Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH GETARAN

PAKSA HARMONIK

Rusman Hermawan

20200110034

Universitas nusa putra


1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sektor industri di Indonesia merupakan sektor vital bagi pendapatan negara.Berbagai
kegiatan produksi di industri tidak bisa lepas dari penggunaan mesin-mesin dan
struktur-struktur penunjang.Mesin-mesin dan struktur-struktur yang digunakan
membutuhkan perawatan agar dapat dipergunakan semaksimal mungkin.Salah satu
jenis kegiatan perawatan yang dilakukan di industri adalah perawatan prediktif.Saat
sekarang ini, salah satu jenis perawatan prediktif yang terus dikembangkan adalah
perawatan prediktif berbasis sinyal getaran yang diperoleh dengan melakukan
pengukuran getaran.
Salah satu aspek dalam pengukuran getaran adalah mengukur tingkat getaran suatu
mesin yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan suatu standar yang berlaku untuk
mesin tersebut.Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah amplitudo getaran yang
terjadi masih dalam batas yang diizinkan ataukah sudah melampaui batas yang
diizinkan oleh standar yang ada.Salah satu standar yang digunakan adalah seperti yang
terlihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1ISO 2372 – Pedoman ISO untuklevel getaran mesin.

Seringkali alat permesinan di lapangan perlu diketahui frekuensi pribadi dan modus
getarnya.Frekuensi pribadi berguna untuk menentukan daerah operasi alat permesinan
agar tidak tidak terjadi kondisi resonansi sehingga getarannya tidak besar.Sedangkan
modus getar bermanfaat untuk menggambarkan pola getar alat permesinan sehingga
dapat diketahui titik nodal atau titik getar maksimum.
Untuk mengetahui frekuensi pribadi dapat dilakukan pengujian Getaran dan Fungsi
Respon Frekuensi (FRF) sistem. Pada setiap frekuensi pribadi tersebut, dapat
digambarkan modus getarnya melalui pengujian secara eksperimental. Selain melalui

Hal. 2
kaji ekperimental, analisis frekuensi pribadi dan modus getarnya dapat pula dilakukan
melalui kaji teoritik di komputer dengan menggunakan perangkat lunak yang banyak
tersedia di pasaran.
Pada praktikum ini dilakukan pengujian getaran bebas dan paksa pada sebuah model
sistem getaran satu derajat kebebasan (Sistem 1-DK).Pengujian ini merupakan bentuk
pengujian fenomena dasar untuk memahami getaran suatu sistem.

1.2. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Menentukan karakteristik dinamik dari sistem getaran berupa rasio redaman dan
frekuensi pribadi sistem.
2. Menjelaskan fenomena getaran bebas teredam dan feonomena getaran paksa
berdasarkan karakteristik dinamik dari sistem getaran.
3. Melakukan analisis terhadap sistem getaran bebas dan sistem getaran paksa.

2. TEORI DASAR

2.1 Definisi Getaran


Getaran adalahgerak relatif dari posisi referensi berupaosilasi yang berlangsung sekali
atau berulang-ulang dalam suatu interval waktu tertentu (gerak periodik).Interval
waktu pada definisi getaran ini disebut dengan periode getaran, 𝑇. Grafik atau profil
getaran dapat berupa gerak harmonik maupun gerak non-harmonik.Getaran dapat
dinyatakan dengan fungsi perpindahan, fungsi kecepatan, ataupun fungsi percepatan
getaran.

2.1.1 Gerak Harmonik


Gerak harmonik merupakan gerak periodik atau profil getaran yang paling
sederhana.Sebuah gerak harmonik untukmengilustrasikangetaran yang dinyatakan
dengan fungsi perpindahansearah sumbu-y terhadap waktu,𝑦(𝑡), dengan amplitudo, 𝐴,
dapat dipresentasikan seperti Gambar 2.1.
Fungsi perpindahan, 𝑦(𝑡), diekspresikan dengan
𝑦(𝑡) = 𝐴 sin(𝜔𝑡 + 𝜑0) (2.1)
dimana 𝜔 adalah frekuensi sirkuler (rad/s) dan 𝜑0adalah sudut fase (rad).
Turunan pertama dari 𝑦(𝑡) merupakan kecepatan getaran yang dapat diekspresikan
dengan 𝑦(𝑡).
𝑑
[𝑦(𝑡)] = 𝑦(𝑡) = 𝜔𝐴 cos(𝜔𝑡 + 𝜑0) (2.2)
𝑑𝑡

𝑦(𝑡)
𝑣0

𝑦0 𝐴

𝑡
0
𝜑0 2𝜋 1
𝜔 𝑇= = Hal. 3
𝜔 𝑓
Gambar 2.1Profil getaran yang diilustrasikan dengan gerak harmonik, 𝑦(𝑡).
Apabila pada awal getaran diplot atau pada saat 𝑡 = 0 diketahui perpindahan
awalsebesar𝑦0 dan kecepatan getaran awal sebesar𝑣0, maka pada saat 𝑡 = 0
𝑦(0) = 𝐴 sin(𝜔 ∙ 0 + 𝜑0) = 𝐴 sin(𝜑0) = 𝑦0
𝑦0
sin(𝜑0) = (2.3)
𝐴 𝑦0
𝜑 = sin−1 )
0 (
𝐴
dan
𝑦(0) = 𝜔𝐴 cos(𝜔 ∙ 0 + 𝜑0) = 𝜔𝐴 cos(𝜑0) = 𝑣0
𝑣0
cos(𝜑0) = (2.4)
𝜔𝐴
𝑣0
𝜑0 = cos ( )
−1
𝜔𝐴
Dengan demikian, definisi sudut fase𝜑0 dapat diilustrasikan dengan Gambar 2.2.

𝐴
𝑦0

𝜑0
𝑣0
𝜔
Gambar 2.2Definisi sudut fase𝜑0.
Sehingga amplitudo, 𝐴, dengan 𝑦0 dan 𝑣0 yang diketahui adalah

𝑣 2
𝐴 = √𝑦02 + ( 0) (2.5)
𝜔

Turunan kedua dari 𝑦(𝑡) merupakan percepatan getaran yang dapat diekspresikan
dengan 𝑦(𝑡).
𝑑 2
( ) [𝑦(𝑡)] = 𝑦(𝑡) = −𝜔2𝐴 sin(𝜔𝑡 + 𝜑0) = −𝜔2𝑦(𝑡) (2.6)
𝑑𝑡
Hubungan percepatan, 𝑦(𝑡), dengan perpindahan, 𝑦(𝑡), pada Persamaan (2.6) dapat
disusun kembali menjadi
𝑦(𝑡) + 𝜔2𝑦(𝑡) = 0 (2.7)

2.1.2 Gerak Non-Harmonik


Gerak non-harmonik merupakan gerak periodik yang dibentuk oleh beberapa gerak
harmonik, dimana setiap gerak harmonik yang membentuknya memiliki ampitudo,

Hal. 4
frekuensi, maupun sudut fase tertentu. Sebagai contoh, sebuah gerak non-harmonik
untukmengilustrasikan getaran yang dinyatakan dengan fungsi perpindahan searah
sumbu-x terhadap waktu, 𝑥(𝑡), yang dibentuk oleh tiga buah gerak harmonik
diperlihatkan oleh Gambar 2.3.
6

4
perpindahan, x(t)

-2

-4

-6
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
t
𝜋
𝑥1 (𝑡) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴1 = 1, 𝑓1 = 9 𝐻𝑧, 𝑑𝑎𝑛 𝜑0_1 = 2
𝜋
𝑥2 (𝑡) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴2 = 2, 𝑓1 = 3 𝐻𝑧, 𝑑𝑎𝑛 𝜑0_2 = 4
𝜋
𝑥3 (𝑡) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴3 = 4, 𝑓3 = 1 𝐻𝑧, 𝑑𝑎𝑛 𝜑0_3 = 8
Gerak non-harmonik, 𝑥(𝑡) = 𝑥1(𝑡) + 𝑥2(𝑡) + 𝑥3(𝑡)
Gambar 2.3 Profil getaran yang diilustrasikan dengan gerak non-harmonik, 𝑥(𝑡).
Gerak non-harmonik, 𝑥(𝑡), secara umum dapat diekspresikan dengan
𝑥(𝑡) = 𝐴0 + 𝐴1 sin(2𝜋𝑓1𝑡 + 𝜑01 ) + 𝐴2 sin(2𝜋𝑓2𝑡 + 𝜑02 )
(2.8)
+𝐴3 sin(2𝜋𝑓3𝑡 + 𝜑03 ) + ⋯
Harga Amplitudo (𝐴1, 𝐴2, 𝐴3, …), harga frekuensi (𝑓1, 𝑓2, 𝑓3, …), dan harga sudut fase (𝜑01 ,
𝜑02 , 𝜑03 , …) dapat diketahuidengan metode Transformasi Fourier apabila data 𝑥(𝑡)
diperoleh. Perlu dicatat, bahwa data 𝑥(𝑡) ini diperoleh melalui pengukuran dengan
menggunakan tranduser dan instrumen penganalisis getaran.

2.2 Jenis Getaran

Secara umum getaran dibagi atas 2 (dua) jenis yaitu:


1. Getaran Bebas
Getaran bebas merupakan getaran yang terjadi apabila sistem berosilasi akibat gaya
yang ada di dalam sistem itu sendiri (inherit) bekerja tanpa adanya gaya dari luar
sistem. Getaran bebas dapat diamati dengan memberikan kondisi awal pada sistem
(𝑦0 dan/atau 𝑣0). Sistem yang bergetar bebas akan berosilasi pada satu atau lebih
frekuensi naturalnya. Semua sistem yang memiliki massa dan kekakuan dapat
mengalami getaran bebas.
2. Getaran Paksa
Getaran paksa merupakan getaran yang terjadi apabila sistem berosilasi akibat
stimulus berupa gaya eksitasi dari luar sistem. Bila gaya eksitasimerupakan gaya
harmonik yang berosilasi dengan suatu frekuensi tertentu, maka sistem akan
bergetar pula pada frekuensi tersebut. Akan tetapi, jika frekuensi gaya eksitasi sama

Hal. 5
dengan salah satu frekuensi natural sistem, maka akan terjadi getaran yang besar
pada sistem dan keadaan ini sangat tak diinginkan karena dapat menyebabkan
kerusakan ataupun kegagalan pada sistem.

Sebuah sistem dapat bergetar dengan sejumlah pola getaran tertentu (modus
getar).Jumlah modus getar ini bergantung kepada jumlah derajat kebebasan sistem.
Suatu sistem getaran dapat diidealisasikan dengan satu, dua, atau sejumlah N derajat
kebebasan.

2.3 Getaran Bebas


Suatu sistem getaran bebas yang diidealisasikan sebagai sistem satu derajat kebebasan
(Sistem 1-DK) dapat dimodelkan dengan sistem yang terdiri dari sebuah massa, 𝑚,
sebuah kekakuan, 𝑘, dan sebuah redaman, 𝑐, sebagaimana yang diperlihatkan oleh
Gambar 2.4(a). Diagram benda bebas dari model Sistem 1-DK ini ditunjukkan oleh
Gambar 2.4(b). Sebuah koordinat𝑦sebagai keluaran sistem menggambarkan posisi
massa, 𝑚, relatif terhadap posisi referensi dalam domain waktu, 𝑡.

𝑐 𝑘 𝑐𝑦(𝑡) 𝑘𝑦(𝑡)

𝑦(𝑡) 𝑦(𝑡)
𝑚
𝑚𝑦(𝑡)

(a) (b)
Gambar 2.4 Sistem getaran bebas satu derajat kebebasan.
(a). Model sistem
(b). Diagram benda bebas sistem.
Persamaan gerak dari getaran bebas Sistem 1-DK pada Gambar 2.4 adalah
𝑚𝑦(𝑡) + 𝑐𝑦(𝑡) + 𝑘𝑦(𝑡) = 0 (2.9)
dengan membagi Persamaan (2.9) dengan 𝑚, diperoleh
𝑐 𝑘
𝑦(𝑡) + 𝑦(𝑡) + 𝑦(𝑡) = 0 (2.10)
𝑚 𝑚

2.3.1 Getaran Bebas Tak Teredam


Untuk kasus getaran bebas tak teredam, maka harga redaman, 𝑐, pada Persamaan (2.10)
adalah nol (sistem tanpa redaman), sehingga diperoleh persamaan getaran bebas tak
teredam dalam bentuk
𝑘
𝑦(𝑡) + 𝑦(𝑡) = 0 (2.11)
𝑚
Dengan menyamakan posisi setiap komponen Persamaan (2.11) dengan komponen
Persamaan (2.7),didapatkan

Hal. 6
𝑘
𝑦(𝑡) + 𝑦(𝑡) = 0 … (2.11)
𝑚
𝑦(𝑡) + 𝜔2 𝑦(𝑡) = 0 … (2.7)

𝑘 𝑘
𝜔2 = → 𝜔=√ =𝜔 (2.12)
𝑚 𝑚 𝑛

Frekuensi sirkuler, 𝜔, pada Persamaan (2.12) disebut dengan frekuensi pribadi sistem,
𝜔𝑛. Sehingga, persamaan getaran bebas tak teredam untuk Sistem 1-DK adalah
𝑦(𝑡) = 𝐴 sin(𝜔𝑛𝑡 + 𝜑0) (2.13)

2.3.1 Getaran Bebas Teredam


Untuk menyelesaian Persamaan (2.10), suatu fungsi eksponensial, 𝑦(𝑡) = 𝐴𝑒𝑠𝑡, dapat
digunakan, sehingga diperoleh
𝑐 𝑘
𝑠2𝐴𝑒𝑠𝑡 + 𝑠𝐴𝑒𝑠𝑡 + 𝐴𝑒𝑠𝑡 = 0
𝑚 𝑚
𝑐 𝑘 (2.14)
(𝑠 + 𝑠 + ) 𝐴𝑒 = 0
2 𝑠𝑡
𝑚 𝑚
Persamaan kharateristik pada Persamaan (2.14) adalah
𝑐 𝑘
𝑠2 + 𝑠 + = 0 (2.15)
𝑚 𝑚
Akar dari Persamaan (2.15) adalah

𝑠1 𝑐 𝑐 2 𝑘
√ (2.16)
𝑠2 = − 2𝑚 ± (2𝑚) − 𝑚

Dengan demikian, solusi umum untuk Persamaan (2.10) merupakan superposisi dari
dua buah solusi yang memungkinkan, yaitu
𝑦(𝑡) = 𝐴1𝑒𝑠1𝑡 + 𝐴2𝑒𝑠2𝑡 (2.17)

Sistem dengan Redaman Kritis


Pada sistem yang berosilasi dengan redaman kritis, 𝑐𝑐𝑟, komponen Persamaan (2.16)
yang bertanda akar sama dengan nol, sehingga

𝑐 2 𝑘 𝑐 2 𝑘
( √( ) − )=0 → ( ) − =0 → 𝑐 = 2√𝑘𝑚 = 𝑐𝑐𝑟 (2.18)
2𝑚 𝑚 2𝑚 𝑚

atau

𝑘
𝑐𝑐𝑟 = 2𝑚√ = 2𝑚𝜔𝑛 (2.19)
𝑚

Rasio redaman, 𝜁, didefinisikan dengan

Hal. 7
𝑐
𝜁= (2.20)
𝑐𝑐𝑟

sehingga,
𝑐 𝑐
𝜁= → = 𝜁𝜔𝑛 (2.21)
2𝑚𝜔𝑛 2𝑚

Dengan demikian, akar persamaan kharakteristik pada Persamaaan (2.16) untuk sistem
dengan redaman kritis adalah
𝑠1 = 𝑠2 = 𝑠 = −𝜁𝜔𝑛 (2.22)

Persamaan getaran bebas teredam untuk Sistem 1-DK dengan redaman kritis
diekspresikan dalam bentuk solusi umum untuk kasus dua akar riil kembar.
𝑦(𝑡) = 𝐴1𝑒−𝜁𝜔𝑛𝑡 + 𝐴2𝑡𝑒−𝜁𝜔𝑛𝑡 (2.23)

Sistem dengan Reredam Lebih


Pada sistem yang berosilasi dengan redaman lebih, komponen Persamaan (2.16) yang
bertanda akar sama lebih besar dari nol, sehingga

𝑐 2 𝑘

( () − ) = (√(𝜁𝜔𝑛)2 − 𝜔𝑛2) = 𝜔𝑛 (√𝜁2 − 1) = 𝜔0 > 0 (2.24)
2𝑚 𝑚

Dengan kata lain, pada sistem dengan redaman lebih, koefisien peredam, 𝑐, atau
redamannya lebih besar dari redaman kritis.
𝑐 > 𝑐𝑐𝑟 (2.25)

Dengan demikian, akar persamaan kharakteristik pada Persamaaan (2.16) untuk sistem
dengan redaman lebih adalah
𝑠1
= −𝜁𝜔 ± 𝜔
𝑠2 𝑛 0 (2.26)

Persamaan getaran bebas teredam untuk Sistem 1-DK dengan redaman lebih
diekspresikan dalam bentuk solusi umum untuk kasus dua akar riil.
𝑦(𝑡) = 𝐴1𝑒−(𝜁𝜔𝑛+𝜔0)𝑡 + 𝐴2𝑒−(𝜁𝜔𝑛−𝜔0)𝑡 (2.27)

Sistem dengan RedamanRendah


Pada sistem yang berosilasi dengan redaman rendah, komponen Persamaan (2.16) yang
bertanda akar sama lebih kecil dari nol, sehingga

𝑐 2 𝑘
( √( ) − )<0 (2.28)
2𝑚 𝑚

maka,

Hal. 8
𝑐 2 𝑘
(√ ( ) − ) = (√(𝜁𝜔𝑛)2 − 𝜔𝑛2) = 𝜔𝑛 (√𝜁2 − 1) = 𝑖 ∙ 𝜔𝑛 (√1 − 𝜁2) (2.29)
2𝑚 𝑚

di mana 𝑖 = √−1 adalah unit bilangan imajiner.


Dengan
𝜔𝐷 = 𝜔𝑛 (√1 − 𝜁2) (2.30)

Dengan demikian, akar persamaan kharakteristik pada Persamaaan (2.16) untuk sistem
dengan redaman rendah adalah
𝑠1
= −𝜁𝜔 ± 𝑖𝜔
𝑠2 𝑛 𝐷 (2.31)

Persamaan getaran bebas teredam untuk Sistem 1-DK dengan redaman rendah
diekspresikan dalam bentuk solusi umum untuk kasus dua akar imajiner.
𝑦(𝑡) = 𝑒−𝜁𝜔𝑛𝑡[𝐴1𝑒𝑖𝜔𝐷𝑡 + 𝐴2𝑒−𝑖𝜔𝐷𝑡] (2.32)

2.4 Getaran Paksa


Apabila Sistem 1-DK sebagaimana yang diperlihatkan oleh Gambar 2.4(a) diberi
stimulus berupa gaya eksitasi, 𝑢(𝑡), maka model getaran paksa dariSistem 1-DK ini
dapat ditunjukkan oleh Gambar 2.5(a) dengan diagram benda bebas seperti Gambar
2.5(b).

𝑐 𝑘 𝑐𝑦(𝑡) 𝑘𝑦(𝑡)

𝑦(𝑡) 𝑦(𝑡)
𝑚
𝑚𝑦(𝑡)

𝑢(𝑡) 𝑢(𝑡)

(a) (b)
Gambar 2.5 Sistem getaran paksa satu derajat kebebasan.
(a). Model sistem
(b). Diagram benda paks sistem.
Persamaan gerak dari getaran paksa Sistem 1-DK pada Gambar 2.5 adalah
𝑚𝑦(𝑡) + 𝑐𝑦(𝑡) + 𝑘𝑦(𝑡) = 𝑢(𝑡) (2.33)

2.4.1 Metode Diferensial Terhingga


Solusi Persamaan (2.33) dengan metode diferensial terhingga (Finite Differential
Method) dapat diilustrasikan dengan Gambar 2.6.

Hal. 9
Gambar 2.6 Solusi persamaan getaran paksa sistemsatu derajat kebebasan
dengan metode diferensial terhingga (Finite Differential
Method).
Persamaan gerak dari getaran paksa Sistem 1-DK pada Gambar 2.5dengan metode
diferensial terhingga (Finite Differential Method) dapat ditulis dengan
𝑦1 − 2𝑦0 + 𝑦−1 𝑦1 − 𝑦−1
𝑚( )+𝑐( ) + 𝑘𝑦0 = 𝑢(𝑡)
∆𝑡2 2∆𝑡
𝑚 𝑐 2𝑚 𝑚 𝑐
𝑦1 ( 2 + ) + 𝑦0 (𝑘 − 2) + 𝑦−1 ( 2 − ) = 𝑢(𝑡) (2.34)
∆𝑡 2∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡 2∆𝑡
2𝑚 𝑚 𝑐
𝑢(𝑡) − 𝑦0 (𝑘 − ) − 𝑦−1 ( − )
∆𝑡2 ∆𝑡2 2∆𝑡
𝑦1 = 𝑚 𝑐
∆𝑡2
+ 2∆𝑡

dimana:
𝑦1 = posisi pada saat 𝑡1
𝑦0 = posisi pada saat 𝑡0
𝑦−1 = posisi pada saat 𝑡−1
∆𝑡 = interval waktu = (𝑡1 − 𝑡0) = (𝑡0 − 𝑡−1)

2.4.2 Pengukuran Fungsi Respon Frekuensi (FRF)


Sebuah sistem getaran paksa dapat dipresentasikan dalam bentuk sebuah diagram blok
FRI (Fungsi Respon Impuls) seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.7. FRI dinotasikan
dengan ℎ dalam domain waktu 𝑡. Gaya eksitasi dan respon getaran sistem masing-
masing dinotasikan dengan 𝑢 dan 𝑦 dalam domain waktu 𝑡.

Gambar 2.7 Diagram blok FRI.


Pada pengukuran FRF, 𝑢(𝑡) dan 𝑦(𝑡) diukur secara bersamaan. Sinyal 𝑢(𝑡) dan 𝑦(𝑡) yang
terukur masing-masing ditransformasi menjadi spektrum frekuensi gaya dan spektrum
frekuensi respon getaran. Spektrum frekuensi gaya dan spektrum frekuensi respon
getaran masing-masing dinotasikan dengan 𝑈 dan 𝑌 dalam domain frekuensi 𝑓. Metode

Hal. 10
yang digunakan untuk mentransformasi 𝑢(𝑡) menjadi 𝑈(𝑓) maupun 𝑦(𝑡) menjadi 𝑌(𝑓)
adalah metode transformasi Fourier. Perbandingan 𝑌(𝑓) terhadap 𝑈(𝑓)merupakan FRF
yang dinotasikan dengan 𝐻(𝑓) dan diekpresikan dalam bentuk
𝑌(𝑓)
𝐻(𝑓) = (2.35)
𝑈(𝑓)

Pengukuran FRF ini dapat diilustrasikan dengan Gambar 2.8.

Gambar 2.8Pengukuran FRF.


FRF dapat dinyatakan dengan magnitudo FRF yang dinotasikan dengan |𝐻(𝑓)| dan
sudut fasa yang dinotasikan dengan ∠𝐻(𝑓).Persamaan (2.36) dan (2.37) berikut masing-
masing mengekspresikan |𝐻(𝑓)|dan ∠𝐻(𝑓).
|𝐻(𝑓)| = √{𝑅𝑒[𝐻(𝑓)]}2 + {𝐼𝑚[𝐻(𝑓)]}2 (2.36)
𝐼𝑚[𝐻(𝑓)]
∠𝐻(𝑓) = 𝑡𝑎𝑛−1
𝑅𝑒[𝐻(𝑓)] (2.37)

di mana 𝑅𝑒[𝐻(𝑓)] dan 𝐼𝑚[𝐻(𝑓)] masing-masing adalah bagian real dan bagian imaginer
dari 𝐻(𝑓).

3. METODOLOGI
3.1 Pengujian Getaran Bebas
3.1.1 Skema Pengujian
Skema pengujian getaran bebas diperlihatkan oleh Gambar 3.1.Pengujian ini dilakukan
terhadap objek uji berupa sistemmassadengan batang kantilever.

9 3 4

Hal. 11
5

8 7 6 1

Keterangan:
1. Set-up pengujian 2. Massa 3. Batang kantilever
4. Kertas referensi 5. Garis referensi 6. Kamera
7. Kartu memori 8. Komputer 9. Pengolah data

Gambar 3.1Skema pengujian getaran bebas.

3.1.2 Prosedur Pengujian


Tahapan-tahapan pengujian adalah sebagai berikut:
1. Siapkan set-up pengujian.
2. Timbang massa, 𝑚<kg>.
3. Pasang massa, 𝑚, pada batang kantilever.
4. Atur panjang batang kantilever pada harga tertentu, 𝐿<mm>.
5. Siapkan kertas referensi.
6. Gambarkan posisi referensi batang kantilever berupa garis pada kertas referensi.
7. Siapkan kamera untuk mendokumentasikan getaran sistem massa dengan batang
kantilever.
8. Berikan simpangan awal massa, 𝑦0<mm> dengan menarik massasearah sumbu y
posistif (keatas) dengan menggunakan tangan.
9. Hidupkan kamera dengan mode video.
10. Lepaskan massa.
11. Rekam getaran sistem massa dengan batang kantilever selama waktu tertentu,
𝑇𝑟<s>.
12. Simpan video getaran sistem massa dengan batang kantilever dalam memori
kamera.
13. Pindahkan data video getaran sistem massa dengan batang kantilever dalam
memori kamera ke dalam komputer.
14. Ekstrak filevideo getaran sistem massa dengan batang kantilever dengan
menggunakan perangkat lunak (software) ACDSee Pro 3 sehingga diperoleh 𝑁 buah
gambar posisi massa dari garis referensi.
15. Hitung interval waktu, ∆𝑡<s>, dengan

Hal. 12
𝑇𝑟
∆𝑡 = (3.1)
𝑁−1
16. Siapkan sebuah tabel data pada software Microsoft Excel.
Tabel data pada software Microsoft Excel dibuat dua kolom. Kolom pertama adalah
data waktu, 𝑡<s>, dan kolom kedua adalah posisi massa dari garis referensi,
𝑦(𝑡)<mm>. sebagaimana yang diperlihatkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Dataposisi massa dari garis referensi.
Gambar ke-i 𝑡<s> 𝑦(𝑡)<mm>
1 0 …
2 𝑡2 = 𝑡1 + ∆𝑡 …
. . .
. . .
. . .
N-1 𝑡𝑁−1 = 𝑡𝑁−2 + ∆𝑡 …
N 𝑡𝑁 = 𝑡𝑁−1 + ∆𝑡 ≅ 𝑇𝑟 …
Isi data 𝑦(𝑡)<mm> hanya pada baris Gambar ke-i yang memuat posisi massa dari
garis referensi berada pada posisi maksimum diatas garis referensi.Harga 𝑦(𝑡)
ditentukan dengan
𝐿
𝑦(𝑡𝑖) = 𝑦𝑔(𝑡𝑖) (3.2)
𝐿𝑔

dimana:
𝑦(𝑡𝑖) = posisi massaaktual dari garis referensi pada saat𝑡𝑖<mm>.
𝐿 = panjang batang kantilever aktual <mm>.
𝐿𝑔 = panjang batang kantilever pada gambar<mm>.
𝑦𝑔(𝑡𝑖) = posisi massapada gambar dari garis referensi pada saat𝑡𝑖<mm>.
Harga 𝐿𝑔 dan harga 𝑦𝑔(𝑡𝑖) diperoleh dari gambar pada prosedur poin 14 dengan
cara mengukur 𝐿𝑔 dan 𝑦𝑔(𝑡𝑖) pada layar monitor komputer dengan menggunakan
jangka sorong.

3.1.3 Prosedur Pengolahan Data


Tahapan-tahapan pengujian adalah sebagai berikut:

4. REFERENSI

Kreyszig, E., (2006):Advanced Engineering Mathematics 9th Edition, John Wiley & Sons
Inc., New York.
McConnell, K. G. (1995):Vibration Testing: Theory and Practice, John Wiley & Sons Inc.,
New York.
Mobley, R. K. (1999): Vibration Fundamentals (Plant Engineering Maintenance
(Hardback), Butterworth–Heinemann, Boston.
Ogata, K. (1995): Discrete-Time Control Systems, Prentice-Hall Inc., New Jersey.

Hal. 13
Ogata, K. (2002): Modern Control Engineering, Prentice-Hall Inc., New Jersey.
Yanto, A. and Abidin,Z. (2012):Developtment of Swept-sine Excitation Control Method to
Minimize The FRF Measurement Error, MEV (Mechatronics, Electrical Power, and
Vehicular Technology) Journal,3,57–64.
Yanto, A. and Abidin,Z. (2012): Numerical and Experimental Study of Swept-sine
Excitation Control Method To Increase Accuracy of the FRF
Measurement,Proceeding of SNTTM and Thermofluid IV, Yogyakarta, 2096-2101.

Hal. 14

Anda mungkin juga menyukai