Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

LARUTAN STANDAR, LARUTAN DEVIASI DAN LARUTAN KOEFISIEN VARIANS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Mutu Laboratorium Medik
Dosen Pengampu : Feldha Fadhila, S.Si. M.Kes.

Di susun oleh :

Kelompok 9

ROSE WIDIA ASTUTI 5119002


ALIFFA RAHTA 5119025
ANISA MEGA YULIANTI 5119033

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

Jl. Rajawali Barat no.73, Maleber, Kec. andir, Kota Bandung,

Jawa Barat, 40184

2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 25 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PAMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Larutan Standar/Larutan Baku.........................................................................................................5
B. Standarisasi Larutan Baku Sekunder...............................................................................................9
C. Standarisasi Larutan Baku Primer..................................................................................................10
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kimia analitik, suatu larutan standar atau larutan baku adalah suatu larutan
yang mengandung konsentrasi yang diketahui secara tepat dari unsur atau zat. Larutan
standar biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Sedangkan standarisasi atau faktorisasi
merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu
larutan. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dengan menimbang secara teliti
sejumlah contoh solute yang digunakan dan melarutkannya kedalam volume larutan yang
secara teliti diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat dilakukan, karena relative
sedikit perekasi kimia yang dapat diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi
permintaan analis akan ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini
disebut standar primer. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi
yang pada proses itu ia bereaksi dengan sebagian berat dari standar primer.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian larutan standar atau larutan baku?
2. Apa perbedaan antara larutan standar primer dan larutan standar sekunder?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetrahui pengerian larutan standar.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara larutan standar primer dan larutan standar
sekunder.
BAB II

PAMBAHASAN

A. Larutan Standar/Larutan Baku


Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti.
Larutan baku biasanya ditempatkan pada alat yang namanya buret, yang sekaligus
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukankonsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet
seukuran/gondok (pipet volumetri) dan ditempatkan di Erlenmeyer. Larutan baku ini ada
2 jenisyaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Larutan baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan
dalamsejumlah pelarut(air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat
yangditimbangnya/dibuat. Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat
tertentudisebut larutan baku primer. Syarat agar suatu zat menjadi zat baku primer
adalah:
a. memiliki tingkat kemurnian yang tinggi;
b. kering, tidak terpengaruh oleh udara/lingkungan(zat tersebut stabil);
c. mudah larut dalam air;
d. mempunyai massa ekivalen yang tinggi.
Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan
yangdilakukanpun harus teliti, dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan
larutan baku primer ini biasanya dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu. Zat
yangdapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat {C2H2O4
2H2O),Boraks (Na2B4O710 H2O), asam benzoat(C6H5COOH). Larutan baku sekunder
adalahlarutan baku yang zat terlarutnya tidak harus zat yang tingkat kemurniannya
tinggi.Larutan baku sekunder ini konsentrasinya ditentukan berdasarkan standarisasi
dengancara titrasi terhadap larutan baku primer. Sebagai larutan baku sekunder dapat
digunakanlarutan basa atau asam dari senyawa anorganik misalnya NaOH, HCl. Larutan
bakusekunder ini umumnya tidak stabil sehingga perlu distandarisasi ulang setiap
minggu.
Konsentrasi larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas(jumlah mol
zatterlarut dalam satu liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam
satuliter larutan). Satuan molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan
secarainternasional, sedangkan satuan normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis
karenadapat memudahkan perhitungan.
Proses titrimetri atau titrasi terjadi jika larutan baku ditambahkan pada
larutanyang akan dianalisis sampai reaksi selesai dengan sempurna secara kuantitatif.
Larutanyang akan dianalisis disebut sebagai larutan titrasi sedangkan larutan baku
disebut jugalarutan penitrasi. Reaksi pada penentuan ini harus sederhana yang berarti
dapatdinyatakan sebagai persamaan reaksi, reaksi berjalan cepat, dan reaksi harus
tercapaisecara kuantitatif yang berarti reaksi sempurna kalau titik ekivalensi tercapai.
Titik ekivalien adalah titik kesetaraan yaitu suatu akhir reaksi secara teoritis di mana
reaksi berjalan secara stoikiometri.
Penentuan titik ekivalen biasanya sukar untuk ditentukan oleh mata
terutamauntuk larutan yang tidak berwarna, padahal kesempurnaan reaksi harus dapat
diamati dandideteksi setiap perubahannya. Untuk menentukan perubahan ini maka kita
dapatmenggunakan bahan penolong yang dapat membantu untuk mengamati
perubahantersebut. Bahan yang membantu pengamatan ini disebut sebagai indikator.
Indikator harus dapat menunjukkan perubahan yang nyata, pada saat reaksi
antaralarutan yang dititrasi dan larutan penitrasi sudah sempurna. Perubahan nyata
yangditunjukkan indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Perubahan nyata dari
indikator dapat ditunjukkan dengan perubahan warna yang jelas dari indikator. Secara
ideal titik akhir titrasi harus sama dengan titik ekivalen, pada kenyataannya keadaan ini
sulit untuk dicapai karenanya pasti ada perbedaan antara kedua titik tersebut. Perbedaan
titik akhir titrasi dan titik ekivalen disebut kesalahan tittrasi. Kesalahan titrasi harus
dibuat sekecilmungkin agar kesalahan perhitungan tidak terlalu besar untuk reaksi. Untuk
reaksi asam basa maka indikatornya disebut indikator asam-basa.

1. Indikator Asam-Basa
Indikator asam basa adalah suatu zat elektrolit yang sangat lemah,
dapatmerupakan senyawa asam, basa, dan atau garam organik yang memiliki warna
berbeda pada larutan asam dan basa. Perbedaan warna pada larutan asam dan larutan
basamerupakan karakteristik dari indikator, yang perubahannya tiba-tiba tetapi
menempatiinterval(range) pH kecil. Di bawah ini diberikan tebel beberapa indikator
asam basa yangumum digunakan dalam titrasi beserta perubahan warna yang terjadi.
Contoh ini pernah diberikan pada modul menyiapkan bahan dan alat sesuai keperluan
dengan judul nama dan sifat bahan.

No Nama Indikator Range pH Warna Dalam Asam Basa


1 Timol Biru (Asam) 1,2-2,8 Merah kuning
2 Metil Jingga 3,1-4,4 Merah Jingga
3 Brom Kresol Hijau 3,8-5,4 Kuning Biru
4 Metil Merah 4,2-6,3 Merah Kuning
5 Brom Timol Biru 6,0-7,6 Kuning Biru
6 TimolBiru (Basa) 8,0-9,6 Kuning Biru
7 FenolFtalein 8,3-10,0 Tidak Berwarna Merah

2. Membuat Larutan Indikator


Larutan indikator asam basa sebagai larutan stok biasanya mengandung 0,5 – 1
gram zat indikator dalam 1 L pelarut, jika zat indikator ini larut dalam air maka
pelarut digunakan air. Contoh zat indikator yang larut dalam air adalah garam-garam
natrium dari senyawa organik. Umumnya pelarut untuk zat indikator ini digunakan
alkohol 50 %, 70 %, 90 %. Cara membuat larutan indikator stok adalah sebagai
berikut. Siapkan alat dan bahan( gelas kimia kecil, gelas ukur, batang pengaduk, dan
botol tetes).
a) Larutan Indikator Metil Jingga
Timbang 0,5 gram metil jingga dan larutkan dalam 100 cm 3alkohol 50 %,sambil
diaduk-aduk, setelah larut masukkan dalam botol tetes(dapat dilakukanseperti
membuat larutan kerja).
b) Larutan indikator metil merahTimbang 0,5 gram metil merah dan larutkan dalam
100 cm3 alkohol 70 %,sambil diaduk-aduk, setelah larut masukkan dalam botol
tetes.
c) Larutan indikator fenolftaleinTimbang 0,5 gram fenolftalein dan larutkan dalam
100 cm3 alkohol 90 %,sambil diaduk-aduk, setelah larut masukkan dalam botol
tetes.

3. Larutan baku primer


Larutan baku primer merupakan larutan yang mengandung zat padat murni yang
konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan
massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum
diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan
penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume
tertentu.Contoh larutan baku primer diantaranya larutan kalium dikromat (K2Cr2O7),
natrium klorida (NaCl), asam oksalat, dan asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer:
a) Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu
110-120 °C) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat
dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-
permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
b) Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula dioksidasi oleh udara
ataudipengaruhi karbon dioksida.
c) Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.
d) Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang
besar.
e) Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
f) Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung.

4. Larutan Baku Sekunder


Larutan baku sekunder merupakan larutan yang mengandung suatu zat yang
konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak
pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan
larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh larutan baku
sekunder diantaranya larutan perak nitrat (AgNO3), kalium permanganat (KMnO4),
besi(II) sulfat (FeSO4) dan natrium hidroksida (NaOH).
Syarat-syarat larutan baku sekunder:
a) Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
b) Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
c) Larutannya relatif stabil dalam penyimpan

B. Standarisasi Larutan Baku Sekunder


Cara menstandarkan larutan baku sekunder adalah sebagai berikut.
1. Siapkan alat-alat untuk melakukan titrasi( Erlenmeyer, gelas kimia kecil, kacaarloji,
corong pendek, pipet gondok, buret, statip, klem buret, alas yang berwarna putih,
tabung reaksi, kertas isap, larutan indikator, larutan baku primer, danlarutan baku
sekunder).
2. Bilas alat-alat ukur (alat untuk mengukur volume larutan)dengan larutan yangakan
digunakan. Misalnya Buret dibilas dengan larutan baku sekunder, pipetgondok
dengan larutan baku primer. Selain itu lakukan juga pembilasan ini untuk alat-alat
bantu yang berhubungan dengan alat ukur tersebut, misalnya corong pendek dan
gelas kimia kecil berhubungan dengan buret jadi harus dibilas denganlarutan
sekunder, sedangkan tabung reaksi berhubungan dengan pipet gondok jadiharus
dibilas dengan larutan baku primer.
3. Isi buret dengan larutan baku sekunder (NaOH) yang akan ditentukankonsentrasinya.
(perhatikan buret dicapit dengan klem buret dan disimpan tegak pada statif harus
benar-benar tegak). Cara mengisi buret adalah tuangkan larutan baku sekunder dari
gelas kimia ke dalam buret melalui corong pendek sampaisedikit di atas batas
tertentu. Buka kran buret biarkan cairan mengalir beberapa saat sampai bagian
bawah buret(bagian kran) terisi penuh. (perhatikan bahwa semua bagian bawah dari
ukuran buret harus terisi penuh). Keringkan bagian atas buret kemudian tanda
bataskan buret pada volume tertentu misalnya 0 cm3.
4. Pipet sejumlah volume tertentu dari larutan baku primer misalnya 25 cm3 asamoksalat
0,1 M dengan cara menyedot larutan baku ini menggunakan pipet gondok.Perhatikan
cara memipet larutan ini yaitu ibu jari dan jari tengah memegang pipet,sedangkan jari
telunjuk dapat bergerak bebas. Masukkan pipet pada larutan baku primer dan sedot
larutan ini sampai melewati tanda batas. Angkat pipet dengancara ujung pipet ditutup
oleh jari telunjuk dan keringkan bagian luar pipet dengankertas isap. Tanda bataskan
larutan dalam pipet dengan cara membuka ujung pipetyang ditutup telunjuk secara
perlahan-lahan. Setelah larutan berada pada tanda batas, ujung pipet ditutup kembali
dengan telunjuk dan pipet diangkat, laludipindahkan ke Erlenmeyer.Tuangkan isi dari
pipet tadi ke Erlenmeyer dengancara pipet berdiri tegak lurus dan erlenmeyer pada
posisi miring dengan sudutkemiringan 45 º. Tunggu sampai cairan semua berpindah
dan biarkan pipet berada pada posisi seperti semula selama 30 detik(perhatikan
jangan sekali-kali meniup pipet). Angkat pipet dan disimpan dalam tabung reaksi.
Bilas pinggiranErlenmeyer dengan menggunakan botol semprot, lalu teteskan 3 tetes
larutanindikator(larutan fenolftalein).
5. Lakukan titrasi dengan cara meletakkan Erlenmeyer di bawah buret, jangan lupaalas
untuk titrasi harus putih. Kran buret dipegang dengan tangan kiri danErlenmeyer
dipegang tangan kanan. Buka kran buret dan teteskan larutan bakusekunder, ke dalam
Erlenmeyer yang berisi larutan baku primer, sambilErlenmeyer ini digoyangkan
berlawanan arah jarum jam. Amati terus penambahan larutan ini(jangan palingkan
mata Anda dari paduan alat yangsedang Anda pegang dan jangan hentikan goyangan
pada Erlenmeyer), sampaiterjadi perubahan warna dari indikator dan tutup kran
dengan segera. Bacavolume larutan baku sekunder pada buret. Dan catat pada
bukuMisalnya 24,5 cm3.
6. Tuliskan data-data ini dalam tabel pengamatan dan berdasarkan data-data yangtelah
dilakukan tentukan konsentrai larutan baku sekunder.

C. Standarisasi Larutan Baku Primer


1. Tentukan dahulu berapa banyak larutan yang akan dibuat, zat apa yang akandibuat
menjadi larutan baku primer, dan berapa besar konsentrasinya. Misalnya100 cm3
larutan asam oksalat 0,1 M.
2. Setelah itu hitung berapa massa yang harus ditimbang dan siapkan peralatan sesuai
yang diperlukan (gelas kimia kecil atau botol timbang, corong pendek, batang
pengaduk , botol semprot, labu ukur sesuai dengan volume yang akan dibuat).
Keadaan alat harus bersih dan siap untuk segera dipakai.
3. Timbang zat sesuai dengan perhitungan dan timbang dengan teliti (sampai 4desimal)
dalam gelas kimia kecil atau botol timbang, lalu catat hasil penimbangantersebut
dengan baik untuk menentukan konsentrasi secara akurat.
4. Siapkan wadah(labu ukur) untuk melarutkan dan pada ujung (mulut labu
ukur)diletakkan corong pendek.
5. Larutkan zat dengan sedikit air dan aduk sampai sebanyak mungkin zat padattersebut
larut, jika sudah tidak dapat larut lagi tuangkan larutan ini ke dalam labuukur yang
sudah siap(di atas) dan lanjutkan pelarutan sampai semua zat padatterlarut.
6. Setelah semua zat padat terlarut bilas gelas kimia kecil atau botol timbangtersebut
dan air dan air bilasannya dimasukan dalam labu ukur. Setelah itulakukan pembilasan
dengan cara gelas kimia kecil atau botol timbang dan batang pengaduk dipegang
dengan tangan kiri dan letakkan di atas corong pendek yangdi bawahnya terdapat
labu ukur, lalu semprotkan air dari botol semprot pada gelaskimia tersebut. Hati-hati
penyemprotan air ini jangan sampai airnya terpercik keluar. Lakukan ini minimal 3
kali, lalu letakkan gelas kimia kecil dan semprot batang pengaduknya lalu angkat
batang pengaduk dan simpan. Bilas jugacorongnya 3 kali baru corong diangkat
perlahan-lahan sambil tangkainya dibilas.
7. Isikan air sampai mendekati tanda batas lalu keringkan bagian dalam di ataslarutan
dengan kertas isap(hati-hati jangan sampai kertas isap masuk dalamlarutan).
8. Tanda bataskan labu dengan cara meneteskan air dari pipet tetes yang bagianluarnya
kering ke atas larutan. Tutup labu dan aduk-aduk campuran dengan cara pegang tutup
labu dengan jari tangan dan ujung labu yang lain diletakan padatangan. Gerak-
gerakkan tangan turun naik sebanyak 10 kali maka larutahn baku primer siap untuk
digunakan.
9. Lakukan juga pembuatan larutan baku primer untuk larutan boraks.
Setelahditimbang, boraks ini ditambahkan air lalu dipanaskan dengan sedikit air
sampai boraks larut , lalu tambahkan lagi sedikit air dan biarkan mendingin baru
dilarutkan seperti diatas.
 KOEFISIEN VARIANS

Koefisien variasi (KV) atau koefisien variasi ialah perbandingan antara simpangan
standar dan harga atau nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase.
Koefisien variasi berguna untuk mengamati variasi data atau sebaran data dari rata-rata
hitungnya; dalam pengertian jika koefisien variasinya semakin kecil, datanya semakin
seragam (homogen). Sebalikny, jika koefisien variasinya semakin besar,  datanya
semakin heterogen.

Rumus perhitungan :

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Larutan standar atau laruta baku adalah suatu larutan yang mengandng
konsentrasi yang diketahui secara tepat dari unsur atau zat. Sedangkan standarisasi atau
faktorisasi merupakann suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan.
Lalu larutan standar atau larutan baku ini dibagi menjadi dua yaitu larutan baku
standar dan larutan baku primer.

DAFTAR PUSTAKA

Annafi, 2007. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya. PT. Cahaya Bangsa : Bandung
Wahyudi, 2000, Jurnal Kimia dan Larutan No.5 Volume 2. Universitas Jendral Sudirman

Anda mungkin juga menyukai