Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PAKSA HARMONIK
Rusman Hermawan
20200110034
Seringkali alat permesinan di lapangan perlu diketahui frekuensi pribadi dan modus
getarnya.Frekuensi pribadi berguna untuk menentukan daerah operasi alat permesinan
agar tidak tidak terjadi kondisi resonansi sehingga getarannya tidak besar.Sedangkan
modus getar bermanfaat untuk menggambarkan pola getar alat permesinan sehingga
dapat diketahui titik nodal atau titik getar maksimum.
Untuk mengetahui frekuensi pribadi dapat dilakukan pengujian Getaran dan Fungsi
Respon Frekuensi (FRF) sistem. Pada setiap frekuensi pribadi tersebut, dapat
digambarkan modus getarnya melalui pengujian secara eksperimental. Selain melalui
Hal. 2
kaji ekperimental, analisis frekuensi pribadi dan modus getarnya dapat pula dilakukan
melalui kaji teoritik di komputer dengan menggunakan perangkat lunak yang banyak
tersedia di pasaran.
Pada praktikum ini dilakukan pengujian getaran bebas dan paksa pada sebuah model
sistem getaran satu derajat kebebasan (Sistem 1-DK).Pengujian ini merupakan bentuk
pengujian fenomena dasar untuk memahami getaran suatu sistem.
1.2. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Menentukan karakteristik dinamik dari sistem getaran berupa rasio redaman dan
frekuensi pribadi sistem.
2. Menjelaskan fenomena getaran bebas teredam dan feonomena getaran paksa
berdasarkan karakteristik dinamik dari sistem getaran.
3. Melakukan analisis terhadap sistem getaran bebas dan sistem getaran paksa.
2. TEORI DASAR
𝑦(𝑡)
𝑣0
𝑦0 𝐴
𝑡
0
𝜑0 2𝜋 1
𝜔 𝑇= = Hal. 3
𝜔 𝑓
Gambar 2.1Profil getaran yang diilustrasikan dengan gerak harmonik, 𝑦(𝑡).
Apabila pada awal getaran diplot atau pada saat 𝑡 = 0 diketahui perpindahan
awalsebesar𝑦0 dan kecepatan getaran awal sebesar𝑣0, maka pada saat 𝑡 = 0
𝑦(0) = 𝐴 sin(𝜔 ∙ 0 + 𝜑0) = 𝐴 sin(𝜑0) = 𝑦0
𝑦0
sin(𝜑0) = (2.3)
𝐴 𝑦0
𝜑 = sin−1 )
0 (
𝐴
dan
𝑦(0) = 𝜔𝐴 cos(𝜔 ∙ 0 + 𝜑0) = 𝜔𝐴 cos(𝜑0) = 𝑣0
𝑣0
cos(𝜑0) = (2.4)
𝜔𝐴
𝑣0
𝜑0 = cos ( )
−1
𝜔𝐴
Dengan demikian, definisi sudut fase𝜑0 dapat diilustrasikan dengan Gambar 2.2.
𝐴
𝑦0
𝜑0
𝑣0
𝜔
Gambar 2.2Definisi sudut fase𝜑0.
Sehingga amplitudo, 𝐴, dengan 𝑦0 dan 𝑣0 yang diketahui adalah
𝑣 2
𝐴 = √𝑦02 + ( 0) (2.5)
𝜔
Turunan kedua dari 𝑦(𝑡) merupakan percepatan getaran yang dapat diekspresikan
dengan 𝑦(𝑡).
𝑑 2
( ) [𝑦(𝑡)] = 𝑦(𝑡) = −𝜔2𝐴 sin(𝜔𝑡 + 𝜑0) = −𝜔2𝑦(𝑡) (2.6)
𝑑𝑡
Hubungan percepatan, 𝑦(𝑡), dengan perpindahan, 𝑦(𝑡), pada Persamaan (2.6) dapat
disusun kembali menjadi
𝑦(𝑡) + 𝜔2𝑦(𝑡) = 0 (2.7)
Hal. 4
frekuensi, maupun sudut fase tertentu. Sebagai contoh, sebuah gerak non-harmonik
untukmengilustrasikan getaran yang dinyatakan dengan fungsi perpindahan searah
sumbu-x terhadap waktu, 𝑥(𝑡), yang dibentuk oleh tiga buah gerak harmonik
diperlihatkan oleh Gambar 2.3.
6
4
perpindahan, x(t)
-2
-4
-6
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
t
𝜋
𝑥1 (𝑡) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴1 = 1, 𝑓1 = 9 𝐻𝑧, 𝑑𝑎𝑛 𝜑0_1 = 2
𝜋
𝑥2 (𝑡) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴2 = 2, 𝑓1 = 3 𝐻𝑧, 𝑑𝑎𝑛 𝜑0_2 = 4
𝜋
𝑥3 (𝑡) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴3 = 4, 𝑓3 = 1 𝐻𝑧, 𝑑𝑎𝑛 𝜑0_3 = 8
Gerak non-harmonik, 𝑥(𝑡) = 𝑥1(𝑡) + 𝑥2(𝑡) + 𝑥3(𝑡)
Gambar 2.3 Profil getaran yang diilustrasikan dengan gerak non-harmonik, 𝑥(𝑡).
Gerak non-harmonik, 𝑥(𝑡), secara umum dapat diekspresikan dengan
𝑥(𝑡) = 𝐴0 + 𝐴1 sin(2𝜋𝑓1𝑡 + 𝜑01 ) + 𝐴2 sin(2𝜋𝑓2𝑡 + 𝜑02 )
(2.8)
+𝐴3 sin(2𝜋𝑓3𝑡 + 𝜑03 ) + ⋯
Harga Amplitudo (𝐴1, 𝐴2, 𝐴3, …), harga frekuensi (𝑓1, 𝑓2, 𝑓3, …), dan harga sudut fase (𝜑01 ,
𝜑02 , 𝜑03 , …) dapat diketahuidengan metode Transformasi Fourier apabila data 𝑥(𝑡)
diperoleh. Perlu dicatat, bahwa data 𝑥(𝑡) ini diperoleh melalui pengukuran dengan
menggunakan tranduser dan instrumen penganalisis getaran.
Hal. 5
dengan salah satu frekuensi natural sistem, maka akan terjadi getaran yang besar
pada sistem dan keadaan ini sangat tak diinginkan karena dapat menyebabkan
kerusakan ataupun kegagalan pada sistem.
Sebuah sistem dapat bergetar dengan sejumlah pola getaran tertentu (modus
getar).Jumlah modus getar ini bergantung kepada jumlah derajat kebebasan sistem.
Suatu sistem getaran dapat diidealisasikan dengan satu, dua, atau sejumlah N derajat
kebebasan.
𝑐 𝑘 𝑐𝑦(𝑡) 𝑘𝑦(𝑡)
𝑦(𝑡) 𝑦(𝑡)
𝑚
𝑚𝑦(𝑡)
(a) (b)
Gambar 2.4 Sistem getaran bebas satu derajat kebebasan.
(a). Model sistem
(b). Diagram benda bebas sistem.
Persamaan gerak dari getaran bebas Sistem 1-DK pada Gambar 2.4 adalah
𝑚𝑦(𝑡) + 𝑐𝑦(𝑡) + 𝑘𝑦(𝑡) = 0 (2.9)
dengan membagi Persamaan (2.9) dengan 𝑚, diperoleh
𝑐 𝑘
𝑦(𝑡) + 𝑦(𝑡) + 𝑦(𝑡) = 0 (2.10)
𝑚 𝑚
Hal. 6
𝑘
𝑦(𝑡) + 𝑦(𝑡) = 0 … (2.11)
𝑚
𝑦(𝑡) + 𝜔2 𝑦(𝑡) = 0 … (2.7)
𝑘 𝑘
𝜔2 = → 𝜔=√ =𝜔 (2.12)
𝑚 𝑚 𝑛
Frekuensi sirkuler, 𝜔, pada Persamaan (2.12) disebut dengan frekuensi pribadi sistem,
𝜔𝑛. Sehingga, persamaan getaran bebas tak teredam untuk Sistem 1-DK adalah
𝑦(𝑡) = 𝐴 sin(𝜔𝑛𝑡 + 𝜑0) (2.13)
𝑠1 𝑐 𝑐 2 𝑘
√ (2.16)
𝑠2 = − 2𝑚 ± (2𝑚) − 𝑚
Dengan demikian, solusi umum untuk Persamaan (2.10) merupakan superposisi dari
dua buah solusi yang memungkinkan, yaitu
𝑦(𝑡) = 𝐴1𝑒𝑠1𝑡 + 𝐴2𝑒𝑠2𝑡 (2.17)
𝑐 2 𝑘 𝑐 2 𝑘
( √( ) − )=0 → ( ) − =0 → 𝑐 = 2√𝑘𝑚 = 𝑐𝑐𝑟 (2.18)
2𝑚 𝑚 2𝑚 𝑚
atau
𝑘
𝑐𝑐𝑟 = 2𝑚√ = 2𝑚𝜔𝑛 (2.19)
𝑚
Hal. 7
𝑐
𝜁= (2.20)
𝑐𝑐𝑟
sehingga,
𝑐 𝑐
𝜁= → = 𝜁𝜔𝑛 (2.21)
2𝑚𝜔𝑛 2𝑚
Dengan demikian, akar persamaan kharakteristik pada Persamaaan (2.16) untuk sistem
dengan redaman kritis adalah
𝑠1 = 𝑠2 = 𝑠 = −𝜁𝜔𝑛 (2.22)
Persamaan getaran bebas teredam untuk Sistem 1-DK dengan redaman kritis
diekspresikan dalam bentuk solusi umum untuk kasus dua akar riil kembar.
𝑦(𝑡) = 𝐴1𝑒−𝜁𝜔𝑛𝑡 + 𝐴2𝑡𝑒−𝜁𝜔𝑛𝑡 (2.23)
𝑐 2 𝑘
√
( () − ) = (√(𝜁𝜔𝑛)2 − 𝜔𝑛2) = 𝜔𝑛 (√𝜁2 − 1) = 𝜔0 > 0 (2.24)
2𝑚 𝑚
Dengan kata lain, pada sistem dengan redaman lebih, koefisien peredam, 𝑐, atau
redamannya lebih besar dari redaman kritis.
𝑐 > 𝑐𝑐𝑟 (2.25)
Dengan demikian, akar persamaan kharakteristik pada Persamaaan (2.16) untuk sistem
dengan redaman lebih adalah
𝑠1
= −𝜁𝜔 ± 𝜔
𝑠2 𝑛 0 (2.26)
Persamaan getaran bebas teredam untuk Sistem 1-DK dengan redaman lebih
diekspresikan dalam bentuk solusi umum untuk kasus dua akar riil.
𝑦(𝑡) = 𝐴1𝑒−(𝜁𝜔𝑛+𝜔0)𝑡 + 𝐴2𝑒−(𝜁𝜔𝑛−𝜔0)𝑡 (2.27)
𝑐 2 𝑘
( √( ) − )<0 (2.28)
2𝑚 𝑚
maka,
Hal. 8
𝑐 2 𝑘
(√ ( ) − ) = (√(𝜁𝜔𝑛)2 − 𝜔𝑛2) = 𝜔𝑛 (√𝜁2 − 1) = 𝑖 ∙ 𝜔𝑛 (√1 − 𝜁2) (2.29)
2𝑚 𝑚
Dengan demikian, akar persamaan kharakteristik pada Persamaaan (2.16) untuk sistem
dengan redaman rendah adalah
𝑠1
= −𝜁𝜔 ± 𝑖𝜔
𝑠2 𝑛 𝐷 (2.31)
Persamaan getaran bebas teredam untuk Sistem 1-DK dengan redaman rendah
diekspresikan dalam bentuk solusi umum untuk kasus dua akar imajiner.
𝑦(𝑡) = 𝑒−𝜁𝜔𝑛𝑡[𝐴1𝑒𝑖𝜔𝐷𝑡 + 𝐴2𝑒−𝑖𝜔𝐷𝑡] (2.32)
𝑐 𝑘 𝑐𝑦(𝑡) 𝑘𝑦(𝑡)
𝑦(𝑡) 𝑦(𝑡)
𝑚
𝑚𝑦(𝑡)
𝑢(𝑡) 𝑢(𝑡)
(a) (b)
Gambar 2.5 Sistem getaran paksa satu derajat kebebasan.
(a). Model sistem
(b). Diagram benda paks sistem.
Persamaan gerak dari getaran paksa Sistem 1-DK pada Gambar 2.5 adalah
𝑚𝑦(𝑡) + 𝑐𝑦(𝑡) + 𝑘𝑦(𝑡) = 𝑢(𝑡) (2.33)
Hal. 9
Gambar 2.6 Solusi persamaan getaran paksa sistemsatu derajat kebebasan
dengan metode diferensial terhingga (Finite Differential
Method).
Persamaan gerak dari getaran paksa Sistem 1-DK pada Gambar 2.5dengan metode
diferensial terhingga (Finite Differential Method) dapat ditulis dengan
𝑦1 − 2𝑦0 + 𝑦−1 𝑦1 − 𝑦−1
𝑚( )+𝑐( ) + 𝑘𝑦0 = 𝑢(𝑡)
∆𝑡2 2∆𝑡
𝑚 𝑐 2𝑚 𝑚 𝑐
𝑦1 ( 2 + ) + 𝑦0 (𝑘 − 2) + 𝑦−1 ( 2 − ) = 𝑢(𝑡) (2.34)
∆𝑡 2∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡 2∆𝑡
2𝑚 𝑚 𝑐
𝑢(𝑡) − 𝑦0 (𝑘 − ) − 𝑦−1 ( − )
∆𝑡2 ∆𝑡2 2∆𝑡
𝑦1 = 𝑚 𝑐
∆𝑡2
+ 2∆𝑡
dimana:
𝑦1 = posisi pada saat 𝑡1
𝑦0 = posisi pada saat 𝑡0
𝑦−1 = posisi pada saat 𝑡−1
∆𝑡 = interval waktu = (𝑡1 − 𝑡0) = (𝑡0 − 𝑡−1)
Hal. 10
yang digunakan untuk mentransformasi 𝑢(𝑡) menjadi 𝑈(𝑓) maupun 𝑦(𝑡) menjadi 𝑌(𝑓)
adalah metode transformasi Fourier. Perbandingan 𝑌(𝑓) terhadap 𝑈(𝑓)merupakan FRF
yang dinotasikan dengan 𝐻(𝑓) dan diekpresikan dalam bentuk
𝑌(𝑓)
𝐻(𝑓) = (2.35)
𝑈(𝑓)
di mana 𝑅𝑒[𝐻(𝑓)] dan 𝐼𝑚[𝐻(𝑓)] masing-masing adalah bagian real dan bagian imaginer
dari 𝐻(𝑓).
3. METODOLOGI
3.1 Pengujian Getaran Bebas
3.1.1 Skema Pengujian
Skema pengujian getaran bebas diperlihatkan oleh Gambar 3.1.Pengujian ini dilakukan
terhadap objek uji berupa sistemmassadengan batang kantilever.
9 3 4
Hal. 11
5
8 7 6 1
Keterangan:
1. Set-up pengujian 2. Massa 3. Batang kantilever
4. Kertas referensi 5. Garis referensi 6. Kamera
7. Kartu memori 8. Komputer 9. Pengolah data
Hal. 12
𝑇𝑟
∆𝑡 = (3.1)
𝑁−1
16. Siapkan sebuah tabel data pada software Microsoft Excel.
Tabel data pada software Microsoft Excel dibuat dua kolom. Kolom pertama adalah
data waktu, 𝑡<s>, dan kolom kedua adalah posisi massa dari garis referensi,
𝑦(𝑡)<mm>. sebagaimana yang diperlihatkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Dataposisi massa dari garis referensi.
Gambar ke-i 𝑡<s> 𝑦(𝑡)<mm>
1 0 …
2 𝑡2 = 𝑡1 + ∆𝑡 …
. . .
. . .
. . .
N-1 𝑡𝑁−1 = 𝑡𝑁−2 + ∆𝑡 …
N 𝑡𝑁 = 𝑡𝑁−1 + ∆𝑡 ≅ 𝑇𝑟 …
Isi data 𝑦(𝑡)<mm> hanya pada baris Gambar ke-i yang memuat posisi massa dari
garis referensi berada pada posisi maksimum diatas garis referensi.Harga 𝑦(𝑡)
ditentukan dengan
𝐿
𝑦(𝑡𝑖) = 𝑦𝑔(𝑡𝑖) (3.2)
𝐿𝑔
dimana:
𝑦(𝑡𝑖) = posisi massaaktual dari garis referensi pada saat𝑡𝑖<mm>.
𝐿 = panjang batang kantilever aktual <mm>.
𝐿𝑔 = panjang batang kantilever pada gambar<mm>.
𝑦𝑔(𝑡𝑖) = posisi massapada gambar dari garis referensi pada saat𝑡𝑖<mm>.
Harga 𝐿𝑔 dan harga 𝑦𝑔(𝑡𝑖) diperoleh dari gambar pada prosedur poin 14 dengan
cara mengukur 𝐿𝑔 dan 𝑦𝑔(𝑡𝑖) pada layar monitor komputer dengan menggunakan
jangka sorong.
4. REFERENSI
Kreyszig, E., (2006):Advanced Engineering Mathematics 9th Edition, John Wiley & Sons
Inc., New York.
McConnell, K. G. (1995):Vibration Testing: Theory and Practice, John Wiley & Sons Inc.,
New York.
Mobley, R. K. (1999): Vibration Fundamentals (Plant Engineering Maintenance
(Hardback), Butterworth–Heinemann, Boston.
Ogata, K. (1995): Discrete-Time Control Systems, Prentice-Hall Inc., New Jersey.
Hal. 13
Ogata, K. (2002): Modern Control Engineering, Prentice-Hall Inc., New Jersey.
Yanto, A. and Abidin,Z. (2012):Developtment of Swept-sine Excitation Control Method to
Minimize The FRF Measurement Error, MEV (Mechatronics, Electrical Power, and
Vehicular Technology) Journal,3,57–64.
Yanto, A. and Abidin,Z. (2012): Numerical and Experimental Study of Swept-sine
Excitation Control Method To Increase Accuracy of the FRF
Measurement,Proceeding of SNTTM and Thermofluid IV, Yogyakarta, 2096-2101.
Hal. 14