yang berkepentingan dengan akuntansi khususnya manager dan
akuntan.
Kalau akuntansi dikarakterisasi sebagai ilmu, akuntansi akan merupakan
bidang pengetahuan yang menjelaskan fenomena akuntansi secara objektif, apa
adanya, dan bebas nilai. Validitas penjelasan dan penyimpulan dituntun oleh
kaidah atau metoda ilmiah. Cara pandang inilah yang mendasari berkembangnya
teori akuntansi positif sebagai tandingan teori akuntansi normatif. Karena berbasis
penelitian dengan metoda ilmiah, teori akuntansi positif akhirnya dimaknai
sebagai metoda penelitian kuantitatif-positif sebagai paradigma dalam
pengembangan ilmu yang ditandingkan dengan paradigma kualitatif-nonpositif
yang sering disebut pendekatan alternatif dengan berbagai variasinya.
Karena beberapa masalah yang berkaitan dengan karakterisasi akuntansi
sebagai ilmu (teori akuntansi positif) untuk mengembangkan teori (sebagai ilmu
murni), beberapa penulis memaknai akuntansi sebagai teknologi. Sudibyo
berargumen bahwa seni dan ilmu bukan klasifikasi yang kontinum karena
keduanya merupakan kelas dalam taksonomi ilmu pengetahuan. Dengan
memahami karakteristik akuntansi secara saksama, kelas yang paling pas untuk
menyifati akuntansi adalah teknologi (ilmu terapan) dan akuntansi harus
dikembangkan sesuai dengan sifatnya sebagai teknologi. Akuntansi merupakan
"perekayasaan informasi dan pengendalian keuangan".

4
Kalau dipandang sebagai teknologi, akuntansi akan bersifat utilitarian
dan dapat memanfaatkan ilmu lainnya untuk perekayasaan dalam rangka
mencapai tujuan pelaporan keuangan. Akuntansi, misalnya, dapat memanfaatkan
properitas aljabar/matematika, linguistika, psikologi, dan teori komunikasi untuk
kepentingan perekayasaan tanpa harus menjadikan akuntansi sebagai cabang atau
turunan dari ilmu-ilmu tersebut. Dengan menempatkan akuntansi sebagai
teknologi, definisi akuntansi yang cukup luas harus dikenalkan kepada para
pemula di perguruan tinggi agar tidak timbul kesan keliru bahwa akuntansi hanya
membahas masalah pencatatan dengan aturan debit kredit.
3. ARAH RISET AKUNTANSI
1) The Decision-Model Approach (Pendekatan Model Keputusan)
Model ini menyatakan informasi apa yang diperlukan dalam pengambilan
keputusan. Berorientasi pada normatif dan deduktif atau lebih menekankan
kebutuhan pengguna akan informasi daripada informasi yang diinginkan
pengguna dalam pengambilan keputusan. Premis dasar dari riset ini adalah
pembuat keputusan yang perlu diajar bagaimana menggunakan informasi jika
mereka tidak familiar dengan informasi tersebut. Model ini memiliki sudut
pandang bahwa laporan keuangan didasarkan atas entry value, exit value dan
discounted cash flows yang memenuhi syarat manfaat atau dapat digunakan.
Chambers dan Sterling berpendapat untuk menggunakan exit value dalam
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan mempertahankan atau melepas aset
karena exit value dianggap menyediakan informasi yang relevan dalam
mengevaluasi likuiditas dan kemampuan perusahaan dalam beradaptasi terhadap
perubahan ekonomi. Model ini memberikan manfaat yang memungkinkan
pengguna dalam memprediksikan cash flow dimasa depan serta memungkinkan
pengguna dalam menganalisis efisiensi dan efektivitas manajemen.
2) Capital Market Research (Riset Pasar Modal)
Sebagian besar peneliti empiris (induktif) menunjukkan bahwa harga
saham yang diperdagangkan secara publik bereaksi dengan cepat dan dalam
kondisi yang tidak bias atas informasi baru. Harga pasar diasumsikan
merefleksikan secara utuh informasi yang tersedia untuk publik. Proposisi ini

5
pada dasarnya merupakan prinsip yang berasal dari disiplin keuangan atau yang
dikenal sebagai hipotesis pasar efisien (efficient markets hypothesis). Hipotesis
pasar efisien memiliki implikasi yang signifikan terhadap akuntansi, contohnya
adalah informasi yang tercermin dengan cepat pada harga saham, dorongan untuk
meningkatkan pengungkapan dengan kurang memperhatikan pilihan di antara
alternatif akuntansi tumbuh lebih kuat.
3) Behavioral Research (Riset Perilaku)
Fokus utama dari penelitian perilaku adalah bagaimana pengguna laporan
keuangan membuat keputusan serta informasi apa yang diperlukan untuk
membuat keputusan. Pendekatan riset perilaku bersifat deskriptif, berbeda dengan
pendekatan pengambilan keputusan yang bersifat normatif. Meskipun riset
mengenai perilaku masih baru atau dalam tahap pengembangan, namun banyak
hal menarik yang dapat ditemukan, seperti misalnya adanya ketidaksesuaian
antara model keputusan normatif yang sudah dibuat dengan proses keputusan
sebenarnya dari pengguna. Riset lain menemukan adanya kecenderungan
penggunaan laporan keungan yang dipublikasikan dengan tujuan pengambilan
keputusan manajerial. Meskipun pendekatan keperilakuan bersifat deskriptif atau
positif, hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan normatif yang
bertujuan untuk memperbaiki penggunaan data akuntansi dalam pengambilan
keputusan.
4) Agency Theory (Teori Keagenan)
Teori keagenan atau teori kontrak adalah bagian penting dalam riset
akuntansi saat ini. Teori keagenan merupakan deduktif dan induktif serta
merupakan contoh istimewa dari penelitian perilaku meski asal mula teori ini
adalah keuangan dan ekonomi lebih dari psikologi dan sosiologi. Asumsi dasar
dalam teori keagenan adalah reaksi individu pada saat terjadi konflik kepentingan
antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan. Asumsi lain adalah
perusahaan merupakan titik penting dalam hubungan kontraktual antara
manajemen, pemilik, kreditur, dan pemerintah. Hasil dari teori keagenan adalah
biaya beragam dalam monitoring dan pelaksanaan diantara kelompok yang
beragam. Misalnya, audit dapat dilihat sebagai instrumen untuk memastikan

6
bahwa laporan keuangan perusahaan telah sesuai dengan SPI dan laporan tersebut
diasumsikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Setelah laporan
keuangan diaudit, akan dicoba dalam memberi jaminan pada pihak luar seperti
pemilik dan kreditur tentang pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Banyak
hubungan keagenan antara bagian yang didefenisikan atau diatur oleh akuntansi
termasuk di dalamnya perjanjian obligasi, kontrak kompensasi manajemen dan
ukuran perusahaan. Frekuensi perjanjian obligasi menentukan tingkat maksimum
dari ratio laksana debt to equity. Pelanggaran bisa menyebabkan kegagalan teknis.
Yang lebih sempit dari debt to equity, manajemen akan memilih alternatif
akuntansi yang akan meningkatkan income. Manajemen berkemungkinan
mencoba untuk memilih metode yang akan meningkatkan income dan juga
meningkatkan bonus. Sebagai hasil, pilihan metode akuntansi oleh perusahaan
akan dipengaruhi oleh akibat dari kontrak keagenan.
5) Informasi Ekonomi
Kesadaran akuntan terhadap biaya dan manfaat yang diterima dari
informasi akuntansi kian meningkat. Hal ini merupakan hal baru bagi peneliti
akuntansi. Riset informasi ekonomi biasanya dasarnya adalah analitis/deduktif.
Informasi ekonomi mutakhir termasuk asumsi teori keagenan dan analisa situasi
dalam analisanya. Hal ini karena pembagian resiko antara pemilik dan agen
adalah jangkauan informasi apakah keduanya memiliki informasi yang penuh atau
apakah akan terjadi informasi yang timpang pada saat salah satu terpisah
(biasanya agen) memiliki informasi yang lebih banyak dari yang lain. Tujuan dari
analisa teori informasi adalah menentukan bagaimana rancangan kontrak
dioptimalkan untuk menegosiasikan insentif dan pembagian resiko. Riset juga
memperlihatkan pentingnya fungsi pelayanan akuntansi seperti menilai kinerja
manajemen relatif penting untuk menentukan insentif dan reward manajemen.
6) Critical Accounting
Critical Accounting adalah cabang teori akuntansi yang memandang
akuntansi memiliki peran sebagai poros dalam memutuskan konflik antara
perusahaan dan konstituen sosial seperti buruh, konsumen dan masyarakat umum.
Critical Accounting merupakan perpaduan dua area lain dari akuntansi yang

7
dikembangkan sejak 1960-an yaitu akuntansi sektor publik dan akuntansi sosial.
Akuntansi sektor publik berfokus pada melakukan pekerjaan bebas dari pajak dan
nasehat keuangan pada individu, kelompok dan usaha kecil yang tidak mampu
membayar jasa tersebut. Akuntansi sosial berkaitan dengan upaya untuk
mengukur kewajiban dari pendapatan perusahaan atas kerusakan lingkungan yang
merugikan bagi masyarakat. Critical Accounting berbeda area dengan area riset
lain yang telah didiskusikan. Riset lain mengarahkan pemisahan yang tajam antara
periset dengan bidang penelitiannya, sedangkan riset critical accounting meyakini
bahwa akuntansi harus lebih ditekankan untuk mencoba menyelesaikan masalah-
masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
7) Revolusi Ilmiah Akuntansi
Riset akuntansi merupakan bidang yang dapat berubah secara terus
menerus. Perubahan secara terus menerus ini diprediksi sebagai revolusi ilmiah
karena adanya ketidakpuasan dengan paradigma yang ada. Paradigma adalah
bagian pemecahan masalah yang dipandang sebagai ilmu atau displin. Dalam
akuntansi, bagian paradigma adalah historical costing yang didasari oleh konsep
realisasi, matching, dan prinsip-prinsip seperti konservatisme, going concern,
accounting entity, dan time period. Ketidakmampuan historical cost dalam
mengatasi masalah pelaporan keuangan sepanjang tahun 1970an untuk bangkit
dari inflasi hebat menyebabkan ketidakpuasan. Dampak inflasi pada saat itu
ditambah lagi dengan pengembangan riset empiris di bidang akuntansi serta
perspektif riset lainnya, menyebabkan adanya harapan pengembangan paradigma
baru dalam akuntansi.

8
REFERENSI
Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L. Dodd. Accounting Theory: A
Conceptual and Institutional Approach. Australia: South-Western College
Publishing, 2001
Prof. Suwardjono. Universitas Gajah Mada. Seni atau Ilmu: Menengok Kembali
Properitas Akuntansi Sebagai Disiplin. https://feb.ugm.ac.id/id/penelitian
/artikel-dosen/833-seni-atau-ilmu-menengok-kembali-properitas-akuntansi-
sebagai-disiplin diakses pada tanggal 15 Februari 2021
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1998, hlm. 291-296.
Watts, Ross L. dan Jerold L. Zimmerman. Positive Accouting Theory. Englewood
Cliffs: Prentice-Hall, Inc, 1986
Sudibyo, Bambang. "Rekayasa Akuntansi dan Permasalahannya di Indonesia.”
Akuntansi (Juni, 1987).

Anda mungkin juga menyukai