Anda di halaman 1dari 63

i

CBR STRATEGI BELAJAR DAN MENGAJAR

DISUSUN OLEH
ASYIFA REGINA FINGKAN NASUTION
LEONARDO SILALAHI
YESI HERAWATI ELISABET SINAGA ( 4181121002 )

The Character Building University


S – 1 Pendidikan Fisika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan “Critical Book Report” yang berjudul “Model
Pembelajaran Fisika”. Tidak lupa penulis berterima kasih kepada Ibu Dr. Sondang R.
Manurung, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Fisika yang telah
memberikan bimbingannya dalam penyelesaian tugas ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai tugas individu mata kuliah Strategi
Belajar Mengajar Fisika dan juga untuk memperluas wawasan pembaca tentang model
pembelajaran fisika. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih
banyak kekurangan oleh karena itu penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan
dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan
tugas ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, September 2018

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR ................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan CBR ................................................................................................ 1
C. Manfaat CBR ................................................................................................................... 1
D. Identitas Buku Yang Direview ................................................................................ 1
BAB II RINGKASAN ISI BUKU............................................................................ 4
BAB I : KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK........................................................4
BAB II : TEORI-TEORI BELAJAR ............................................................................16
BAB III : PENGEMBANGAN KURIKULUM .............................................................36
BAB IV : PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK .........39
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................ 53
A. Pembahasan Isi Buku ................................................................................................. 53
B. Kelebihan Dan Kekurangan Buku..........................................................................57
BAB IV PENUTUP ................................................................................................. 58
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 58
B. Rekomendasi ................................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 59

iii
iv

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Dalam Critical Book Review ini mahasiwa dituntut untuk mengkritisi sebuah
buku, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh
mahasiswa yang melakukan critical book report ini, termasuk didalamnya mengerti
akan kelemahan dan keunggulan dari buku yang akan dikritisi. Dalam hal ini saya
mengkritik buku utama “STRATEGI BELAJAR MENGAJAR” Oleh Penulis Dr.Sondang
R. Manurung,M.Pd., dan membandingkan dengan buku lainnya yang relevan.
Pembuatan tugas Critical Book Review ini juga melatih,menambah,serta
menguatkan pemahaman mahasiswa betapa pentingnya mengkritikalisasi suatu
karya berdasarkan data yang factual sehingga dengan begitu tercipta lah mahasiswa-
mahasiswa yang berkarakter logis serta analisis sehingga dengan bertambahnya era
yang semakin maju yang seperti kita tahu sekarang dijaman MEA(Masyarakat
Ekonomi Asean) dituntut menciptakan masyarakat yang berpikir maju kedepan
dalam hal ini generasi-generasi bangsa yang saat ini sedang mengikuti jenjang
pendidikan baik yang rendah sampai yang tinggi menjadi ujung tombak perubahan
yang akan menciptakan bangsa yang maju dan sejahtera.

B. Tujuan Penulisan CBR


Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan
masing-masing buku. Serta dapat membandingkan kedua buku tersebut dari segi isi
buku, kuliatas buku, dan gaya bahasa.
C. Manfaat CBR
Manfaat penulisan ini adalah agar kita dapat mengetahui kelebihan dan
kelemahan masing-masing buku, mengetahui perbandingan kedua buku. Sehingga
kita dapat lebih cermat dalam memilih buku yang paling sesuai untuk dijadikan buku
pegangan saat mengajar.

1
2

D. Identitas Buku yang direview


 Identitas Buku Utama

Judul : Strategi Belajar Mengajar Fisika


Pengarang : Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S
Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd
Penerbit : Universitas Negeri Medan
Tahun Terbit : 2018
Kota Terbit : Medan
Tebal Buku : 182 Halaman
ISBN :-
 Identitas Buku Pembanding Pertama

Judul : Pembelajaran Sains


Pengarang : Dr. Siti Fatonah, M. Pd
Prof. Dr. Zuhdan K. Prasetyo, M. Ed
Penerbit : Penerbit Ombak
Tahun Terbit : 2014

2
3

Kota Terbit : Yogyakarta


Tebal Buku : 180 Halaman
ISBN : 978-602-258-132-1
 Identitas Buku Pembanding Kedua

Judul : Interaksi dan Komunikasi Efektif Belajar Mengajar


Pengarang : N. Ardi Setyanto
Editor : N. Awani
Penerbit : DIVA Press
Tahun Terbit : Tahun 2017
Kota Terbit : Yogyakarta
Tebal Buku : 224 Halaman
ISBN : 978-602-391-351-0

BAB II
3
4

RINGKASAN ISI BUKU

BAB I
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
2. Memahami Peserta Didik untuk Menciptakan Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM)
Pembelajaran yang aktif artinya peserta didik dan guru sama-sama aktif
terlibat dalam pembelajaran. Pada pendekatan pembelajaran konvensional, hanya
guru yang aktif (monologis), sementara para peserta didik pasif, sehingga
pembelajaran majemuk, tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang
menakutkan siswa. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan
keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan
spiritual.
Pembelajran yang inovatif artinya pembelajaran yang menggunakan metode,
strategi, model, pendekatan, media, perangkat dan sebagainya yang dipandang baru
atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum
dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru
lain. Pembelajaran yang kreatif adalah hasil kegiatan yang dihasilkan guru yang
bertindak dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam dan
membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana serta hasil kegiatan
siswa yang juga kreatif dalam hal merancang/membuat sesuatu. Pembelajaran yang
efektif adalah pembelajaran yang hasil belajarnya merupakan sasaran atau minimal
merupakan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Guru harus menggunakan
model-model pembelajran yang termasuk kelompoj model pembelaharan yang
karakteristiknya SCL dalam mencapai target atau kompetensi dasar yang telah
dirumuskan.Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat
dinikmati peserta didik, yakni peserta didik merasa nyaman, aman dan asyik dalam
pembelajaran. Perasaan yang mengasyikkan pada dasarnya harus merupakan hasil
motivasi dari dalam diri peserta didik sendiri, yakni dorongan keingintahuan yang
disertai upaya mencari tahu sesuatu.
Pembelajaran fisika dapat dikembangkan guru menjadi pembelajaran yang
bersuasana PAIKEM jika guru menggunakan model-model pembelajaran yang
termasuk kelompok SCL. Dengan demikian model-model pembelajaran yang

4
5

berkarakteristik SCL merupakan model-model pembelajaran yang dapat


menimbulkan PAIKEM.
3. Teori Perkembangan Kognitif Piaget dan Vygotsky
a. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Dalam menjelaskan mekanisme perkembangan kognitif, Piaget menjelaskan
fungsi intelek anak/peserta didik dari tiga perspektif. Ketiganya ialah: (1) proses
yang terjadi ketika berinteraksi dengan lingkungan (yakni: asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi), (2) cara bagaimana pengetahuan disusun (pengalaman fisik dan logiko-
matematik) dan (3) perbedaan kualitatif dalam berpikir pada berbagai tahap
perkembangan (skema tindakan dari berpikir praoperasional, operasi konkert dan
formal).
Konsep strukur kognitif, fungsi dan tahap
 Inteligensi (kecerdasan) adalah kemampuan mengorganisasi dan
mengadaptasi lingkungan.
 Fungsi-fungsi kognitif pengorganisasian dan pengadaptasian berkontribusi
terhadap perkembangan struktur kognitif.
 Fungsi-fungsi kognitif tidak bervariasi terhadap perkembangan.
 Struktur-struktur kognitif bervariasi terhadap perkembangan.
 Suatu himpunan (kumpulan, set) struktur-struktur pada suatu ekuilibrium
relatif disebut tahap.
 Setiap tahap mengintegrasikan struktur kognitif dari tahap sebelumnya ke
orde struktur yang lebih tinggi.

Adaptasi terdiri dari asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah pengambilan


pengalambilan dari lingkungan dan menggabungkannya dengan cara berpikir yang
dimiliki sehingga pengalaman baru dapat digabungkan ke dalam struktur kognitif.
Akomodasi adalah penyesuaian (adjustment) struktur kognitif terhadap situasi baru.
Proses pengasimilasian dan pengakomodasian biasanya terjadi bersama.
Struktur kognitif berubah melalui pengadaptasian. Pengadaptasian merupakan
kecenderungan dasar organisme untuk menyesuaikan dengan lingkungan.
Pengasimilasian terhadap aksi motorik atau kognitif didasarkan pada struktur
kognitif yang dimiliki. Individu menginterpretasikan situasi lingkungan dalam
term(istilah) struktur kognitif yang ada.

5
6

Ekuilibrasi meregulasi proses berpikir individu pada tiga aras fungsi kognitif
yang berbeda. Ketiganya adalah hubungan antara (1) asimilasi dan akomodasi dalam
kehidupan infividu sehari-hari, (2) sub-sub sistem pengetahuan yang timbul pada diri
individu, dan (3) bagian-bagian dari pengetahuan individu dan sistem pengetahuan
sosial.
Peranan ekuilibrasi dalam meregulasi asimilasi dan akomodasi adalah
mencegah jangan sampai yang satu terjadi atas kerugian yang lain, serta
mengusahakan keseimbangan antara sub-sub sistem yang berkembang dengan
kecepatan yang berlainan, yang dapat menghilangkan konflik diantara sub-sub sistem
tersebut.
Proses dasar yang terjadi pada penyusunan pengetahuan adalah asimilasi dan
akomodasi yang diatur oleh ekuilibrasi. Selain itu, Piaget menjelaskan bahwa
penyusunan pengetahuan didasrkan pada jenis pengalaman pengetahuan yang
terjadi pada diri individu yang belajar. Sumber pengalaman logiko-matematik
adalah proses berpikir individu yang belajar itu sendiri. Dalam pengalaman logiko-
matematik, kegiatannya berupa refleksi tindakan waktu sekarang dan
mereorganisaiskannya pada tingkat yang logis. Proses-proses berpikir logis
dikarakterisasi sebagai kemampuan memformulasi himpunan-himpunan hipotesis.
Kemudian hipotesis yang kompatibel dengan situasi yang dipelajari dites. Pada
tingkat operasional formal, penalaran individual adalah dari suatu kerangka kerja
(hipotesis) menuju pengujian teori.
Ikhtisar empat tahap perkembangan
Tahap Penjelasan umum(overview)
Periode Sensorimotoris Prasimbolik dan praverbal. Inteligensi (kecerdasan)
(lahir sampai usia 1,5-2 mencakup pengembangan skema-skema tindakan. Contoh,
tahun) meraih-menggenggam-menarik dilakukan untuk
mengambil objek yang jauh. Pada tahun kedual: anak
membedakan dirinya dari lingkungan. Anak
mengembangkan identitas tubuhnya dan lainnya dalam
waktu dan ruang serta konsep tentang sifat permanen
objek.
Periode Praoperasional Berpikir sebagian (setengah:partially) logis mulai.
(umur 2-3 tahun sampai Pengertian tentang sifat permanen objek membimbing

6
7

umur 7-8 tahun) anak menuju identitas-identitas kualitatif. Anak mengerti,


bahwa air yang dituangkan ke dalam wadah yang lain
adalah air yang sama; atau a=a. Proses berpikir didasarkan
pada isyarat (petunjuk) perseptual dan anak tidak sadar
akan pernyataan-pernyataan yang saling bertentangan.
Contoh: sabun mengapung karena kecil dan sepotong besi
tenggelam karena tipis. Perkembangan bahasa mulai dan
meningkat cepat; ujaran anak yang spontan didominasi
ujaran monolog.
Periode Operasional Perilaku implusif digantikan setidaknya oleh berpikir
Konkret (umur 7-8 refleksi permulaan; anak dapat melihat pandangan
tahun sampai umur 12- anak/orang lain. Permainan kelompok mencakup
14 tahun) persetujuan terhadap aturan-aturan dan kerjasama
berdasarkan aturan. Cara berpikir logis yang dikaitkan
dengan objek-objek konkret berkembang (operasi
konkret). Berpikir tidak terkait dengan isyarat perseptual;
Contoh: ‘lebih panjang’ tidak sama artinya dengan ‘lebih
jauh’
Periode Operasional Berpikir tentang rencana kehidupan (masa depan) dan
Formal (umur di atas 14 mulai berperan orang dewasa. Kecakapan menangani
tahun) secara logis dalam situasi multifaktor mulai (operasi
formal). Individu dapat bernalar dari situasi hipotesis ke
konkret.

Dalam perkembangan kognitif, yang paling penting dicatat adalah pencapaian


tingkat berpikir yang lebih tinggi tidak mudah dicapai. Anak mesti memikirkan
kembali pandangannya tentang dunia. Langkah penting dalam proses ini adalah
pengalaman konflik kognitif (cognitive conflict), yakni anak menjadi tanggap
terhadap fakta bahwa dia memegang dua pandangan yang kontradiktif tentang
situasi dan keduanya tidak dapat sama-sama benar. Langkah ini yang disebut sebagai
langkah terjadinya konflik kognitif atau ketidakseimbangan (disequilibrium).
Pada 1975 “American Association of Physics Teachers” mengadakan workshop
tentang pengajaran fisika dan pengembangan penalaran. Wokshop tersebut

7
8

difokuskan pada baimana menerapkan tahap-tahap perkembangan yang telah


didentifikasi Piaget dalam pengajaran fisika. Yang paling menarik pada workshop
tersebut adalah pengembangan cara mengklasifikasikan soal (problem) fisika sebagai
soal konkret dan formal.
Collea et al. Menyatakan bahwa Soal Konkret Fisika adalah soal fisika yang
hanya dapat dijawab dengan pola penalaran konkret melalui pemakaian langsung
definisi atau persamaan.
Collea et al. Menyatakan bahwa Soal Formal Fisika adalah soal fisika yang
hanya dapat dijawab dengan pola penalaran formal, melalui penganalisisan
menyeluruh dan melakukan improvisasi. Lebih lanjut, Collea et al. Menyatakan bahwa
suatu soal fisika adalah soal formal jika terhadap pemecahan soal tersebut dapat
dinyatakan “ya” untuk menjawab salah satu atau beberapa atau semua pertanyaan-
pertanyaan.
b. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Teori Piaget deemphasized (tidak menekankan) pentingnya bahasa sebagai
sumber utama perkembangan kognitif. Teori tersebut ditentang oleh seorang
psikolog Rusia, Lev Semanovich Vygotsky (1896-1934), yang ternyata penelitiannya
belum diketahui di Amerika Serikat sampai karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris pada 1960. Sejak itu, karya Vygotsky dikenal luas dalam bidang
perkembangan anak.
Ide penentang yang paling kuat berasal dari Vygotsky yang tidak setuju
dengan ide Piaget yang menyatakan bahsa anak sebagian besar bersifat egosentris
dan nonsosial, dan pembicaraan egosentris tidak berperanan dalam perkembangan
kognitif anak.
Vygotsky menunjukkan bahwa yang dinyatakan Piaget sebagai bersifat
monolog sebenarnya terjadi paling sering dalam situasi tertentu, yang merupakan
fakta yang diyakininya memberi petunjuk penting bagi kesignifikanannya. Pendapat
Vygotsky yang paling kontras dengan pendapat Piaget adalah bahwa bahasa, bahkan
pada usia anak paling muda, sebenarnya secara inheren bersifat sosial, dan bahwa
pembicaraan yang disebut Piaget bersifat egosentris sebenarnya berasal dari awal
komunikasi sosial. Menurut Vygotsky, perilaku anak berbicara terhadap diri tidak
akan hilang dengan bertambahnya usia seperti yang dikatakan Piaget, melainkan

8
9

perlahan-lahan menuju ke dalam diri, kontinu menjadi dialog verbal yang masing-
masing kita bahwa ke dalam diri, dan kita pakai membimbing perilaku dalam situasi
sehari-hari.
Menurut Berg, kebanyakan temuan penelitian mendukung Vygotsky, sehingga
kebanyakan peneliti sekarang ini menyebut egosentris sebagai pembicaraan pribadi
(private speech). Temuan studi akhir menolak konklusi Piaget yang menyatakan
bahwa anak-anak yang terlibat dalam pembicaraan pribadi berkelanjutan tinggi,
tidak mahir dalam komunikasi sosial. Temuan tersbut mengungkapkan bahwa anak
prasekolah yang berbicara banyak pada diri mereka sendiri, mempunyai partisipasi
sosial tinggi dan lebih berkompetensi sosial dari pada anak yang sedikit berbicara
pribadi.
Vygotsky percaya bahwa semua fungsi mental yang lebih tinggi berasal dari
hubungan sosial dan muncul pertama kali pada suatu daerah 9bidang0 hubungan
interpersonal antara individu, sebelum mereka berada pada suatu daerah (bidang)
intra psikis (intra psychic), dalam individu. Dia menekankan peranan sentral
komunikasi sosial dalam perkembangan berpikir anak, dengan memahami
pembelajaran anak mengambil tempat dalam Zone Proximal Development: ZPD [Zona
Perkembangan (ter)Dekat: ZPD].
Perlu diingatkan di sini bahwa Piaget tentu saja tidak mengabaikan
pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan kognitif, tetapi penekanan peranan
interaksi sosial tersebut berbeda dengan yang dinyatakan Vygotsky. Piaget tidak
memikirkan bimbingan verbal orang dewasa sebagai instrumen perubahan kognitif,
melainkan menekankabn pentingnya interaksi dengan kawan sebaya (peer).
Piaget dan Vygotsky sebenarnya menekankan aspek (segi, facet) berbeda dari
pengalaman sosial anak, yang dalam hal ini keduanya berkontribusi terhadap
perkembangan anak.
Vygotsky memandang pembelajaran dan perkembangan tidak sebagai proses
tunggal, bukan pula sebagai proses gayut, melainkan sebagai satuan pembelajaran
dan perkembangan (learning-and-development) yang berinteraksi secara kompleks.
Menurut Vygotsky, formasi konsep adalah suatu aktivitas sosial-budaya-historis yang
berisi kunci kebulatan (keseluruhan) sejarah perkembangan mental anak.
4. Prinsip-prinsip Kepribadian Peserta Didik

9
10

Perbedaan ciri psikologis yang dimiliki setiap individu dan stabil dalam
berbagai situasi disebut kepribadian (personality). Dalam psikologi
kontemporer/modern, dikenal “Lima Faktor Besar” Kepribadian (the “Big Five”
Factors of Personality), yakni: Pertama, keterbukaan terhadap pengalaman (opennes
to experience), dengan ciri-ciri: cenderung menghargai hal-hal yang bersifat fantasi,
imaginasi, menyukai seni, musik, puisi, menghargai perasaan emosional, senang
mencoba kagiatan baru, senag mengunjungi tempat baru, senang mencoba makanan
baru, memiliki rasa ingin tahu yng intelek, terbuka pada ide-ide baru, senang
mengkaji ulang nilai-nilai tradisional, nilai agama, dan nilai politis; Kedua, kesadaran
(conscientiousness), dengan ciri-ciri: hati-hati, tindakannya didorong oleh kesadaran
sendiri, disiplin, tuntas, teratur, berpikir sebelum bertindak, pekerja keras, dapat
dipercaya, dan perfeksionis; Ketiga, ekstraversi (extraversion), dengan ciri-ciri:
senang berinteraksi dan berkomunikasi dengan banyak orang, senang melakukan
kegiatan yang melibatkan banyak orang, seperti berpesta, senang berbicara, antusias,
tidak takut mengambil resiko, dan menunjukkan kemampuan memimpin; Keempat,
kesetujuan (agreeableness), dengan ciri-ciri: memiliki rasa empati, penuh
pertimbangan, ramah, pemurah, suka menolong orang lain, mudah mempercayai
orang lain dan menyenangkan; Kelima, neurotis (neuroticism), dengan ciri-ciri:
cemas, mudah marah, merasa bersalah, mengalami depresi, frustasi, putus harapan,
pemalu, reaktif secara emosional, dan murung.
Dalam pembelajaran fisika, sebaiknya digunakan model-model pembelajaran
yang melibatkan siswa berkelompok agar sifat negatif yang dominan pada
faktor/dimensi neurotis misalnya dapat dikurangi/dihilangkan pada interaksi sosial
pada kelompok belajar.
5. Motivasi Belajar
Motivasi dapat didefinisikan sebagai proses yang menstimulasi perilaku
manusia atau menggerakkan manusia untuk bertindak. Dalam pembelajaran fisika,
motivasi intrinsik sama pentingnya dengan motivasi eksterinsik. Beberapa teori
tentang motivasi, antara lain :
a. Teori Kebutuhan Maslow
Abraham Maslow, salah seorang psikolog amerika paling terkemuka pada
abad keduapuluh menyatakan ada tujuh tingkatan keinginan dan kebutuhan

10
11

manusia. Menurut Maslow, hanya bila kebutuhan-kebutuhan fisik dasar dan


kebutuhan akan cinta dan self esteem terpenuhi, barulahindividu berusaha memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi.
b. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Menurut McClelland, karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high
achievers) memiliki tiga ciri umum, yakni: (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan
tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi dimana
kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-
faktor lain; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan
mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

c. Teori Clyton Aldefer (Teori “ERG”)


Teori Aldefer dikenal dengan akronim “ERG”, yang dalam hal ini akronim
“ERG” merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah, yakni: E = Existence
(kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan
pihak lain), dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Teori Alderfer
menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya
secara serentak.

Pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme manusia. Artinya, karena


menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi
obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-
hal yang mungkin dicapainya.
a. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Teori yang dikembangkan Herzberg dikenal dengan nama teori “Model Dua
Faktor” motivasi, yakni faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah
memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam
kehidupan seseorang.
b. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)
Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin
dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan
mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu.

11
12

Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku


Menurut teori ini, berlaku “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa
manusia cenderung untuk mengurangi perilaku yang mempunyai konsekuensi yang
menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang
mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang merugikan.
c. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor
internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c)
harapan pribadi; (d) kebutuhan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja
yanag dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang
antara lain : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang
bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e)
sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
d. Strategi Memotivasi Siswa
Membangun komunitas belajar yang produktif dan memotivasi siswa agar
terlibat dalam kegiatan belajar bermakna adalah tujuan utama pembelajaran,
termasuk pembelajaran fisika.

6. Bekal Ajar Awal Peserta Didik


Berdasarkan temuan penelitiannya, Lawson (1989;16-17) menyimpulkan
bahwa apapun pola penalaran atau satuan set (perangkat) penyatuan pola penalaran
yang diukur suatu tugas (task). Lebih lanjut, Lawson menyimpulkan bahwa peserta
didik yang telah menginternalisasi pola penalaran hipotetiko-deduktif mempunyai
miskonsepsi atau konsepsi keliru yang lebih sedikit dibandingkan dengan peserta
didik yang mempunyai penalaran empiris-deduktif.
Van den Berg (editor) (1991:8) menyimpulkan pengertian konsep sebagai
abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang dipakai untuk mempermudah komunikasi antara
manusia dan yang kemungkinan manusia berpikir. Kesimpulan tersebut didasarkan
pada pengertian konsep yang diajukan Ausubel et al. (dalam Van den Berg (editor),
1991:8), yakni sebagai objek-objek, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau sifat-sifat
yang memiliki atribut-atribut kritis (khas) dan dinyatakan dalam suatu kultur dengan
tanda atau simbol yang diterima.

12
13

7. Kesulitan Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Fisika


Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mngetahui tingkat kesulitan
belajar peserta didik yang dapat dibedakan menjadi kesulitan ringan, sedang dan
berat. Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang
perhatian di saat mengikuti pembelajaran. Pada dasarnya, pembelajaran
remedial adalah pembelajaran yang memberikan perlakuan khusus terhadap peserta
didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan dalam
kegiatan belajar peserta didik dapat berbentuk kurangnya pengetahuan dan
keterampilan prasyarat atau lambat dalam mencapai kompetensi atau terjadinya
miskonsepsi.
Dalam pembelajaran remedial perlu diperhatikan beberapa prinsip yang
sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain :
1) Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Dengan kata lain,
pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
2) Interaktif
Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik
yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar
diketahui kemajuan belajarnya.
3) Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang
berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode
mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4) Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari
kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
5) Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan
satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial
harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta
didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.

13
14

Dengan memperhatikan pengertian dan prinsip pembelajaran remedial di


atas, pembelajaran remedial dapat diselenggarakan dengan berbagai kegiatan antara
lain :
1) Memberikan tambahan penjelasan atau contoh
Pemberian tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran
konsep misalnya akan membantu pembentukan konsep pada diri peserta didik.
2) Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya
3) Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu.
Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan membantu peserta
didik menangkap pesan pembelajaran.
4) Menggunakan berbagai jenis media
Penggunaan berbagai jenis media dapat menarik perhatian peserta didik.
Perhatian memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Agar perhatian
peserta didik terkonsentrasi pada materi pelajaran perlu digunakan berbagai media
untuk mengendalikan perhatian peserta didik.
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain :
1) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
2) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan.
3) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus.
4) Pemanfaatan tutor sebaya.
Jika peserta didik tidak lulus karena penilaian hasil maka sebaiknya hanya
mengulang tes tersebut dengan pembelajaran ulang jika diperlukan. Namun apabila
ketidaklulusan akibat penilaian proses yang tidak diikuti (misalnya kinerja praktik,
diskusi/presentasi kelompok) maka sebaiknya peseta didik mengulang semua proses
yang harus diikuti.
Tes ulang harus diberikan kepada peserta didik yang telah mengikuti program
pembelajaran remedial agar dapat diketahui apakah peserta didik telah mencapai
ketuntasan dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan.
c. Gaya Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Fisika
Cara seseorang untuk memahami dan memproses informasi disebut gaya
belajarnya. Pengenalan gaya belajar akan memberikan pelayanan yang tepat

14
15

terhadap apa dan bagaimana sebaiknya yang disediakan dan yang dilakukan agar
pembelajaran dapat berlangsung optimal.
Secara umum gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu
(1) gaya belajar konkrit, (2) gaya belajar abstrak, (3) gaya belajar aktif dan (4) gaya
belajar reflektif.
Pertama, gaya belajar konkrit memperoleh informasi melalui pengalaman
langsung, praktik langsung, dan menggunakan panca indra (melihat, mendengar,
menyentuh, mencicipi, mencium).Kedua, gaya belajar abstrak memperoleh informasi
melaui analysis, observasi, dan pemikiran.Ketiga, gaya belajar aktif memperoleh
informasi melalui pemaknaan pengalaman dengan cara menerapkan langsung
informasi baru tersebut.Keempat, gaya belajar reflektif memperoleh informasi
melalui pemaknaan pengalaman dengan cara merefleksikan dan memikirkan
informasi tersebut.
Selain pengelompokkan diatas, gaya belajar dapat juga dikelompokkan
menjadi tiga gaya belajar, yakni : gaya belajar visual, auditif, dan kinestetik.

BAB II
TEORI-TEORI BELAJAR
A. Teori-Teori Belajar
a) Teori Belajar Behavioristik
Behaviorisme dikembangkan oleh Edward Thorndike, Tolman, Guthrie dan Hull.
Pada intinya ada tiga asumsi dasar yang dianggap benar. Pertama, belajar
dimanifestasi oleh perubahan perilaku. Kedua, lingkungan membentuk perilaku. Dan
ketiga, prinsip-prinsip kedekatan dan penguatan adalah fokus untuk menjelaskan
proses belajar.
Ada 2 jenis pengkondisian yang mungkin :
1) Pengkondisian klasik
2) Pengkondisian operant
Menurut teori belajar behavioristik, pembelajaran ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai ativitas yang menuntut peserta didikm
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yan sudah diplajari dalam bentuk
laporan, kuis dan tes.

15
16

Tokoh-tokoh aliran behaviristik diantaranya adalah:


a) Teori Belajar Tohrndike
b) Teori Belajar Watson
c) Teori Belajar Clark Hull
d) Teori Blejar Edwin Guthrie
e) Teori Belajar Skinner
b) Teori Belajar Konitivis
Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses engembangkan wawasan
(insight). Wawasan (insight) adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian
didalam suatu situasi permasalahan. Menurut Ernest Hilgard, ada enam ciri dari
belajar wawan (insight) yaitu :
a) Wawasan dipengaruhi oleh kemampuan dasar.
b) Wawan dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu
c) Wawasan tergantung kepada pengaturan situasi
d) Wawasan didahului oleh usaha coba-coba
e) Belajar dengan wawasan dapat diulangi
f) Suatu wawaan dapat diaplikasikan bagi wawasan situaasi lain.
1. Teori Belajar Ausubel menyatakakan kelemahan teoi belajar pada umumnya
adalah menekankan pada belajar asosiasi atau menghafal, dimana materi asosiasi
dihafal secara sembarang. Seharusnya belajar harus dipandang sebagai asimilsi
yang bermakna
2. Teori Belajar Bruner dikenal dengan belajar penemuan (dicovery learning)
menganggap bbahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
cara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik
3. Teori Belajar Bandura menyatakan bahwa belajar itu lebih dari sekedar
perubahan perilaku, melainkan belajar adalah pencapaian pengetahuan dan
perilaku yang didasari oleh pengetahuannya tersebut yang dikemukakan oleh
Albert Bandura yang dikenal dengan teori kognitif sosial.
c) Teori Belajar Konstruktivus
Teori belajar konstrusktivis dikembangkan berdasarkan pada perkembangan
kognitif Piaget dan Vygotsky. Kaitan teori perkembangan kognitif Piaget dengan

16
17

proses belajar belajar adalah bahwa dilihat dari perkembangan kognitif, belajar
merupakan tiga proses yakni asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi.
d) Implikasi Konstruktivisme dalam Pelajaran IPA
Belajar dipandang sebagai pengubahan konsepsi, yakni pengkonstruksian dan
penerimaan ide baru atau penstrukturan ide yang ada.

B. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


a. Pendekatan Pembelajaran
a.1 Pendekatan Keterampilan Proses
a.2 Pendekatan Pembelajaran Konstektual
❖ Latar Belakang dan Pengertian CTL
❖ Komponen dan Penerapan CTL
a.2.2 Komponen dan Penerapan CTL
Dalam kaitannya dengan penerapan CTL di kelas, ada tujuh komponen yang
harus diterapkan, yaitu : konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inguiry),
bertanya (Questioning) masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan
(Modeling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authenic
Assessment).
Penerapan CTL dalam kelas dilakukan sebagai berikut:
1) Kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi
(membangun) sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok).
5) Hadirkan “model’ sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) dengan berbagai cara.

a.2.2.1. Konstruktivisme (constructivism)


Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi)
pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

17
18

sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong.
Dalam pandangan konstruktivitis, “strategi memperoleh” lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk
itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:
1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belaajr.

a.2.2.2. Menemukan (Inquiry)


Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Pada dasarnya siklus inkuiri ada lima, yakni:
 Observasi (Observation)
 Bertanya (Questioning)
 Mengajukan dugaan (Hypothesis)
 Pengumpulan data (Data Gathering)
 Penyimpulan (Conclusion)

Langkah-langkah melaksanakn kegiatan menemukan (inkuiri) adalah:


1) Merumuskan masalah (dalam meta pelajaran apapun)
2) Mengamati atau melakukan observasi
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
table, dan karya lainnya.
4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audien yang lain.

a.2.2.3. Bertanya (questioning)


Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis
CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran

18
19

yang berbasis inkuiri, yakni menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
2) Mengecek pemahaman siswa
3) Membangkitkan respon kepada siswa
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
6) Memfokuskan perhataian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

a.2.2.4. Masyarakat Belajar (Learning Community)


Konsep Learning communitymenyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh melalui berbagi
(sharing)antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di
ruang ini, di kelas ini, di sekitar ini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semua
adalah anggota masyarakat-belajar.
Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang
anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu
yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang
mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa
sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan
siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan
seorang ‘ahli’ ke kelas. Misalnya tukang sablon, petani jagung, peternak susu, teknisi
computer, tukang cat mobil, tukang reparasi kunci, dan sebagainya.
Kalau setiap orang mau belajar dengan orang lain, maka setiap orang lain bisa
menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan
pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik “learning
community”ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Praktiknya dalam
pembelajaran terwujud dalam
 Pembentukan kelompok kecil

19
20

 Pembentukan kelompok besar


 Mendatangkan ‘ahli’ ke kelas
 Bekerja dengan kelas sederajat
 Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya
 Bekerja dengan masyarakat

a.2.2.5. Pemodelan (Modeling)


Pemodelan dapat diartikan pembelajaran sebuah keterampilan atau
pengetahuan tertentu yang bias ditiru oleh audiens (peserta didik). Model itu bisa
berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara mengoperasikan alat misalnya
amperemeter, osiloskop; contoh karya tulis; dan sebagainya. Atau, guru memberi
contoh mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang
‘bagaimana cara belajar’.
Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar. Seorang
programmer bidang fisika sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi
‘model’ cara membuat program untuk bidang fisika, berlatih membuatnya, dan lain
sebagainya.
a.2.2.6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan
apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.
Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi. Realisasinya berupa:
 Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu
 Catatan atau jurnal di buku siswa
 Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
 Diskusi
 Hasil karya

a.2.2.7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

20
21

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan


gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu
diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guu
mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru
segera bisa mengambil tindakan yang tepat agat siswa terbebas dari kemacetan
belajar. Karna gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses
pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode (cawu/semester)
pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti EBTA/EBTANAS
atau UAN), tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan)
dari kegiatan pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment:
 Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
 Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
 Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
 Berkesinambungan
 Terintegrasi
 Dapat digunakan sebagai feed back

Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa


1) Proyek/kegiatan dan laporannya
2) PR
3) Kuis
4) Karya siswa
5) Presentasi
6) Demonstrasi
7) Laporan
8) Jurnal
9) Hasil tes tulis
10)Karya tulis

b. Strategi Pembelajaran
b.1 Pengertian Strategi Pembelajaran

21
22

Istilah strategi pada awalnya sering dipakai dalam dunia militer. Strategi
berasal dari bahasa yunani strategos yang berarti Jenderal atau Panglima. Pengertian
strategi tersebut kalau diterapkan dalam dunia pendidikan oleh diartikan sebagai
pola dan urutan umum perbuatan guru-murid dalam mewujudkan kegiatan belajar
dan mengajar.
Strategi belajar mengajar adalah rencana dan cara-cara membawakan
pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran
dapat dicapai secara efektif.
 Cara-cara membawakan pengajaran itu merupakan pola dan urutan umum
perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
 Pola dan urutan umum perbuatan guru-murid itu merupakan suatu kerangka
umum kegiatan belajar mengajar yang tersusun dalam suatu rangkaian
bertahap menuju tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pada komponen yang dominan dalam kegiatan


pembelajaran dikenal dua macam strategi belajar mengajar, yaitu:
1. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada guru; dan
2. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada siswa.

b.2. Strategi Pembelajaran Fisika Berbasis Kegiatan Laboratorium


Strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran fisika pada
dasarnya selalu mengandung kegiatan berbasis lab. Alasannya adalah kebenaran
fisika diuji melalui eksperimen. Eksperimen yang dilakukan para fisikawan pada
umumnya dilakukan di lab.
b.3. Buzz Groups
Dalam kebanyakan kelas beberapa peserta didik berbicara banyak sekali dan
yang lainnya tak mau bicara sepatah katapun. Untuk mengatasi keadaan ini
disamping menggunakan teknis yang berupa keterampilan guru sendiri, ada juga
strategi yang bisa ‘memaksa’ mereka untuk berpartisipasi. Dalam kesempatan ini,
untuk mengatasi keadaan seperti di atas, akan dikemukakan dua strategi kelompok
atau kolaboratif yang disebut Buzz Group dan Inner Circle.
Satu dari beberapa teknik adalah disebut buzz session atau buzz groups.
Langkah-langkah dari strategi ini biasanya dimulai dengan memilih orang yang akan
melaporkan hasil diskusi atau juru bicara sekaligus mempimpin diskusi. Kemudian
22
23

meminta kepada setiap anggota kelompok untuk mengemukakan satu ide untuk
menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah yang di diskusikan. Akhirnya
mereka harus menghasilkan satu ide yang disepakati bersama untuk dilaporkan ke
kelas besar. Untuk strategi ini biasanya kelompok diberi batasan waktu seperti lima
menit, sepuluh menit atau tergantung kompleksitas masalahnya.
b.3. The Inner Circle
Strategi ini berupa kelas di dalam kelas, dimana separuh mahasiswa bertindak
sebagai kelompok diskusi dan separuhnya lagi sebagai observer. Bila kursi dalam
ruang kelas bisa dipindah-pindah, dosen biasanya menyusun tempat duduk
berbentuk dua lingkaran konsentrik. Guru mungkin menjelaskan dulu bahwa ia akan
memberi kesempatan pada siswa yang pendiam untuk mengemukakan idenya. Dari
beberapa pengalaman yang dilakukan, guru sangat terkesan dengan mahasiswa yang
biasanya pendiam menjadi mau berbicara ketika mereka merasa mempunyai
tanggungjawab sebagai anggota Inner Circle.
c. Metode Pembelajaran
c.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Variabel-variable pembelajaran ada tiga jenis, yaitu: (1) variable metode, (2)
variable kondisi, dan (3) variabel hasil.
c.2 Metode Ceramah (lecture)
Metode ini tepat untuk diterapkan bila:
a) Kegiatan instruksional baru dimulai;
b) Waktu terbatas;
c) Jumlah pengajar sedikit.
Tetapi, metode ini mempunyai keterbatasan sebagai berikut:
a) Partisipasi siswa rendah;
b) Kemajuan siswa sulit dipantau;
c) Perhatian dan minat siswa tidak dapat dipantau
d) variabel

c.3 Metode Demonstrasi


Metode demonstrasi tepat digunakan bila:
a) kegiatan instruksional bersifat formal, magang atau latihan kerja
b) materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak psikomotorik

23
24

c) pengajar bermaksud menggantikan dan menyederhanakan penyelesaian


kegiatan yang panjang
d) pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan

c.4 Metode Penampilan


Untuk menggunakan metode ini pengajar harus:
a) memberikan penjelasan yang cukup kepada siswa selama siswa berpraktik
b) melakukan tindakan pengamatan sebelum kegiatan praktik dimulai
Untuk penampilan tepat digunakan bila:
a) pelajaran telah mencapai tingkat lanjutan
b) kondisi praktik sama dengan kondisi kerja
Kesulitan penggunaan metode ini adalah:
a) membutuhkan waktu yang panjang
b) membutuhkan fasilitas dan alat khusus yang mungkin mahal
c) membutuhkan pengajar yang lebih banyak

c.5 Metode Diskusi


Metode ini tampaknya lebih cocok ketika guru ingin melakukan hal-hal
di bawah ini:
1) Membantu siswa belajar berfikir dari sudut pandang suatu subjek bahasan
dengan memberi mereka praktek berfikir.
2) Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya.
3) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih jauh.

Dalam menerapkan metode diskusi, guru harus:


a) Menyediakan bahan
b) Menyebutkan pokok-pokok masalah
c) Menugaskan siswa untuk menjelaskan
d) Membimbing diskusi
e) Sabra terhadap kelompok yang lambat dalam mendiskusikannya

Dalam kelompok diskusi, siswa dihadapkan pada beberapa problem,


diantaranya:
1) Mendapatkan partisipasi dalam diskusi

24
25

2) Membuat kemajuan menuju tujuan pembelajaran


3) Mengatasi reaksi-reaksi emosional dari mahasiswa

c.5.1 Tipe Diskusi Perkembangan (Developmental Discussion)


Istilah “diskusi perkembangan” diciptakan oleh Prof. Norman R.F.Maier (1952)
untuk menggambarkan suatu teknik diskusi yang bersifat pemecahan masalah.
Tahap-tahap yang khasnya bisa jadi sebagai berikut:
1) Merumuskan masalah
2) Mengusulkan hipotesis
3) Mendapatkan data yang relevan
4) Mengevaluasi solusi-solusi alternative

Singkatnya, diskusi perkembangan tidak bersifat tidak mengarahkan tapi juga


tidak bersifat otokratik.
c.5.2 Mengatasi Siswa yang Terlibat Debat Kusir Waktu Diskusi
Cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk hal ini, antara lain:
 Merujuk suatu teks atau sumber lainnya;
 Menggunakan konflik sebagai dasar bagi suatu tugas perpustakaan;
 Jika problemnya menyangkut nilai, maka guru membantu menyadarkan
mahasiswa akan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

c.5.3 The Two-Column Method


Strategi lain dari Maier,The Two-Column Methodadalah suatu strategi yang
secara khusus menggunakan papan tulis dengan efektif dalam suatu situasi di mana
terjadi konflik atau dimana suatu bias yang kuat mengalami pertimbangan terhadap
pandangan alternative. Untuk mengatasinya, Boris (1983) mengajukan suatu yaitu
teknik mengisi catatan setiap kegiatan diskusi. Setiap pelajaran dimulai, selalu
diawali dengan membaca catatan hari sebelumnya.
c.6 Metode Studi Mandiri
Metode ini dilakukan dengan cara:
a) Memberikan daftar bacaan kepada siswa yang sesuai dengan kebutuhannya
b) Menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan
studi mandiri
c) Mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa

25
26

Penerapan metode ini adalah:


a) Pada tahap terakhir proses belajar mengajar
b) Dapat digunakan pada semua mata pelajaran
c) Menunjang metode instruksional yang lain
d) Meningkatkan kemampuan kerja siswa
e) Mempersiapkan siswa untuk kenaikan tingkat
f) Memberikan kesempatan pada siswa untuk perdalam minatnya tanpa
dicampuri siswa lainnya.

c.7 Metode Kegiatan Instruksional Terprogram


Metode ini menggunakan bahan yang disiapkan secara khusus, untuk
menggunakan metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Siswa harus benar-benar memiliki seluruh baha dan alat
b) Siswa benar-benar harus tahu bahan itu bukan tes
c) Tersedia sumber yang dapat membantu siswa bila ia mengalami kesulitan
d) Secara periodic, siswa harus di cek kemampuannya untuk membuatnya benar-
benar belajar
Metode ini diterapkan untuk:
a) Semua tahap belajar,
b) Pelajaran formal,
c) Mengatasi kesulitan perbedaan individual,
d) Mempermudah sisa belajar dalam waktu yang diinginkan
Tetapi, metode ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut:
a) Bahan belajar yang telah dikembangkan dengan baik membuat setiap siswa
melalui urutan kegiatan belajar yang sama.
b) Biaya pengembangan tinggi.
c) Siswa kurang dapat interaksi social.

c.8 Metode Latihan dengan Teman


Untuk menggunakan metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Mula-mula seorang siswa memperhatikan seorang siswa lain yang telah
mencapai tingkat lanjut dalam melaksanakan semua tugas di bawah supervise
pelatih.

26
27

b) Setelah mengenal tugas tersebut, siswa dilatih dalam keterampilan


melakukannya.
c) Setelah lulus tes, ia menjadi pelatih untuk siswa berikutnya.
Metode ini diterapkan kepada:
a) Semua tahap yang membutuhkan latihan satu per satu
b) Latihan kerja, latihan formal dan magang
Kesulitan penggunaan metode ini adalah:
a) Terbatasnya siswa yang dapat dilatih dalam suatu periode tertentu.
b) Kegiatan latihan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk
memelihara kualitas.

c.9 Metode Simulasi


Metode ini menampilkan symbol-simbol atau peralatan yang menggantikan
proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Untuk menggunakan metode simulasi
perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini:
a) Pada tahap permulaan proses belajar, diperlukan tingkat di bawah realitas.
b) Pada tahap pertengahan proses belajar, diperlukan tingkat realitas yang
memadai.
c) Pada tahap akhir, diperlukan tingkat realitas yang tinggi.
d) Siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya.
Metode ini diterapkan untuk:
a) Semua tahap belajar,
b) Pendidikan formal atau magang,
c) Memeberikan kejadian-kejadian yang analogis,
d) Memungkinkan praktik dan umpan balik dengan resiko kecil,
e) Diprogramkan sebagai alat pelajaran mandiri.
Tetapi, metode ini mempunyai kelemahan sebagai berikut:
a) Biaya pengembangannya tinggi dan perlu waktu lama.
b) Fasilitas dan alat-alat khusus yang dibutuhkan mungkin sulit diperoleh serta
mahal harga dan pemeliharaannya.
c) Resiko siswa atau pengajar tinggi.

c.10 Metode Sumbang Pendapat atau Sumbang Saran (Brainstorming)

27
28

Metode ini merupakan proses penampungan pendapat dari siswa tanpa


evaluasi terhadap kualitas pendapat tersebut. Metode ini tepat bila digunakan untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam mengajukan pendapatnya. Tetapi, metode ini
dapat menimbulkan frustasi di kalangan siswa, karna mereka tidak menemukan
consensus pada akhir proses tersebut. Metode ini dapat pula digunakan dalam
mencari berbagai kemungkinan cara memecahkan masalah.
c.11 Metode Studi Kelas
Metode ini berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi
tertentu, kemudian siswa ditugaskan mancari alternative pemecahannya. Kesulitan
penggunaan metode ini adalah:
a) Mendapatkan kasus yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian
lapangan dan sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa.
b) Mengembangkan kasus sangat mahal.

c.12 Metode Computer Assisted Learning (CAL)


Metode ini berbentuk suatu seri kegiatan belajar yang sangat berstruktur
dengan menggunakan metode computer. Metode ini dapat digunakan pada setiap
tingkat pengetahuan dari yang sederhana sampai yang paling kompleks. Kesulitan
penggunaan metode ini:
a) Pengembangan metode CAL membutuhkan biaya tinggi dan waktu lama.
b) Pengadaan dan pemeliharaan alat mahal.

c.13 Metode Insiden


Metode ini merupakan variasi dari metode studi kasus. Kelebihannya dari
metode studi kasus adalah siswa belajar menyusun dan menyelami masalah terlebih
dahulu sebelum belajar berpikir krisis untuk mencari pemecahannya.
Penggunaannya sama dengan metode studi kasus.

c.14 Metode Praktikum


Metode ini berbentuk pemberian tugas kepada siswa untuk menyelesaikan
suatu proyek dengan berpraktik dan menggunakan instrument tertentu.

28
29

c.15 Metode Demonstrasi


Guru mendemonstrasikan cara kerja atau prosedur melakukan sesuatu. Dalam
pembelajaran fisika, jika alat praktikum tidak mencukupi guru dapat
mendemonstrasikan cara mengukur atau melakukan praktikum.
c.16 Metode Proyek
Metode ini berbentuk pemberian suatu tugas kepada semua siswa untuk
dikerjakan secara individual. Laporan penyelesaian dituangkan dalam bentuk
makalah.
c,17 Metode Bermain Peran
Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih siswa tentang suatu topic
atau situasi. Metode ini memerlukan observasi yang cermat dari pengajar untuk
menunjukkan kekurangan setiap peran yang dilakukan siswa.
c.18 Metode Seminar
Metode ini berbentuk kegiatan belajar bagi sekelompok siswa untuk
membahas topic atau masalah tertentu. Setiap anggota seminar diharapkan aktif
berpartisipasi. Penyelesaian tugas membahas topic atau masalah tersebut menjadi
tanggungjawab anggota seminar, sedangkan pengajar bertindak sebagai narasumber.
c.19 Metode Simposium
Metode ini mengetengahkan suatu seri ceramah mengenai berbagai kelompok
topic dalam bidang tertentu. Ceramah tersebut diberikan oleh beberapa ahli.
c.20 Metode Tutorial
Metode ini berbentuk pemberian bahan belajar yang telah dikembangkan
untuk dipelajari siswa secara mandiri dan kesempatan berkonsultasi secara periodic
tentang kemajuan dan masalah yang dialami.
c.21 Metode Deduktif
Metode ini dimulai dengan pemberian penjelasan tentang prinsipi-prinsip isi
pelajaran, kemudian disusun dengan penerapannya atau contohnya pada situasi
tertentu. Metode ini tepat digunakan apabila:
a) Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari
b) Isi pelajaran meliputi teminologi, teknis dan bidang yang kurang
membutuhkan proses berpikir kritis

29
30

c) Pengajaran mengenal pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan


pembicaraan yang baik
d) Waktu yang tersedia singkat

c.22 Metode Induktif


Metode ini dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh atau sebab
yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Metode ini tepat digunakan apabila:
a) Siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan
dengan mata pelajaran tersebut.
b) Yang akan diajarkan berupa keterampilan komunikasi Antara pribadi, sikap,
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
c) Pengajar mempunyai keterampilan mendengarkan yang baik, fleksibel,
terampil mengajukan pertanyaan, terampil mengulang pertanyaan, dan sabra.
d) Waktu yang tersedia cukup panjang.

d. Menerapkan Berbagai Model Pembelajaran Yang Mendidik Secara Kreatif


Dalam Pembelajaran Fisika
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran. Model
pembelajaran adalah rencana atau pola penerapan pendekatan, strategi, dan
metode yang sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh berdasarkan
landasan teori tertentu. Model pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran fisika harus model pembelajaran yang secara teori ilmu
pendidikan dijamin mencapai kompetensi yang dirumuskan.
b. Penerapan model-model pembelajaran efektif untuk pencapaian kompetensi
dalam pembelajaran fisika.
Menurut Arends (1997: 6-7) term model pembelajaran mempunyai 4
atribut yang tidak dimiliki term strategi dan metode pembelajaran secara
spesifik, yakni:
1. Rasional teoretis yang koheren, yang dibuat secara eksplisit oleh pencipta atau
pembimbing model;
2. Pandangan tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar

30
31

3. Perilaku mengajar yang diperlukan yang membuat model bekerja


4. Struktur ruang kelas yang dibutuhkan

a. Model Pembelajaran Direct Instruction (DI)


Model pembelajaran DI tidak selalu mempunyai nama yang sama.
Model pembelajaran DI bertujuan membantu peserta didik mempelajari
pengetahuan dan keterampilan dasar. Efek pembelajaran model DI adalah
pencapaian kompetensi berupa keterampilan sederhana dan kompleks serta
pengetahuan deklaratif. Alur umum atau atau sintaks model DI terdiri dari
lima fase. Landasan teoretik model pembelajaran DI adalah : teori
behavioristik, teori belajar social Albert Bandura, dan hasil penelitian
keefektifan guru. Model pembelajaran DI digunakan secara luas dan diuji di
latar sekolah maupun bukan sekolah.
b. Model Pembelajaran Cooperative Learning (CL)

Dalam pelaksanaan model pembelajaran CL, struktur tugas belajar


secara kooperatif memerlukan kerja sama peserta didik dalam kelompok-
kelompok kecil. Efek pembelajaran model CL adalah pencapaian kompetensi
berupa hasil belajar akademik, penerimaan keberagaman, dan keterampilan
social. Landasan teoretik model pembelajaran CL adalah: perilaku kooperatif
yang dipandang Dewey dan Thelen sebagai fondasi demokrasi, dan sekolah
dilihat sebagai laboratorium untuk mengembangkan perilaku demokratis;
teori tentang kontak antar etnis yang terjadi pada kondisi status sama yang
diperlukan untuk mereduksi prasangka ras dan etnis; teori tentang belajar
berdasar pengalaman dimana individu terlibat secara personal dalam
pembelajaran yang menyediakan dukungan teoretik untuk belajar
kooperatif; serta hasil penelitian tentang efek model pembelajaran CL yang
menunjukkan bahwa model CL menghasilkan keuntungan akademik dan
social.
Ada beberapa variasi untuk model pembelajaran CL ini. Empat
pendekatan yang seharusnya menjadi bagian repertoar guru pemula adalah :
1. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

31
32

Guru yang menggunakan STAD menyajikan informasi akademis baru


kepada peserta didik setiap minggu atau secara regular, baik melalui
presentasi verbal atau teks.
2. Jigsaw

Peserta didik ditempatkan dalam tim-tim belajar heterogen beranggota


lima sampai enam orang. Berbagai materi akademis disajikan kepada peserta
didik dalam bentuk teks, dan setiap peserta didik bertanggung jawab untuk
mempelajari satu porsi materi.
3. Group Investigation

Guru yang menggunakan pendekatan GI biasanya membagi kelasnya


menjadi kelompok-kelompok heterogen yang masing-masing beranggota
lima atau enam orang. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, kelompok
mungkin dibentuk diseputar pertemuan atau diseputar minat terhadap topic
tertentu. Peserta didik memilih topic-topik untuk dipelajari, melakukan
investigasi mendalam terhadap sub-sub topic yang dipilih dan kemudia
menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
4. Pendekatan Struktural

Pendekatan structural menekankan penggunaan struktur tertentu yang


dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Struktur yang
dikembangkan oleh Kagan dimaksudkan sebagai alternative untuk struktur
kelas yang lebih tradisional, seperti resitasi, bahwa guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban
setelah mengangkat tangan dan dipanggil namanya.
5. Think-pair-Share

Pendekatan ini menantang asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi


perlu dilakukan dalam setting seluruh kelompok dan memiliki prosedur-
prosedur bilt-in untuk memberikan lebih banyak waktu kepada peserta didik
untuk berpikir, merespons, dan untuk saling membantu.
Langkah 1- Thinking

32
33

Guru mengajukan sebuah pertanyaan atau isu yang terkait dengan


pelajaran dan meminta peserta didik untuk menggunakan waktu satu menit
untuk memikirkan sendiri tentang jawaban untuk isu tersebut.
Langkah 2- Pairing
Setelah itu guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dan
mendiskusikan segala yang sudah mereka pikirkan.
Langkah 3- Sharing.
Dalam langkah terakhir ini, guru meminta pasangan-pasangan siswa
untuk berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan bersama pasangannya
masing-masing dengan seluruh kelas.
6. Numbered Heads Together

Adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998)


(1998) untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam berbagai materi
yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman
mereka tentang isi pelajaran itu.
Langkah 1 – Numbering
Langsung 2 – Questioning

c. Problem-based Learning (PBL) dan Pembelajaran Sains

Landasan teoretik model pembelajaran PBL adalah : teori Dewey


tentang kelas berorientasi masalah; konstruktivisme Piaget dan Vygotsky;
serta belajar penemuan menurut Bruner. Efek pembelajaran model PBL
adalah pencapaian kompetensi berupa keterampilan inkuiri dan pemecahan
masalah, perilaku berperan orang dewasa, dan keterampilan belajar mandiri.
Pembelajaran berbasis masalah cukup tepat untuk merealisasikan
tujuan-tujuan pendidikan sains. Fakta bahwa pendidikan sains didasarkan
pada keduanya, praktik dan interpretasi, yakni sangat berhubungan dengan
kehidupan nyata dan pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi
hubungan keduanya. PBL dimullai dengan suatu masalah yang memicu
ketidaksetimbangan kognitif pada diri pebelajar. Keadaan ini dapat
mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam
pertanyaan disekitar masalah.

33
34

Arends (2004) mengemukakan ada 5 fase yang perlu dilakukan untuk


mengimplementasikan PBL.
Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.
Fase 2 : Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar
Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama antar anggota.
Guru / dosen dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk
kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih
dan memecahkan masalah yang berbeda.
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Inti dari PBL adalah penyelidikan. Pengumpulan data dan eksperimentasi
merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru/dosen harus
mendorong pebelajar untuk mengumpulkan data dan melaksanakan
eksperimen (mental maupun actual) sampai mereka betul-betul memahami
dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar pebelajar
mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Hendaknya hasil karya lebih dari sekedar laporan tertulis, melainkan dapat
berupa suatu videotape (yang menunjukkan situasi masalah dan pemecahan
yang diusulkan) model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan
pemecahannya), program computer, dan sajian multimedia
Fase 5 : Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalahFase ini
merupakan tahap terakhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk
membantu pebelajar menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri
dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.

d. Cara Memilih Model Pembelajaran Dalam Rangka Pencapaian Kompetensi

Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik


setelah proses pembelajaran yang dirancang untuk pencapaian kompetensi
tersebut. Dalam memilih model pembelajaran yang pertama dilihat “apakah

34
35

luaran atau hasil belajar yang dicapai dengan memakai model pembelajaran
yang dipilih adalah kompetensi yang dirumuskan? Jika luaran yang dicapai
adalah kompetensi yang dirumuskan, maka gunakan model itu.
e. Kaitan Penggunaan model Pembelajaran dengan Delapan Keterampilan Dasar
Guru

Delapan keterampilan dasar guru: keterampilan bertanya,


keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi,
keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola
kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Pembelajaran berbasis kompetensi bermakna semua kegiatan
pembelajaran harus menuju pencapaian kompetensi. Penentuan apa saja
yang harus dilakukan guru dan siswa dalam perencanaan proses
pembelajaran sangat mempengaruhi tercapai tidaknya kompetensi yang
telah dirumuskan. Oleh karena itu disarankan mengimplementasikan model-
model pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran untuk
mencapai kompetensi yang disumuskan.

f. Hubungan Model Pembelajaran Dengan Strategi Pembelajaran Fisika

Sebelum popular penerapan model pembelajaran dalam pembelajaran


untuk pencapaian kompetensi, biasanya kegiatan lab dalam pembelajaran
seolah terisolir sebagai kegiatan tersendiri. Penggunaan model pembelajaran
SCL mengharuskan kegiatan lab terintegrasi dengan kegiatan yang selama ini
disebut kegiatan teori dalam fase-fase sintaks model pembelajaran yang
digunakan. Artinya pelaksanaan kegiatan lab merupakan kegiatan
terintegrasi dengan kegiatan lainnya dalam fase-fase sintaks model
pembelajaran yang digunakan.

BAB III
PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. URAIAN MATERI

35
36

1. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum


a. Pengembangan Kurikulum
Wujud pelaksanaan kurikulum adalah proses belajar mengajar yang sesuai
dengan prinsip-prinsip dan tuntutan kurikulum yang dikembangkan sebelumnya bagi
satuan pendidikan/sekolah tertentu. Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses
siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya sebab, pengembangan
kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam
kurikulum, yang didalamnya meliputi tujuan, metode, material, penilaian dan balikan
(feed back).
b. Landasan-landasan Pengembangan Kurikulum
b.1 Landasan Filosofis
Landasan filosofis kurikulum adalah nilai-nilai dalam segala aspek kehidupan
Politik, Ekonomi, Social, Budaya, Pendidikan, Masyarakat dalam suatu Bangsa. Dalam
ketetapan MPR Nomor: 11/MPR/1993. Tentang GBHN dinyatakan bahwa pendidikan
nasional berdasarkan pancasila yang bertujuan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia.
b.2 Landasan Sosial Budaya
Ada dua pertimbangan sosial budaya yang dijadikan landasan dalam
pengembangan kurikulum:
1. Setiap orang dalam masyarakat selalu berhadapan dengan masalah anggota
masyarakat yang belum dewasa dalam kebudayaan.
2. Kurikulum dalam setiap masyarakat merupakan refleksi dari cara orang berfikir,
berasa, bercita-cita atau kebiasaan.
b.3 Landasan Psikologis
Landasan psikologis pengembangan kurikulum adalah teori-teori yang
menyangkut perkembangan psikologis peserta didik yang berkaitan dengan aspek
fisik, intelektual, sosial emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial budaya.
2. Kompetensi, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Pengalaman Belajar,
MateriPembelajaran dalam Kurikulum
Kompetensi, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Pengalaman Belajar, Materi
Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi tercantum dalam silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

36
37

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,


materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus dikembangkan berdasarkan prinsip
pengembangan silabus : ilmiah relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan
konsektual, fleksibel dan menyeluruh (BNSP, 2006: 14).
1) Ilmiah
2) Relevan
3) Sistematis
4) Konsisten
5) Memadai
6) Aktual dan Kontekstual
7) Fleksibel
8) Menyeluruh
Silabus mata pelajaran fisika dikembangkan berdasarkan langkah-langkah
berikut:
1) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Dalam mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata


pelajaran fisika kita perlu memperhatikan: a. Urutan berdasarkan hierarki
konsep fisika; b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi
dasar dalam mata pelajaran fisika; c. Keterkaitan antara standar kompetensi
dan kompetensi dasar antar mata pelajaran fisika dengan mata pelajaran
lainnya seperti mata pelajaran matematika.
2) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang
pencapaian kompetensi dasar, kita perlu mempertimbangkan: a. Potensi peserta
didik; b. Relevansi dengan karakteristik daerah jika mungkin; c. Tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; d.
Kebermanfaatan bagi peserta didik; e. Struktur keilmuan; f. Aktualitas, kedalaman,
dan keluasan materi pembelajaran; g. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan
tuntutan lingkungan; dan h. Alokasi waktu.
3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

37
38

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang


melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar.
4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasaryang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5) Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator.Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan, kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan potofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian: a. Penilaian diarahkan untuk
mengukur pencapaian kompetensi; b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; c.
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan; d. Hasil
penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut; e. Sistem penilaian harus
disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
6) Menentukan Alokasi Belajar
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu. Alokasi waktu
yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk
menguasai kompetensi dasar yang dibutukan oleh peserta didik yang beragam.
7) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

38
39

BAB IV
PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK
A. KOMPETENSI DAN INDIKATOR ESENSIAL

Kompetensi Inti Guru


4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran

Kompetensi Guru Mata Pelajaran


4.1 Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik
4.2 Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran
4.3 Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan didalam
kelas, laboratorium, maupun lapangan
4.4 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di
lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan
4.5 Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai
tujuan
4.6 Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai
dengan situasi yang berkembang
5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang
diampu.

Indikator Esensial
4.1.1 Menjelaskan prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik

4.3.1 Menjelaskan salah satu aktivitas guru dalam kegiatan elaborasi pada kegiatan
inti pelaksanaan pembelajaran
4.5.1 Menjelaskan jenis-jenis bahan ajar yang dapat digunakan untuk membantu
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa
untuk belajar
4.6.1 Menentukan saat yang tepat untuk mengambi keputusan memodifikasi
strategi pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP

39
40

B. URAIAN MATERI
1) Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pembelajaran fisika, kegiatan merancang pembelajaran pada dasarnya


adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam penyusunan RPP
terkandung kegiatan; merancang kerangka pengalaman belajar (tatap muka,
terstruktur dan mandiri) untuk mencapai kompetensi: memilih dan
mengorganisasikan materi dan bahan ajar; memilih dan merancang media dan
sumber belajar yang diperlukan; serta membuat rancangan penilaian proses dan hasil
belajar.
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah persiapan pengelolaan
pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tata muka untuk
mencapai kompetensi tertentu. Dengan demikian, komponen perencanaan
pembelajaran sekurang-kurangnya terdiri dari (1) kompetensi dan indikator, (2)
pengorganisasian materi pokok, (3) media dan sumber belajar, (4) model, strategi
dan metode pembelajaran, (5) skenario pembelajaran, (6) alokasi waktu dan (7)
penilaian proses dan hasil belajar. Berdasarkan konsep dan komponen RPP di atas,
dapat dinyatakan keefektifan pelaksanaan pembelajaran sangat tergantung pada
kematangan perencanaan pembelajaran yang disusun sebelumnya oleh guru.
Kematangan perencanaan dalam hal ini adalah keakuratan memahami karakteristik
siswa, pertimbangan kecukupan dan relevansi kompetensi terkait taraf berfikir siswa
dan tuntutan stakeholder, aspek kesahian dan kebermanfaatan materi untuk
pengembangan potensi siswa, ketepatan pemilihan model, strategi, metode agar
pembelajaran terlaksana secara efektif, kebermanfaatan media dan sumber belajar
sebagai sistem pendukung proses pembelajaran, serta ketepatan penilaian proses dan
hasil pembelajaran.
Penyusunan dan pengembangan RPP , harus diawali dengan pemahaman terhadap
arti dan tujuannya, serta menguasai secara teoretis dan praktis unsur-unsur yang
terdapat didalamnya. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakann suatu
perkiraan atau proyeksi guru mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan baik
oleh guru maupun peserta didik, terutama dalam kaitanya dengan pembentukan
kompetensi. Seorang guru dikatakan kompeten dalam menyusun RPP yang baik,

40
41

apabila guru tersebut menguasai dan mengimplementasikan delapan indikator


kompetensi dasar penyusunan RPP berikut:
1) Mampu merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan baik
2) Mampu merumuskan indikator pencapaian kompetensi dasar dengan baik
3) Mampu memilih materi pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian
kompetensi yang ditetapkan
4) Mampu menetapkan model, strategi dan metode pembelajaran yang sesuai
untuk pencapaian dampak instruksional yang diharapkan
5) Mampu menetapkan media dan sumber belajar sebagai sistem pendukung
terlaksananya pembelajaran yang efektif
6) Mampu merancang skenario pembelajaran (langkah-langkah pembelajaran,
aktivitas guru dan siswa yang diharapkan, pertimbangan karakteristik siswa,
perkiraan waktu) sebagai pedoman bagi guru mengorganisasikan
pembelajaran di kelas
7) Mampu menetapkan alat penilaian yang efektif dalam penilaian poses dan
hasil pembelajaran
8) Mampu merancang alternatif tindakan dalam mengatasi masalah-masalah
pembelajaran

Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran harus memperhatikan


karakteristik peserta didik terhadap materi standar yang dijadikan bahan kajian.
Adapun beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran, sebagai berikut :
1) Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
harus jelas, makin konkrit kompetensi makin mudah diamati
2) Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta
dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran untuk pembentukan
kompetensi peserta didik
3) Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang
akan dicapai
4) Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan
menyeluruh, serta jelas pencapaiannya

41
42

5) Pengembangan RPP harus berbasis standar kelulusan dan kebutuhan


stakeholder
6) Harus ada kordinasi antar komponen pelaksana program disekolah,
terutama apabila pembelajaran dilakukan secata tim

Guru profesional harus mampu mengembangkan RPP yang baik, logis dan
sistematis. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan guru memiliki
makna yang cukup mendalam bukan hanya kegiatan rutintas untuk memenuhi
kelengkapan administratif, tetapi merupakan cermin dari pandangan, sikap dan
keyakinan profesional guru mengenai apa yang terbaik untuk peserta didiknya.
NO Komponen RPP Indikator Penilaian RPP
1 Standar Kompetensi  Rumusan standar kompetensi mendeskripsikan
sehimpunan kompetensi yang minimal terkait
kecakapan diri, kecakapan berfikir, kecakapan sosial,
kecakapan akademik yang harus dicapai siswa.
 Standar kompetensi mengacu pada kurikulum
yang berlaku
2 Kompotensi Dasar  Ketepatan penjabaran standar kompetensi ke
dalam kompetensi dasar.
 Rumusan kompetensi dasar mendeskripsikan
proses dan unjuk kerja yang diharapakan

3 Indikator  Ketepatan penjabaran kompetensi dasar ke


dalam indikator
 Setiap indikator dapat diukur
 Banyak indikator dibandingkan waktu
pembelajaran yang tersedia
 Rumusan indikator mendeskripsikan proses
dan unjuk kerja untuk pencapaian bagian suatu
kecakapan
 Ketercapaian serangkaian indikator
menggambarkan ketercapaian kompetensi dasar yang
diinginkan

42
43

 Kesesuaian indikator dengan taraf


perkembangan siswa
4 Materi  Sahih : Materi yang kan disajikan benar-benar
telah teruji kebenaran dan keaktualannya
 Signifikan : Materi yang akan disajikan benar-
benar diperlukan dan penting bagi siswa untuk
mecapai kompetensi
 Kebermanfaatan : Secara akademis (diperlukan
untuk jenjang pendidikan lanjut) dan non akademis
 Kelayakan : Mempertimbangkan kesuitan dan
taraf berfikir siswa
 Interest: Menarik minat dan motivasi siswa
untuk mendorong pengembangan kemampuan
 Pengembangan: Menggunakan prinsip-prinsip
relevansi, konsistensi, dan edukatif

5 Model, strategi dan  Pola pembelajaran yang diterapkan


metode pembelajaran berorientasi pada proses dan student centered
learning
 Strategi dan metode pembelajaran mendukung
pengembangan kreaktivitas, pemecahan masalah
 Strategi dan metode pembelajaran mendukung
pemahaman berbagai konsep dan prinsip materi
 Strategi dan metode pembelajaran mendukung
pencapaian hasil belajar
6 Media dan sumber  Kesesuaian media sebagai alat bantu kerja
belajar mental dan dapat mengembangkan kretivitas siswa
 Merangsang pemahaman berbagai konsep dan
prinsip materi
 Menarik perhatian dan minat siswa
 Kesesuaian media dan sumber belajar untuk
pencapaian kompetensi
 Sederhana, mudah diperoleh dan digunakan

43
44

7 Skenario pembelajaran  Skenario pembelajaran menggambarkan


penerapan 6 komponen model yang dipilih (teori-teori
belajar, langkah-langkah pembelajaran, sistem sosial,
prinsip reaksi pengelolaan, sistem pendukung, dan
dampak instruksional dan pengiring)
 Kegiatan pembelajaran mendukung
ketercapaian indikator
 Skenario pembelajaran memuat kejalasan
petunjuk atau arahan pembelajaran
 Kegiatan guru dan siswa dirumuskan secara
jelas dan operasional
 Aktivitas guru dan siswa untuk tiap transisi
tahapan pembelajaran yang jelas
 Skenario pembelajaran memuat aktivitas guru
mengecek pemahaman siswa
8 Penilaian  Instrumen penilaian dikembangkan
berdasarkan kisi-kisi
 Penilaian hasil belajar siswa secara menyeluruh
mencakup kognitif, afektif dan psikomotor
 Kesesuaian butir penilaian dengan indikator
 Instrumen penilaian memiliki karakteristik
yang baik
9 Waktu  Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan
 Rincian dan rasionalitas waktu yang digunakan
untuk setiap tahapan pembelajaran

2. Mengembangkan Bahan Ajar dan Media dalam Pembelajaran


Keberadaan bahan ajar sekurang-kurangnya menempati tiga posisi penting,
yakni: pertama, sebagai representasi sajian guru; kedua, sebagai sarana pencapaian
standar kompotensi dan kompotensi dasar, dan ketiga, sebagai pengoptimalkan
pelayanan terhadap peserta didik.
Bahan ajar berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai standar
kompotensi dan kompotensi dasar. Karena itu, penyusunan bahan ajar seharusnya

44
45

berpedoman pada standar kompotensi (SK) dan kompotensi dasar (KD). Bahan ajar
juga merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta didik.
Dalam modul ini, bahan ajar diartikan sebagai materi pembelajaran yang harus
dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai standar kompotensi dan kompetensi
dasar.Cakupan bahan ajar setidaknya ada:
1. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
2. Kompotensi yang akan dicapai
3. Konten atau isi materi pembelajaran
4. Informasi penduduk
5. Latihan-latihan
6. Petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja
7. Evaluasi
8. Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi

Adapun perbedaan bahan ajar dengan teks


Bahan ajar :
 Menimbulkan minat baca
 Ditulis dan dirancang untuk siswa
 Menjelaskan tujuan instruksional
 Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel
 Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih
 Mengakomodasi kesulitan siswa
 Memberikan rangkuman
 Kepadatan berdasar kebutuhan siswa
 Dikemas untuk proses instruksional
 Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar

Buku teks :
 Mengasumsikan minat dari pembaca
 Ditulis untuk pembaca (guru,dosen)
 Dirancang untuk dipasarkan secara luas
 Disusun secara linear
 Struktur berdasar logika bidang ilmu

45
46

 Belum tentu memberikan latihan


 Belum tentu memberikan rangkuman
 Gaya penulisan naratif tetapi tidak komunikatif
 Sangat padat
 Tidak mengantisipasi kesukaran belajar siswa

Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip


pembelajaran berikut:
a) Mulai dan yang mudah untuk memahami yang sulit, dan yang konkret untuk
memahami yang abstrak
b) Pengulangan akan memperkuat pemahaman dalam pembelajaran,
pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep
Bentuk bahan ajar berupa :
 Bahan cetak seperti : handout, buku, modul, LKS dll
 Audio visual seperti : Video atau film, VCD
 Audio seperti : radio, kaset, CD audio
 Visual saja
 Multimedia

Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah
memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam
rangka membantu siswa dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi.
Berkenaan dengan pemilihan bahan ajar ini, secara umum masalah dimaksud
meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian
perlakuan terhadap materi pembelajaran
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui
kriteria bahan ajar. Secara lengkap langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompotensi dan
kompetensi dasar
b. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
c. Memilih materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar

46
47

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin pesat dan


kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme pembelajaran berbasis TI menjadi
terelakkan lagi. Dengan kemajuan TIK yang sangat pesat ini, maka kita selaku guru
fisika seharusnya mempersiapkan diri agar jangan tertinggal dengan guru-guru lain
yang ada di Indonesia maupun luar negeri. Beberapa perguruan tinggi
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran elektronik sebagai suplemen terhada
materi yang disajikan secara reguler di kelas. Selaku guru fisika SMA, peserta PLPG
dapat memanfaatkan situs-situs pembelajaran elektronik ini sebagai sumber untuk
mengembangkan bahan ajar.
Penggunaan Web sebagai alat bantu komunikasi dan pembelajaran telah
dilakukan di berbagai perguruan tinggi dan menggangapnya sebagai satu kewajiban
dan kebutuhan. Perkembangan penggunaan web dalam pembelajaran telah
mendorong pengaturan peralatan komputer sebagai alat bantu belajar yang disebut
dengan computer managed learning(CML). Model pembelajaran menggunakan CML
menguntungkan karena kepada mahasiswa maupun guru SMA yakni mahasiswa
maupun guru fisika diberikan kebebasan untuk mendapatkan berbagai jenis sumber
belajar yang tersedia sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
Biasanya bahan ajar yang disediakan dalam pengajaran berbasis web terdiri atas
modul yang dilengkapi dengan instruksi penggunaannya. Pembelajaran berbasis web
biasanya dilengkapi dengan berbagai jenis software yang dapat diakses dan
didownload oleh mahasiswa atau guru sehingga materi kuliah yang diperlukan dapat
diakses sendiri. Model pembelajaran berbasis web juga menyediakan bahan evaluasi
berupa bank soal dan berbagai variasi, sederhana dan mudah dilaksanakan dan hasil
penilaian cepat diperoleh.
Suatu medium adalah perantara pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam
kaitanya dengan pengajaran pembelajaran, media adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Media
dari bahasa latin “medium” antara. Media berarti sesuatu yang dapat membantu
penyampaian pesan dan informasi dari sumber pesan kepada penerima pesan.
Menurut Jerold Kemp (1986) karakteristik media adalah berkemampuan dan
menyajikan gambar, Memiliki faktor ukuran, mempunyai faktor warna, mempunyai

47
48

faktor gerak, mempunyai faktor bahasa, mempunyai faktor keterkaitan antara


gambar dan suara.
Keuntungan menggunakan media dalam pembelajaran: informasi yang
dikomunikasikan menjadi lebih standar, Penyajian informasi dapat dibuat menjadi
lebih menarik, kualitas penerima informasi menjadi lebih baik, memungkinkan
terjadinya proses belajar individual
Dalam pembelajaran fisika, penentuan media apa yang cocok digunakan untuk
pembelajaran fisika bergantung pada model pembelajaran yang digunakan untuk
mencapai kompetensi. Media dikembangkan berdasarkan prinsip Visual sebagai
berikut :
V ISIBLE : Mudah dilihat
I NTERESTING : Menarik
S IMPLE : Sederhana
U SEFUL : isinya berguna/bermanfaat
A CCURATE : Benar (dapat dipertanggungjawabkan)
L EGITIMATE : Masuk akal
S TRUCTURED : Terstruktur/tersusun dengan baik
Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut :
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti:
1. Objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film
bingkai, film atau model
2. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film
atau gambar
3. Gerak yang terlalu lambat
4. Kejadian yang terjadi di masa lalu bisa di tampilkan lagi lewat rekaman
film, video
5. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram
6. Konsep-konsep yang terlalu luas

Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat maka bisa mengatasi sikap
pasif peserta didik. Media pendidikan berguna untuk :
a. Menimbulkan kegairahan belajar

48
49

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan


lingkungan dan kenyataan
c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan
minatnya

Menurut Rustaman, media pembelajaran berdasarkan jenisnya dapat


dikelompokkan sebagai berikut :
a. Media asli hidup, seperti akuarium dengan ikan dan tumbuhannya
b. Media asli mati, misalnya herbarium, taksdermi, awetan dalam botol
c. Media asli benda tak hidup, contoh: berbagai contoh batuan mineral
d. Media asli tiruan: model irisan bagian dalam bumi
e. Media grafis, misalnya; bagan, diagram, grafik , poster dll
f. Media dengar, misalnya: program radio, program mp3
g. Media pandang dengar, misalnya: vcd, televisi, slide suara, program
h. Media proyeksi, terdiri dari proyeksi diam
i. Media cetak, misalnya: buku, koran, majalah dan komik

Media visual yang tidak diproyeksikan dapat langsung dipandang tanpa bantuan
proyektor atau layar. Beberapa keunggulannya antara lain: mampu menjadikan
konsep abstrak menjdi lebih konkrit, mudah diperoleh, relatif murah. Beberapa
keterbatasannya: karena merupakan gambar dua dimensi , maka diperlukan
sederetan gambar dari sisi yang berbeda untuk menampilkan dimensi ketiga,
diperlukan gambar yang sederhana. Yang termasuk dalam kategori media visual yang
tidak diproyeksikan ini adalah :
 Benda sebenarnya. Media ini seharusnya menjadi bagian utama dalam
pembelajaran kontestual
 Gambar diam, misalnya hasil lukisan
 Ilustrasi, yakni gambar yang menyertai teks agar lebih jelas
 Karikatur, yakni gambar yang disederhanakan dan biasanya berisi
sindiran
 Sketsa, gambar sederhana yang melukiskan bagian pokok
 Poster, kombinasi unsur-unsur visual seperti garis, gambar
 Gambar, gambaran dari sesuatu yang dilukiskan dengan garis

49
50

 Grafik, yakni gambaran data statistik yang saling berhubungan

Media visual yang diproyeksikan dapat digunakan dalam kegiatan belajar


mengajar, apabila telah diproyeksikan pada layar proyektor. Beberapa jenis yang
digunakan dalam pengajaran yaitu: LCD, OHT, slide projector, proyektor film rangkai
Ada enam jenis kemampuan memahami media dan sumber belajar yaitu :
 Kemampuan mengenal, memilih, dan menggunakan media dan sumber
belajar
 Kemampuan menggunakan dan mengelola lab dalam proses belajar
mengajar
 Kemampuan membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana
 Kemampuan mengembangkan lab
 Kemampuan menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
 Kemampuan menggunakan micro-teaching unit dalam program
pengalaman lapangan
3. Pelaksanaan Pembelajaran Yang Efektif untuk Pencapaian Kompetensi
Pelaksanaan pembelajaran yang efektif untuk pencapaian kompetensi adalah
pelaksanaan semua kegiatan yang telah dirancangpada RPP dan hasilnya adalah
tercapainya kompetensi. Pada pelaksanaan pembelajaran yang efektif untuk
pencapaian kompetensi, aspek yang harus dapat diamati paling tidak adalah :
I. Pra Pembelajaran
1. Memeriksa kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran
2. Memeriksa kesiapan siswa
II. Membuka Pembelajaran
1. Melakukan kegiatan apersepsi
2. Mengkomunikasikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana
kegiatan
III. Kegiatan Inti Pembelajaran Berdasarkan Pengimplementasian Model
Pembelajaran untuk Pencapaian Kompetensi
1. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam penggunaan
model pembelajaran yang dipilih untuk pencapaian kompetensi

50
51

2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan yang sesuai


dengan penggunaan model pembelajaran yang dipilih untuk pencapaian
kompetensi
3. Menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk pencapaian
kompetensi
IV. Pemanfaatkan Media Pembelajaran/Sumber belajar
1. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media
2. Menghasilkan pesan yang menarik
3. Menggunakan media secara efektif dan efesien
4. Melibakan siswa dalam pemanfaatan media
5. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan sumber belajar
V. Pembelajaran yang memicudab Memelihara keterlibatan siswa
1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajara
2. Merespon positif partisipasi siswa
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan sumber belajar
4. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
5. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif
6. Menumbuhkan motivasi dan antusiasme siswa dalam belajar
VI. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Melakukan penilaian awal
2. Memantau kemajuan belajar
3. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi dan tujuan
pembelajaran
VII. Penutup
A. Refleksi dan rangkuman pembelajaran
1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa
2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa
B. Pelaksanaan Tindak Lanjut
1. Memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedi
2. Memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bagian pengayaan

51
52

Diharapkan dengan munculnya indikator-indikator diatas dalam pemnamatan,


maka kompetensi melaksanakan pembelajaran yang efektif untuk pencapaian
kompetensi dapat tercapai.
Teknik penilaian untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan
dengan teknik observasi dengan menggunakan instrumen pada lampiran. Instrumen
tersebut dapat digunakan peserta PLPG untuk mengevaluasi pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan peserta PLPG lainnya baik untuk mengevaluasi
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan peserta PLPG dalam peer teaching atau
pada pembelajaran sesungguhnya dalam melatihkan model-model pembelajaran
dalam modul ini nantinya setelah mengajar kembali.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku


Model pembelajaran menurut buku utama adalah rencana atau pola
penerapan pendekatan, strategi, dan metode yang sudah terangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh berdasarkan landasan teori tertentu. Sedangkan menurut buku
pembanding I, menurut (Joyce et al., 1992: 24) model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran
yang mencakup sumber belajar, subjek pembelajar, lingkungan belajar dan
kurikulum. Pada buku pembanding II tidak menjelaskan pengertian tentang model
pembelajaran. Berdasarkan dua pendapat diatas dapat disimpulkan model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola pengajaran yang disusun secara
sistematis dengan memperhatikan suatu landasan teori tertentu yang mencakup
sumber belajar dan lingkungan belajar.

52
53

Pada buku utama pelaksanaan model pembelajaran CL (Cooperative


Learning), struktur tugas belajar secara kooperatif memerlukan kerja sama peserta
didik dalam kelompok-kelompok kecil. Efek pembelajaran model CL adalah
pencapaian kompetensi berupa hasil belajar akademik, penerimaan keagamaan, dan
keterampilan sosial. Landasan teoritik model pembelajaran CL adalah: perilaku
kooperatif yang dipandang Dewey dan Thelen sebagi pondasi demokrasi, dan sekolah
dilihat sebagai labiratorium untuk mengembangkan perilaku demokratis; teori
tentang kontak antar etnis yang terjadi pada kondisi status sama yang diperlukan
untuk mereduksi prasangka ras dan etnis; teori tentang belajar berdasar pengalaman
dimana individu terlibat secara personal dalam pembelajaran yang menyediakan
dukungan teoritik untuk belajar kooperatif, serta hasil penelitian tentang efek model
pembelajaran CL yang menunjukkan bahwa model CL menghasilkan keuntungan
akademik dan sosial.
Ada beberapa variasi untuk model pembelajaran CL ini. Beberapa pendekatan
yang seharusnya menjadi bagian repertoar guru pemula adalah sebagai berikut.
1. Student Teams Achievement Divisions (STAD).
2. Group Investigation.
3. Pendekatan Struktural.
4. Think-pair-share
5. Numbered heads together.
Menurut buku pembanding pertama, Pembelajaran kooperatif adalah salah
satu bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda. Beberapa ciri pembelajaran kooperatif adalah;
(a) setiap siswa memiliki peran; (b) terjadi hubungan interaksi langsung di anrara
siswa; (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman-teman sekelompoknya; (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-
keterampilan interpersonal kelompok; (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok
saat diperlukan. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mancapai
setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Miller (2002: 56),
yaitu (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap perbedaan individu, (3)
pengembangan keterampilan sosial.

53
54

Pada pembelajaran kooperatif walaupun prinsip dasar pembelajaran


kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat
pendekatan pembelajaran kooperatif yaitu :
1. Student Teams Achievement Division (STAD)
Guru yang menggunakan STAD juga mengacu kepada belajar kelompok siswa
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan
presentasi verbal atau teks.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok
Pendapat ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit
darsainsda pendekatan yang lebih terpusat pada guru. Dalam penerapan investigasi
kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota lima
atau enam siswa yang heterogen.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Pendekatan Struktural
Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
Sedangkan pada buku pembanding kedua, Pembelajaran kooperatif dipandang
mampu menbentuk komunikasi yang baik antara guru dan murid. Kelompok
kooperatif memang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta mendatangkan
keuntungan lain bagi murid. Penerapan kelompok kooperatif akan mendatangkan
keuntungan apabila interaksi antarmurid berlangsung secara intensif. Sebaliknya,
ketika para anggota kelompok jarang berinteraksi, maka kualitas kelompok pun
menjadi rendah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat menggunakan
pembelajaran kooperatif yaitu :
1. Pengaturan Ruangan
Hendaknya, guru mengatur tempat duduk sebaik mungkin daripada meminta
murid untuk berpindah posisi duduk setiap kelas selesai digunakan.
2. Prosedur Bicara dan Bergerak

54
55

Sering kali, guru merasakan kesulitan yang cukup serius saat hendak
menerapkan metode pembelajaran kelompok. Dalam menghadapi situasi tersebut,
guru dapat mendatangi satu kelompok dan berbicara secara perlahan agar kelompok
lain tidak terganggu dengan instruksi yang disampaikan. Mulai gerakan memberikan
kode, cara tersebut diharapkan tidak mengganggu kelompok lain saat guru memberi
peringatan untuk diam. Guru harus menjaga suara serta gerakan saat memberi
peringatan kepada murid atau kelompok yang menjadi sumber kegaduhan.
3. Tanda Perhatian Kelompok
Tanda paling efisien yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian
seluruh murid ialah memberikan respons secara terang-terangan. Hal tersebut
berguna untuk menginterupsi hal-hal apa pun yang dikerjakan para murid hingga
menyebabkan kegaduhan.
4. Mendorong Interpendensi di Dalam Kelompok
Interpendensi atau hubungan saling ketergantungan secara positif terjadi
ketika kinerja individual ditingkatkan oleh para anggota kelompok dalam rangka
menghasilkan produk bersama sebagai kesatuan kerja. Selain meningkatkan kinerja,
interpendensi berguna membangun soliditas kelompok serta membantu
menciptakan aturan kelompok yang mendukung pembelajaran.
5. Pertanggungjawaban Individu
Melatih tanggung jawab individu dalam konteks pekerjaan kelompok dapat
dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, memberikan instruksi yang
mengharuskan setiap murid mengerjakan tugas secara serius. Kedua, meminta daftar
anggota kelompok serta mencantumkan peran murid secara individu. Ketiga,
meminta murid mencatat setiap proses yang ditempuh dalam menyelesaikan tugas
kelompok.
Dalam melakukan pengawasan, guru mengetahui keadaan fisik secara
menyeluruh, baik itu berhubungan dengan tingkah laku murid maupun situasi yang
sedang terjadi. Hal itu tentu dapat memudahkan guru untuk berkomunikasi dengan
muridnya. Namun, dalam melakukan pengawasan, guru harus mengembangkan
perilaku dan dapat meningkatkan daya kreasi murid. Sebaliknya, guru harus
menghindari perilaku pengawasan yang merusak suasana lingkungan pembelajaran.
Hal yang tidak kalah penting ialah respons guru saat menemukan perilaku murid.

55
56

Dari beberapa pendapat diatas mengenai model pembelajaran baik itu dari
pengertian maupun yang lainnya dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang membentuk suatu komunikasi
yang baik antara guru dan murid. Efek pembelajaran model kooperatif adalah
pencapaian kompetensi berupa hasil belajar akademik, penerimaan keagamaan, dan
keterampilan sosial. Landasan teoritik model pembelajaran kooperatif adalah
perilaku kooperatif yang dipandang Dewey dan Thelen sebagi pondasi demokrasi,
dan sekolah dilihat sebagai labiratorium untuk mengembangkan perilaku demokratis.
Dalam model pembelajaran ini, guru sangat berperan penting dalam suatu kelas salah
satunya adalah mengelola atau mengatur ruangan kelas. pada saat proses belajar
mengajar berlangsung, seorang guru yang mnggunakan model pembelajaran
kooperatif ini dapat menciptakan kelas yang kondusif, dan murid bebas untuk
mengemukakan pendapat di depan kelas dengan baik. Selain itu, dalam proses
pembelajaran kooperatif guru juga melatih tanggung jawab individu dalam konteks
pekerjaan kelompok.

B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku


1. Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku yang direview adalah buku
yang saya rivew dengan judul Strategi Belajar Mengajar oleh penulis
Dr.Sondang R.Manurung,M.Pd. ini cukup menarik terlihat dari cover berwarna
kuning (dari depan dan belakang buku) garis-garis merah dengan judul besar
serta ilustrasi cover yang cukup menarik minat pembaca untuk melihatnya, serta
ukuran buku yang tidak terlalu tebal terlihat dari jumlah halamannya sekitar 168
halaman sehingga pembaca tidak keburu untuk langsung malas dalam membaca
buku ini karna proporsi luarnya yang tidak membosankan.
2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font adalah
Strategi Belajar Mengajar oleh penulis Dr.Sondang R.Manurung,M.Pd. ini sudah
sangat bagus karena sudah memenuhi kaidah penyusunan buku internasional,
terlihat dari layout yang sudah rapi serta tata letak yang tidak membuat pembaca
kebingungan.pada penulisan setiap pembahasan didalam buku ini juga penulis
buat secara terstruktur begitu pula pemilihan font atau jenis huruf dalam setiap
kata didalam buku ini yang tidak membuat pembaca bosan.

56
57

3. Dari aspek isi buku, sudah sangatlah bagus tetapi meskipun begitu tidak bisa
dipungkiri dari setiap pengerjaan tidak ada yang sempurna, masih banyak
kekurangan baik dari segi , tata bahasa penggunaan huruf, kalimat yang salah dan
sebagainya masih kurang sempurna didalam buku ini,dan untuk lebih lengkapnya
dapat pembaca lihat pada bagian Pembahasan Point A.
4. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut adalah Strategi Belajar Mengajar oleh
penulis Dr.Sondang R.Manurung,M.Pd. ini sudah sangat bagus karena sudah
menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan KBBI dan kaidah EYD sehingga
dengan begitu pembahasan setiap materi didalam buku ini mudah dipahami oleh
semua masyarakat dari tingkatan dan kalangan yang berbeda-berbeda.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Buku karangan Dr.Sondang R. Manurung,M.Pd. yang berjudul Strategi Belajar
Mengajar ini sangat bermanfaat bagi pembaca. Didalam buku tersebut menjelaskan
tentang strategi belajar mengajar dengan jelas dan rinci. Dilihat dari segi bahasa
menggunakan bahsa baku yang mudah dipahami walaupun terdapat beberapa kata
istilah yang kurang dimengerti pembaca. Dengan penjelasan yang rinci, setelah
membaca buku ini pembaca mendapatkan banyak informasi dan dapat juga
menambah atau memperluas wawasan. Selain itu buku ini memiliki kekurangan,
dengan penjelasan yang lengkap kekurangan tersebut hampir tidak terlihat.

B. Rekomendasi
Adapun yang menjadi Rekomendasi dalam penulisan Critical Book Riview
(CBR) ini adalah sebagai berikut:

57
58

1.      Bagi reviewer : untuk Hendaknya memberikan komentar dan saran maupun
kritik yang membangun guna menyempunakan pembuatan Critical Book Riview
(CBR) berikutnya
2.      Bagi penulis : dapat sebagai rujukan untuk memperbaiki isi jurnal dalam
pencetakan selanjutnya, untuk memberitahukan kepada penulis apa yang
menjadi kekurangan dalam jurnal tersebut dan apa yang sebaiknya penulis
lakukan terhadap isi jurnal tersebut.
3.      Bagi pembaca : sebagai penambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang
tahap strategi belajar mengajar alangkah baiknya diberikan suatu masukan
yang membangun guna penyempurnaan serta perbaikan yang harus dilakukan
dimasa dewasa ini, dan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
dimasa yang akan datang dalam pembuatan Critical Book Riview (CBR) yang
baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Fatonah,Siti.dkk. 2014.Pembelajaran Sains.Yogyakarta.Penerbit Ombak


Manurung,Sondang R.Strategi Belajar Mengajar Fisika.Medan:UNIMED
Setyanto,N.Ardi.2017.InteraksidanKomunikasiEfektifBelajarMengajar.Yogyakarta.DIV
APress

58
59

59

Anda mungkin juga menyukai