PENDAHULUAN
2.2 Etiologi
Etiologi RA belum diketahui dengan pasti.Namun, kejadiannya dikorelasikan
dengan interaksi yang kompleks antara factor genetik dan lingkungan
(Suarjana, 2009).
1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB 1 dan faktor
inimemiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
(Suarjana,2009).
2. Hormon sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari
PlacentalCorticotraonin Releasing Hormone yang
mensekresidehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat
penting dalamsintesis estrogen plasenta. Daan stimulasi esterogen dan
progesteronepada respon imun humoral (TH2) dan menghambat respon
imun selular(TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan sehingga
estrogen danprogesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap
perkembanganpenyakit ini ( Suarjana, 2009).
3. Faktor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi selinduk
semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehinggamuncul
timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009).
4. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi
sebagairespon terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence)
asamamino homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul
dimanaantibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan
selHost. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya reaksi silang
limfositdengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis
(Suarjana,2009).
5. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok (Longo, 2012).
2.3 Patofisiologi
RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi.Reaksi
autoimun terjadi dalam jaringan sinovial.Kerusakan sendi mulai terjadi dari
proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial.Limfosit menginfiltrasi daerah
perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi
neovaskularisasi.Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi
oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi.Terbentuknya pannus akibat
terjadinya pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial yang mengalami
inflamasi.Pannus kemudian menginvasi dan merusakrawan sendi dan tulang
Respon imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan faktor
pertumbuhan.Respon ini mengakibatkandestruksi sendi dan komplikasi
sistemik (Surjana, 2009).
Sel T dan sel B merupakan respon imunologi spesifik.Sel T merupakan
bagian dari sistem immunologi spesifik selular berupa Th1, Th2, Th17, Treg,
Tdth, CTL/Tc, NKT.Sitokin dan sel B merupakan respon imunologi spesifik
humoral, sel B berupa IgG, IgA, IgM, IgE, IgD (Baratwidjaja, 2012).
Peran sel T pada RA diawali oleh interaksi antara reseptor sel T dengan share
epitop dari major histocompability complex class II (MHCII-SE) dan peptida
pada antigen-presenting cell (APC) pada sinovium atau sistemik. Dan peran
sel B dalam imunopatologis RA belum diketahi secara pasti (Suarjana, 2009).
2.4 Manifestasi Klinis
Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam beberapa minggu atau
bulan.Sering pada keadaan awal tidak menunjukkan tanda yang jelas.
Keluhan tersebut dapat berupa keluhan umum, keluhan pada sendi dan
keluhan diluar sendi (Putra dkk,2013).
1. Keluhanumum
Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan
menurun, peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan berat
badan.
2. Kelainansendi
Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi
pergelangan tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis).Sendi lainnya
juga dapat terkena seperti sendi siku, bahu sterno-klavikula,
panggul, pergelangan kaki.Kelainan tulang belakang terbatas pada
leher.Keluhan sering berupa kaku sendi di pagi hari,
pembengkakan dan nyeri sendi.
3. Kelainan diluar sendi
a. Kulit
Nodul subkutan (nodul rematoid)
b. Jantung
Kelainan jantung yang simtomatis jarang didapatkan, namun
40% pada autopsi RA didapatkan kelainan perikard
c. Paru
Kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan
kelainan pleura (efusi pleura, nodulsubpleura)
d. Saraf
Berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang
sering terjadi berupa keluhan kehilangan rasa sensoris di
ekstremitas dengan gejala foot or wristdrop
e. Mata
Terjadi sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika) berupa
kekeringan mata, skleritis atau eriskleritis dan
skleromalaseperforans
f. Kelenjar limfe
Sindrom Felty adalah RA dengan spleenomegali,
limpadenopati, anemia, trombositopeni, dan neutropeni.
Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium pada RA yaitu (Nasution,
2011) :
1. Stadium sinovitis
Artritis terjadi pada RA disebabkan oleh sinovitis,yaitu inflamasi pada
membran sinovial yang membungkus sendi. Sendi yang terlibat
umumnya simetris, meski pada awal bisa jadi tidak simetris.Sinovitis ini
menyebabkan erosi permukaan sendi sehingga terjadi deformitas dan
kehilangan fungsi (Nasution, 2011).Sendi pergelangan tangan hampir
selalu terlibat, termasuk sendi interfalang proksimal dan
metakarpofalangeal (Suarjana, 2009).
2. Stadium destruksi
Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi kerusakan pada jaringan
synovial (Nasution, 2011).
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi yang terjadi secara menetap (Nasution,
2011).
1. Faktor genetik
2. Usia
1. Gayahidup
a) Status sosialekonomi
Penelitian di Inggris dan Norwegia menyatakan tidak terdapat
kaitan antara faktor sosial ekonomi dengan RA, berbeda dengan
penelitian di Swedia yang menyatakan terdapat kaitan antara
tingkat pendidikan dan perbedaan paparan saat bekerja dengan
risiko RA.
b) Merokok
Sejumlah studi cohort dan case-control menunjukkan bahwa
rokok tembakau berhubungan dengan peningkatan risiko RA.
Merokok berhubungan dengan produksi dari rheumatoid
factor(RF) yang akan berkembang setelah 10 hingga 20 tahun.
Merokok juga berhubungan dengan gen ACPA-positif RA
dimana perokok menjadi 10 hingga 40 kali lebih tinggi
dibandingkan bukan perokok. Penelitian pada perokok pasif
masih belum terjawab namun kemungkinan peningkatan risiko
tetap ada.
c) Diet
Banyaknya isu terkait faktor risiko RA salah satunya adalah
makanan yang mempengaruhi perjalanan RA.Dalam penelitian
Pattison dkk, isu mengenai faktor diet ini masih banyak
ketidakpastian dan jangkauan yang terlalu lebar mengenai jenis
makanannya.Penelitian tersebut menyebutkan daging merah
dapat meningkatkan risiko RA sedangkan buah-buahan dan
minyak ikan memproteksi kejadian RA. Selain itu penelitian lain
menyebutkan konsumsi kopi juga sebagai faktor risiko namun
masih belum jelas bagaimana hubungannya.
d) Infeksi
Banyaknya penelitian mengaitkan adanya infeksi Epstein Barr
virus (EBV) karena virus tersebut sering ditemukandalam
jaringan synovial pada pasien RA.Selain itu jugaadanya
parvovirus B19, Mycoplasma pneumoniae, Proteus, Bartonella,
dan Chlamydia juga memingkatkan risikoRA.
e) Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang meningkatkan risiko RA adalah petani,
pertambangan, dan yang terpapar dengan banyak zat kimia
namun risiko pekerjaan tertinggi terdapat pada orang yang
bekerja dengan paparan silica.
2. Faktor hormonal
Hanya faktor reproduksi yang meningkatkan risiko RA yaitu
pada perempuan dengan sindrom polikistik ovari, siklus
menstruasi ireguler, dan menarche usia sangat muda.
3. Bentuk tubuh
Risiko RA meningkat pada obesitas atau yang memiliki
Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 30.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein
(CRP)meningkat Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF
positif namun RF negatif tidak menyingkirkandiagnosis.
b. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan
dalam diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98%
dan sensitivitas 70% namun hubungan antara anti CCP terhadap
beratnya penyakit tidakkonsisten.
c. Radiologis
Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan
ruang sendi, demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis, erosi
tulang, atau subluksasi sendi.
2.7 Penatalaksaan
Penatalaksanaan pada RA mencakup terapi farmakologi, rehabilitasi dan
pembedahan bila diperlukan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan inflamasi, mencegah deformitas,
mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan lebih lanjut
(Kapita Selekta,2014).
Setelah kita mampu menentukan skor dari tiap kriteria kemudian kita lakukan
perhitungan menggunakan rumus berikut untuk menetapkan nilai masalah.
Skor dibagi angka tertinggi di kali bobot, jumlahkan skor nya. Skor tertinggi
merupakan prioritas diagnosis yang akan kita tanggulangi lebih dahulu.
3.5. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang menderia nyeri sendi.
2. Resiko injuri berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah nyeri sendi dan memodifikasi lingkungan.
3.6. Fokus intervensi
1. Diagnosa pertama : Nyeri berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang menderia rematik.
a. Pencegahan primer
1) Berikan penyuluhan tentang pencegahan nyeri
2) Ajarkan cara untuk kompres hangat
3) Identifikasi adanya factor-faktor nyeri
b. Pencegahan sekunder
1) Kaji karakteristik nyeri
2) Beri kompres hangat dan dingin
3) Beri obat anti inflamasi seperti aspirin dll.
c. Pencegahan tersier
1) Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila diketahui nyeri berkelanjutan.
2) Kolaborasi pemberian obat antianalgetik.
2. Diagnosa kedua : Resiko injuri berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengenal, masalah nyeri sendi dan memodifikasi lingkungan.
a. Pencegahan primer
1) Berikan penyuluhan tentang resiko injuri
2) Ajarkan cara untuk pencegahan jatuh
3) Identifikasi adanya factor-faktor resiko injuri
b. Pencegahan sekunder
1) Kaji resiko injuri
2) Beri pendidikan kesehatan tentang lingkungan yang aman bagi
penderita nyeri sendi.
3) Modifikasi lantai yang licin, pencahayaan yang terang dan penataan
perabotan rumah tangga yang aman bagi penderita nyeri sendi.
c. Pencegahan tersier
Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila kondisi pasien semakin
memburuk.
BAB IV
4.1 PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 25 Maret 2014 sampai
dengan hari Sabtu tanggal 30 Maret 2014 di rumah keluarga Tn. W (69th)
mempunyai istri Ny. S (65th) mempunyai 2 orang anak laki-laki An. M (29th)
dan An. R (22th). Saat dikaji Ibu S mengetahui terkena Rematik tetapi
keluaga ibu. S tidak mengetahui tentang Rematik dan bagaimana cara
perawatan terhadap orang yang terkena rematik. Keluarga Bpk. W
mengatakan tidak pernah mengontrolkan Ibu S hanya minum obat rematik
yang beli diwarung itupun jika sendi-sendinya terasa nyeri. Keluarga Bpk. W
mengatakan tidak tahu bagaimana cara perawatan terhadap orang yang
terkena rematik.
A. Data Umum
1. Nama KK : Tn. W
2. Alamat : RT 03 RW 56 Kel. 16 Ulu Kec. SU II,
Plaju
3. Pekerjaan : Petani
4. Pendidikan : SD
5. Komposisi Keluarga
No Nama JK Hub Dg KK Umur Pendidikan Pekerjaan
1 Tn. W L KK 69 th SD Petani
2 Ny.S p Istri 65 th SD Pedagang
3 An. M L Anak 29 th SMK Buruh Pabrik
4 An. R L Anak 22 th SLTA Pedagang
6. Genogram
Keluarga dari pihak Ayah Keluarga dari pihak Ibu
Keterangan:
= Tn. W
= Ny. S
7. Tipe Keluarga
Nuclear Family (keluarga inti) karena dalam satu rumah terdiri dari
bapak ibu dan anak.
8. Latar Belakang Budaya (suku)
a. Suku Bangsa
Keluarga Bpk. W berasal dari suku Melayu dan merupakan
penduduk asli di wilayah kelurahan 16 Ulu Kec SU II, Plaju,
Palembang
b. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan Keluarga Bpk.W adalah bahasa Palembang
c. Pantangan
Dalam keluarga tidak ada pantangan apapun yang berkaitan dengan
masalah kesehatan, menurut ajaran agama yang keluarga anut, ada
jenis makanan pantangan yaitu daging anjing, babi, dan
kodok.Keluarga juga tidak ada yang alergi terhadap jenis makanan
tertentu.
d. Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan
Keluarga Bpk. W adalah penduduk Palembang asli, dan tidak ada
adat istiadat yang berpengaruh negatif terhadap masalah kesehatan
didalam keluarganya
Kesimpulan : Tidak ada masalah yang bertentangan dengan
kesehatan
9. Agama
Keluarga memeluk agama islam dan jarang terlibat dalam kegiatan
keagamaan di lingkungan sekitarnya, terutama Ibu S. Ibu S tidak
pernah mengikuti kegiatan pengajian di RT yang diadakan setiap
seminggu dua kali. Menurut Ibu S, mereka sekeluarga jarang
melaksanakan ibadah bersama seperti sholat dll. Ibu S jarang
menyuruh anak-anaknya untuk sholat sehingga anak-anaknya jarang
sekali melaksanakan ibadah sholat.
10. Status Sosial ekonomi Keluarga
Bpk.W sebagai Petani, sedangkan Ibu S, Pedagang dipasar sedangkan
An.M sebagai buruh dan An. R sebagai pedagang, rata – rata
penghasilan Bpk. W adalah tidak tetap perbulannya. Sehingga hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan makan hidup sehari - hari.
Penghasilan Ibu. S perbulannya kurang lebih Rp. 800.000 Keluarga
Bpk. W tidak memiliki tabungan di Bank ataupun asuransi. Keluarga
mengatakan jaminan untuk kesehatan keluarga Ibu. S memiliki dana
seperti dari arisan RT.
11. Aktifitas rekreasi keluarga
Rekreasi yang digunakan di dalam rumah, keluarga mengatakan biasa
mengisi waktu luang dirumah dengan menonton TV dan mengobrol
bersama anak serta mengobrol dengan tetangga sekitar tempat
tinggalnya. Rekreasi yang dilakukan di luar rumah, keluarga Ibu. S
mengatakan jarang sekali bepergian ke tempat hiburan. Sehari –
harinya hanya pergi bekerja dan kemudian istirahat di rumah.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Riwayat perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Bpk. W sekarang pada tahap keluarga dengan anak Dewasa,
keluarga Bpk.W belum memenuhi tugas perkembangan keluarga
dalam hal memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi
keluarga besar, keluarga Tn.W masih tetap mempertahankan keintiman
pasangan, Bpk. W sudah membantu anak untuk mandiri sebagai
keluarga baru di masyarakat, penataan kembali peran orang tua dan
kegiatan dirumah sudah dilakukan.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan yang seharusnya dilalui oleh keluarga saat ini
keluarga merasa sudah terpenuhi, hanya saja keluarga merasa perlu
mempertahankan apa yang sudah ada untuk pengalaman keluarga
melangkah ke proses berikutnya.
3. Riwayat keluarga inti
Didalam keluarga Ibu S tidak ada yang menderita penyakit keturunan
seperti darah tinggi.DM, dll. Dalam 1 bulan terakhir ini didalam
keluarga hanya menderita penyakit ringan saja seperti batuk dan pilek
setelah diperiksakan kepelayanan kesehatan dapat sembuh.Sedangkan
pada saat pengkajian pada keluarga Bpk. W semua anggota keluarga
sehat – sehat saja, tetapi Ibu S mengeluh Pada sendi-sendi terasa nyeri
dan kaku pada tulang.Kesimpulan : Ibu S mempunyai masalah
kesehatan (Rematik). Dari keluarga Bpk. W dan Ibu S tidak ada yang
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, dll
C. Data Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah yang ditempati keluarga merupakan rumah sendiri, saat ini
baru dibangun dengan luas tanah 10 x 10 m2 dan bangunan rumah
seluas 8 x 6 m2 yang meliputi ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar
mandi, dan dapur. Menurut Ibu S, mereka membangun rumah sedikit
demi sedikit karena biaya tidak mencukupi. Kondisi rumah terlihat
berantakan karena ada beberapa bagian yang sedang dibangun.
Menurut Ibu S, apabila sedang ada bagian yang sedang dibangun,
mereka biasanya tinggal di rumah orang tuanya. Jarak antara rumah
Bpk. W dengan yang lainnya sangat dekat, hanya berjarak kurang dari
1 meter. Kondisi ventilasi di rumah kurang karena masih ada beberapa
jendela yang ditutup dengan triplek, sehingga cahaya yang masuk
sedikit dan pertukaran udara sangat kurang.
4 Keterangan:
3
1 : Ruang tamu
2 : Kamar tidur
2 3 : Dapur
1
4 : Kamar mandi
2
H. Harapan Keluarga
Keluarga sangat mengharapkan bantuan dari perawat dalam mengatasi
masalah Ibu S dan masalah lainnya.Sehingga Ibu S dapat melakukan
aktivitas sehari—harinya tanpa ada gangguan.
I. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. Data Subyektif : Ketidakmampuan Defisit
keKeluarga Ibu S mengatakankeluarga mengenalpengetahuan
belum mengetahui tentangmasalah rematik
penyakit Ibu S, factor
penyebab dari penyakit Ibu S,
tanda dan gejala dari penyakit
Ibu S dan bagaimana cara
perawatan terhadap penyakit
Ibu S
Data Obyektif :
Pergelangan kaki Ibu S Tampak
agak bengkak
2. Data Subyektif: Ketidakmampuan Nyeri
Bpk. W mengatakan tidak tahukeluarga merawat
bagaimana cara merawat Ibu Sanggota keluarga
apabila dia mengeluh nyeriyang sakit
sendi.
P: Kadar asam urat tinggi yaitu
8,0 mg/dL
Q: Nyeri menetap di daerah
sendi
R: Terasa nyeri pada bagian
lutut
S: Skala 4 (nyeri sedang)
T: Nyeri muncul saat
beraktifitas
Data Obyektif
TD: 150/90 mmHg
HR : 105 x/menit
Kadar asam urat : 8,0 mg/dL
J. Skala Prioritas
1. Defisit pengetahuan b/d ketidakmampuan keluarga mengenal penyakit
reumatik
NO. KRITERIA BOBOT
1. Sifat Masalah 2/3 x 1 = 2/3 2/3
Skala: Ancaman kesehatan
(2)
2. Kemungkinan masalah dapat ½ x 2 = 1 1
diubah
Skala: Sebagian (1)
3. Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 2/3
dicegah
Skala: Cukup (2)
4. Menonjolnya masalah ½ x 1 = 1/2 1/2
Skala: Ada masalah, tidak
perlu ditangani (1)
Total 2 1/3
31 Maret 2014
01 April 2019
01 April 2014
31 Maret 2014
S : P: Kadar asam urat tinggi yaitu 6,5 mg/dL
Q: Nyeri menetap di daerah sendi
R: Terasa nyeri pada bagian lutut
S: Skala 2 (nyeri sedang)
T: Nyeri muncul saat beraktifitas
Klien gelisah.
01 April 2019
Klien gelisah.
P : intervensi dihentikan.
01 April 2014
P : intervensi dihentikan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Artritis reumatoid (AR) merupakan penyakit autoimun yang ditandai
olehinflamasi sistemik kronik dan progresif, dengan target utama adalah
sendi.Prevalensi penyakit ini cukup rendah, namun artritis reumatoid
menimbulkan dampak sosioekonomi yang besar karena penyakit ini
menyebabkan kerusakan sendi yang progresif dan nyeri, terutama sendi
kecil yang berada di tangan sehingga mengganggu aktivitas fisik
penderita.
5.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah
ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di
samping itu saya juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Suarjana I, N. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. V. Jakarta: Interna
Publishing.