Oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2.2.2 Etiologi
Hipertensi adalah asimtomatik. Gejala-gejala menandakan kerusakan
pada organ targeet seperti otak, ginjal, mata, dan jantung. Bila tak
teratasi, hipertensi dapat menimbulkan stroke, gagal ginjal, dan
kebutaan, dan gagal jantung kongestif. Berdasarkan penyebabnya
hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Esensial (primer/idiopatik) etiologi tak diketahui, dapat dipercepat
atau maligna, namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system
rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress Sekunder atau hipertensi renal disebabkan oleh proses
penyakit dasar. Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim
renal/vakuler renal.
2. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll. Pada
umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan
4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua
serta pelabaran pembuluh darah.
2.2.3 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganlia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinephrin
mengakibatkankontriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan
dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinephrine, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan rtensi Natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vascular.
Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology, perubahan sruktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(Volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
2.2.5 Penatalaksanaan
Deteksi dan tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di
bawah 140 mmHg dan tekanan diastolic di bawah 90 mmHg dan mengntrol
factor risiko. Hal ini dapat di capai melalui modifikasi gaya hidup saja atau
dengan obat antihipertensi. Terapi tanpa Obat Diet yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah :
1. Penurunan konsumsi garam dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/hari
2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah.
a. Olahraga yang dianjurkan seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang, dan lain-lain.
b. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona
latihan.
c. Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas
aerobic atau 72-80% dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
d. Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali/minggu dan lebih baik lagi 5
kali/minggu.
Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplkasi
lebih lanjut.
1. Terapi Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pilihan obat untuk penderita hipertensi adalah sebagai
berikut :
a. Hipertensi tanpa komplikasi : diuretic, beta blocker.
b. Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu : inhibitor ACE,
penghambat reseptor angiotensin II, alfa blocker, alfa-beta-
blocker, beta blocker, antagonis Ca dan diuretic
c. Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan
proteinuria diberikan inhibitor ACE.
d. Pada penderita dengan gagal jantung diberikan inhibitor ACE
dan diuretic.
e. Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca
dihidropiridin kerja sama.
f. Penderita dengan infark miokard : beta blocker (non ISA),
inhibitor ACE (dengan disfungsi systolic)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tinjauan Kasus :
Tn.J (60 tahun) dengan pendidikan tamat SI bekerja sebagai seorang pensiunan
PNS menikah dengan Ny.S (60 tahun) tamat SMA seorang ibu rumah tangga
mempunyai penyakit hipertensi sejak 15 tahun lalu. Tn J dan Ny.S mempunyai 1
orang anak yaitu Tn.S (37 tahun) lulus SMA menikah dengan Ny.K (36 tahun)
lulus SMA mempunyai seorang anak yaitu An.A (9 tahun) yang saat ini duduk
dibangku kelas 4 SD. Tn. S mempunyai penyakit hipertensi semenjak 5 tahun
yang lalu. Untukmengatasimasalahtersebut, Ny.Kselalu mengantarakan Tn.S ke
Rs ataupun puskesmas untuk mengontrol tekanan darah Tn.S. Keluarga Tn.J
sangat peduli akan kesehatan.
3.1 Pengkajian
3.1.1. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. J
2. Alamat dan Telpon : Jl. Mawar No 21 RT.2
RW.1 Kec. Sawahan Kel. Santreyan Blitar
3. Pekerjaan kepala keluarga : PNS (Pensiun)
4. Pendidikan kepala keluarga : Sarjana (Tamat)
5. Komposisi keluarga
Genogram :
1 2
3 4
5
Keterangan :
Perempuan Menikah
Satu Rumah
1. KK
2. Isteri KK 4. Menantu KK
3. Anak Pertama KK 5. Cucu KK
6. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn.J adalah Extended Family yaitu dalam satu keluarga terdiri dari
ayah, ibu, anak, menantu dan cucu.
7. Suku Bangsa
Keluarga klien berasal dari suku jawa atau Indonesia, kebudayaan yang dianut
tidak bertentangan degan masalah kesehatan sedangkan bahasa sehari-hari yang
digunakan adalah bahasa jawa.
8. Agama
Seluruh anggota Tn.J adalah beragama islam dan taat beribadah, sering mengikuti
pengajian yang ada di RT serta berdoa agar Tn.S dapat sembuh dari penyakit yang
dideritanya
9. Status sosial ekonomi keluarga
A. Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari KK dan anak
KK sejumlah Rp 1.500.000/bulan. Kebutuhan yang diperlukan
keluarga:
1. Makan Rp 750.000
2. Bayar Listrik/PDAM Rp 200.000
3. Pendidikan Rp 150.000
4. Lain-lain Rp 150.000
Total Rp 1.200.000, Sisanya ditabungkan untuk kebutuhan yang
mendadak.
B. Barang-barang yang dimiliki: 2 buah TV, 4 kipas angin dan 2 sepeda
angin, 1 motor. Pada ruang tamu terdapat 1 set kursi dan lemari, pada
ruang tengah terdapat 2 lemari pakaian dan 1 kulkas.
10. Aktifitas rekreasi keluarga
Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton TV
bersama dirumah, sedangkan rekreasi diluar rumah kadang-kadang ikut
rombongan pengajian yang ada (ziarah wali songo) yang diadakan 2-3 tahun
sekali.
3.1.3. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
a. Luas : 8 X 20 M2
b. Jenis : Permanen
C. Sirkulasi udara: 2 pintu X 1.9 X 0.9 m2 = 3.42 m2
Pencahayaan : 2 jendela X 1.2 X 0.7 m2
= 1.68 m2 dibuka
3 jendela X 1 X 0.6 m2 = 1.8 m2 dibuka
Angin-angin 4 X 0.3 m2 = 1.2 m2
Angin-angin 3 X 0.3 X 0.6 m2 = 0.54 m2
Total = 8.64 m2
Jadi sirkulasi udara dan pencahayaan Tn.J cukup
d. pemanfaatan ruangan rumah : perabot tertata rapi
e. kebersihan ruangan : bersih
f. lantai : keramik
g. jarak septic tank dengan sumur : > 10 meter
h. sumber air minum : tandon air hujan
i. pembuangan limbah : melalui selokan
j. halaman dimanfaatkan dengan tanaman hias
k. keadaan pekatangan bersih
l. pembuangan sampah dibakar
Denah Rumah
B C E
D
Keterangan :
A : Ruang Tamu
B : Kamar Tidur 1
C : Kamar Tidur 2
D : Kamar Mandi
E : Dapur
: Pintu Utama
: Jendela
Jumlah 3 2/
3
Jumlah 2 5/
6
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab utama jantung,stroke,gagal ginjal
(Brunner & Suddart, 2002).
Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan
tekanan distolik > 90 mmHg. Penyakit hipertensi merupakan penyakit
yang paling banyak di jumpai pada orang yang lanjut usia. Pada penerapan
asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada pada
tinjauan kasus
4.2 Saran
Setelah penulis membahas asuhan keperawtan keluarga pada pasien
dengan hipertensi penulis dapat memberikan saran :
1.Diharapkan kepada perawat sejawat agar meningkatkan mutu asuhan
keperawatan keluarga khusunya pasien hipertensi
2.Diharapkan adanya kerja sama yang baik antara perawat dengan
pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya untuk mendukung
kesembuhan pasien dan keberhasilan dari asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA