Anda di halaman 1dari 17

Volume 11 No 2 Maret

2016
1

EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL

Terry Irenewaty dan Winda Prasetyaning Adhi


(Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, UNY)
Email: terry@uny.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui peranan nyai pada masa kolonial, dan
(2) Mengetahui transformasi modernisasi wanita di Jawa. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian Sejarah. Langkah-langkah dalam penelitian
sejarah meliputi: pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perempuan pribumi yang dijadikan gundik oleh laki-laki
Eropa biasa disebut dengan ‘nyai’. Pengambilan nyai dilakukan karena sedikitnya jumlah
perempuan Eropa didatangkan ke Hindia Belanda. Seorang nyai akan berfungsi sebagai
pembantu rumah tangga hingga pemuas kebutuhan seksual tuan Eropanya. Praktik
pergundikan banyak terjadi dalam beberapa tempat yang memang pada saat itu menjadi pusat-
pusat pemerintahan atau perekonomian pemerintah Hindia Belanda. Nyai merupakan
perempuan-perempuan pertama yang terpenetrasi oleh kebudayaan baru yang dibawa tuan
Eropanya. Peranan nyai sebagai mediator budaya Jawa dan Eropa dapat dilihat dalam
berbagai bidang kehidupan, antara lain rijsttafel (kebiasaan makan), busana, bahasa, dan gaya
hidup.

Kata Kunci: Eksistensi, Nyai, Masa Kolonial.

ABSTRACT

This study aims to: (1) Knowing the contribution of housekeeper in the colonial
period, and (2) Knowing the modernization transformation of women in Java. The method
used in this study is a research method History. The steps in the history of the study include:
selection of the topic, heuristic, verification, interpretation and historiography. The results
showed that native women were used as concubines by European men commonly called the
'housekeeper'. Nyai decision made due to the small number of European women brought to
the Indies. A housekeeper will serve as a housekeeper until satisfying the sexual needs of their
European masters. The practice of concubinage much happening in some places was at that
time became centers of government or economy of the Dutch government. Nyai is the first
women were penetrated by the new culture brought its European masters. The contribution of
Nyai as a mediator of Javanese culture and Europe can be seen in many areas of life, among
other things rijsttafel (eating habits), fashion, language, and lifestyle.

Keywords: Existence, Nyai, Colonial Period.

Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL


Volume 11 No 2 Maret
2016
2

PENDAHULUAN dijadikan gundik para orang Eropa di


Hindia Belanda.Kata ‘Nyai’sendiri didapat
Eksistensi wanita Indonesia dalam
dari bahasa Bali, bahasa Sunda, dan bahasa
menentukan sejarah bangsa mengalami
Jawa dengan pengertian perempuan
pasang-surut.Eksistensi wanita bisa kita
(muda), adik perempuan, dan juga
telaah dari mulai dari masa pendudukan
bangsa Barat sampai dianggap sebagai istilah panggilan (Tineke
awal
Hellwig, 2007:36). Sebutan nyai dan
kemerdekaan.Bangsa Eropa mulai masuk
gundik memunculkan istilah kata kerja
ke Nusantara sejak perdagangan rempah-
pernyaian, yang juga dapat disebut
rempah melonjak naik di pasaran Eropa,
sehingga bangsa Eropa berlomba-lomba pergundikan, untuk seterusnya penulis
akan menggunakan kata pernyaian dalam
untuk mendapatkan daerah-daerah
penulisan ini.
penghasil rempah-rempah.Perdagangan di
Seiring dengan perkembangan
Asia berawal sejak berabad-abad sebelum
perekonomian sejak diberlakukan Politik
Portugis tiba dan Vereenigde Oost-Indische
Liberal dan perkembangan pendidikan
Compagnie (VOC) didirikan.
sejak Politik Ethis menyebabkan semakin
Sejak Batavia dijadikan pusat
besarnya arus modernisasi di Hindia
pemerintahan VOC, maka pegawai-
pegawai pun banyak didatangkan dari Belanda.Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, modernisasi berarti proses
negeri Belanda untuk bekerja di tanah
pergeseran sikap dan mentalitas sebagai
kolonial Belanda ini. Tidak hanya orang
warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai
luar yang berkepentingan sebagai pegawai
dengan tuntutan masa kini. Budaya bangsa
di Batavia saja yang didatangkan, namun
Eropa yang datang ke Hindia Belanda
juga penduduk luar Nusantara seperti
inilah yang djadikan ukuran dalam
orang China. Melihat perkembangan kota
menentukan modern, bisa dalam hal
Batavia yang pesat, VOC mengeluarkan
kebijakan yang melarang penduduk pemutakhiran transportasi, mata uang yang
beredar, bahasa, bangunan, budaya, serta
pribumi untuk hidup di Batavia sehingga
VOC memerlukan lebih banyak orang. gaya hidup.
Modernisasi ini ditransformasikan
Kelompok penduduk lain dari luar
Nusantara yang dibawa masuk adalah dengan berbagai cara dan media secara
disengaja maupun secara alami oleh
serdadu sewaan asal Jepang dan budak-
beberapa
budak (Parakitri T. Simbolon, 2006: 36). masyarakat pendukungnya,
termasuk nyai diantaranya. Dalam Kamus
Sejak para pegawai laki-laki VOC banyak
didatangkan di Nusantara itu lah awalBesar Bahasa Indonesia transformasi
berarti perubahan rupa (bentuk, sifat,
kemunculan para Nyai di Hindia Belanda.
fungsi, dsb), atau perubahan struktur
Sebutan nyai adalah bagi mereka
gramatikal menjadi struktur gramatikal lain
perempuan-perempuan pribumi yang
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
3

dengan menambah, mengurangi, atau berimigrasi ke Hindia dalam skala besar


menata kembali unsur-unsurnya. Seorang (Elsbeth Locher-Scholen, 1994:35).
nyai berperan di dalam transformasi Periode 1945-1949 merupakan
modernisasi di Jawa pada khususnya, periode Revolusi kemerdekaan RI yang
transformasi modernisasi yang penulis melibatkan seluruh unsur kekuatan rakyat,
maksud adalah proses perubahan kebiasaan salah satunya Laskar Putri Indonesia (LPI)
atau budaya masyarakat Jawa yang dan Laskar Wanita Indonesia (Laswi) yang
termodernkan oleh budaya masyarakat turut menyumbangkan kekuatannya. LPI
Eropa yang datang ke Hindia Belanda. merupakan badan perjuangan wanita yang
Modernisasi tersebut terjadi di berbagai berdiri pada 31 Desember 1945 di
bidang kehidupan masyarakat, hingga Surakarta bergerak di kegiatan
membentuk suatu akulturasi militer.Sedangkan Laswi merupakan
budaya.Penulis mencoba untuk meneliti kelaskaran wanita yang lahir di Bandung
bagaimana peranan nyai dalam perubahan pada 12 Oktober 1945 yang juga bergerak
atau transformasi modernisasi di Jawa. dalam kegiatan militer.Kelaskaran ini
Saat ini, sosok nyai tidak begitu terbentuk berkat dorongan semangat gadis-
diketahui oleh masyarakat Indonesia gadis Surakarta dan Bandung yang
khususnya. Masyarakat masih memandang bertekad untuk membentuk Kesatuan
sebelah mata tentang pernyaian tanpa Bersenjata seperti halnya pejuang laki-laki.
mengkritisi lebih dalam bagaimana Kharisma Ibu Srini inilah yang
peranan nyai tersebut dalam perjalanan membuat pemudi-pemudi Surakarta yang
sejarah bangsa Indonesia hingga kini.Tidak ikut bergabung dalam LPI (Djumarwan,
banyak pula yang mengetahui bagaimana 2010: 21-22). Anggota LPI berjumlah
peranan seorang nyai dalam pertukaran kurang lebih 200 orang terdiri dari pelajar
budaya Jawa dengan budaya putri yang kesemuanya diasramakan.
tuannya.Maka, penulis ingin meneliti dan Markas LPI berada di Komplex Balai
mengeksplor bagaimana peranan nyai ini Prajurit Batangan, Kelurahan
dalam transformasi modernisasi di Jawa. Kedunglumbu Surakarta. Sebelum
Batasan temporal skripsi ini mendapatkan asrama, LPI telah membuka
adalah antara tahun 1870 hingga 1942, pendaftaran di Danukusuman 4 dan di
dimana pada tahun 1870modernisasi mulai kantor Angkatan Muda Republik Indonesia
dirasakan oleh rakyat Jawa. Hal tersebut di Surakarta. Dari fakta-fakta yang telah
didukung dengan kebijakan Politik Pintu diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk
Terbuka dan Politik Ethis yang melakukan penelitian dengan tema
diberlakukan pemerintah Hindia “Eksistensi Perjuangan Wanita Masa
Belanda.Sedangkan di tahun 1942 adalah Kolonial Sampai Awal Kemerdekaan”.
masa berakhirnya pemerintahan Hindia
Belanda dengan ditandai perebutan
kekuasaan oleh pemerintah Jepang. METODE PENELITIAN
Pernyaian atau pergundikan ala kolonial Metode penelitian yang
berangsur-angsur lenyap ketika perempuan digunakan dalam peelitian ini adalah
bangsa Belanda dan Eropa lainnya metode penelitian sejarah. Adapun

Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL


Volume 11 No 2 Maret
2016
4

langkah-langkah dalam penelitian niaga tersebut dalam satu perusahaan saja.


meliputi: Pada tanggal 20 Maret 1602 Staten
 Pemilihan Topik, pemilihan topik General mengeluarkan sebuah surat izin
sebaiknya dipilih berdasarkan (Octrooi) pada sebuah perusahaan yang
kedekatan emosional dan kedekatan dinamakan Vereenigde Oost Indische
intelektual. Compagnie (Serikat Perusahaan
 Heuristik (Pengumpulan Sumber) Perdagangan di Asia Timur) (Marwati
merupakan kemampuan menemukan Djoened Poesponegoro, 2009:29).
dan menghimpun sumber-sumber yang Kedatangan sejumlah pegawai-
diperlukan dalam penelitian sejarah pegawai VOC ke Hindia Belanda
biasa dikenal sebagai tahap heuristic. mempengaruhi lahirnya sistem pernyaian
 Verifikasi (Kritik Sumber), menyangkut di Hindia Belanda khususnya di Pulau
verifikasi sumber yaitu pengujian Jawa.Kebanyakan dari pegawai-pegawai
mengenai kebenaran atau ketepatan Eropa itu datang ke Hindia Belanda
(akurasi) dari sumber itu.Kritik Sumber sebagai perjaka.Diantara pegawai-pegawai
dilakukan secara ekstern maupun intern. Eropa tersebut memilih untuk tinggal
 Interpretasi (Analisis Sumber), untuk dengan nyai pribumi sebagai gundik.
melaksanakan interpretasi sejarah ini Politik Pintu Terbuka juga turut andil
juga dibutuhkan suatu analisis dari dalam mempengaruhi jumlah pegawai-
peneliti setelah dilaksanakan verifikasi pegawai Eropa yang datang ke Hindia
sumber untuk meminimalisir terjadinya Belanda.Dibukanya terusan Suez pada
subyektifitas peneliti. tahun 1869 juga mendukung migrasi para
 Historiografi (Penulisan Sejarah), dalam pegawai Eropa ke Hindia Belanda yang
tahap ini peneliti berperan untuk menjadi semakin mudah. Sejak
menyusun sumber-sumber yang telah perdagangan, perkebunan, dan industri di
didapat dengan kronologis agar sesuai Hindia Belanda mengalami pertumbuhan
dengan perkembangan yang terjadi pesat di akhir abad 19 dan awal abad 20,
dalam peristiwa sejarah. maka kehadiran imigran para kapitalis dan
profesional sipil Eropa semakin banyak
jumlahnya (Bedjo Riyanto, 2000:40).
PEMBAHASAN Sebenarnya praktik pernyaian
Latar Belakang Pernyaian Di Jawa sudah banyak terjadi di kalangan para
Banyaknya kedatangan para pedagang Asia dan Portugis ketika jumlah
pedagang Eropa ke Indonesia kaum pria Belanda atau Eropa tidak
menyebabkan persaingan yang sangat ketat sebanding dengan jumlah kaum wanita
antar pedagang dan perusahaan.Persaingan Belanda atau Eropa yang ada. Jumlah
ketat antara perusahaan pelayaran niaga kaum wanita Belanda atau Eropa yang jauh
dalam mengklaim monopoli perdagangan lebih sedikit mengakibatkan semakin
di Asia, khususnya Nusantara maraknya praktik pernyaian pada masa
menyebabkan keuntungan yang diperoleh pemerintahan Belanda di Hindia Belanda
merosot.Untuk mengatasi hal itu pihak sejak dibentuknya VOC di Batavia.
pemerintah Belanda memutuskan untuk
menyatukan semua perusahaan pelayaran Kondisi Jawa pada Tahun 1870-1942
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
5

Tahun 1870 menjadi masa yang keturunan dari perkawinan campuran


penting dalam perjalanan sejarah bangsa antara Belanda/Eropa asli dengan wanita
Indonesia.Masa antara 1870 sampai pribumi yang berstatus gundik atau nyai.
dengan 1900 dalam sejarah kolonial dilihat
sebagai masa Liberal.Artinya masa dimana
pemerintah melepaskan peranan-peranan
ekonominya (Tanam Paksa, Monopoli Munculnya Pernyaian di Jawa
rempah-rempah) dan menyerahkan Praktik pernyaian pada masa
eksploitasi ekonomi kepada modal swasta. penjajahan sudah bukan menjadi hal tabu
Usaha golongan liberal mendapat jalan lagi, status nyaibahkan menjadi idaman
setelah pemerintah Hindia Belanda para gadis-gadis pribumi agar dapat
mengeluarkan Undang-Undang Agraria merubah status sosialnya menjadi lebih
pada tahun 1870. Sejak diterapkannya tinggi. Sejak awal abad 17 banyak pejabat-
Undang-undang Agraria, terjadilah proses pejabat kolonial bahkan memelihara lebih
swastanisasi dan modernisasi dari satu nyai.Seorang gubernur pesisir laut
perekonomian dalam masyarakat di Hindia Jawa dikatakan memiliki dua puluh orang
Belanda. Maka semakin kuatlah peranan perempuan “kesayangan” bangsa pribumi.
pengusaha ataupun investor swasta dalam Kemudian disebut-sebut pula nama pejabat
perekonomian kolonial di Hindia Belanda. lain yang memelihara nyai, yaitu Van
Politik ini sering dinamakan Reed, Residen Juwana, Van Lawick, dan
Politik Etika, yang dicanangkan pada tahun seorang pejabat Komisi Urusan Bumiputra
1901 oleh Van Deventer setelah Ratu di Buitenzorg. Semua contoh ini diambil
Belanda melontarkan pernyataan bahwa dari tahun 1800-1810 (Linda Christanty,
negeri Belanda mempunyai kewajiban 1994:25).
untuk mengusahakan kemakmuran serta Terdapat beberapa penyebab
pengembangan sosial dan ekonomi mengapa praktik pernyaian tumbuh begitu
penduduk pribumi (Sartono Kartodirdjo, kuat di tanah jajahan, antara lain;
1989:32). Politik Ethis mencoba mengubah 1. Jumlah Laki-laki Eropa atau Belanda
sistem liberal menjadi sebuah sistem yang Lebih Banyak Dibandingkan Jumlah
dapat dijadikan media pemerintah agar Perempuan Eropa atau Belanda.
dapat turut campur urusan-urusan Pada awalnya sistem pernyaian
masyarakat.Politik Ethis menggunakan tiga mulai marak di Batavia pada masa
sila sebagai slogannya, yaitu Irigasi, pemerintahan VOC meskipun
Edukasi, dan Emigrasi. Penerapan sistem sesungguhnya jauh sebelum Belanda
pendidikan Barat semakin mempercepat tampil di Asia.Praktik pergundikan sudah
laju proses modernisasi yang merubah banyak terjadi di kalangan para pedagang
secara struktural lapisan-lapisan sosial Asia dan Portugis ketika jumlah kaum pria
tertentu di masyarakat Jawa pada masa itu. Belanda atau Eropa tidak sebanding
Pada awal abad ke-20, tingkat interaksi dengan jumlah kaum wanita Belanda atau
antara warga kulit putih dengan Eropa yang ada (Hayu Adi Darmarastri,
masyarakat pribumi yang semakin tinggi 2002:7). Alasan para lelaki Eropa enggan
menyebabkan munculnya golongan Indo membawa keluarga mereka ke daerah
Eropa.Golongan tersebut merupakan hasil koloni adalah perbedaan iklim Eropa
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
6

dengan daerah tropis seperti Indonesia


yang mencolok.Selain itu, perjalanan 2. Peraturan gereja yang tidak
melalui laut yang memakan waktu sangat memperbolehkan terjadinya pernikahan
lama, sekitar 7-10 bulan, dan melelahkan, beda keyakinan.
bahkan terkadang disertai cuaca yang tidak Sebelum tahun 1848 sebuah
baik dan penuh bahaya.Perjalanan seperti pernikahan antara seorang Eropa Kristen
ini tentunya sangat berbahaya bagi seorang dengan seorang perempuan pribumi non-
perempuan, apalagi perempuan Eropa yang Kristen merupakan hal yang dilarang.
sangat rentan dan tidak terbiasa dengan Sesuai dengan perubahan zaman, lambat
iklim tropis. Jumlah wanita asing yang laun kriteria agama dan larangan
tidak sebanding dengan jumlah lelaki asing perkawinan campuran ini tidak dapat
di Hindia Belanda dapat dilihat dari sensus dipertahankan. Pernikahan campuran
penduduk yang dilaksanakan pemerintah bukan berarti dilarang sama sekali, hanya
Hindia Belanda pada waktu itu.Berikut ini menjadi hal tidak dikehendaki. Perkawinan
merupakan tabel sensus penduduk pada campuran menjadi sebuah fenomena sosial
tahun 1860 hingga 1930. yang banyak terjadi antara laki-laki Eropa
dengan perempuan pribumi dalam
Tabel. 1 hubungan pergundikan.Hal ini sudah
Jumlah Wanita Asing pada Setiap menjadi sesuatu yang wajar terjadi, tetapi
1000 Pria di Hindia Belanda dari kenyataannya segolongan masyarakat
tahun 1860-1930 Eropa masih tetap menentang perkawinan
Tahun Eropa China Arab campuran.
1860 - 590 809 Seorang laki-laki Eropa Kristen
harus menikahi seorang perempuan Kristen
1880 481 620 830
pula.Jadi jika laki-laki Eropa Kristen
1900 636 548 857 menginginkan menikah dengan seorang
1905 672 526 890 perempuan pribumi, perempuan tersebut
1920 800 563 865 haruslah beragama Kristen. Sebagai ganti
1930 884 646 841 peralihan agamanya, ia memperoleh
Sumber : Creutzberg dan van kewarganegaraan suaminya. Anak-anak
Laanen, Sejarah Statistik Ekonomi mereka hanya boleh dibaptis jika ibu
Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor, mereka orang Kristen yang aktif menganut
1987, hlm. 33. agamanya. Rezim semacam ini telah
mendorong lahirnya hubungan tanpa ikatan
Kebutuhan perempuan Eropa antara laki-laki Eropa dengan perempuan
tidak sebanding dengan jumlah lelaki Asia.Karena dalam kenyataannya tidak
Eropa, maka beberapa lelaki Eropa banyak perempuan pribumi yang bersedia
memilih untuk hidup bersama nyaiatau masuk ke agama Nasrani.
gundik selagi menunggu seorang
perempuan Eropa.Pengambilan seorang 3. Memelihara seorang nyai dianggap
nyai ini menjadi solusi atas jumlah laki- lebih mudah dan menguntungkan
laki Eropa dan perempuan Eropa yang dibandingkan menikah secara resmi
tidak seimbang. dengan seorang perempuan pribumi.
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
7

Memilih hidup membujang di serta alam pikiran bangsa


tanah koloni dianggap sebagai keputusan Indonesia.seorang nyai merupakan kamus
yang tepat mengingat kondisi finansial berjalan tentang budaya pribumi bagi tuan
para pegawai Eropa ini belum Eropanya. Keuntungan lainnya adalah
memungkinkan untuk menanggung sebuah diperoleh pengetahuan mengenai obat-
keluarga.Apalagi sebuah keluarga yang obatan tradisional dari seorang nyai. Nyai
bergaya hidup Eropa yang senang dengan dapat membantu para tuan Eropa
kemewahan.Alasan tersebut semakin menghadapi ancaman serangan penyakit
memperkuat alasan seorang pegawai Eropa tropis karena terbatasnya jumlah obat-
memilih untuk tidak menikah. Bukan obatan yang ada.
berarti para pegawai Eropa ini tidak
membutuhkan bantuan orang lain untuk Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda
mengurus rumah dan melayaninya dalam terhadap Praktik Pernyaian
kehidupan sehari-hari. Untuk Maraknya pernyaian pada masa
mengatasinya mereka biasanya mengambil itu yang terjadi di kalangan lelaki Belanda
seorang perempuan pembantu rumah atau Eropa dengan perempuan pribumi
tangga dari kalangan pribumi. Semakin sangat ditentang dan dibenci oleh J.P Coen
lama, perempuan pribumi itu tidak hanya karena dianggap sebagai tindakan yang
membantunya dalam mengurus rumah tidak pantas.Coen memang seorang yang
tangga, tetapi juga melayani kebutuhan terkenal sangat keras terhadap pelanggaran
biologis sang tuannya. Perempuan- seksual (Onghokham, 1991:18). J.P Coen
perempuan pribumi inilah yang dipanggil menganggap bahwa perkawinan campuran
dengan nyai. yang terjadi antara orang Belanda atau
Memelihara nyaidianggap lebih Eropa dengan orang pribumi bukanlah
mudah dan menguntungkan daripada jalan yang tepat untuk membangun sebuah
menikah secara resmi dengan seorang koloni kulit putih di tanah jajahan. J.P
perempuan Eropa.Memelihara nyailebih Coen meminta kiriman anak-anak gadis
mudah untuk ditinggalkan dan dapat serta mengusulkan agar banyak keluarga
diperlakukan sekehendak hati. Nyai juga Belanda dari kalangan yang baik-baik
dapat dimanfaatkan dalam hal menjaga untuk beremigrasi ke Batavia. Bersama
kesehatan tuan Eropanya dibandingkan keluarga dan anak-anak mereka ini
dengan jika harus berhubungan dengan disertakan pula sekitar empat sampai lima
pelacur yang tidak terjamin kebersihannya. ratus anak laki-laki dan perempuan berusia
Memelihara nyaijuga dianggap lebih 10 sampai 12 tahun, yang diambil dari
terhormat bagi seorang pejabat tinggi semua rumah-rumah yatim-piatu di
dibandingkan jika ia berkunjung ke Verenigde Provincien, dengan
kompleks pelacuran. Kehadiran nyai juga perbandingan antara anak laki-laki dan
dimanfaatkan untuk memperoleh perempuan diusulkannya 2:1 (Leonard
pengetahuan mengenai kebudayaan Blusse, 2004:301). J.P Coen memahami
Melayu, baik dalam bidang bahasa, bahwa para laki-laki dalam wilayah
kebiasaan, maupun adat istiadatnya. jajahan harus memperoleh alternatif
Hadirnya seorang nyai dapat membantu mendapatkan pasangan hidup selain
untuk menyelami kehidupan masyarakat dengan melakukan praktik pergundikan.
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
8

Coen menganggap pernyaian sebagai banyak orang sebagai suatu cara


penyebab dari timbulnya kasus penyesuaian diri laki-laki Eropa lajang
pengguguran kandungan, pembunuhan demi kelangsungan hidup di tanah koloni.
bayi, dan terkadang aksi peracunan Menurut perkiraan terdapat lebih dari
terhadap si tuan Eropa yang dilakukan oleh setengah jumlah keseluruhan laki-laki
gundik yang cemburu. Ia pun meminta Eropa di koloni hidup bersama seorang
calon-calon pengantin perempuan kulit nyai pribumi dalam 25 tahun terakhir pada
putih kepada Heren van de Compagnie abad ke-19 (Reggie Baay, 2010:40).
Permintaan dan peraturan- Menjelang akhir abad ke-19 sudah sangat
peraturan oleh Coen ternyata tidak terlalu biasa jika seorang laki-laki Eropa
efektif.Jumlah pernyaian di wilayah mengambil seorang nyai, begitu juga dari
pendudukan tidak berkurang secara sudut pandang penduduk pribumi.
signifikan.Maka J.P Coen mengeluarkan Bagi bangsa Belanda, menikahi
larangan bagi kaum lelaki Belanda atau perempuan-perempuan pribumi asli
Eropa untuk menikahi kaum perempuan maupun yang berdarah campuran di Hindia
pribumi seperti yang tercantum pada Belanda adalah suatu kebiasaan yang
Regering bij Plakaat pada tahun 1625. normal. Masalah pernyaian dalam
Larangan J.P Coen ternyata tidak dapat masyarakat Hindia Belanda memang unik.
menghapus pergundikan di Hindia Bahkan bangsa kulit putih telah menjalani
Belanda, kebutuhan biologis telah hidup bersama dengan perempuan-
mengalahkan kebijakan perempuan pribumi tidak hanya di Hindia
pemerintah.Pernyaian baru benar-benar Belanda saja, tetapi hampir di semua
hilang berabad-abad setelah kepemimpinan masyarakat kolonial, di Asia, Afrika, atau
Coen, yaitu seiring dengan perginya Amerika Selatan. Menurut Ian Buruma,
bangsa Eropa dari Indonesia. kehidupan kolonial di mana-mana
tampaknya agak digenangi oleh masalah
Model Pernyaian Di Jawa seks (Frances Gouda, 2007:291).
Pernyaian dalam Dunia Sipil Keberadaan seorang nyai atau
Masyarakat kolonial Eropa yang gundik membawa perubahan yang sangat
terdiri dari para pendatang baru hanya bisa besar bagi penduduk Belanda. Seorang
dijumpai di tempat-tempat tertentu di nyai tidak hanya mempengaruhi budaya
Nusantara.Masyarakat Eropa bertempat tuan Eropa-nya, tetapi juga mempengaruhi
tinggal terutama di kota-kota besar di Jawa garus keturunan yang berbeda dalam
seperti Batavia, Bandung, Surabaya, masyarakat Eropa khususnya Belanda.
Yogyakarta, Semarang, dan Surakarta Apabila bangsa Inggris menganggap
(Reggie Baay, 2010:40). Pada tahun 1880, adanya separuh kasta (orang-orang Indo)
terdapat 19,5 juta penduduk pribumi melebihi batas sosial, bangsa Belanda lebih
sedangkan orang Eropa hanya berjumlah bersikap realistis.Bangsa Belanda
sekitar 50.000. Walaupun jumlahnya menganggap hibriditas merupakan akibat
sedikit, kaum Eropa totok mempunyai yang tidak dapat dihindari dari
pengaruh yang besar sebagai kaum kolonialisme.
penguasa absolut. Pernyaian merupakan Kebiasaan bangsa Eropa yang
gejala yang umum dan dapat diterima oleh hanya memanggil dengan nama kelompok,
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
9

bukan dengan nama depan ternyata juga perempuan pribumi yang diserahkan oleh
berimbas kepada nyai. Dalam dunia sipil ayahnya kepada seorang tuan Eropa. Hal
para nyai sering dipanggil dengan nama ini sering terjadi kepada pejabat daerah,
Mina. Sehingga anak-anak yang dilahirkan mereka biasanya akan memberikan anak
dari hubungan pernyaian kebanyakan tidak gadisnya kepada seorang tuan Eropa agar
mengetahui nama asli ibu mereka, anak- dapat mengamankan kedudukannya. Nyai
anak ini mengetahui setelah dewasa dan yang diambil dengan jalan ini dipandang
membaca akta pengakuan dari ayah lebih tinggi kedudukannya daripada nyai
mereka (Reggie Baay, 2010:59). Hal ini yang berasal dari seorang babu (Hayu Adi
diperkuat dengan beberapa sumber yang Darmarastri, 2002:14). Seorang nyai
ditemukan berupa conduitstaten dan bertugas mengatur rumah tangga, dan
stamboek yang tidak menyebutkan nama hidup bersama laki-laki Eropa yang telah
terang dari nyai itu sendiri, hanya akan mengambilnya sebagai seorang nyai. Nyai
tertulis sebagai Mina atau Inlandesch akan tinggal bersamanya, makan
Vrouwen. dengannya, menemaninya dan tidur
Pengambilan seorang nyai bersamanya. Namun, seorang nyai tidak
pribumi oleh para laki-laki Eropa terbilang mempunyai derajat yang sama dengan
mudah.Biasanya pelayan atau pembantu tuannya.
rumah tangga seorang majikan Eropa
berjumlah lebih dari satu. Jika seorang Pernyaian dalam Tangsi Militer
majikan laki-laki Eropa menemukan nyai Eksploitasi atas Hindia Belanda
yang sesuai diantara para pekerja rumah yang subur dan besar tidak mungkin
tangganya, maka ia akan mengambil dan dilakukan tanpa penempatan militer bagi
mengangkatnya sebagai nyai. Jika seorangbanyak negara besar.Berdirinya Hindia
laki-laki Eropa tidak menemukan yang Belanda hanya dapat dijamin oleh
sesuai diantara para pembantu rumah keberadaan tentara permanen yang
tangganya, ia akan memerintah kepada berkekuatan penuh.Hal ini diperkuat
salah seorang pembantu laki-lakinya agardengan banyaknya bangsa Asing yang
mencarikan seorang gundik. Setiap orang menginginkan Hindia Belanda khususnya
Indis tahu apa arti perintah “tjari Jawa dari tangan Belanda, seperti
perempoean”, tulis seorang wartawan dan Inggris.Atas alasan tersebut maka
penulis, Henri Borel, dalam salah satu dibentuklah pasukan kolonial.Pada
artikelnya mengenai pergundikan (Reggie awalnya pasukan ini hanya terdiri dari
Baay, 2010:59). delapan korps. Pasukan ini hingga tahun
Cara lain untuk menjalin
1933 hanya disebut sebagai tentara Hindia
hubungan pernyaian adalah dengan melalui(Timur) atau tentara kolonial, sampai
perjodohan. Hal ini sering terjadi di dalam
akhirnya oleh Hendrik Colijn, perdana
keluarga Eropa baik-baik yang memiliki menteri sekaligus mantan perwira tentara
anak laki-laki remaja.Hubungan semacam kolonial memberikan nama Koninklijk
ini kerap bersifat sangat sementara dan Nederlandsch-Indisch Leger
bertujuan agar para pemuda memiliki (KNIL).Tentara kolonial direkrut dari
pengalaman bersama perempuan.
negeri Belanda, beberapa negara Eropa,
Perjodohan juga terjadi pada seorang bahkan termasuk laki-laki pribumi.
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
10

Di tanah koloni, para serdadu tinggal bersama, tanpa ikatan pernikahan,


ditempatkan dan diberi pendidikan militer dengan perempuan pribumi di dalam
di tangsi militer di Jawa.Pendidikan ini tangsi.Tangsi tentara kolonial menjadi
terdiri dari pelatihan serdadu, pengetahuan tempat dimana Jan, Kromo, dan Sarina
dasar menggunakan senjata dan tinggal. Dalam Gedenkboek KNIL, pujian
penyuluhan mengenai penyakit-penyakit penuh penghargaan ditujukan kepada
kelamin.Basis militer Belanda di Jawa “pasukan kecil” Sarina, yaitu pelayan-
dibuat di daerah Gombong, Jawa pelayan dalam tangsi yang mengurus
Tengah.Pembuatan basis militer ini baru keperluan hidup prajurit (Ineke Van
dimulai sejak Perang Jawa (1825-1830) Kessel, 2011:201). Seorang Sarina
berakhir.Basis militer ini merupakan digambarkan sebagai perempuan muda
antisipasi apabila ada perlawanan dari yang cantik dan genit, atau perempuan tua
daerah Kasultanan Yogyakarta dan dengan umur tidak dapat
sekitarnya. Membangun basis militer skala diperkirakan.Mereka, para Sarina
besar di Yogyakarta sangat tidak etis, menjalani posisinya dengan segala suka
karena di sana telah ada benteng dan duka, berbagi makanan dengan
Vredeberg. Basis militer Belanda di serdadu Eropa atau berbagi tempat tidur
Gombong ini adalah yang terbesar. Di dengan prajurit pribumi.Peran para nyai
sana, terdapat depot pelatihan tentara. tangsi antara lain sebagai pembantu, baik
Dalam hal ini, Belanda sukses, banyak itu mengurus rumahtangga, memasak
pemuda dari daerah itu yang menjadi makanan, mencuci, berbelanja, maupun
prajurit sampai kini (Petrik Matanasi, sebagai teman tidur serta semua peran
2011:11). yang ada. Selain yang disebut diatas,
Serdadu pribumi yang masuk membantu untuk menghadapi iklim dan
dalam tentara kolonial biasanya sudah penyakit tropis adalah peranan seorang
menikah dan menjadi kepala keluarga di nyai bagi derdadu kolonial.
usia muda. Mereka yang telah menjadi Untuk menjadi seorang nyai di
tentara kolonial tidak serta merta tangsi militer KNIL terdapat beberapa
melepaskan kehidupan sosial dan seksual jalan, ada seorang perempuan pribumi
mereka. Pemimpin KNIL, Jenderal Haga, yang menawarkan diri.Ada juga hubungan
mengizinkan untuk melanjutkan pernyaian yang terjalin karena para
hubungannya di dalam tangsi (Reggie serdadu mencari sendiri nyai mereka di
Baay, 2010:92). Sedangkan para serdadu sekitar tangsi. Banyak gadis dan
pribumi maupun Eropa yang lajang perempuan muda pribumi yang bekerja di
diizinkan hidup bersama tanpa pernikahan warung-warung makan dekat tangsi dan
dengan perempuan pribumi di dalam kemudian menjadi nyai dengan cara
tangsi. demikian (Reggie Baay, 2010:100). Pada
Maka di bawah pemerintahan saat itu bahkan terdapat sebuah kelompok
Menteri Daerah Jajahan Keuchenius gundik tangsi profesional, yaitu para
(1888-1890), tangsi-tangsi disekat-sekat perempuan yang memenuhi kebutuhan
untuk para prajurit yang telah memiliki hidup mereka dengan menawarkan diri
pasangan. KNIL pun menjadi ketentaraan menjadi gundik anggota militer kolonial.
yang secara resmi mengizinkan serdadunya
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
11

Pernyaian dalam Perkebunan- Sumber :Verslag Arbeidsinpectie 1908-


perkebunan 1938, dalam Lukitaningsih, “Buruh
Terdapat satu tempat yang juga Perempuan di Perkebunan Karet
tidak dapat terlepas dari praktik pernyaian, Sumatra Timur 1900-1940”, Program
yaitu perkebunan-perkebunan.Wilayah Pasca Sarjana UGM 2003,hlm. 93.
Hindia Belanda oleh pemerintah Belanda
dibuka untuk para pengusaha swasta, dan Wilayah perkebunan adalah
memperbolehkan tanah di wilayah Hindia tempat yang banyak memunculkan
Belanda disewakan.Setelah itu, banyak terjadinya kotak sosial antara orang
tenaga kerja buruh yang berbondong- Eropa dan pribumi.Tempat ini terdapat
bondong bermigrasi ke wilayah pula tenaga kerja wanita yang
perkebunan untuk bekerja, baik tenaga jumlahnya jika dibandingkan dengan
kerja laki-laki maupun perempuan.Tenaga tenaga kerja laki-laki terbilang
kerja ini kebanyakan berasal dari pribumi, minoritas (Fadly Rahman, 2011:35).
khususnya Jawa. Perbandingan antara Banyak buruh kontrak perempuan
buruh laki-laki dengan buruh perempuan di dipaksa hidup dalam pernyaian dengan
perkebunan sangat jauh. Sebagai gambaran laki-laki Eropa.Bisa dikatakan
perbedaan jumlah yang sangat signifikan pernyaian yang terjadi di perkebunan
di dalam perkebunan antara buruh laki-laki lebih buruk dari praktik pernyaian
dengan buruh perempuan dapat dilihat yang terjadi di tengah masyarakat sipil
dalam tabel perbandingan di bawah ini: atau di dalam tangsi militer.
Tabel. 2 Kenyataan mengenai pengusaha
Perbandingan Sex Ratio antara Buruh perkebunan Eropa yang hidup bersama
Laki-laki dan Buruh Perempuan di seorang nyai bukanlah suatu hal yang
Perkebunan Karet pada Tahun 1908- baru di Jawa. Perkebunan kopi dan teh
1938 (Periode 5 Tahun) yang terletak di daerah Priangan, Jawa
SexRa Barat, dan perkebunan tebu di daerah
Buruh tio Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi
Buruh Bebas
Tah Kontrak Buruh
tempat praktik pernyaian yang terjadi
un L/M
Laki Perem Laki Perem bertahun-tahun lamanya. Seperti
-laki puan -laki puan halnya pernyaian di tengah masyarakat
190 102.
10.315
…… ……
9,9 sipil maupun dalam tangsi militer,
8 119 … ….. seorang nyai di perkebunan juga lah
191 309. 172.13 6.86
3 841 4 2
3.812 1,8 yang membebaskan tuannya (dalam
191 269. 179.76 6.19 hal ini sang pengusaha perkebunan
4.132 1,5
8 651 7 8 Eropa) dari rasa kesepian dalam
192 212. 177.35 11.4 keterasingan di perkebunan. Sang nyai
9.509 1,2
3 822 2 11 juga bertugas mengurus rumah tangga,
192 428. 186.47 57.7
8 881 0 46
25.107 2,3 memenuhi kebutuhan seksual dan
193 103. 147. tidak jarang menjadi jembatan sang
64.748 92.499 1,6
3 597 999 pengusaha perkebunan dengan
193 121. 110.58 101. lingkungan pribumi, baik urusan
91.889 1,1
8 646 7 078

Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL


Volume 11 No 2 Maret
2016
12

bahasa, kebiasaan, maupun hubungan menggunakan guling, mandi, hingga


perdagangan. kebutuhan seksual (Fadly Rahman,
Peranan Nyai Dalam Transformasi 2011:35). Pengaruh pribumi yang begitu
Modernisasi Di Jawa kuat terhadap laki-laki Eropa ini juga
Proses percampuran antara dipicu oleh perbedaan iklim di Hindia
budaya pribumi dengan budaya Belanda Belanda, iklim yang baru bagi bangsa
yang melahirkan wujud atau budaya baru Eropa memaksa mereka harus
tersebut kemudian dinamakan kebudayaan menyesuaikan diri dengan mempelajari
Indis. Kebudayaan Indis muncul secara cara bertahan pribumi.
alami, para laki-laki Eropa mengawini Fenomena perkawinan campuran
perempuan-perempuan pribumi dan orang yang telah melahirkan pembauran
Eropa mengadopsi kebiasaan orang kebudayaan antara kebudayaan pribumi
pribumi, juga sebaliknya. Hubungan yang dan Belanda, di samping membawa ide
tidak dapat dihindari ini akhirnya menuntut dan pranata Barat ke Jawa, ketika itu
adanya perubahan dalam gaya hidup, orang-orang Belanda beradaptasi pula
seperti bahasa, cara berpakaian, cara dengan tradisi atau kebiasaan masyarakat
makan, kelengkapan alat dan perabot pribumi.Sementara itu, kehidupan elite
rumah tangga, pekerjaan, kesenian, religi, pribumi pun ikut dipengaruhi budaya
dan penghargaan atas waktu. Ada satu hal Indis.Akses hubungan dengan orang-orang
yang menjadi perhatian dalam tumbuhnya Belanda menjadi faktor masuknya
kebudayaan Indis di Hindia Belanda pengaruh budaya Indis dalam kehidupan
khususnya Jawa, yaitu adanya praktik para elite pribumi tersebut.
pernyaian antara laki-laki Eropa dengan Modernisasi yang dibawa seorang
wanita pribumi yang makin berkembang nyai, tidak hanya dirasakan oleh nyai
pada awal abad ke-19, terutama sejak sendiri.Modernisasi tersebut berpengaruh
dibukanya lahan-lahan perkebunan di terhadap masyarakat luas, baik masyarakat
wilayah Jawa yaitu sekitar tahun 1870. Eropa maupun masyarakat
Hubungan antarbudaya di antara dua pribumi.Seorang nyai dengan segala
pribadi yang sangat berbeda melalui keterbatasannya mampu menjadi sosok
saluran perkawinan campuran ini perempuan modern, bahkan dapat
menghasilkan penyerapan budaya yang disamakan dengan perempuan pribumi dari
kemudian menjadi ciri perkembangan kalangan bangsawan.Hal ini bukan tentang
sosial budaya dalam sejarah Indonesia. hak dan kewajibannya, tetapi dalam hal
Kehidupan bersama antara laki- kemampuan pendidikannya.
laki Eropa dan perempuan pribumi telah
memunculkan pengaruh tersendiri bagi
perkembangan kehidupan keduanya,
terutama bagi para laki-laki yang Peranan Nyai sebagai Mediator Budaya
kemudian lebih banyak terkena pengaruh Pengaruh pribumi yang
budaya si perempuan pribumi. Laki-laki mendominasi kehidupan orang-orang
Eropa mulai mengubah gaya hidup dan Eropa salah satunya adalah persoalan
kebiasaan asli mereka, meskipun seorang “makan”.Kebiasaan makan di Hindia
totok, misalnya dalam hal makan, tidur Belanda tentunya sangat kontras dengan
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
13

kebiasaan makan di Belanda, terutama pribumi selain memperolah materi dalam


dalam hal hidangan sehari-hari yang jumlah yang besar dari hubungan
dikonsumsi.Terlebih ketersediaan bahan- pernyaiannya, ia juga akan menyandang
bahan makanan Eropa masih minim, dan status sosial lebih tinggi dari yang dimiliki
kalaupun ada harganya relatif mahal. sebelumnya. Perubahan tersebut secara
Bahan-bahan makanan Eropa yang minim fisik dapat dilihat dari perubahan jenis
di Hindia Belanda memaksa bangsa Eropa serta warna pakaian, khususnya kebaya
beradaptasi dengan makanan pribumi.Di yang dikenakannya sehari-hari.Cara
sinilah seorang nyai berperan, nyai yang berpakaian nyai baru ini secara tidak
merupakan seorang perempuan pribumi langsung digunakan untuk menunjukkan
sedikit demi sedikit memperkenalkan kepada masyarakat luas bahwa status
makanan-makanan pribumi.Hal unik mereka sudah berubah.
terjadi dalam proses pengenalan makanan Semula kebaya yang biasa
pribumi oleh nyai kepada tuannya. dikenakan oleh seorang perempuan
Pengenalan ini disajikan dalam bentuk pribumi berupa kebaya yang berwarna atau
kebiasaan makan bangsa Eropa, yaitu indigo, namun setelah perempuan menjadi
terdapat makanan pembuka, makanan inti, nyai berganti menjadi kebaya putih
dan makanan penutup.Kebiasaan ini tidak berenda seperti yang biasa dikenakan oleh
terdapat dalam masyarakat pribumi. para perempuan Eropa atau Indo.
Penyajian dengan gaya Eropa ini diisi Perubahan ini bertujuan untuk
dengan berbagai masakan khas pribumi. membedakan seorang nyai dengan
Roti yang menjadi makanan perempuan-perempuan pribumi
utama bangsa Eropa semakin lama lainnya.Selain itu juga untuk menunjukkan
tergantikan dengan nasi, makanan pokok perbedaan antara hak-hak istimewa dan
bangsa Indonesia.Makanan-makanan kewajiban serta status atas ataukah bawah
Eropa pun disajikan dan diisi dengan yang dimiliki seorang nyai. Kebaya putih
bahan-bahan yang mudah di dapat di berenda pada saat itu mempunyai mutu
Hindia Belanda.Seorang nyai pun dituntut yang lebih baik serta harga yang lebih
untuk mampu memasak makanan-makanan mahal jika dibandingkan dengan kebaya
Eropa seperti yang diinginkan oleh berwarna yang dikenakan oleh para
tuannya. Kebiasaan makan nasi dari perempuan Eropa atau Indo. Karena itu,
generasi ke generasi pada akhirnya kebaya putih berenda hanya dikenakan
menjadi budaya tersendiri dalam ruang oleh para perempuan Eropa atau Indo saja.
lingkup kehidupan orang-orang Belanda, Kebaya putih berenda menjadi satu jenis
yang kemudian memunculkan istilah pakaian yang diharapkan menjadi lambang
khusus “rijsttafel”.Rijst sendiri berarti nasi status baru bagi seorang nyai pribumi
atau beras yang sudah dimasak, sementara untuk membedakannya dari kelompok
tafel selain berarti meja juga bermakna masyarakat pribumi dan dapat
kias untuk hidangan (Fadly Rahman, mengantarkannya masuk ke dalam
2011:35). Keberadaan rijsttafel sendiri masyarakat Indis.
telah ditekankan sebagai salah satu Interaksi antara bangsa Belanda
rangkaian proses akulturasi antara budaya dengan pribumi di Hindia Belanda dalam
makan pribumi dan Belanda. Seorang nyai kehidupan sehari-hari tidak dapat
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
14

terhindarkan.Ketika perbedaan kasta kalangan masyarakat Belanda karena telah


melarang komunikasi antar kasta, terutama dipengaruhi oleh bahasa bangsa pribumi.
kasta yang paling tinggi (bangsa Belanda) Bahasa petjoek semakin lama kemudian
dengan kasta terendah (pribumi), berkembang mempengaruhi bahasa
hubungan saling membutuhkan tetap ada Melayu yang sudah digunakan oleh
dan berlangsung dalam jangka waktu yang masyarakat pribumi pada saat itu. Perlu
lama.Di samping itu, praktik pernyaian diketahui bahasa Indonesia yang
yang menjadi fenomena sosial di wilayah digunakan masyarakat Indonesia bermuara
Hindia Belanda semakin mendukung dari bahasa Melayu. Sampai sekarang,
adanya pembauran bahasa.Pembauran bahasa Indonesia sangat kaya dengan
bahasa Melayu dan bahasa Belanda terjadi bahasa-bahasa asing, apalagi bahasa
terutama oleh keluarga dalam lingkungan Belanda turut menjadi sumbangsih dalam
“Indische landshuizen”, yang selanjutnya memberikan berbagai kosakata. Banyak
digunakan oleh golongan Indo-Belanda. Di kosakata bahasa Belanda yang diadaptasi
Jawa Tengah dan Jawa Timur, proses menjadi bahasa Indonesia, tentu saja
perpaduan bahasa Belanda dan Jawa dengan mengubah struktur hurufnya
terjadi hanya pada sebagian masyarakat menjadi lebih mudah.
pendukung kebudayaan Indis. Proses ini Bangsa Belanda atau Eropa yang
menimbulkan bahasa pijin atau bahasa sudah terbiasa dengan kehidupan mewah
campuran, yang pada umumnya digunakan di negeri asalnya, setelah tiba di Hindia
oleh orang-orang keturunan Belanda Belanda ternyata tidak dapat
dengan ibu Jawa, oleh Cina keturunan, dan menanggalkan kebiasaan tersebut.
Timur Asing (Djoko Soekiman, 2011:22). Keberhasilan ekonomi di negeri jajahan
Bahasa hasil campuran orang-orang semakin mendukung gaya hidup mewah
Belanda dengan orang Jawa lazim disebut dan boros para kulit putih di Hindia
dengan bahasa peetjoek atau petjoek, Belanda. Kebiasaan inilah yang kemudian
terutama sebelum Perang Dunia II di ditiru oleh sebagian bangsa Eurasia atau
Semarang, Jawa Tengah, dan sekelilingnya Indo agar dapat diterima masyarakat
(Djoko Soekiman, 2011:22). Belanda di Hindia Belanda. Imitasi gaya
Bahasa petjoek umum digunakan hidup bangsa Eropa ternyata tidak hanya
oleh kalangan anak-anak Indo, yaitu anak- dilakukan oleh bangsa Indo saja, tetapi
anak yang lahir dari percampuran darah juga dilakukan oleh seorang perempuan
Eropa dengan pribumi.Anak-anak dari pribumi yang melahirkan bangsa Indo,
golongan masyarakat terpandang juga nyai. Sengaja atau tidak, gaya hidup
menggunakan bahasa ini, tetapi mereka seorang nyai akan terpengaruh dengan
menggunakannya pada saat di luar rumah gaya hidup sang Tuan Eropa-nya. Awalnya
karena ketika di rumah mereka harus nyai dituntut untuk melayani Tuannya
menggunakan bahasa Belanda yang sopan. dengan gaya Eropa, seperti berbicara,
Seorang anak yang tidak berbicara memasak, berperilaku, bahkan cara
menggunakan bahasa Belanda dengan baik berpikir. Tetapi semakin lama, tuntutan
dan sopan akan dianggap tidak beradab tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang
atau tidak sopan, sedangkan bahasa petjoek menjadi ciri khas seorang nyai, yaitu
dianggap sebagai bahasa yang hina oleh sebuah gaya hidup yang dipengaruhi oleh
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
15

dua budaya, pribumi dan Eropa atau ketika sore hari di Senen.Seorang
Belanda. pelancong Eropa berpendapat bahwa nyai
Keseluruhan ciri tersebut pribumi tidak begitu cantik karena warna
mempengaruhi hidup seorang nyai sehari- kulit yang coklat, tetapi nyai-nyai tersebut
hari karena semuanya dijiwai oleh memiliki sifat yang ramah (H.C.C.
pandangan hidup yang berakar dari dua Clockener Brousson, 2007:26).
budaya, yaitu Belanda dan pribumi Pengusiran yang kerap terjadi
(Jawa).Sebagai golongan penguasa dan terhadap seorang nyai dari kediaman
keturunan masyarakat yang mendukung tuannya, menjadi semacam alarm bagi nyai
dua akar kebudayaan yang berbeda, nyai untuk tidak hanya berdiam diri dan
berupaya untuk menunjukkan melayani tuannya saja. Dalam
kebesarannya yang berbeda pula dengan mengantisipasi terjadinya kemungkinan
masyarakat kebanyakan, yaitu masyarakat buruk bagi nyai, nyai sebagai pengatur
pribumi. Kebiasaan seorang nyai yang ekonomi keluarga memiliki beberapa cara
berbeda dengan perempuan pribumi demi menyelamatkan kehidupannya,
kebanyakan di Jawa adalah membaca. antara lain dengan mereka terlibat secara
Seorang nyai akan berusaha untuk langsung atau tidak langsung dalam bidang
mengimbangi sang Tuannya, maka ia akan perdagangan, bertindak sebagai perantara
belajar menulis dan membaca. Hal itu dalam urusan real estate atau pemberi
dilakukan nyai karena ia tidak mau begitu pinjaman terhadap orang-orang China,
saja dibuang dan diusir oleh sang Tuan, selain ia juga memiliki beberapa tabungan
seorang nyai akan belajar sungguh- yang dipakai untuk berjaga-jaga jika
sungguh agar dapat diajak berdiskusi terjadi pengusiran oleh tuannya (Hayu
dengan Tuan Eropa-nya. Darmarastri, 2011:17).
Seorang nyai juga dipercaya
memegang kunci-kunci rumah yang PENUTUP
berharga. Nyai tidak hanya menjadi Kesendirian pegawai-pegawai
pendamping seorang laki-laki Eropa, tetapi Eropa yang tanpa ditemani keluarga
menjadi orang kepercayaan tuannya untuk maupun istri di Hindia Belanda
mengurus rumah tangga. Seorang nyai memunculkan masalah baru dalam
tidak hanya pintar membelanjakan masyarakat, yaitu praktik pernyaian.Laki-
kebutuhan sehari-hari, ia juga pandai laki Eropa akan mengambil seorang
menyisihkan uang pemberian tuannya perempuan pribumi untuk menemani dan
untuk tabungan. Peningkatan status nyai melayaninya dalam hal kebutuhan rumah
diikuti oleh kepemilikan hak-hak istimewa tangga. Perempuan pribumi yang dijadikan
yang diberikan oleh tuannya kepada nyai, gundik oleh laki-laki Eropa biasa disebut
seperti memegang kunci almari utama, dengan ‘nyai’.Pengambilan nyai dilakukan
mendapat gaji yang lebih tinggi, dan hak karena sedikitnya jumlah perempuan Eropa
yang paling istimewa diantaranya adalah didatangkan ke Hindia Belanda. Seorang
sebagai pengatur ekonomi nyai akan berfungsi sebagai pembantu
keluarga.Disamping itu mereka juga dapat rumah tangga hingga pemuas kebutuhan
berkesempatan mendampingi pasangan seksual tuan Eropanya. Praktik
mereka wandelen atau “makan angin” pergundikan banyak terjadi dalam
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
16

beberapa tempat yang memang pada saat Jurnal Istoria terbitan Pendidikan Sejarah,
itu menjadi pusat-pusat pemerintahan atau Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
perekonomian pemerintah Hindia Yogyakarta atas kesempatan yang
Belanda.Setiap tempat mempunyai diberikan sehingga tulisan ini dapat
karakteristik yang berbeda, baik itu dalam dipublikasikan pada edisi Maret 2016.
pengambilan seorang nyai atau perlakuan
terhadap nyai. Perlakuan terhadap nyai ini
DAFTAR PUSTAKA
akan berpengaruh terhadap peranan nyai Baay, Reggie. 2010.Nyai dan Pergundikan
itu sendiri. Tempat-tempat tersebut antara di Hindia Belanda.Jakarta:
lain dalam dunia masyarakat sipil, di Komunitas Bambu.
perkebunan-perkebunan swasta, serta di Bedjo Riyanto. 2000.Iklan dan Surat
dalam tangsi-tangsi militer yang menjadi Kabar dan Perubahan
basis keamanan dan pertahan pemerintah Masyarakat di Jawa Masa
Kolonial (1870-
kolonial Belanda.
1915).Yogyakarta: Tarawang
Para nyai biasanya dibiasakan
Press.
oleh Tuan Eropanya untuk menjalani Blusse, Leonard. 2004. Persekutuan Aneh:
kehidupan keseharian dalam suasana Pemukiman Cina, Wanita
Eropa.Misalnya, mereka diajari berbahasa Peranakan, dan Belanda di
asing, membaca buku-buku asing, hingga Batavia VOC. Yogyakarta: LKiS
beretika hidup barat. Proses pembaratan Pelangi Aksara.
memang terjadi dalam kehidupan para nyai Burger, D.H. 1962. Sejarah Ekonomis
ini, nyai-nyai inilah perempuan-perempuan Sosiologis Indonesia Djilid
maju di zamannya. Seorang nyai akan 1.Jakarta: Negara
mendampingi tuan mereka dalam Pradnjaparamita.
pergaulan, tidak seperti perempuan- Djoko Soekiman. 2011. Kebudayaan
perempuan pribumi yang bersembunyi di Indis: Dari Zaman Kompeni
balik dinding kamar atau dapur untuk sampai Revolusi. Jakarta:
Komunitas Bambu.
mencuri dengar pembicaraan kaum lelaki
Fadly Rahman. 2011. Rijsttafel: Budaya
dengan tamu-tamu. Nyai merupakan
Kuliner di Indonesia Masa
perempuan-perempuan pertama yang Kolonial 1870-1942. Jakarta:
terpenetrasi oleh kebudayaan baru yang Gramedia Pustaka Utama.
dibawa tuan Eropanya. Peranan nyai Gouda,Frances. 1995.Dutch Culture
sebagai mediator budaya Jawa dan Eropa Overseas: Praktik Kolonial di
dapat dilihat dalam berbagai bidang Hindia Belanda.Jakarta: Serambi
kehidupan, antara lain rijsttafel (kebiasaan Ilmu Semesta.
makan), busana, bahasa, dan gaya hidup. Hayu Adi Darmarastri. 2006. Nyai
Batavia. Yogyakarta: Grafindo
UCAPAN TERIMA KASIH Litera Media.
Penulis mengucapkan terima Hellwig, Tineke. 2007.Citra Kaum
kasih kepada berbagai pihak yang telah Perempuan di Hindia
membantu terlaksananya penelitian ini. Belanda.Jakarta: Yayasan Obor
Tak lupa, penulis juga menyampaikan Indonesia.
Marwati Djoened Poesponegoro dan
ucapan terima kasih kepada dewan redaksi
Nugroho Notosusanto.
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
17

2009.Sejarah Nasional Indonesia Onghokham. “Kekuasaan dan Seksualitas:


IV: Kemunculan Penjajahan di Lintasan Sejarah Pra dan Masa
Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Kolonial”. Prisma No. 7 Tahun
Parakitri T. Simbolon. 2006. Menjadi XX, Juli 1991, hlm.15-23.
Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Petrik Matanasi. 2007.KNIL: Koninklijk
Nederlandsche Indische Leger Tesis dan Skripsi:
Bom Waktu Tinggalan
Lukitaningsih.“Buruh Perempuan di
Belanda.Yogyakarta: MedPress.
Perkebunan Karet Sumatra
_______. 2011. Sejarah Militer:
Munculnya Bibit-bibit Militer di Timur 1900-1940”.Program
Indonesia Masa Hindia Belanda Pasca Sarjana UGM 2003.
sampai Awal Kemerdekaan
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Narasi.
Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo.
1991.Sejarah Perkebunan di
Indonesia: Kajian Sosial
Ekonomi.Yogyakarta: Aditya
Media.
Sartono Kartodirdjo. 1993. Pendekatan
Ilmu Sosial dalam Metodologi
Sejarah.Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
_______. 1999. Pengantar Sejarah
Indonesia Baru: Sejarah
Pergerakan Nasional dari
Kolonialisme Sampai
Nasionalisme Jilid 2. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Scholten, Elsbeth Locher and Anke
Niehof. 1987. Indonesian Women
in Focus: Past and Present
Notions. U.S.A: Foris
Publications.

Artikel dan Jurnal:


Hayu Adi Darmarastri. “Keberadaan Nyai
di Batavia 1870-1928”.Lembaran
Sejarah Vol. 4 No. 2. 2002.
Linda Christanty. “Nyai dan Masyarakat
Kolonial Hindia
Belanda”.Prisma No. 10 Tahun
XXIII Oktober 1994, hlm. 21-35.

Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL

Anda mungkin juga menyukai