Anda di halaman 1dari 30

Mata Kuliah: Penelitian Tindakan Kelas

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING


BERBASIS LITERASI SAINS TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR
DAN AKTIVITAS SISWA PADA POKOK
BAHASAN ASAM BASA

DOSEN : Dr. Ani Sutiani, M.Si.

OLEH :

ANASTASIA GAYATRI MARWAN 4183331028


AYU INGGRIAS TUTY 4183131051
CUT SAFRIDA RISKA 4182131003
DERI SALSALINA BR SITEPU 4181131004
DEBORA SILVIA 4183331031

PENDIDIKAN KIMIA A REGULER 2018

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini. Rekayasa Ide
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan
Kimia yang dilaksanakan di Universitas Negeri Medan.

Dalam penyusunan Rekayasa Ide ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai terutama
kepada dosen pengampu mata kuliah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Rekayasa Ide ini jauh dari kata sempurna untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan. Semoga Rekayasa Ide ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk
melakukan hal yang lebih baik lagi dan semoga bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.

Medan,Maret 2021

Penulis
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERBIMBING BERBASIS LITERASI SAINS TERHADAP HASIL
BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA PADA POKOK
BAHASAN ASAM BASA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan faktor paling penting dalam menentukan kehidupan masa
depan suatu bangsa. UNESCO melalui International Commission on Education for the
Twenty First Century telah merekomendasikan empat pilar pendidikan yaitu “learning to
do, learning to know, learning to be, and learning to live together”. Rumusan empat
pilar pendidikan oleh UNESCO tersurat sebagaimana mestinya pembelajaran harus
dilakukan, di mana siswa harus hands on activity, terlibat segala macam proses kegiatan
yang terjadi agar tercapai pembelajaran yang aktif dan interaktif (Arlianty, 2015)
Peningkatan dan perbaikan mutu pendidikan tidak dapat terlepas dari berbagai
upaya. Salah satu upaya pemerintah yakni menerapkan dan mengembangkan kurikulum
2013 yang menuntut siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan
nantinya siswa tidak hanya dapat belajar efektif dan memiliki pemahaman konsep saja
tetapi lebih luas lagi yaitu siswa dapat dipersiapkan untuk menemukan solusi dari
masalah lokal, nasional, maupun global (Afiyanti, 2013).
Salah satu cabang dari pendidikan itu adalah kimia. Pendidikan kimia pada
umumnya mempunyai peranan yang sangat penting, karena kimia merupkan ilmu dasar
untuk tumbuh kembangnya teknologi. Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang
dianggap sulit oleh siswa, sehingga kurang tertarik untuk mempelajarinya. Kesulitan
tersebut terkait dengan karakter ilmu kimia, seperti konsep, materi dan perhitungan.
Selain itu siswa cenderung menganggap itu sebagai suatu beban, bukan suatu kegemaran
(Marpaung, 2013). Dalam pembelajaran kimia minat siswa sangat kecil, hal ini
disebabkan karena siswa memiliki perbedaan kecepatan belajar, isi buku kurang
memotivasi, siswa memiliki gaya belajar sendiri, dan materi yang disampaikan kurang
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga pengalaman belajar siswa menjadi
kecil (Dartin,2010).
Siswa cenderung untuk menghafalkan rumus, definisinya saja tanpa ada
pemahaman yang mendalam dari suatu materi kimia tersebut. Dalam proses
pembelajaran
kimia diperlukan sebuah pemahaman yang benar untuk mendukung konsep yang
dibangun siswa (Purwaningtyas, 2012). Selain itu, mengaitkan konsep yang dibangunnya
dengan kehidupan sehari hari yang relevan secara konseptual merupakan cara belajar
sains yang tepat melalui pemecahan masalah dalam kehidupan masyarakat (Tanree,
2008). Cara belajar sains dapat diaplikasikan melalui model pembelajaran yang sesuai
dengan pembelajaran sainstifik salah satunya yakni model pembelajaran inkuiri
terbimbing (Sani, 2014).
Pembelajaran yang melibatkan penggunaan sumber belajar bervariasi,proses
inkuiri dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
merupakan konsep pembelajaran berbasis literasi sains. Pembelajaran yang diawali
dengan suatu masalah ilmiah,dilanjutkan dengan merumuskan jawaban sementara dan
proses penyelidikan untuk menyelesaikan masalah melalui literature dan kegiatan
laboratorium,selanjutnya,pemahaman yang didapat dari proses penyelesaian masalah
tersebut,digunakan untuk mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah
yang dimaksud dengan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis literasi sains (Eka
Nurul Qomaliyah, 2016). Literasi sains, termasuk literasi kimia, sangat perlu untuk
diajarkan kepada siswa agar mereka dapat hidup di tengah-tengah masyarakat modern
abad 21. Berbagai upaya telah dilakukan di berbagai negara termasuk Indonesia untuk
meningkatkan literasi sains dan literasi kimia siswa, misalnya upaya diluncurkannya
kurikulum baru 2013 (Riyanto, 2014).
Salah satu model pembelajaran yang dirujuk dalam kurikulum 2013 adalah model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran
yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional, serta mampu meningkatkan
prestasi pada kemampuan kognitif siswa (Matthew dan 3 Kenneth, 2013). Arlianty
(2016) juga berpendapat bahwa inkuiri terbimbing merupakan salah satu model
pembelajaran yang memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar. Melalui
model inkuiri terbimbing diharapkan dapat menjadi alternatif untuk melatih kemampuan
berpikir kritis siswa dalam belajar kimia. Siswa cenderung belajar individual karena
tidak banyak kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya dalam rangka saling
berbagi, saling membantu, saling mengkoreksi, dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan
karena dalam model pembelajaran konvensional guru lebih aktif daripada siswa, selain
itu tidak ada pembentukan kelompokkelompok heterogen dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga cenderung timbul kemungkinan siswa menjadi lebih pasif dan malu untuk
menanyakan kepada guru mengenai hal-hal yang dianggapnya masih sulit sedangkan
menanyakan
kepada temannya yang lain tidak ada kesempatan. Dalam hal ini, otak siswa diibaratkan
sebagai botol kosong yang siap untuk diisi oleh air, maka untuk mengisi otak siswa
tersebut guru memberikan seluruh ilmu pengetahuan kepada siswa dan siswa harus siap
menerima seluruh ilmu pengetahuan yang diberikan kepadanya. Disamping itu, guru
jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep dan
jarang mendorong siswa untuk menggunakan penalaran logis yang lebih tinggi seperti
kemampuan membuktikan atau memperlihatkan suatu konsep. kita lihat dari kurikulum
saat ini sekolah menggunakan kurikulum 13 dimana siswa lebih aktif dari pada guru
(Wulansari, 2014).

1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya,maka Identifikasi dari
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Mata pelajaran kimia cukup sulit untuk dipahami siswa karena menyangkut konsep
abstrak dan aplikasi data.
2. Rendahnya kualitas proses pembelajaran dimana pembelajaran dikelas masih
menekankan pada konteks materi.
3. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran kurang
efektif dalam meningkatkan literasi sains siswa.
4. Rendahnya literasi sains pada siswa SMA.

1.3.Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang dan identifikasi masalah diatas,maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis Literasi Sains
berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan asam
basa?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis Literasi Sains
berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas siswa pada pokok bahasan asam basa?
1.4 Pemecah Masalah
Cara memecahkan masalah yang akan digunakan dalam penelitian Tindakan kelas
ini adalah penerapan model “inkuiri terbimbing”. Inkuiri terbimbing merupakan model
pembelajaran yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional, serta mampu
meningkatkan prestasi pada kemampuan kognitif siswa. Inkuiri terbimbing merupakan
model pembelajaran yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional, serta
mampu meningkatkan prestasi pada kemampuan kognitif siswa. Dengan model ini
diharapkan dapat meningkatkan motivasi dalam belajar kimia asam basa. Alasan
menerapkan model ini karena model inkuiri terbimbing merupakan model yang paling
baik karena dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa dapat terdorong
untuk belajar dan meningkatkan pengetahuan siswa tentang materi asam basa.

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis literasi
sains terhadap hasil belajar kimia pada pokok bahasan asam basa
2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis literasi
sains terhadap aktivitas siswa pada pokok bahasan asam basa
3. Untuk mengetahui korelasi yang signifikan antara aktivitas dengan hasil belajar
terhadap penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis literasi sains
pada pokok bahasan asam basa

1.6. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :
1. Bagi guru
Masukan bagi guru dan calon guru kimia sebagai bahan pertimbangan untuk
menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam meningkatkan
meningkatan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa.
2. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan peneliti tentang model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbasis meningkatkan meningkatan hasil belajar siswa dan aktivitas
siswa dan diharapkan bisa dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi siswa
Agar siswa dapat lebih paham mengenai materi asam basa dengan model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan meningkatan hasil belajar
siswa dan aktivitas siswa.
4. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa di sekolah sehingga dapat memperbaiki kualitas pembelajaran
kimia.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti lain untuk
mengadakan penelitian yang lebih mendalam terhadap hal-hal yang belum terjangkau
dalam penelitian ini baik yang berhubungan proses pembelajaran maupun keefektifan
serta evaluasi guna memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 SIBABANGUN Kabupaten
Tapanuli Tengah . Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil T.P 2021/2022
selama lebih kurang lima bulan yaitu Agustussampai dengan Oktober 2021. Waktu
penelitian dimulai dari penyusunan proposal hingga pelaporan hasil penelitian.

3.2 Subjek Dan Objek Penelitian


3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI peminatan bidang IPA
yang menggunakan kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 SIBABANGUN dari kelas XI
IPA 1 yang berjumlah 36 orang siswa.
3.2.2 Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbasis literasi sains terhadap peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa
pada pokok bahasan asam basa.

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). PTK merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilakukan di kelas. PTK umumnya
dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda
melakukan penelitian individu di kelas, sekolah atau tempat ia mengajar dengan tujuan
penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. PTK sesuai namanya bersifat
“terbatas” dalam arti keluasan objek dan sasaran yang menjadi pusat perhatian penelitiannya.
3.4 Desain Penelitian
Desain penelitian yang dipergunakan berbentuk siklus. Siklus ini tidak hanya berlangsung

satu kali, tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan. Desain penelitian

ini adalah perencanaan, struktur dan strategi penelitian dalam rangka mengendalikan

penyimpangan yang mungkin terjadi dan menjawab pertanyaan yang mungkin terjadi.

Alur penelitian tindakan ini terdiri dari empat langkah dan dapat diuraikan sebagai berikut
Penelitian ini akan dilakuakan secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi di

lapangan. Prosedur pelaksanaan tindakan dan implementasi di lokasi penelitian sebagai

berikut.

1. Perencanaan (Planing)

Rencana penelitian ini merupakan rencana yang disusun secara sistematis dan

terstruktur, yaitu rencana harus mengarah kedepan. Peneliti dan kolaborator menetapkan

alternatif tindakan yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan pembelajaran asam basa

berbasis literasi sains

a. Peneliti bersama kolaborator berdiskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang

muncul berkaitan dengan pembalajaran Asama Basa

b. Peneliti memberikan gagasan untuk menggunakan Literasi berbasis sains

c. Kolaborator dan peneliti menyetujui pemecahan masalah pembelajaran menulis

dengan metode literasi berbasis sains


d. Peneliti memberikan masukan dan berdiskusi dengan kolaborator untuk

mempersiapkan rencana pembelajaran dan materi yang akan digunakan. Peneliti

menyerahkan RPP yang telah dibuat sesuai dengan persetujuan guru.

e. Guru mengidentifikasi RPP serta materi yang akan diajarakan dengandidiskusikan


terlebih dahulu dengan peneliti.

2. Implementasi tindakan

Tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan

secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.

Penelitian ini diakui sebagai gagasan tindakan dan digunakan sebagai pijakan bagi

pengembangan tindakan-tindakan berikutnya. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus.

Tindakan yang akan dilakukan dapat diuraikan ke dalam siklus, sebagai berikut.

A. Siklus I
1) Tahap perencanaan (Planing)

Tindakan yang direncanakan harus mempertimbangkan resiko yang ada dalam

situasi sebenarnya serta memungkinkan pesertanya untuk bertindak secara lebih efektif,

bijaksana, dan hati-hati dalam berbagai keadaan.

Rencana tindakan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a) Mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada pembelajaran materi Asam Basa

b) Merumuskan masalah.

c) Mengadakan pre-test untuk mengetahui kemampuan mengenai materi Asam Basa

d) Merancang sekenario pelaksanaan pembelajaran dengan metode berbasis sains

e) Mempersiapkan materi dan sarana pendukung pembelajaran.

f) Membuat instrumen berupa tes, lembar observasi, dan catatan lapangan untuk

mengamati jalannya pebelajaran


2) Tahap Melakukan Tindakan (Action)

Tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan pembelajaran berbasis sainsdalam

meningkatkan kemampuan perpikir siswa. Tindakan yang dilakukan harus mengandung

inovasi dan pembaharuan.

Perlakuan (tindakan) yang akan dilakukan dalam penelitian siklus pertama ini adalah

sebagai berikut.

a) Penggunaan metode literasi sains pada siklus I dilaksanakan sesuai rencana.

b) Menerapkan pembelajaran menggunakan metode berbasis literasi sains.

c) Memperhatikan alokasi waktu dengan jumlah kegiatan yang akandilaksanakan.

d) Mengantisipasi kendala yang ada dengan membuat solusi dari kendala tersebut.

e) Mengadakan tes akhir (post-test) sebagai alat ukur keberhasilan tindakan pada

siklus I.

3) Tahap Mengamati (Observing)

Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan pengamatan yakni mengamati hasil

tindakan yang dilakukan bersama pengajar terhadap siswa. Observasi yang dilakukan

meliputi pemantuan hal-hal berikut.

a) Mengamati suasana pembelajaran, perilaku siswa dan reaksi siswa terhadap

penggunaan metode pembelajaran berbasisi sains dalam materi Asam Basa

b) Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode

pembelajaran berbasis sains serta respon siswa terhadap penggunaan metode

tersebut

c) Mendokumentasikan dalam catatan lapangan.

4) Tahap refleksi (Reflection)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengkaji ulang,


mempertimbangkan hasil dari berbagai kriteria atau indikator keberhasilan. Refleksi

dilakukan dengan guru bahasa Prancis dan siswa dengan melakukan wawancara untuk

menentukan dan memantapkan tindakan selanjutnya pada siklus kedua. Refleksi ini

dilakukan berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan, dan tes. Berikut ini hal-hal yang

dilakukan peneliti pada tahap refleksi.

a) Memahami proses, masalah, dan kendala yang ditemukan ketika


mengimplementasikan tindakan.

b) Mendeskripsikan dalam bentuk catatan lapangan.

c) Mengidentifikasi masalah yang perlu diperbaiki.

d) Melakukan refleksi dengan melakukan wawancara terhadap hasil belajar siswa.

Hasil dari analisis yang dilakukan pada tahap ini digunakan untuk

merencanakan kegiatan pada siklus selanjutnya. Hasil tindakan yang berhasil akan tetap

dilakukan sedangkan yang kurang berhasil akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.

B. Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II berupa perbaikan tindakan dan sisesuaikan

dengan hasil refleksi pada siklus I. pada siklus II tidak lagi dilakukan tes awal (pre-test).

Berikut ini tahap-tahap yang dilakukan pada siklus II.

1) Tahap Perencanaan (Planing), mencakup:

a) Mendiskusikan mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami siswa.

b) Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus I.

2) Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:

Melaksanakan tindakan perbaikan penerapan metode pembelajaran berbasis literasi

sainspada siklus I, misalnya dengan tidak menyuruh siswa untuk memberikan contoh

menggambar kegiatan seseorang dengan metode pembelajaran berbasis literasi sainsdi

depan kelas agar tidak menimbulkan perbedaan persepsi siswa yang lain dan memperkeras

volume suara.
3) Tahap Mengamati (Observing), mencakup:

a) Melakukan pengamatan terhadap penerapan media stick figure.

b) Mencatat perubahan yang terjadi.

4) Tahap Refleksi (Reflection), mencakup:

i. Merefleksikan proses pembelajaran metode pembelajaran berbasis literasi sains


ii. Merefleksikan hasil belajar peserta didik dengan melakukan wawancara kepada guru
dan siswa tentang penerapan metode pembelajatan berbasis sains.
iii. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.

Siklus ke III dan selanjutnya dilakukan dengan langkah-langkah seperti pada siklus I

dan II yang merupakan perbaikan dari langkah sebelumnya. Apabila hasil yang dilakukan

sudah mencapai target maka siklus sudah dianggap selesai.

Dari tahap kegiatan pada siklus-siklus tersebut, hasil yang diharapkan adalah:

1) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam materi Asam Basa

2) Guru dapat merancang dan menggunakan metode pembelajaran berbasis literasi

sainsdalam pembelajaran Asam Basa agar proses belajar mengajar lebih bervariatif.

3) Terjadi peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran Kimia khususnya dalam materi
Asam Basa
3.5 Indikator Keberhasilan
Perhitungan keberhasilan siswa diambil dari kemampuan kognitif siswa dalam
memecahkan masalah dan dianalisis dalam bentuk rata-rata ketuntasan belajar
menurut Sudjana.

a. Menghitung rata-rata hasil belajar siswa


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑥=

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘

b. Menghitung Ketuntasan belajar klasikal


Perolehan hasil belajar siswa dapat di tentukan ketuntasan belajar menggunakan
analisis deskriptif, dengn rumus

3.6 Defenisi operasional


1. Inkuiri terbimbing, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep
atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik
kesimpulan. Pada inkuiri terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi
informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana
pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan percobaan atau
penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru.
2. Kemampuan literasi sains merupakan kapasitas untuk menggunakan pengetahuan
ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan
data untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan yang
terjadi karena aktivitas manusia.
3. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar- mengajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha memperoleh suatu bentuk perubahan pengetahuan dan sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya dari tidak tahu
menjadi tahu.
4. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari
kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-
keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrsi.
3.7 Prosedur penelitian
Penelitian menerapkan metode penelitiantindakankelas model Kurt Lewin.
Konsep pokok penelitian tindakan kelas Kurt Lewin meliputi empat komponen,
yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting). Keempat komponen ini menjadi satu siklus. Dalam
penelitian ini dilakukan tiga kali siklus. Setiap siklus meliputi :

a. Tahapan perencanaan atau planning meliputi pembuatan perangkat


pembelajaran, persiapan sarana dan prasarana penelitian serta menentukan
indicator kinerja.

b. Tahapan pelaksanaan tindakan atau acting meliputi segala tindakan yang


tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) denganmateri asam
basa.

c. Tahapan pengamatan atau observing meliputi pembuatan instrumen penelitian,


pengumpulan data berupa nilai evaluasi siswa setelah mendapatkan tindakan,
menganalisa data dan menyusun langkah-langkah perbaikan.

d. Tahapan refleksi dilakukan melalui diskusi teman sejawat dan masukan dari para ahli
di bidang penelitian tindakan kelas.

3.8 Teknik Pengumpulan Data


3.8.1 Tahap Persiapan Penelitian
1. Melakukan observasi ke sekolah untuk mengetahui masalah yang terjadi dalam
proses pembelajaran khususnya dikelas XI tentang pelajaran kimia dan model
pembelajarannya.
2. Penyusunan proposal penelitian.
3. Persetujuan proposal penelitian.
4. Melakukan validitas isi terhadap instrumen tes pilihan berganda dengan validator ahli
5. Melakukan analisis validitas dan reliabilitas instrumen non tes yaitu lembar observasi
penilaian sikap siswa dengan validator ahli.
6. Melakukan uji coba instrumen tes terhadap soal yang akan diberikan kepada siswa
sebagai sampel penelitian.
7. Mengurus surat izin penelitian.
8. Kosultasi dengan kepala sekolah tempat penelitian dilaksanakan dengan membawa
surat izin penelitian.
9. Konsultasi dengan guru kimia kelas XI IPA SMA Negeri 1 SIBABANGUN
10. Menyusun materi pembelajaran dengan menerapkan model inkuiri terbimbing
berbasis Literasi Sains.
11. Menyusun evaluasi belajar siswa.
3.8.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Menentukan dua kelas secara acak dari beberapa kelas pararel yang ada sebagai
sampel kelas.
2. Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dahulu melakukan pendataan siswa-siswa
disetiap kelas XI IPA 1
3. Melaksanakan pretest (T1) untuk mengukur kemampuan awal, kenormalan dan
homogenitas sampel sebelum diberikan perlakuan.
4. Menetapkan sampel siswa yaitu siswa yang relative homogen statusnya.
5. Memberikan perlakuan X (menggunakan model inkuiri terbimbing berbasis Literasi
Sains dikelas XI IPA 1 selama beberapa waktu tertentu.
6. Selama proses penelitian berlangsung, pertahankan agar kondisi kedua kelompok
tetap sama misalnya guru yang mengajar, buku yang digunakan, media yang
digunakan, lamanya waktu mengajar dan lain-lain.
7. Selama proses penelitian berlangsung, masing-masing iamati aktivitas siswa melalui
lembar observasi penilaian aktivitas yang diamati oleh observer pada saat
pembelajaran sedang berlangsung yaitu dari awal sampai akhir pembelajaran.
8. Setelah proses pembelajaran yaitu memberikan perlakuan dikelas IX IPA 1 tahap
selanjutnya memberikan posttest (T2) untuk mengukur hasil belajar dan aktivitas
siswa
3.8.3 Tahap Akhir Penelitian
1. Data skor/nilai pretes dan postes setiap siswa ditabulasi, kemudian menghitung selisih
nilai hasil belajar yang diperoleh dikelas XI IPA 1 tersebut sebelum dan sesudah
perlakuan (postes ‒ pretes).
2. Melakukan uji persyaratan analisis statistik terutama uji normalitas
3. Menghitung rata-rata (mean) nilai hasil belajar yang diperoleh di setiap kelas.
4. Menerapkan uji statistik yang cocok untuk menguji apakah ada pengaruh hasil belajar
serta penilaian sikap aktivitas siswa dikelas
5. Menarik kesimpulan penelitian.
Skema Alur Penelitian

Tahap Persiapan

Populasi

Sampel

Preetest

Kelas XI IPA 1

Model inkuiri terbimbing berbasis LiterasiLembar


Sains observasi penilaianPembelajaran konvensional
aktivasi siswa

Posttest

Pengolahan data

Kesimpulan

Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian


3.9 Teknik Analisis Data
3.9.1 Pedoman Penilaian Instrumen Tes
Dalam penelitian ini data yang diolah adalah hasil belajar siswa kedua kelas.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis dengan menggunakan rumus Uji-
t. Sebelum melakukan Uji-t tersebut, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah
berikut :
3.9.1.1 Menentukan Nilai Rata- rata dan Simpangan Baku
a. Untuk menentukan nilai rata – rata skor masing – masing kelompok
sampel dihitung dengan rumus :

X=
fXi i
Sudjana (2005)
f i

b. Untuk menentukan simpangan baku digunakan rumus :

S=
 ( Xi  X )2 (Silitonga, 2011)
n 1
Dimana
:
( Xi  X = Simpangan Kuadrat
)2

Xi = Nilai Siswa
n = Jumlah Sampel
3.9.2 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya populasi
penelitian tiap variable penelitian. Untuk menguji normalitas dapat dilakukan
dengan uji Chi Kuadrat dilakukan dengan cara membandingkan kurva
baku/standar (A) dengan kurva normal yang terbentuk dari data yang
terkumpul (B). Bila B tidak berbeda secara signifikan dengan A, maka
disimpulkan bahwa B merupakan data yang terdistribusi normal. Adapun
langkah-langkah uji Chi Kuadrat sebagaiberikut:
a. Menentukan jumlah kelas interval untuk uji Chi Kuadrat. Jumlahkelas interval
ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada pada kurva normal
baku.

b. Mementukan panjang kelas intrval (PK) dengan persamaan


Data Terbesar−Data Terkecil
Panjang Kelas (PK) = 6
c. Menyusun data kedalam Tabel penolong u ntuk menentukan harga Chi Kuadrat
Tabel 3.9 Uji Normalitas
Interval Fo fh (dibulatkan) fo-fh (fo-fh)2 (fo − fh)2
𝑓ℎ

Jumlah X2 =

Keterangan:
Interval dimulai dari data terendah dan setiap interval ditambah panjang
kelas (PK)
fo =jumlah data hasil observasi
fh =jumlah data yang diharapkan (persentase luas tiap bidang
dikalli banyaknya data)
3.6.1.7 Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung(𝜒2) dengan harga Chi
Kuadrat Tabel pada α = 0,05 dengan db = 5. Jika Chi Kuadrat hitung (𝜒2)<
harga Chi Kuadrat Tabel, maka data berdistribusi normal.
3.9.3 Uji Homogenitas Data
Jika dalam uji normalitas diperoleh data berdistribusi normal, maka
selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Uji Homogenitas pada prinsipnya
ingin menguji apakah sebuah grup (data kategori) mempunyai varians yang
sama diantara anggota grup tersebut (Silitonga, 2011). Jika varians sama,
dikatakan ada homogenitas. Sedangkan varians tidak sama, dikatakan terjadi
heterogenitas. Kesamaan varians diuji dengan hipotesis sebagai berikut :

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Dengan Kriteria pengujian Jika Fhitung< Ftabel maka Ho diterima sedangkan
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak.
Dimana Fα (v1, v2) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang α, sedangkan
derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang = (n1 -
1) dan dk penyebut = (n2 – 1) dengan taraf nyata α = 0,05.
3.9.4 Uji Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengukur seberapa erat hubungan
antara dua variabel. Kuat tidaknya hubungan antara variabel X dengan
variabel Y diukur dengan suatu nilai yang disebut Koefisien Korelasi (“r”)
atau disimbolkan dengan ρ (rho). Besarnya koefisien korelasi berkisar antara
-1 dan
+1 atau dilambangkan dengan -1< r < +1.
Jika : r = +1 berarti ada korelasi positif sempurna antara variabel X dan Y
r = -1 berarti ada korelasi negatif sempurna antara variabel X dan Y
r = 0 berarti tidak ada korelasi antara X dan Y
Secara rinci, makna dari koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7Makna dari Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi (r) Makna

0,00 Tidak berkorelasi

0,01 – 0,20 Korelasi Sangat rendah

0,21 – 0,40 Korelasi Rendah

0,41 – 0,60 Korelasi Cukup

0,61 – 0,80 Korelasi Tinggi

0,81 – 1,00 Korelasi Sangat tinggi

Untuk menghitung koefisien korelasi berdasarkan sekumpulan data


(X,Y) berukuran N maka digunakan rumus Produk Moment:

𝑁 𝛴 𝑋𝑌 − (𝛴 𝑋)(𝛴𝑌)
𝑟 𝑥𝑦 = √{ 𝑁 𝛴𝑋2 − (𝛴𝑋)2}{𝑁𝛴𝑌2 − (𝛴𝑌)2}

Dimana :
Rxy : Koefisien korelasi
X : Nilai hasil belajar siswa
Y : Nilai kemampuan berpikir kritis siswa
N : Jumlah siswa
Uji signifikansi korelasi sederhana dilakukan dengan membandingkan
nilai r yang diperoleh (r-hit) denganrtabel pada tingkat signifikansi tertentu,
dengan kriteria: jika r-hit ≥ r-tabelmaka Ho ditolak dengan berarti: Ada korelasi
positip/negatip yang signifikan antara variable X dengan variabel Y.

3.10 Indikator Keberhasilan


3.10.1 Validitas Isi (Content Validity)
Menurut Silitonga (2011) content validity adalah menelaah instrument tes
dari segi teknis, isi, dan editorial. Menelaah dari segi teknis dimaksudkan sebagai
penelaahan instrumen berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan.
Menelaah dari segi isi dimaksudkan sebagai penelaahan terhadap kelayakan
pengetahuan yang dinyatakan. Dan yang terakhir yaitu menelaah dari segi editorial
adalah penelaahan yang berkaitan dengan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar menurut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas tiap butir soal (item)
adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh
Silitonga (2011), dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut:

𝑟𝑥𝑦
𝑁Σ𝑋𝑌 − (Σ𝑋)(Σ𝑌)
= √{NΣ𝑋2 − (Σ𝑋)2}{NΣ𝑌2 − (Σ𝑌)2}

Dimana, X = Skor butirtes yang akandihitungvaliditasnya.


Y = Skor total butirsoal
N = Jumlah Siswa
rxy = Koefisien korelasi
Koefisien validitas yang diperoleh (rxy) dibandingkan dengan nilai–nilai r
Tabel Product Moment dengan derajat bebas (db = N-2) pada α = 0,05 dengan kriteria
:jika r hit> rtabel, maka butir tes tersebut dikatakan valid.

3.10.2 Reliabilitas Tes


Uji reliabilitas tes adalah untuk melihat seberapa jauh alat pengukur tersebut
andal (reliabel) dan dapat dipercaya, sehingga instrumen tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dalam mengungkapkan data penelitian. Karena tes yang
digunakan sebagai instrumen penelitian adalah soal yang pilihan berganda dan essay
dengan rumus yang digunakan adalah rumus K – R 20 dalam Silitonga (2011),
dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut :
𝐾 𝑆 2 − ∑ 𝑝2
𝑟11 = [ ]𝑥 [ ]
𝐾−1 𝑆2
(∑ X)2
∑ X2− N
Dengan S2 =
N
q=1–p
Keterangan
r1 : koefisien reliabilitas tes
: 1

K : jumlah butir tes


S2 : Varians skor
P : Proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (skor 1)
q : Proporsi subjek yang menjawab salah pada sesuatu butir
N : Banyaknya siswa
Masing-masing proporsi dihitung dengan rumus:

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑛𝑦𝑎 1


𝑝= 𝑁
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑛𝑦𝑎 0
𝑞= 𝑁
Untuk menafsirkan harga reabilitas dari soal, maka harga tersebut

dikorelasikan ke tabel harga product moment dengan  = 0,05 jika r hitung > r tabel

maka soal reliabel.


Adapun kriteria reliabilitas suatu tes diuraikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1. Kriteria Reliabilitas
No Skors Kriteria

1 < 0,20 sangat


rendah
2 0,20 – 0,40
Rendah
3 0,41 – 0,70
Sedang
4 0,71 – 0,90
Tinggi
5 0,91 – 1,00
sangat tinggi
3.10.3 Tingkat Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan karakteristik (sukar mudahnya) suatu soal
disebut Indeks Kesukaran (Silitonga,2011). Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf
kesukaran soal. Untuk menentukan taraf kesukaran soal dapat dilihat persamaan
sebagai berikut :
P=𝐵
𝑇

Dimana :P = Indeks kesukaran


B = Banyak siswa yang menjawab item dengan benar
T = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Dengan klasifikasi taraf kesukaran diuraikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.10. Klasifikasi Taraf Kesukaran
No Skors Kriteria

1 0,00 – 0,30 Sukar

2 0,31 – 0,70 Sedang

3 0,31 – 0,70 Sedang

3.10.4 Daya Pembeda Soal


Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Untuk
menghitung daya pembeda soal dapat dilihat persamaan berikut:
BA BB
D  =P - P (Silitonga, 2011)
A B
JA JB
Dimana : D = Daya pembeda soal
BA = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dengan klasifikasi daya pembeda diuraikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.3. KlasifikasiDayaPembeda
No Skors Kriteria

1 0,00 – 0,20 jelek (poor)

2 0,21 – 0,40 cukup (satisfactory)

3 0,41 – 0,70 baik (good)

4 0,71 – 1,00 baik sekali (excellent)

3.10.5 Instrumen Non-tes


Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar
observasi penilaian aktivitas siswa. Nilai-nilai yang berkaitan dengan aktivitas siswa
diukur dan diamati secara langsung oleh pengamat/ observer. Pengamat dapat terdiri
dari peneliti ditambah dengan beberapa orang guru atau pihak lain. Dalam penelitian
ini setiap satu kelas eksperimen dibagi menjadi enam kelompok belajar sehingga
observer yang dibutuhkan sebanyak dua orang. Satu orang observer mengamati
sekaligus tiga kelompok belajar.
Lembar observasi penilaian aktivitas siswa disusun berdasarkan indicator
tertentu. Suatu instrument tes atau non tesbaik digunakan dalam penelitian harus
diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum instrument tersebut dipakai dalam
penelitian (Silitonga, 2011). Untuk validitas instrument non tes dalam penelitian ini
cukup dilakukan secara kualitatif dengan expert judgement atau pertembingan para
ahli di bidangnya (validator ahli) yang mempertimbangkan dan menganalisis
kriteria kesesuaian lembar observasi penilaian aktivitas siswa yang diukur terhadap
indicator sikap serta deskriptor yang dibuat oleh peneliti. Kisi-kisi lembar observasi
penilaian sikap diuraikan pada tabel 3.4.
Tabel 3.10. Kisi-Kisi Lembar ObservasiPenilaianAktivitas
No Kategori Indikator Aspek yang Diamati
1 Kegiatan visual Memperhatikan Mengikuti proses
(visual activities) penjelasan pendidik pembelajaran
Tidak melakukan
kegiatan lain yang
tidak berhubungan
dengan pelajaran
selain kimia (seperti
mencatat atau belajar
pelajaran selain kimia,
bermain handphone,
dsb)
Saat pendidik
menjelaskan materi,
pandangan siswa
tertuju pada pendidik)

2 Kegiatan lisan Bertanya Aktif bertanya dalam


(oral acivities) pembelajaran
Menyampaikan
pertanyaan yang
berhubungan dengan
materi Laju Reaksi.
Mengajukan
pertanyaan tentang
materi kimia dan
menghubungkannya
kekehidupan sehari-
hari
Mengemukakan Menyatakan pendapat
pendapat dengan sopan
Menyampaikan
pendapat dengan logis
Menjawab pertanyaan
siswa lain
3 Kegiatan Mendengarkan dengan Siswa terlihat senang
mendengarkan baik ketika teman lain ketika teman sedang
(listening sedang berbicara / berpendapat
activities) mengeluarkan Pandangan siswa
pendapat. tertuju pada teman
yang sedang
berpendapat
Siswa tidak memotong
pembicaraan ketika
teman sedang
berpendapat
4 Kegiatan menulis Menulis ataumencatat Mencatat penjelasan
(writing dari guru
activities) Menyelesaikan tugas
Mengerjakan lembar
kerja siswa.
5 Kegiatan Antusias dalam Siswa terlihat senang
emosional pembelajaran mengikuti
(emotional pembelajaran
activities) Siswa tidak mengantuk
mengikuti
pembelajaran
Siswa tidak rebut
selama pembelajaran
(Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2017)
3.11. Jadwal Pelaksanaan
3.11.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Subabangun ,Kabupaten Tapanuli


Tengah, Provinsi Sumatra Utara

3.11.2.Waktu Penelitian

Waktu penelitian diperkirakan selama 3 bulan yaitu bulan Agustus –


Oktober,sedangkan waktu perencanaan sampai penulisan laporan hasil
penelitian dilakukan selama semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022.

3.11.2 Lama Tindakan


Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan Agustus dan Oktober mulai
dari siklus I, II dan III.
3.11.3 Jadwal Penelitian

NO Siklus Bulan

1 Siklus pertama 2 mingggu pertama bulanAgustus 2021

2 Siklus kedua 2 minggu terakhir bulan Agustus 2021

3 Siklus ketiga 2 mingggu pertama bulan Oktober 2021

3.12 Personalia Penelitian


Nama : Anastasia Gayatri Marwan
Nim : 4183331028
Kelas : Pendidikan Kimia A 2018
Prodi : Pendidikan Kimia
Tugas : Peneliti

Nama : Ayu Inggrias Tuty


Nim : 4183131051
Kelas : Pendidikan Kimia A 2018
Prodi : Pendidikan Kimia
Tugas : Peneliti

Nama : Cut Safrida Riska


Nim : 4182131003
Kelas : Pendidikan Kimia A 2018
Prodi : Pendidikan Kimia
Tugas : Peneliti
Nama : Deri Salsalina Br Sitepu
Nim : 4181131004
Kelas : Pendidikan Kimia A 2018
Prodi : Pendidikan Kimia
Tugas : Peneliti

Nama : Debora Silvia


Nim : 4183331031
Kelas : Pendidikan Kimia A 2018
Prodi : Pendidikan Kimia
Tugas : Peneliti
Daftar Pustaka
Afiyanti, N. A. (2013). Efektivitas Inkuiri Terbimbing Berorientasi Green Chemistry
Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kepedulian Lingkungan Siswa Sma 13
Semarang Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Semarang).
Arlianty, W. N. (2015). Pemanfaatan Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbasis Konstruktivis Pada Materi Hidrolisis Garam Semester Genap SMA Negeri 1
Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014. JURNAL PENDIDIKAN SAINS (JPS), 3(2), 72-
77.
Dartin, (2010), Analisis dan Standarisasi Buku Kimia SMA Kelas X Semester II Berdasarkan
Standar Isi KTSP, Jurnal Kimia
Purwaningtyas, R. (2012). Pembelajaran Kimia Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat Dengan Metode Proyek dan Metode Eksperimen Ditinjau Dari
Kreativitas dan Kemampuan Berpikir Kritis. Universitas Sebelas Maret, 44-50
Riyanto, A. I., & Muslim, S. (2014). Penerapan Srategi Pembelajaran React Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 3(2).
Sani, R., (2014), Pembelajaran Sainstifik, Jakarta, PT Bumi Aksara.
Silitonga, (2011), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA Universitas Negeri
Medan
Tanrere, M. (2008). Environmental problem solving in learning chemistry for high school
students. Journal of Applied Sciences in Environmental Sanitation, 3(1), 47-50.
Wulansari, A, D., (2014). Evektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Student Teams
Achievment Divisions dan Team Asisted Individualization Pada Materi Linier. Jurnal
Cendekia, 1(12), 155-156.

Anda mungkin juga menyukai