Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita


semua dapat berhubungan satu sama lain. Seseorang yang mempunyai
kemampuan berkomunikasi yang baik akan lebih mudah bergaul terutama dengan
lingkungan masyarakat. Komunikasi pula tidak lepas dari kegiatan berbicara,
makadari itu keterampilan berbicara dapat menunjang dalam berkomunikasi.
Maka salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh kita adalah berbicara,
sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya.

Keterampilan berbahasa merupakan modal utama dalam berkomunikasi


yang terdiri dari 4 aspek yaitu : menyimak atau mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Keterampilan itu bukanlah suatu jenis keterampilan yang
dapat diwariskan secara turun temurun walaupun secara alamiah setiap manusia
dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara seacara formal memerlukan
latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan kennert zimmer (Haryadi dan
Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif diangap
sebagai suatu yang esensial untuk mencapai suatu keberhasilan setiap individu
maupun kelompok. Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik,
pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara
menunjang keterampilan membaca dan menullis. Menulis dan berbicara memiliki
kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan
informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam
kegiatan menyimak dan memahami bacaan.

Sebelum kita masuk kepada pokok pembahasan mari kita tenangkan dulu
pikiran kita. Jaman sekarang bisa dikatakan jaman yang penuh dengan tantangan.
Kenapa demikian? Bagaimana tidak, di zaman yang serba canggih atau serba
digital dan selalu dimanjakan. Banyak hal positif yang bisa didapatkan tetapi juga
tidak lepas dari hal negatif. Hal positifnya yaitu mudahnya akses internet dan info

1
2

dari manapun mudah didapatkan, contohnya saja materi pembelajaran, ada juga
sisi negatifnya yaitu informasi yang menyesatkan, berbau pornografi dan
sebagainya, jadi sebagai pengguna teknologi yang canggih haruslah bijaksana
dalam mengujar suatu artikel atau memosting komentar. Maka dari itu penting
bagi kita untuk mempelajari ”keterampilan dalam berbicara” agar apa yang akan
kita ucapkan dapat dipertimbagkan serta dapat berucap dengan cara penyampaian
yang mudah dimengerti oleh lawan bicara/orang lain agar informasi/komunikasi
dapat tersampaikan dengan baik dan mendapat respon/feedback yang baik.

1.2 Rumusan masalah

Dengan melihat yang ada dalam latar belakang maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa rumusan masalah yang dapat diambil adalah :

a) Apakah yang dimaksud berbicara?

b) Apa sajakah tujuan berbicara?

c) Apa sajakah faktor penunjang kegiatan berbicara?

d) Apa sajakah faktor penghambat kegiatan berbicara?

1.3 Tujuan penulisan makalah

Tujuan dari penulisan makalah dengan judul Keterampilan Berbicara ini


adalah agar baik penulis maupun pembaca dapat mengatahui dan lebih terampil
dalam berbicara. Mari kita sama-sama belajar sebab dengan mrmiliki
keterampilan berbicara, gagasan dan ide akan mudah untuk disampaikan kepada
individu dan kelompok. Berikut manfaat dari skill berbicara yang menjadi salah
satu tujuan penulisan makalah ini juga :

 Untuk mengetahui apa yang dimaksud berbicara

 Untuk mengetahui apa tujuan berbicara

 Untuk mengetahui apa faktor penunjang kegiatan berbicara

 Untuk mengetahui apa faktor penghambat kegiatan berbicara


3

 Komunikasi antar individu dan kelompok menjadi lebih efektif

 Melancarkan pertukaran informasi

 Menambah kepercayaan diri

 Menambah kharisma dan wibawa

 Salah satu faktor mempermudah memperoleh pekerjaan

 Menambah level nilai dalam diri

 Bisa mendapat kepercayaan dari masyarakat


4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian keterampilan berbicara

Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak


hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik
bahan pembicaraan maupun para penyimaknya?, apakah dia bersikap tenang serta
dapat menyesuaikan diri atau tidak?, pada saat dia bersikap tenang serta dapat
mengombinasikan gagasan-gagasannya?, apakah dia waspada serta antusias
ataukah tidak?. Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas
berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu
setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu,
kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil untuk
berbicara. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan
pikiran, gagasan, serta perasaan (Tarigan, 1983:14).

Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang


dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan
sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang
memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, sematik, dan linguistik.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara diartikan
sebagai sesuatu alat untuk mengkombinasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta mengembangkan sesuai dengan kebuthan-kebutuhan sang pendengar atau
penyimak.

2.2 Tujuan berbicara

Berbicara merupakan sarana kita berkomunikasi satu sama lain, sebelum


menjelaskan tujuan berbicara alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
apa itu fungsi bahasa, fungsi bahasa yang kita tahu sangat banyak sekali,
diantaranya :

4
5

a) Bahasa sebagai sarana berkomunikasi, yaitu kita tahu bahwa bahasa


merupakan sarana kita untuk melakukan komunikasi satu sama lain.

b) Bahsa sebagai sarana integrasi dan adaptasi, yaitu dengan bahasa orang
dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan, misalnya pekerjaan,
integritas kerja suatu instansi atau karyawan.

c) Bahasa sebagai sarana kontrol sosial, yaitu bahsa berfungsi untuk


mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi
dapat saling memahami.

d) Bahasa sebagai sarana memahami diri, yaitu bahasa dalam membangun


karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi
dirinya sendiri.

e) Bahasa sebagai sarana ekspresi diri, yaitu bahasa dapat digunakan untuk
mengekspresikan diri misalnya menyatakan cinta

f) Bahasa sebagai sarana memahami orang lain, yaitu untuk menjamin


efektivitas komunikasi.

Dan masih banyak lagi fungsi bahasa bagi kita dalam kehidupan sehari-hari,
selanjutnya bahasa yang meiliki fungsi yang banyak itu tak lepas dari tujuan
berbicara itu sendiri sebagai tujuan aplikasi dalam berbahasa, tujuan berbicara
menurut Djago, dkk (1997:93) tujuan pembicaraan dapat dibedakan atas lima
golongan yaitu :

a) Menghibur,

b) Menginformasikan,

c) Menstimulasi,

d) Meyakinkan, dan

e) Menggerakkan.
6

2.3 Faktor penunjang kegiatan berbicara

faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan,


meliputi :

a) Ketepatan ucapan,

b) Penempatan tekanan nada, intonasi atau durasi yang sesuai,

c) Pilihan kata,

d) Ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya.

Sedangkan faktor non kebahasaan, meliputi :

a) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku,

b) Pandangan harus diarahkan ke lawan bicara,

c) Kesediaan menghargai orang lain,

d) Gerak-gerak dan mimik yang tepat,

e) Kenyaringan suara,

f) Kelancaran,

g) Relevasi dan penalaran,

h) Penguasaan topik.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan (linguistik)
dan non kebahasaan (non linguistik).

2.4 Faktor penghambat kegiatan berbicara

Adakalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan


pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksud oleh
pembicara, yaitu :
7

1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang
berasal dari luar partisipan.

2) Faktor media, yaitu faktor linguistik dan faktor non linguistik, misalnya
lagu, irama, tekanan, ucapan, dan isyarat gerak bagian tubuh.

3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya


dalam keadaan marah, menangis, dan sakit.

2.5 Jenis-jenis berbicara

Pengklasifikasian berbicara beraneka ragam sesuai dengan landasan atau


sudut pandang yang dipedomani. Ada beberapa landasan yang dapat dipedomani
untuk pengklasifikasian keterampilan berbicara, yakni :

1) Situasi

2) Tujuan

3) Metode penyampaian

4) Jumlah penyimak

5) Peristiwa khusus

Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi dan
lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal (resmi).
Didalam situasi formal, pembicara di tutut untuk berbicara secara formal.
Sedangkan situasi informal menghendaki pembicara berbicara secara tak resmi.

Menutut Logan, dkk. (1972:116), kegiatan berbicara formal mencakupi :

a) Ceramah

b) Perencanaan dan penilaian

c) Interview

d) Prosedur parlementer, dan


8

e) Bercerita

Selanjutnya Logan, dkk. (1972:108), membedakan kegiatan berbicara


informal diatas :

a) Tukar pengalaman

b) Percakapan

c) Penyampaian berita

d) Penyampaian pengumuman

e) Bertelepon

f) Pemberian petunjuk

2.6 Konsep dasar berbicara

Konsep dasar berbicara sebagai sarana komunikasi mencakup 8 hal, sebagai


berikut :

1) Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resikvokal, maksudnya


kedua kegiatan ini berbeda tetapi berkaitan erat tak terpisahkan bagaikan
dua sisi mata uang. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi
dan berganti pada satu saat pembicara beralih peran menjadi penyimak
demikian pula ada kalanya penyimak berperan sebagai pembicara. Tidak
ada pembicara tanpa seorang penyimak dan seorang penyimak tanpa
pembicara.

2) Berbicara adalah proses individu berkomunikasi, maksudnya berbicara


digunakan sebagai sarana mengontrol lingkungan.

3) Berbicara ekspresif yang kreatif, artinya berbicara tidak sekedar alat


mengomunikasikan ide, tetapi juga sebagai alat utama untuk menciptakan
dan memformulasikan ide baru atau memanifestasikan kepribadian
seseorang.
9

4) Berbicara adalah tingkah laku, maksudnya berbicara mampu


mencerminkan (merefleksikan) kepribadian seseorang berbicara dapat
direkam kepribadiannya sacara umum.

5) Berbicara di simulasi oleh pengalaman, artinya kemampuan seseorang


berbicara dipenuhi oleh kualitas dan kuantitas pengalaman yang
dimilikinya. Semakin kaya pengalaman seseorang biasanya akan semakin
baik pula keterampilan berbicaranya. Sebaliknya orang yang miskin
pengetahuan dan pengalaman akan mengalami kesulitan berbicara.

6) Berbicara untuk memperluas cakrawala, maksudnya selain untuk


mengekspresikan ide, perasaan, dan imajinasi berbicara dapat pula
digunakan untuk menambah pengetahuan dan menambah cakrawala
pengalaman seseorang.

7) Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, maksudnya


lingkungan yang kondusif memberi peluang dan kesempatan pada anak
untuk dilatih berbicara akan sangat mendukung (kemampuan linguistik)
anak. Sebaliknya, lingkungan yang tidak kondusif tidak memberikan
kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk berlatih barbicara akan
menyebabkan anak menjadi pemalu, kaku, dan kurang mampu
mengekspresikan diri secara lisan.

8) Berbicara adalah pancaran kepribadian, maksudnya untuk


mengidentifikasikan kepribadian seorang dapat digunakan berbagai cara,
satu diantaranya adalah berbicara. Kualitas setara, tinggi rendah nada, dan
kecepatan suara dapat di jadikan indikator keadaan emosional seseorang.
Kestabilan atau kelabilan emosional dan kepribadian seseorang dapat
diketahui melalui cara bicaranya.

2.7 Kecemasan berbicara

Kecemasan berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui


bahasa lisan seseorang yang telah dipengaruhi rasa cemas karena khawatir, takut
dan gelisah. Jalaludin Rskhmst ddalam bukunya ”Retorika modern” mengatakan
10

bahwa, banyak istilah digunkan untuk menamai gejala kecemasan berkomunikasi,


yaitu demam panggung (stage fright), kecemasan berbicara (speech anxiety), atau
yang lebih umum stress kerja (performance stress) (Rakhmat, 1994:65).

Kecemasan berbicara di depan umum berdasarkan beberapa penelitian


banyak dialami oleh mahasiswa, terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang
datang ke sub unit layanan bimbingan konseling dengan keluhan kecemasan
berbicara di depan umum (Salim, 2004). Tidak hanya terjadi di Indonesia,
Amerika bahkan menggolongkan kecemasan berbicara di depan umum sebagai
kecemasan terbesar. Lecemasan ini menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap
berbagai aspek kehidupan, salah satunya aspek akademis. Penanganan kecemasan
antara individu satu dnegan individu lain dapat berbeda tergantung pula
tergantung pada penilaian pribadi individu terhadap kemampuannya yang disebut
self efficacy. Self efficacy akaan mempengaruhi cara individu yang bereaksi
terhadap situasi yang menekan (Bandura, 1997). Semakin tinggi tingkat self
efficacy mahasiswa maka akan semakin rendah tingkat kecemasan berbicara di
depan umum, dan sebaliknya semakin rendah self efficacy mahasiswa maka
semakin tinggi tingkat kecemasan berbicara di depan umum.
11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Empat esensi berbahasa adalah menyimak (mendengar), membaca, berbicara


dan menulis semuanya saling berkaitan. Kemahiran dalam setiap esensi

diperlukan untuk menjadi komunikator ulung atau mahir. Dengan mahirnya


kita dalam berbicara maka banyak manfaat yang bisa kita dapat terutama pada
siswa atau mahasiswa yang masih berkembang. Kesempatan menjadi pribadi yang
unggul bisa dimulai dengan kemampuan berbicara karena menggabungkan kata-
kata dengan cara yang baik merupakan cerminan dari pikiran, perasaan, dan
pendapat.

Tujuan berbicara dibagi menjadi 5 golongan, yaitu:

1) Menghibur,

2) Menginformasikan

3) Menstimulasi

4) Meyakinkan, dan

5) Menggerakkan.

3.2 Saran

Dalam kesempatan ini kami penulis makalah ingin menyampaikan saran yang
sekiranya dapat memberikan manfaat. Karena berbicara sangat penting dalam
berkomunikasi, jadi kita perlu memahami bahwa dalam berbicara kita mendapat
kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan
dengan baik. Oleh sebab itu sebaiknya kalian harus benar-benar memahami materi
berbicara ini agar komunikasi kalian dapat berjalan dengan baik dan mendapat
respon yang baik juga.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Haryadi. (1997). Berbicara (Suatu Pengantar) Diktat Perkuliahan: IKIP


Yogyakarta.

Haryadi dan Zamzani. (1996/1997). Peningkatan Keterampilan Berbahasa


Indonesia. Depdikbud Dirjen Dikti bagian Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Muchlisoh, dkk. (1996). Pendidikan Bahasa Indonesia Modul 1-9. Jakarta:


Depdikbud.

Supriyadi, dkk. (2005). Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H.G. (1986). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago. (1997). Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta:


Depdikbud.

Dara Thalia Septianingrum. (2012).


https://truestoryeka.worldpress.com/2012/01/28/makalah-keterampilan-
berbicara/. Diambil kamis, 30 September 2021. Pukul 20.00 WITA.

Anda mungkin juga menyukai