9541 23190 1 SM
9541 23190 1 SM
2016
1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui peranan nyai pada masa kolonial, dan
(2) Mengetahui transformasi modernisasi wanita di Jawa. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian Sejarah. Langkah-langkah dalam penelitian
sejarah meliputi: pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perempuan pribumi yang dijadikan gundik oleh laki-laki
Eropa biasa disebut dengan ‘nyai’. Pengambilan nyai dilakukan karena sedikitnya jumlah
perempuan Eropa didatangkan ke Hindia Belanda. Seorang nyai akan berfungsi sebagai
pembantu rumah tangga hingga pemuas kebutuhan seksual tuan Eropanya. Praktik
pergundikan banyak terjadi dalam beberapa tempat yang memang pada saat itu menjadi pusat-
pusat pemerintahan atau perekonomian pemerintah Hindia Belanda. Nyai merupakan
perempuan-perempuan pertama yang terpenetrasi oleh kebudayaan baru yang dibawa tuan
Eropanya. Peranan nyai sebagai mediator budaya Jawa dan Eropa dapat dilihat dalam
berbagai bidang kehidupan, antara lain rijsttafel (kebiasaan makan), busana, bahasa, dan gaya
hidup.
ABSTRACT
This study aims to: (1) Knowing the contribution of housekeeper in the colonial
period, and (2) Knowing the modernization transformation of women in Java. The method
used in this study is a research method History. The steps in the history of the study include:
selection of the topic, heuristic, verification, interpretation and historiography. The results
showed that native women were used as concubines by European men commonly called the
'housekeeper'. Nyai decision made due to the small number of European women brought to
the Indies. A housekeeper will serve as a housekeeper until satisfying the sexual needs of their
European masters. The practice of concubinage much happening in some places was at that
time became centers of government or economy of the Dutch government. Nyai is the first
women were penetrated by the new culture brought its European masters. The contribution of
Nyai as a mediator of Javanese culture and Europe can be seen in many areas of life, among
other things rijsttafel (eating habits), fashion, language, and lifestyle.
bukan dengan nama depan ternyata juga perempuan pribumi yang diserahkan oleh
berimbas kepada nyai. Dalam dunia sipil ayahnya kepada seorang tuan Eropa. Hal
para nyai sering dipanggil dengan nama ini sering terjadi kepada pejabat daerah,
Mina. Sehingga anak-anak yang dilahirkan mereka biasanya akan memberikan anak
dari hubungan pernyaian kebanyakan tidak gadisnya kepada seorang tuan Eropa agar
mengetahui nama asli ibu mereka, anak- dapat mengamankan kedudukannya. Nyai
anak ini mengetahui setelah dewasa dan yang diambil dengan jalan ini dipandang
membaca akta pengakuan dari ayah lebih tinggi kedudukannya daripada nyai
mereka (Reggie Baay, 2010:59). Hal ini yang berasal dari seorang babu (Hayu Adi
diperkuat dengan beberapa sumber yang Darmarastri, 2002:14). Seorang nyai
ditemukan berupa conduitstaten dan bertugas mengatur rumah tangga, dan
stamboek yang tidak menyebutkan nama hidup bersama laki-laki Eropa yang telah
terang dari nyai itu sendiri, hanya akan mengambilnya sebagai seorang nyai. Nyai
tertulis sebagai Mina atau Inlandesch akan tinggal bersamanya, makan
Vrouwen. dengannya, menemaninya dan tidur
Pengambilan seorang nyai bersamanya. Namun, seorang nyai tidak
pribumi oleh para laki-laki Eropa terbilang mempunyai derajat yang sama dengan
mudah.Biasanya pelayan atau pembantu tuannya.
rumah tangga seorang majikan Eropa
berjumlah lebih dari satu. Jika seorang Pernyaian dalam Tangsi Militer
majikan laki-laki Eropa menemukan nyai Eksploitasi atas Hindia Belanda
yang sesuai diantara para pekerja rumah yang subur dan besar tidak mungkin
tangganya, maka ia akan mengambil dan dilakukan tanpa penempatan militer bagi
mengangkatnya sebagai nyai. Jika seorangbanyak negara besar.Berdirinya Hindia
laki-laki Eropa tidak menemukan yang Belanda hanya dapat dijamin oleh
sesuai diantara para pembantu rumah keberadaan tentara permanen yang
tangganya, ia akan memerintah kepada berkekuatan penuh.Hal ini diperkuat
salah seorang pembantu laki-lakinya agardengan banyaknya bangsa Asing yang
mencarikan seorang gundik. Setiap orang menginginkan Hindia Belanda khususnya
Indis tahu apa arti perintah “tjari Jawa dari tangan Belanda, seperti
perempoean”, tulis seorang wartawan dan Inggris.Atas alasan tersebut maka
penulis, Henri Borel, dalam salah satu dibentuklah pasukan kolonial.Pada
artikelnya mengenai pergundikan (Reggie awalnya pasukan ini hanya terdiri dari
Baay, 2010:59). delapan korps. Pasukan ini hingga tahun
Cara lain untuk menjalin
1933 hanya disebut sebagai tentara Hindia
hubungan pernyaian adalah dengan melalui(Timur) atau tentara kolonial, sampai
perjodohan. Hal ini sering terjadi di dalam
akhirnya oleh Hendrik Colijn, perdana
keluarga Eropa baik-baik yang memiliki menteri sekaligus mantan perwira tentara
anak laki-laki remaja.Hubungan semacam kolonial memberikan nama Koninklijk
ini kerap bersifat sangat sementara dan Nederlandsch-Indisch Leger
bertujuan agar para pemuda memiliki (KNIL).Tentara kolonial direkrut dari
pengalaman bersama perempuan.
negeri Belanda, beberapa negara Eropa,
Perjodohan juga terjadi pada seorang bahkan termasuk laki-laki pribumi.
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
10
dua budaya, pribumi dan Eropa atau ketika sore hari di Senen.Seorang
Belanda. pelancong Eropa berpendapat bahwa nyai
Keseluruhan ciri tersebut pribumi tidak begitu cantik karena warna
mempengaruhi hidup seorang nyai sehari- kulit yang coklat, tetapi nyai-nyai tersebut
hari karena semuanya dijiwai oleh memiliki sifat yang ramah (H.C.C.
pandangan hidup yang berakar dari dua Clockener Brousson, 2007:26).
budaya, yaitu Belanda dan pribumi Pengusiran yang kerap terjadi
(Jawa).Sebagai golongan penguasa dan terhadap seorang nyai dari kediaman
keturunan masyarakat yang mendukung tuannya, menjadi semacam alarm bagi nyai
dua akar kebudayaan yang berbeda, nyai untuk tidak hanya berdiam diri dan
berupaya untuk menunjukkan melayani tuannya saja. Dalam
kebesarannya yang berbeda pula dengan mengantisipasi terjadinya kemungkinan
masyarakat kebanyakan, yaitu masyarakat buruk bagi nyai, nyai sebagai pengatur
pribumi. Kebiasaan seorang nyai yang ekonomi keluarga memiliki beberapa cara
berbeda dengan perempuan pribumi demi menyelamatkan kehidupannya,
kebanyakan di Jawa adalah membaca. antara lain dengan mereka terlibat secara
Seorang nyai akan berusaha untuk langsung atau tidak langsung dalam bidang
mengimbangi sang Tuannya, maka ia akan perdagangan, bertindak sebagai perantara
belajar menulis dan membaca. Hal itu dalam urusan real estate atau pemberi
dilakukan nyai karena ia tidak mau begitu pinjaman terhadap orang-orang China,
saja dibuang dan diusir oleh sang Tuan, selain ia juga memiliki beberapa tabungan
seorang nyai akan belajar sungguh- yang dipakai untuk berjaga-jaga jika
sungguh agar dapat diajak berdiskusi terjadi pengusiran oleh tuannya (Hayu
dengan Tuan Eropa-nya. Darmarastri, 2011:17).
Seorang nyai juga dipercaya
memegang kunci-kunci rumah yang PENUTUP
berharga. Nyai tidak hanya menjadi Kesendirian pegawai-pegawai
pendamping seorang laki-laki Eropa, tetapi Eropa yang tanpa ditemani keluarga
menjadi orang kepercayaan tuannya untuk maupun istri di Hindia Belanda
mengurus rumah tangga. Seorang nyai memunculkan masalah baru dalam
tidak hanya pintar membelanjakan masyarakat, yaitu praktik pernyaian.Laki-
kebutuhan sehari-hari, ia juga pandai laki Eropa akan mengambil seorang
menyisihkan uang pemberian tuannya perempuan pribumi untuk menemani dan
untuk tabungan. Peningkatan status nyai melayaninya dalam hal kebutuhan rumah
diikuti oleh kepemilikan hak-hak istimewa tangga. Perempuan pribumi yang dijadikan
yang diberikan oleh tuannya kepada nyai, gundik oleh laki-laki Eropa biasa disebut
seperti memegang kunci almari utama, dengan ‘nyai’.Pengambilan nyai dilakukan
mendapat gaji yang lebih tinggi, dan hak karena sedikitnya jumlah perempuan Eropa
yang paling istimewa diantaranya adalah didatangkan ke Hindia Belanda. Seorang
sebagai pengatur ekonomi nyai akan berfungsi sebagai pembantu
keluarga.Disamping itu mereka juga dapat rumah tangga hingga pemuas kebutuhan
berkesempatan mendampingi pasangan seksual tuan Eropanya. Praktik
mereka wandelen atau “makan angin” pergundikan banyak terjadi dalam
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
16
beberapa tempat yang memang pada saat Jurnal Istoria terbitan Pendidikan Sejarah,
itu menjadi pusat-pusat pemerintahan atau Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
perekonomian pemerintah Hindia Yogyakarta atas kesempatan yang
Belanda.Setiap tempat mempunyai diberikan sehingga tulisan ini dapat
karakteristik yang berbeda, baik itu dalam dipublikasikan pada edisi Maret 2016.
pengambilan seorang nyai atau perlakuan
terhadap nyai. Perlakuan terhadap nyai ini
DAFTAR PUSTAKA
akan berpengaruh terhadap peranan nyai Baay, Reggie. 2010.Nyai dan Pergundikan
itu sendiri. Tempat-tempat tersebut antara di Hindia Belanda.Jakarta:
lain dalam dunia masyarakat sipil, di Komunitas Bambu.
perkebunan-perkebunan swasta, serta di Bedjo Riyanto. 2000.Iklan dan Surat
dalam tangsi-tangsi militer yang menjadi Kabar dan Perubahan
basis keamanan dan pertahan pemerintah Masyarakat di Jawa Masa
Kolonial (1870-
kolonial Belanda.
1915).Yogyakarta: Tarawang
Para nyai biasanya dibiasakan
Press.
oleh Tuan Eropanya untuk menjalani Blusse, Leonard. 2004. Persekutuan Aneh:
kehidupan keseharian dalam suasana Pemukiman Cina, Wanita
Eropa.Misalnya, mereka diajari berbahasa Peranakan, dan Belanda di
asing, membaca buku-buku asing, hingga Batavia VOC. Yogyakarta: LKiS
beretika hidup barat. Proses pembaratan Pelangi Aksara.
memang terjadi dalam kehidupan para nyai Burger, D.H. 1962. Sejarah Ekonomis
ini, nyai-nyai inilah perempuan-perempuan Sosiologis Indonesia Djilid
maju di zamannya. Seorang nyai akan 1.Jakarta: Negara
mendampingi tuan mereka dalam Pradnjaparamita.
pergaulan, tidak seperti perempuan- Djoko Soekiman. 2011. Kebudayaan
perempuan pribumi yang bersembunyi di Indis: Dari Zaman Kompeni
balik dinding kamar atau dapur untuk sampai Revolusi. Jakarta:
Komunitas Bambu.
mencuri dengar pembicaraan kaum lelaki
Fadly Rahman. 2011. Rijsttafel: Budaya
dengan tamu-tamu. Nyai merupakan
Kuliner di Indonesia Masa
perempuan-perempuan pertama yang Kolonial 1870-1942. Jakarta:
terpenetrasi oleh kebudayaan baru yang Gramedia Pustaka Utama.
dibawa tuan Eropanya. Peranan nyai Gouda,Frances. 1995.Dutch Culture
sebagai mediator budaya Jawa dan Eropa Overseas: Praktik Kolonial di
dapat dilihat dalam berbagai bidang Hindia Belanda.Jakarta: Serambi
kehidupan, antara lain rijsttafel (kebiasaan Ilmu Semesta.
makan), busana, bahasa, dan gaya hidup. Hayu Adi Darmarastri. 2006. Nyai
Batavia. Yogyakarta: Grafindo
UCAPAN TERIMA KASIH Litera Media.
Penulis mengucapkan terima Hellwig, Tineke. 2007.Citra Kaum
kasih kepada berbagai pihak yang telah Perempuan di Hindia
membantu terlaksananya penelitian ini. Belanda.Jakarta: Yayasan Obor
Tak lupa, penulis juga menyampaikan Indonesia.
Marwati Djoened Poesponegoro dan
ucapan terima kasih kepada dewan redaksi
Nugroho Notosusanto.
Terry Irenewaty, EKSISTENSI PERJUANGAN WANITA MASA KOLONIAL
Volume 11 No 2 Maret
2016
17