Anda di halaman 1dari 84

SISTEM ORGAN TUBUH TERNAK

PENYUSUN
SARI KUSUMOWATI, S.Pt
NIP. 197803162009042003

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG


DINAS PENDIDIKAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD)
SMK NEGERI 1 PUJON
Jl. Brigjen Abd Manan Wijaya 14 Pujon Malang 65391
 (0341)590355 email: smknpujon@yahoo.co.id
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Modul manual SMK Agribisnis Ternak Ruminansia dengan judul “Sistem Organ Tubuh
Ternak” telah diperiksa dan dinyatakan isi/judul modul telah sesuai dengan kurikulum KTSP
SMK Edisi 2006.

Demikian keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pujon, 14 Juli 2020


Mengetahui dan Menyetujui
Kepala SMK Negeri 1 Pujon,

Hari Suprayitno, S.d, M.M


NIP. 19671002 199101 1 003
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat-
Nya, kami dapat menyusun modul “SISTEM ORGAN TUBUH TERNAK” berdasarkan kurikulum
yang berlaku.
Modul ini kami sajikan dengan tujuan agar siswa dapat mengembangkan diri sesuai
dengan bidang keahlian Agribisnis Ternak Ruminansia sehingga nantinya siswa dapat
menguasai ilmu yang disajikan, baik secara teori maupun praktek. Dalam setiap standar
kompetensi kami sajikan materi pembelajaran, tugas-tugas individu atau kelompok serta
evaluasi yang dijadikan sebagai tolak ukur kemampuan siswa.
Harapan kami dengan modul ini, siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
sesuai dengan standar isi dan standar kelulusan serta mampu mengembangkan pola pikir
yang selalu kreatif, inovatif dan mandiri.
Kami ucapkan terima kasih terhadap rekan-rekan guru SMK Negeri 1 Pujon dan
narasumber lain yang telah memberikan perhatian dan kontribusi demi kesempurnaan edisi
berikutnya. Semoga modul ini bermanfaat bagi peserta didik khusunya program keahlian
Agribisnis Ternak Ruminansia dan masyarakat pada umumnya.

Pujon, 14 Juli 2020


Penulis,

Sari Kusumowati, S.Pt


NIP. 197803162009042003
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.................................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Deskripsi..................................................................................................................1
B. Prasyarat................................................................................................................. 1
C. Petunjuk Penggunaan Modul.................................................................................1
D. Tujuan Akhir............................................................................................................2
BAB II. PEMBELAJARAN.......................................................................................................3
A. Kegiatan Pembelajaran...........................................................................................3
1. Kegiatan Belajar 1 : Sistem Pencernaan Ternak...............................................3
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran...................................................................3
b. Uraian Materi .............................................................................................3
c. Tugas 1........................................................................................................23
d. Tes Formatif 1.............................................................................................24
e. Kunci Jawaban 1..........................................................................................24
f. Lembar Kerja 1............................................................................................25
2. Kegiatan Belajar 2 : Sistem Reproduksi dan Urinaria Ternak...........................26
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran...................................................................26
b. Uraian Materi 2...........................................................................................26
c. Tugas 2........................................................................................................52
d. Tes Formatif 2.............................................................................................52
e. Kunci Jawaban 2..........................................................................................52
f. Lembar Kerja 2............................................................................................52
3. Kegiatan Belajar 3 : Bagian Tubuh Ternak........................................................53
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran....................................................................53
b. Uraian Materi 3............................................................................................53
c. Tugas 3..........................................................................................................69
d. Tes Formatif 3...............................................................................................70
e. Kunci Jawaban 3...........................................................................................71
f. Lembar Kerja 3..............................................................................................71
BAB III. EVALUASI................................................................................................................73
A. Tes Tulis...................................................................................................................73
B. Tes Praktik...............................................................................................................75
BAB IV. PENUTUP................................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................78
BAB I.
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI
Modul ini membahas tentang beberapa hal penting tentang Sistem organ tubuh
ternak pada program keahlian Agribisnis Ternak Ruminansia. Ruang lingkup materi yang
dipelajari dalam modul ini adalah :
1. Sistem pencernaan ternak
2. Sistem Reproduksi dan urinaria ternak
3. Bagian tubuh ternak
Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar. Kegiatan belajar 1 membahas tentang
sistem pencernaan ternak. Kegiatan belajar 2 membahas tentang sistem reproduksi dan
urinaria ternak Kegiatan belajar 3 membahas tentang bagian tubuh ternak.
B. PRASYARAT
Untuk mempelajari modul ini sebagai prasyarat Siswa telah mempelajari materi
dasar kompetensi kejuruan agribisnis ternak ruminansia
C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Pelajari modul dengan cermat dan teliti.
2. Kerjakan tugas dan soal yang terdapat pada akhir materi, sesuaikan jawaban dengan
kunci soal yang disediakan secara terpisah, cek kemampuan sampai sejauh mana
yang telah kalian miliki.
3. Apabila dari soal dalam cek kemampuan telah dikerjakan dengan 70% terjawab
dengan benar, maka siswa dapat langsung menuju Evaluasi untuk mengerjakan soal-
soal tersebut, jika < 70% benar maka siswa harus mengikuti kegiatan pembelajaran
dalam modul.
4. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam penguasaan suatu
pekerjaan dengan membaca secara teliti, kemudian kerjakan soal-soal evaluasi
sebagai sarana latihan.
5. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan bilamana perlu
konsultasikan hasilnya dengan guru.
D. TUJUAN AKHIR
Setelah mempelajari materi dalam modul ini siswa diharapkan dapat :
1. Mendeskripsikan sistem pencernaan ternak
2. Mengidentifikasi sistem reproduksi dan urinaria ternak
3. Mengidentifikasi bagian tubuh ternak
BAB II
KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR 1 : Sistem Pencernaan Ternak
A. TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan sistem pencernaan pada ternak dengan tepat
2. Mengidentifikasi sistem pencernaan pada ternak
3. Membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dan non ruminansia
4. Menggambarkan dengan jelas sistem pencernaan ternak ruminansia
B. URAIAN MATERI
A. Sistem Pencernaan Ternak
Sel – jaringan – organ – sistem organ
 Organ adalah suatu bagian dari tubuh ternak/hewan yang terbentuk secara
sempurna dan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu.
 Sistem organ adalah suatu kelompok organ yang mempunyai kesamaan fungsi.
Sistem organ terdiri dari sistem rangka, sistem otot daging, sistem pencernaan,
sistem pernafasan, sistem sirkulasi, sistem syaraf, sistem urogenital dan sistem
khusus.
Sistem pencernaan (tractus digestivus) terdiri atas suatu tabung panjang tidak
teratur yang panjangnya mencapai 54 m yang terentang dari mulut sampai ke anus.
Secara umum, alat pencernaan berperan untuk melindungi tubuh dari infeksi mikroba,
menyalurkan makanan yang ditelan, melarutkan/merombak makanan melalui proses
pencernaan mekanis, hidrolitis/enzimatis dan fermentative (pada hewan tertentu) dan
menyerap zat makanan dan mengeluarkan bahan yang tidak dicerna.
Bagian – bagian dari sistem pencernaan adalah : mulut, esophagus, perut, usus
halus, usus besar, caecum,colon, rectum, anus serta glandula aksesori yang terdiri dari
glandula saliva, hati dan pankreas.
Pada mulut terdapat gigi, lidah dan saliva. Fungsi mulut adalah untuk
merenggut, menggunyah dan menambah air liur (salivasi); berperan dalam mekanisme
prehensik ( menggigit) dan sebagai senjata defensif dan ofensif. Pada proses merenggut
pakan dikumpulkan ke dalam mulut menggunakan lidah yang kuat yang akan menarik
pakan ke dalam mulut melalui delapan gigi incisi bawah dan mulut bagian atas yang
menyebabkan terjadinya proses pemotongan pakan. Regurgitasi adalah bolus makanan
yang masih kasar dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah ulang, biasanya
dilakukan ternak ruminansia sambil berbaring. Selama proses pengunyahan, saliva
dihasilkan untuk membantu proses pencernaan dan sebagai pelicin. Di dalam mulut
dihasilkan enzim pregastruc esterase (lipase) dan α- amilase terutama pada ternak
ruminansia muda. Gigi : gigi berfungsi untuk merenggut rumput (gigi seri), dan
mengunyah (gigi geraham)
Susunan gigi :
0 0 3 3
SAPI =2( I , C , P , M )=32
4 0 3 3
3 1 4 2
ANJING=2( I ,C , P , M )=42
3 1 4 3

2 1 4 3
BABI =2( I , C , P , M )=44
3 1 4 3

Lidah terdiri atas suatu masa otot yang tertutup oleh membarana mukosa. Sapi
menggunakan lidah sebagai organ prehensik (menggigit) serta untuk membantu proses
penggunyahan guna membentuk bolus makanan.
Esophagus (kerongkongan) merupakan saluran yang menghubungkan mulut
dengan perut. Saluran ini mudah melar dan jika pakan tidak dikunyah (partikel besar)
dapat menyebabkan tersedak.
 Gambar sistem pencernaan ternak ruminansia :
 Gambar anatomi mulut dan gigi ruminansia

Perut non ruminansia terletak di belakang sisi kiri dari diafragma. Diafragma
adalah suatu lembaran muskuler yang berbentuk kubah yang memisahkan rongga dada
dengan rongga perut. Dari arah eksterior, perut dibagi menjadi kardia, fundus, badan
dan pilorus. Kardia dan pilorus merupakan spinter yang mengendalikan laju makanan
menuju perut.
Perut ruminansia memiliki 4 bagian yaitu retikulum, rumen, omasum, dan abomasum.
 Gambar perut ruminansia :

Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang di dalamnya diselaputi


oleh membrana mukosa yang mengandung ‘intersekting ridge’ yang membagi
permukaan menyerupai sarang lebah. Lokasi retikulum persis berada di belakang
diafragma, dimana posisinya berlawanan dengan jantung, sehingga bila ada benda-
benda asing yang tertelan seperti kawat atau paku maka akan cenderung diam di
dalam retikulum dan dalam posisi yang baik untuk dapat mengganggu jantung.
Pakan yang telah dikunyah akan lewat kerongkongan dan masuk ke retikulum.
Volume retikulum pada sapi dewasa adalah 5-10% dari kapasitas perut. Di dalam
retikulum tidak ada sekresi enzim, tetapi terjadi pembentukan pakan membentuk 4-
6 sisi berbentuk sangkar lebah. Fungsi dari retikulum adalah membantu proses
regurgitasi, mengembalikan pakan ke mulut untuk pengunyahan dan pengeluaran
gas yang dihasilkan oleh rumen.
 Gambar retikulum

 Rumen berupa kantung muskular yang besar yang terentang dari diafragma menuju
ke pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal. Rumen merupakan
bagian terbesar dari perut kira-kira 75% dari kapasitas perut. Pada sapi dewasa
mampu menampung 125-150 kg bahan pakan. Pada rumen tidak ada sekresi enzim.
Rumen terdiri dari papila yang berfungsi memperluas permukaan rumen. Fungsi
rumen adalah: (1) tempat menampung pakan, (2) memperkecil ukuran pakan agar
enzim-enzim pada pencernaan selanjutnya dapat terjadi ,(3) memberikan
kesempatan mikroba melakukan fermentasi, karena temperatur, pH, pakan dan
kelembaban rumen merupakan kondisi ideal bagi mikroba untuk tumbuh dan
berkembang. Populasi bakteri dan protozoa sangat tergantung dari kualitas pakan
ternak.
 Gambar rumen

 Pencernaan pada retikulo rumen


- Pada pencernaan ruminansia, mikroba mempunyai 3 fungsi yaitu : mencerna
serat kasar dan karbohidrat, mensintesa protein, dan menghasilkan vitamin yang
larut dalam air.
- Nutrisi selulosa, hemiselulosa, dan pati dari pakan hijauan dicerna dalam rumen
melalui proses fermentasi.
- Bakteri memproduksi enzim selulase yang akan memecah karbohidrat menjadi
senyawa sederhana yaitu VFA (Volatil Fatty Acid). Komposisi VFA terdiri dari 65%
asetat, 20% propionate dan 15% butirat. Kandungan pakan hijauan yang tinggi
akan menghasilkan asam asetat yang merupakan prekursor lemak susu, sedang
komposisi pakan hijauan rendah dan konsentrat tinggi menghasilkan lebih
banyak propionate yang ideal untuk pembentukan lemak tubuh.
- Pati dicerna dalam rumen tetapi tingkat pencernaan tergantung kelarutan cairan
rumen. Karbohidrat yang mudah larut dalam rumen akan cepat diubah menjadi
VFA, pati yang tidak tercerna dalam rumen akan dicerna pada alat pencernaan
selanjutnya.
- Protein kasar dikelompokkan menjadi 3 fraksi yaitu :
a. Protein cepat dicerna
Protein cepat dicerna umumnya NPN (Non protein nitrogen) dan protein sejati.
Protein didegradasi menjadi asam amino dan amonia. Jika tersedia cukup energi,
bakteri akan mensintesa amonia menjadi protein mikroba. Kelebihan amonia
akan diserap dinding rumen ke dalam aliran darah, yang akan masuk ke dalam
ginjal untuk diubah menjadi urea dan akan dikeluarkan lewat kencing.
Penggunaan amoniak akan efisien jika tersedia suplai energi dari karbohidrat
sederhana. Karbohidrat akan memberikan struktur karbon yang akan disintesa
dengan nitrogen menjadi protein.
b. Protein lambat dicerna
Bagian protein yang lambat dicerna akan melepas lebih sedikit amonia. Bagian
terbesar protein akan lolos dari rumen dan akan dicerna oleh proses enzimatik
pada abomasum dan usus kecil. Protein tersebut dikenal sebagai bypass protein.

c. Bound protein
Bound (ikatan) protein yang tidak terdapat pada mikroba dan ternak. Protein ini
terdapat pada silase yang disimpan pada suhu panas, dan konsentrat yang
menerima panas berlebihan (overheating) pada proses pembuatannya. Panas
yang berlebihan menyebabkan protein terikat dengan lignin dan tidak tercerna.
Tujuan utama menyediakan protein pada ternak adalah menyediakan amonia
dalam jumlah yang cukup tinggi bagi mikroba untuk mensintesa protein serta
pertumbuhan mikroba, menyediakan protein yang dicerna pada usus halus.
 Fungsi lain dari mikroba rumen adalah mensintesa vitamin B komplek dan
vitamin K. Vitamin tersebut diperlukan oleh ternak untuk produksi daging dan
susu.
Omasum terdiri dari otot yang berbentuk daun yang berfungsi mengecilkan
partikel bahan pakan. Bahan pakan yang sudah dikunyah dan dipecah-pecah akan
masuk ke omasum melalui retikuloomasal. Volume omasum kira-kira 10 – 15% dari
total perut. Pada omasum tidak disekresikan enzim. Fungsi utama omasum adalah
menyerap air dan mengecilkan ukuran partikel pakan untuk memberikan luas
permukaan yang lebih besar agar memudahkan proses pencernaan enzimatik pada
abomasum dan usus halus.
 Gambar Omasum

Abomasum atau perut sejati merupakan suatu bagian glandula yang pertama
dari sistem pencernaan pada ruminansia. Abomasum terletak ventral dari omasum
dan terentang kaudal pada sisi kanan dari rumen. Pilorus ( bagian terminal dari
abomasum) merupakan suatu spinter (penebalan serabut otot halus sirkuler) pada
pertautan perut dan usus halus. Epitel abomasum berubah dari epitel squamosa
berstrata menjadi epitel kolumnar sederhana, yang dapat menghasilkan mukosa.
Mukosa yang menutupi epitel perut akan membantu mencegah cairan-cairan
pencernaan agar tidak mencerna sel-sel perut itu sendiri. Abomasum memiliki
kapasitas 13% dari kapasitas perut total. Dinding abomasum mensekresikan cairan
yang mengandung asam hidroklorik, enzim pepsin serta renin. Pepsin dapat
berfungsi pada kondisi yang sangat asam, asam hidroklorik berfungsi menurunkan
pH dari 6 ke pH 2,3 agar pepsin dapat berfungsi. Pepsin memecah protein menjadi
rangkaian sederhana yaitu peptida yang merupakan rantai pendek dari asam amino,
tetapi pepsin belum menghasilkan asam amino. Pencernaan peptida menjadi asam
amino terjadi pada usus halus.
 Gambar abomasum

Usus halus terbagi atas 3 bagian, yaitu :deodenum, jejenum, dan ileum. Pada
duodenum menempel kantong empedu dan kelenjar pankreas. Kantong empedu
adalah tempat untuk menyimpan garam empedu yang berasal dari hati. Digesta
setelah meninggalkan abomasum akan memasuki usus duodenum. Pada duodenum
disekresikan enzim dari pankreas, dinding usus dan bilus dari hati. Enzim tersebut
akan memecah nutrisi menjadi bentuk sederhana sehingga bisa diserap jejenum dan
ileum. Protein dan peptida didegradasi menjadi asam amino, sedangkan karbohidrat
didegradasi menjadi glukose dan gula sederhana. Garam empedu ditambahkan
untuk menyiapkan lemak dan VFA agar bisa dicerna. Dinding- dinding usus halus
berbentuk jari-jari kecil yang disebut vili, yang memperluas permukaan dan
meningkatkan penyerapan nutrisi. Jejenum terletak antara duodenum dan ileum.
Ileum merupakan bagian terakhir dari usus halus.
 Gambar sistem pencernaan ruminansia
Usus besar pada ruminansia terdiri dari sekum, kolon, dan rektum. Usus besar
memanjang dari usus kecil ke anus. Bagi ternak ruminansia, usus besar lebih banyak
berfungsi sebagai penampung bahan pakan yang tidak tercerna, penyerapan air, sekresi
mineral Ca dari darah dan fermentasi mikroba. Juga terjadi penyerapan vitamin yang larut
dalam air dari hasil fermentasi mikroba. Hasil metabolisme tubuh akan diangkut oleh darah
dan disekresikan pada usus besar. Pada usus besar tidak terjadi sekresi enzim pencernaan.
Bahan pakan dalam usus besar akan tinggal dalam waktu lama dan karena air diserap bahan
pakan menjadi keras. Sekum (usus buntu) terletak di antara usus halus dengan usus besar.
Kapasitas sekum 4-8 liter pada ternak dewasa. Rektum merupakan bagian ujung alat
pencernaan sebelum anus. Bahan pakan yang tidak tercerna akan lewat sebelum
dikeluarkan dari tubuh melalui anus. Feses terdiri dari sisa pakan , cairan yang disekresikan
saluran pencernaan dan sel-sel mati dari dinding saluran pencernaan dan mikroba.
Kelenjar saliva berperan menghasilkan air ludah. Air ludah tersusun atas cairan encer
(serous) dan lendir. Air ludah mengandung enzim amilase atau disebut juga ptyalin. Amilase
berperan mengubah pati (amilum) menjadi sakarida sederhana.
Kelenjar kardiak menghasilkan sedikit mukus. Mukus berfungsi melindungi sel-sel
epitel, sebagai barier terhadap pengaruh asam lambung.
Kelenjar fundik mengandung sel-sel khusus yang disebut sel-sel body chief, sel-sel
neck chief dam sel-sel parietal. Sel-sel body chief menghasilkan dan mensekresi prekursor
enzim yang disebut pepsinogen. Pada saat pepsinogen masuk ke lumen dan bercampur
dengan HCl, terbentuklah bentuk enzim yang aktif disebut pepsin. Pepsin kemudian bekerja
pada protein di dalam lambung, dan terjadilah degradasi menjadi peptide. Pada saat yang
sama, pepsin menimbulkan efek otokatalitik sehingga lebih banyak lagi pepsinogen yang
disekresikan, yang berarti juga semakin banyak pepsin yang terbentuk. Sel-sel chief adalah
sel-sel mukosa yang menyerupai sel-sel kelenjar kardiak dan sel-sel pilorik. Sel-sel parietal
menghasilkan HCl dan mensekresikannya ke dalam lambung. Asam klorida ini ada dalam
lambung semua jenis ternak, asam lambung ini berguna untuk mematikan bakteri yang
masuk bersama dengan makanan.
Kelenjar pankreass adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas tersusun atas lobus-lobus pankreas, setiap lobus terdiri dari lobus
pancreaticus yang dibatasi oleh jaringan ikat longgar, sel acinus membatasi lumen,
berbentuk piramid, inti di dasar sel, myoepithellocytus di luar acinus.

Pankreas dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :


1. Eksokrin yang tersusun oleh sel-sel pankreas yang berfungsi menghasilkan getah
pankreas yang mengandung enzim-enzim pencernaan.
2. Endokrin yang tersusun oleh sel-sel islet langerhans yang menghasilkan hormon
insulin dan glukagon.
Enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh acini pankreas adalah :
1. Protease pankreas, tripsinogen, dan khemotripsinogen
2. Amilase pankreas untuk memecah amilum menjadi polisakarida sederhana
menjadi disakarida
3. Lipase pankreas untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol
4. Bikarbonat (NaHO3) yang bersifat alakalis (basa) untuk menetralkan asam
lambung.
Pengaturan pengeluaran getah pankreas ke dalam usus dua belas jari (duodenum)
bermula dari makanan yang bersifat asam yang menuju ke duodenum, selanjutnya
merangsang pengeluaran hormon sekretin oleh dinding dalam duodenal. Sekretin
selanjutnya akan merangsang :
1. Acini pankreas untuk mensekresikan pengeluaran getah pankreas yang bersifat
alkalis (basa) untuk menetralkan asam lambung.
2. Pada saat yang sama sekretin merangsang pelepasan hormon pankreosimin dari
dinding dalam duodenum yang selanjutnya berperan merangsang pankreas untuk
mengeluarkan enzim pencernaan.
3. Merangsang sekresi bikarbonat.
4. Menghambat gerak lambung.
Sekresi empedu terjadi di dalam sel-sel hepatik di hati. Pada semua jenis
ternak, kecuali kuda, empedu disimpan di dalam kantung empedu (gallbladder).
Karena kuda tidak mempunyai kantung empedu, maka cairan empedu langsung
mengalir dari hati langsung ke duodenum melalui duktus empedu dan saluran-
saluran percabangannya. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan cairan
empedu dan mengentalkan sekresi dengan menambahkan mukus, dan bertindak
sebagai unsur pengatur mekanisme keseimbangan dalam penampungan agar
mencegah timbulnya tekanan yang berlebihan dalam duktus hepatik yang datang
dari hati. Cairan empedu adalah suatu cairan garam berwarna kuning kehijauan yang
mengandung kolesterol, fosfolipid lesitin, serta pigmen empedu. Garam-garam
empedu adalah unsur terpenting dari cairan empedu, karena berperan dalam
pencernaan dan penyerapan lemak. Empedu juga membantu dalam penyerapan
vitamin yang terlarut di dalam lemak, serta membantu kerja lipase pankreatik. Getah
atau cairan empedu mengandung pigmen empedu yang selanjutnya dikeluarkan
lewat feses dan urine. Karena mengandung garam empedu dapat mengemulsikan
lemak makanan. Garam empedu disintesis dari kolesterol dan asam amino. Garam
empedu berfungsi sebagai detergen untuk menurunkan tegangan permukaan
(surfaktan) butir lemak makanan. Pigmen empedu yaitu bilirubin dan biliverdin
berasal dari hemoglobin. Bilirubin selanjutnya diubah menjadi urobilinogen yang
dikeluarkan melalui feses dan urine. Hati mensekresikan empedu kurang lebih 200 –
1000 mkl perhari. Garam empedu terdiri atas air, elektrolit, lendir, garam empedu,
pigmen empedu, lesitin, fosfolipid, dan kolesterol. Zat-zat ini disekresikan daro
lobulus hati ke dalam pembuluh empedu, selanjutnya dialirkan ke dalam duodenum.
Pengaturan sekresi cairan empedu ke dalam duodenum bermula dari makanan yang
mengadung lemak menuju ke duodenum, selanjutnya merangsang pengeluaran
hormon kolesistokinin. Kolesistokinin selanjutnya merangsang kantung empedu
berkontraksi untuk mengeluarkan cairan empedu.
Hati bertindak selaku penyaring darah dan sebagai penyimpan nutrisi dalam
bentuk gula (glycogen) yang dibagikan ke dalam aliran darah sebagaimana diperlukan
oleh tubuh. Hati secara tidak langsung dihubungkan ke usus halus oleh saluran
empedu, berasal dari kandung empedu yang melekat ke bagian belakang hati. Empedu
adalah produk sampingan dari aktivitas hati dan cairan empedu dikeluarkan ke dalam
usus halus sewaktu memasuki proses pencernaan. Bila karena penyakit saluran
empedu menjadi tertutup, terjadi kondisi yang disebut joundice sehingga jaringan
tubuh menjadi kuning, ini dengan mudah dapat diamati dalam selaput putih mata
Hati merupakan organ yang memiliki beberapa fungsi sekaligus. Hati
memproduksi cairan empedu yang penting dalam ppencernaan. Hati memainkan
peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh
termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan racun.

B. Perbedaan sistem pencernaan ternak ruminansia dan non ruminansia


Pencernaan adalah proses merubah makanan/pakan dari bentuk yang kompleks menjadi
bentuk yang lebih sederhana agar dapat dicerna oleh makhluk hidup.
Sistem Pencernaan berdasarkan jenis ternak dibedakan menjadi 3 :
a. Sistem pencernaan monogastrik, contoh : ungags
b. Sistem pencernaan poligastrik, contoh sapi, domba, kambing
c. Sistem pencernaan monogastrik mamalia, contoh : kelinci, kuda, babo, anjing, kucing
System pencernaan dapat dikelompokkan berdasarkan :
a. Saluran makanan (anatomi)
b. Makanan sumber energy
System pencernaan berdasarkan alat pencernaan dikelompokkan menjadi :
Ruminansia : berlambung jamak ( rumen, reticulum, omasum dan abomasum)
Non ruminansia : berlambung tunggal/sederhana
Pencernaan Monogastrik Unggas
Anatomi dan Fungsi Saluran Pencernaan pada ungags (monogastrik)
1. Mulut/mouth/beak : break down feed (memecah pakan)
2. Esophagus: tube from mouth to stomach that is open at the mouth end (saluran dari
mulut sampai perut yang terbuka pada akhir mulut)
3. Crop: feed storage and moistening (tempat menyimpan dan membasahi pakan)
4. Proventiculus: glandular stomach ( HCl and gastric juices); enzymatic (perut kelenjar
berisi HCl dan getah lambung)
5. Gizzard: muscular stomach, mechanical breakdown (perut otot/muscular, pemecahan
secara mekanik)
6. Small intestine (usus halus):enzymatic digestion and absorption (pencernaan enzimatis
dan absorpsi/penyerapan)
Funcions of the small intestine : digestion of proteins, carbohydrates and fats,
absorption of the end products of digestion. (fungsi dari small intestine yaitu mencerna
protein, karbohidrat dan lemak, mengabsorpsi produk akhir dari pencernaan)
Enzymes in the small intestine (enzyme-enzime ada dalam usus halus)
7. Ceca: essentially non functioning in monogastrics
8. Large intestine:
- Bacterial activity
- Water absorption
- Waste storage
9. Cloaca: common chamber for GI and urinary tracts
10. Vent:- common exit for GI and urinary tracts

Gambar Saluran Pencernaan Ayam


Pencernaan Monogastrik mamalia

Anatomi dan Fungsi saluran pencernaan pada monogastrik mamalia


1. Mouth/mulut
- Gather and chew feed using tongue and teeth
- Salivary glands moisten feed to aid in swallowing
- Saliva begins the carbohydrate breakdown with salivary amylase
2. Esophagus
- Tube from mouth to stomach that is open at the mouth end
- Separated from stomach by the esophageal sphincter
3. Stomach/perut
- Muscular gland lined sac that receives ingesta from the esophagus and conducts
both physical and chemical digestion
- Primary secretions:
Pepsin – enzyme that digests protein
Hydrochlorides – acids that aid in protein digestion
4. Small intestine/usus halus
- Enzymatic digestion and absorption
- Functions of the small intestine: digestion of proteins, carbohydrates, and fats;
absorption of the end products of digestion
a. Duodenum : most digestion occurs here
b. Jejenum : some digestion and some absorption occur
c. Ileum: mostly absorption
- Bile : made in liver, stored in gall bladder, active in the small intestine, emulsifies
fat to aid in digestion
- Enzymes in the small intestine
5. Cecum
- Essentially non functioning in many monogastrics. Rabbits and horses have an
enlarged cecum that acts like a rumen and is involved with microbial digestion
(fermentation)
6. Large intestine/usus besar
- Bacterial activity
- Water absorption
- Waste storage

Gambar saluran pencernaan babi


Gambar saluran pencernaan kelinci

Pencernaan Ruminansia/poligastric

1. Anus
2. Rectum
3. Cecum
4. Colon
5. Duodenum
6. Rumen
7. Reticulum
8. Esophagus
9. Abomasum
10. Omasum
11. Small intestine

Ruminants are characterized by having stomach with four compartments.


Rumination : the regurgitation, rechewing and reswallowing of ingested food
Cud : mass of regurgitated ingesta; bolus
Process of rumination
1. Regurgitate bolus from rumen
2. Rechew and reinsalivate
3. Reswallow
4. Repeat with another bolus
Anatomi dan Fungsi saluran pencernaan pada ruminant :
1. Mouth
- Contains dental pad, teeth, tongue and saliva
- Saliva contains no salivary amylase
2. Esophagus
- Tube from mouth to stomach
- Tube from stomach to mouth
3. Rumen
- large fermentation vat; also called the paunch
- anaerobic
- temperature = 39 oC (103oF)
- saturated with gasses
- constant motion

4. Fuctions of Microorganism
- Digest roughages to make Volatile Fatty Acids
- Make protein
- Make vitamin K and B complex
(very similar to cecum of rabbit and horses)
The function of the rumen is to house microorganisms.
5. Reticulum
- Houses microorganisms
- Catches hardware (ingested by animal)
- Houses the opening to the omasum
6. Omasum
- Full of folded tissue
- Water absorption
7. Abomasum
- True stomach
- Pepsin
- HCl
8. Small intestine
- Enzymatic digestion and absorption
- Function of the small intestine : digestion of proteins, carbohydrates, and fats;
absorption of the end products of digestion
a. Duodenum
b. Jejenum
c. ileum
9. Cecum
- Some microbial fermentation
10. Large intestine
- Water absorption
- Waste storage

Gambar saluran pencernaan ruminansia/domba


C. Metabolisme dan Mekanisme system pencernaan ruminansia
Proses pencernaan melibatkan bekerjanya saluran pencernaan yang bekerja secara mekanis
dan kimiawi serta melibatkan hormone dan syaraf.
Mekanisme system pencernaan ruminansia :
1. GERAKAN LAMBUNG RUMINANSIA
Faktor yang mempengaruhi gerakan lambung : mekanis, kimiawi, mikrobiologis yang
berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme.
2. GERAKAN RUMEN RETIKULUM
- Makanan ditelan  kantung dorsal anterior  yang berat  masuk reticulum
ringan  bercampur dengan yang lebih berat  berkumpul dalam rumen secara
bertahap
- Sifat bolus (fisik) yang ditelan  bervariasi tergantung jenis makanan
- Hijauan  rumen  padat  bolus oval dan tidak teratur
 Bolus rumput kering (hay)  terapung
 Bolus konsentrat  di dasar rumen
- Pada sapi  makanan baik dan selalu tersedia  bercampur lumat
- Pada sapi  dipuasakan  terdapat cairan bebas diantara bahan makanan
- Agar bahan makanan terendam baik  air diperlukan untuk pembentukan saliva
3. FUNGSI GERAKAN RUMEN RETIKULUM
- Isi rumen bercampur rata
- Mikroorganisme bercampur rata  fermentasi merata
- Saliva menyebar keseluruh rumen
- Terapungnya zat-zat padat selama fermentasi terhalang
- Membantu pengangkutan dan perjalanan digesta dari rumen dan reticulum ke
abomasum
4. PENGATURAN GERAKAN RUMEN RETIKULUM
- Syaraf vagus
- Syaraf sympatis
Gerakan kuat  saat memamah biak
Pada bagian rumen ventral  digesta padat
Pada bagian reticulum  digesta kurang padat  butir-butir makanan lebih halus
5. EFISIENSI GERAKAN RUMEN RETIKULUM,
bergantung pada :
- Kondisi fisik isi rumen
- Cairan rumen
- Suspense mikroorganisme
- Partikel-partikel makanan  semakin besar  semakin lambat bercampur
- Kurang lebih 85% asam lemak terbang diabsorpsi melalui retikulorumen
Rumen reticulum berkontraksi :
- Pada saat makan : 79-100 x/jam
- Ruminasi : 55-80 x/jam
- Istirahat : 47-80 x/jam
Omasum :
- Menggiling partikel-partikel makanan
- Absorpsi air + Na dan K mencegah pH pada abomasum turun
- Absorpsi VFA ± 10%
Abomasum :
- Pencernaan  kimiawi
- Mikroorganisme yang masuk  dibunuh oleh asam lambung  dicerna
6. ABSORPSI DALAM RUMEN RETIKULUM
VFA (Volatile Fatty Acids)
- Penyerapan terjadi sebelum digesta masuk ke abomasum
- Konsentrasi VFA ± 7-10 kali lebih besar daripada abomasum butirat > propionate
> asetat
Asam Laktat
- Absorpsi asam laktat ± 1/10 kali VFA
- Kecil jika ada propionate
- Besar pada kondisi asam
Amonia (NH3)
- Diabsorpsi > ion ammonium
- Absorpsi pada pH : 6,5 > pada pH 4,5
- Keracunan urea lebih besar pada pH 6,5 - 7
Reticulum = perut jala
- Protein tinggi  langsung masuk ke reticulum karena mikroorganisme menjauh
pada rumen
- Makanan sudah diremastikasi dengan baik  masuk ke rutikulum
- Antara rumen –retikulum terdapat lipatan  mampu mengatur masuknya
makanan halus dan makanan kasar  kembali ke rumen (rumino retucularis)
Omasum = perut kitab
- Memilih bahan-bahan yang dapat langsung masuk abomasum
- Menyerap air, asam
Abomasum = perut kelenjar
- Fundus  membrane mukose
- Pylorik  sempit
- Fungsi : sama dengan phloriss pada monogastrik. Makanan belum dicerna di
rumen dicerna di abomasum
- Pencernaan bersifat :kimiawi
- Mucus, pepsin, HCl
Sulcus reticuli = oesophageal groove
- By pass dari rumen-retikulum omasum
- Penting pada hewan muda menyusu
- Pada hewan dewasa  menutup sulcus
Reticuli penting  pada saat pemberian obat agar tidak melewati rumen
- Missal ; pemberian antibiotika
7. RUMINASI
- Proses mengunyah kembali makanan
- Hewan muda  belum diberi hijauan  belum ruminasi
8. TAHAP RUMINASI
a. Regurgitasi
- Pengeluaran digesta dari rumen ke mulut
- Partikel kasar kontak dengan dinding rumen dan reticulum
- Dapat dirangsang  bagian dinding rumen dan reticulum digosok
- Reticulum kontraksi  digesta naik sampai cardia  cardia membuka  glottis
menutup dan oseophagus mengembang  tekanan negative pada oseophagus
- Bolus loncat ke oseophagus
- Timbul anti peristaltic  bolus masuk mulut
b. Remastikasi
- Pengunyahan kembali
- Bolus merangsang mulut  reflex mastikasi
- Proses lebih lama dari mastikasi
- Penambahan sekresi parotis dan saliva
c. Reglutisi
- Penelanan kembali
- Proses deglutisi
- Bolus ditelan kembali  tidak sebagian ke rumen dan reticulum
- Makanan halus  ke reticulum  kontraksi  sebagian ke omasum
9. Eruktasi (sendawa)
- Pengeluaran gas dari rumen melalui mulut
- Dalam rumen terbentuk gas CO2, methan (CH4) dan asam lemak
- Sebagian  diserap kembali
- Sebagian lagi  harus dibuang
- CO2 dan CH4  dibuang melalui proses eruktasi
10. Mekanisme eruktasi
- Kontraksi rumen bagian dorsal  kontraksi reticulum  cardia membuka
- Bila gas terlalu cepat terbentuk  rumen mengembang terjadi  ruminal
tympani (bloat)
- Bloat  distensi yang berlebihan atau mengembangan rumen dan reticulum
akibat timbulnya gas berlebih sewaktu fermentasi bahan makanan
- Bloat ada 2 macam :
a. Bloat primer
Kembung akibat makanan disebabkan oleh :
 Rumput terlalu muda
 Leguminosa terlalu cepat tumbuh
 Legume terlalu banyak
 Protein tanaman terlalu tinggi : 10 – 15%
 Terlalu banyak diberi makanan halus
 hereditas
b. Bloat sekunder
 Obstruksi (tersumbat)
 Stenosis (oesophagus menyempit)
 Hernia diafhragma
- Terjadinya bloat
 Gas terbentuk terlalu cepat
 Eruktasi kurang
 Anatomi rumen
 Gas bercampur dengan makanan (trouthy- bloat) dalam makanan terlalu
banyak
- Pertolongan : beri minyak kelapa
Bloat primer: pemberian minyak kelapa : 0,5-1 liter untuk sapi, 29-58 cc untuk
domba, dimasukkan dengan stomach tube; untuk sapi dengan trocar/tusuk
C. Pencegahan bloat : pembatasan grazing; pengaturan padang rumput; pemberian
antibiotika per oral, penisilin dan tilosin.
D. TUGAS 1
1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa
2. Diskusikan dengan kelompokmu materi tentang :
a. Sistem pencernaan ruminansia
b. Sistem pencernaan unggas
c. Sistem pencernaan kelinci
3. Presentasikan hasil diskusi di depan kelas !
4. Buat makalah secara berkelompok tentang materi yang telah didiskusikan dan
dipresentasikan
E. TES FORMATIF 1
1. Jelaskan pengertian dari organ !
2. Sebutkan fungsi dari gigi !
3. Sebutkan enzim yang dihasilkan oleh mulut!
4. Jelaskan pengertian dari regurgitasi !
5. Jelaskan tentang esophagus !
6. Gambarkan susunan gigi ruminansia !
7. Sebutkan fungsi dari reticulum !
8. Sebutkan fungsi dari rumen !
9. Jelaskan fungsi mikroba pada pencernaan retikulorumen !
10. Apa fungsi utama dari omasum?
F. KUNCI JAWABAN 1
1. Organ adalah suatu bagian dari tubuh ternak/hewan yang terbentuk secara
sempurna dan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu
2. Merenggut rumput (gigi seri) dan mengunyah (gigi geraham).
3. Amilase dan pregastruc esterase
4. Pengeluaran kembali bolus makanan yang masih kasar ke mulut untuk dikunyah
ulang biasanya dilakukan ternak ruminansia sambil berbaring
5. Esophagus adalah saluran yang menghubungkan mulut dengan perut. Saluran ini
mudah melar dan jika pakan tidak dikunyah (partikel besar) maka mudah tersedak.
6. 0 0 3 3
SAPI =2( I , C , P , M )=32
4 0 3 3
7. Membantu proses regurgitasi, mengembalikan pakan ke mulut untuk pengunyahan
dan pengeluaran gs yang dihasilkan oleh rumen
8. Tempat menampung pakan, memperkecil ukuran pakan, memberikan kesempatan
mikroba untuk melakukan fermentasi
9. Mencerna serat kasar dan karbohidrat, mensintesa protein, dan menghasilkan
vitamin yang larut dalam air
10. Menyerap air dan mengecilkan ukuran partikel pakan untuk memberikan luas
permukaan yang lebih besar agar mempermudah proses pencernaan seacara
enzimatis.
G. LEMBAR KERJA 1
1) Alat : buku, polpen, spidol, hp berkamera
2) Bahan : organ pencernaan ternak ruminansia kecil
3) Keselamatan Kerja : masker, baju kerja
4) Langkah Kerja :
a. Amati organ pencernaan ternak ruminansia
b. Identifikasikan organ pencernaan tersebut !
c. Ambil kertas yang berisi tulisan nama organ pencernaan, kemudian
temple/pasang pada bagian yang tepat
d. Catat hasil identifikasi yang telah diperoleh
e. Diskusikan bersama kelompok hasil kegiatan yang telah dilakukan
f. Buat laporan hasil kegiatan tersebut dalam bentuk laporan kegiatan.
KEGIATAN BELAJAR 2 : SISTEM REPRODUKSI TERNAK
A. TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, siswa diharapkan dapat :
 Menjelaskan sistem reproduksi dan urinaria pada ternak
 Mengidentifikasi sistem reproduksi dan urinaria pada ternak
 Membedakan sistem reproduksi dan urinaria pada ternak ruminansia dan non
ruminansia
 Menggambarkan sistem reproduksi dan urinaria pada ternak
B. URAIAN MATERI 2
ANATOMI SISTEM REPRODUKSI BETINA
Sistem reproduksi betina terdiri dari dua buah ovari, dua buah tuba uterin (falopii),
uterus, vagina, dan vulva. Ovari adalah organ primer (essensial) reproduksi pada betina.
Ovari bersifat endokrin atau sitogenik (menghasilkan sel), karena mampu menghasilkan
hormon yang akan diserap langsung ke dalam peredaran darah, dan juga ovum (jamaknya
ova) yang dapat dilepaskan dari kelenjar. Ovari merupakan sepasang kelenjar yang terdiri
dari ovari kanan yang terletak di belakang ginjal kanan dan ovari kiri yang terletak di
belakang ginjal kiri. Pada unggas, ovarium tidak sepasang tetapi hanya satu yaitu di bagian
kiri sedangkan di sebelah kanan mengalami rudimenter. Pada ternak hewan menyusui
maka jumlahnya adalah sepasang, yang letaknya dekat ginjal tepatnya di belakang ginjal
kanan dan kiri.
Besarnya ovarium bervariasi antar jenis ternak, hal ini tergantung dari jenis ternak,
umur, dan masa reproduksi. Bentuk ovarium pada kebanyakan spesies hewan hampir sama
yaitu seperti buah almond, tetapi ada beberapa ternak yang mempunyai bentuk ovarium
yang berbeda seperti pada ternak babi bentuk ovariumnya tampak dengan lobul-lobul
karena banyaknya folikel dan korpus luteum. Sedangkan pada kuda bentuknya mirip seperti
kacang karena adanya forsa ovarii. Perbedaan bentuk ovarium tersebut karena pada
dasarnya pada hewan dapat dibedakan dua sifat dalam melahirkan anak, yaitu hewan yang
bersifat polytocus melahirkan anak dalam jumlah banyak dalam satu kali kelahiran, seperti
babi, kucing, dan tikus, sehingga bentuknya seperti buah murbei. Sedangkan sifat yang
kedua adalah termasuk dalam golongan hewan monotokes maka bentuk ovariumnya bulat
panjang atau bundar.
Bentuk dan berat ovarium pada berbagai jenis ternak
No Jenis ternak Berat ovarium Bentuk ovarium
1 Kuda 70-90 gram Seperti kacang tanah
2 Sapi 11-18 gram Oval
3 Domba 2-3 gram Seperti buah almond
4 Babi 8-16 gram Seperti buah murbei
5 Anjing 3-12 gram Memanjang, menipis, oval
6 Kucing 3-12 gram Memanjang, menipis, oval

Bagian ovarium terdiri dari bagian medula atau bagian sentral merupakan bagian
yang berongga (vaskular). Sedangkan bagian luar atau korteks terdiri atas jaringan ikat
iregular yang padat. Lapisan luar dari korteks adalah kapsul jaringan ikat yang padat yaitu
tunika albugenia. Sedangkan lapisan yang paling luar merupakan lapisan tunggal dari epitel
germinal atau disebut primer.
Ada dua komponen yang amat penting yang terdapat di dalam ovarium yaitu folikel
dan korpus luteum. Kedua komponen ini memegang peranan penting dalam proses
reproduksi.
Folikel dalam pertumbuhannya mengalami empat tahap yaitu folikel primer yang
merupakan suatu sel besar, dimana dalam tiap folikel terdapat oosit yang dikelilingi oleh
suatu lapis tunggal dari sel-sel folikel, disebut membrana granulosa. Folikel primer ini terjadi
sejak ternak betina masih dalam kandungan. Letak folikel primer berada langsung di bawah
kulit ovarium atau tunika albugenia. Folikel sekunder letaknya agak jauh dari permukaan
ovarium. Sel-sel granulosanya lebih banyak, ovumnya dilapisi oleh pembungkus tipis yang
disebut membrana vitelina. Folikel tersier merupakan perkembangan dari folikel sekunder,
dimana granulosanua tampak lebih besar dan letaknya jauh dari korteks ovarium.
Pertumbuhan sel granulosa antara bagian luar dan bagian dalam tidak sama menyebabkan
terbentuknya rongga atau antrum-antrum yang semakin lama besarnya bertambah sehingga
membentuk menjadi satu antrum yang besar. Folikel de Graaf, ova di dalam folikel primer
semakin besar. Sel-sel folikel berganda menjadi beberapa lapis, hingga membentuk folikel
yang masak. Dalam folikel de graaf ini ovum terbungkus oleh masa sel yang masak disebut
cumulus oophorus menonjol ke dalam ruang antrum yang penuh dengan cairan folikel.
Cairan folikel ini mengandung hormon estrogen. Sel-sel granulosa yang membungkus ovum
disebut corona radiata. Folikel de Graaf setelah membentuk sejumlah cairan terus
membesar dan mendorong ke arah permukaan ovari.
Gambar ovarium

Tuba uterin (tuba falopii atau oviduk) adalah saluran yang menghubungkan antara
ovarium dengan uterus berupa saluran kecil yang panjang dan berkelok-kelok. Bagian
oviduk terdiri atas: infundibulum, ampula, dan bagian yang terakhir yang berhubungan
langsung dengan uterus disebut istmus infundibulum, merupakan bagian yang paling ujung
dari oviduk dan berbentuk seperti corong yang bibirnya tidak teratur dan berjumbai-jumbai.
Tetapi ada beberapa spesies yang bentuk infundibulum berbentuk seperti kapsul, bagian
ujung dari infundibulum membentuk fimbriae. Fimbriae mempunyai sifat ovotoxis artinya
bergerak ke arah adanya ovum. Bahkan ada yang berpendapat bahwa fimbriae ini dapat
mengusap-usap ovarium untuk mempercepat ovulasi, dapat mengambil ovum yang jatuh ke
ruang abdomen, bahkan fimbriae kiri dapat menangkap ovum yang diovulasikan dari
ovarium kanan dan sebaliknya.
Fungsi dari oviduk adalah :
a. Menerima telur yang diovulasikan ovarium
b. Menerima spermatozoa dari uterus
c. Mempertemukan sel ovum dengan spermatozoa
d. Menyalurkan sel ovum yang telah dibuahi (zygote) ke dalam uterus
e. Menyeleksi sperma. Bagian oviduk yang mempunyai konstruksi khusus, disebut
utero tubal junction (UTJ), mempunyai fungsi untuk menyeleksi sperma yang akan
masuk ke dalam tuba falopii dari uterus.
 Gambar saluran reproduksi ternak sapi betina
Uterus pada umumnya terdiri atas badan uterus atau corpus uteri, tanduk uterus
(cornua uteri) yang pada umumnya berbentuk lancip, dan cerviks atau leher uterus. Bentuk-
bentuk uterus pada beberapa jenis hewan adalah :

a. Uterus dupleks
Yaitu uterus yang mempunyai cerviks dua buah, corpus tidak ada dan kornuanya
terpisah satu dengan yang lainnya. Bentuk uterus ini terdapat pada tikus, mencit, kelinci
dan marmut.
b. Uterus bikornua
Yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan kornua uterinya sangat pendek.
Contohnya pada ternak babi.
c. Uterus bipartitus
Yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan kornua uteri cukup jelas dan panjang.
Contohnya pada sapi
d. Uterus simpleks
Yaitu uterus yang tidak mempunyai kornua uteri, corpus uterinya besar dan mempunyai
satu serviks. Contohnya terdapat pada bangsa primata.
Uterus mempunyai lapisan endometrium, yaitu lapisan yang merupakan dinding
lumen uterus dan terdiri atas epitel, lapisan kelenjar dan jaringan ikat. Uterus mempunyai
fungsi :
a. Pada saat estrus: yaitu kelenjar endometrium yang terdapat pada dinding uterus
menghasilkan cairan uterus yang diperlukan oleh spermatozoa untuk mendewasakan
dirinya (kapasitasi) semakin tinggi kemampuannya untuk membuahi ovum
b. Pada saat kopulasi, uterus akan berkontraksi agar mampu mengangkut spermatozoa
dari uterus ke tuba falopii
c. Pada waktu metestrus dan awal diestrus. Kelenjar-kelenjar endometrium mulai
berkembang dan tumbuh memanjang, menghasilkan cairan uterus yang merupakan
substrat yang cocok untuk pertumbuhan embrio muda.
d. Pada saat diestrus pada ternak yang tidak bunting, telur yang tidak dibuahi oleh sperma,
di dalam uterus akan diresorbsi oleh endometrium
e. Pada saat kebuntingan, uterus membesar secara perlahan-lahan sesuai dengan
pertumbuhan embrio.
f. Pada saat kelahiran, uterus akan melakukan kontraksi sedemikian kuat sehingga dapat
mengangkut fetus yang sedemikian berat untuk melampaui siimfisis pelvis dan keluar
dari badan.
g. Pada saat selesai partus/melahirkan, maka uterus akan mengalami pengecilan kembali
atau involusi.
Gambar uterus berbagai jenis ternak

Serviks (leher Rahim). Cerviks merupakan spincter otot polos yang kuat dan tertutup
rapat, kecuali pada saat estrus atau pada saat menjelang kelahiran. Cerviks terletak diantara
uterus dan vagina, merupakan pintu masuk ke dalam uterus karena dapat terbuka atau
tertutup yang sesuai dengan siklus birahi. Pada saat berahi, serviks agak mengendor
sehingga memungkinkan spermatozoa dapat masuk ke dalam uterus. Pada saat
kebuntingan, maka sel-sel goblet yang terdapat pada serviks akan memproduksi mucus
dalam jumlah yang besar agar dapat mencegah masuknya zat-zat yang membawa infeksi
dari vagina ke dalam uterus. Lumen serviks terbentuk dari beberapa gelang-gelang
penonjolan dari mucosa serviks yang dapat mengecil dengan kuat sekali. Fungsi serviks yang
utama adalah untuk menutup lumen uteri, agar tidak memberi kemungkinan untuk
masuknya jasad renik, baik mikroskopis maupun makroskopis. Oleh sebab itu, lumen serviks
selalu dalam keadaan tertutup, kecuali pada saat melahirkan dan pada saat berahi, lumen
serviks akan membuka sedikit sehingga spermatozoa dapat masuk.
Vagina adalah bagian saluran reproduksi yang terletak di dalam pelvis, diantara
cerviks dan vulva. Vagina terbagi atas bagian vestibulum yaitu bagian ke sebelah luar yang
berhubungan dengan vulva dan portio vaginalis cervics, yaitu bagian sebelah dalam serviks.
Pada ternak betina dara terdapat selaput tipis yang merupakan sekat atau batas antara
vestibulum vaginae dan portio vaginalis cervics, yang disebut hymen. Vagina berperan
sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopulasi.
Vulva (pudendum femininum) adalah bagian eksternal dari genetalia betina yang
terentang dari vagina sampai ke bagian yang paling luar. Pertautan antara vulva dengan
vagina ditandai oleh orifis uretral eksternal. Pada berbagai jenis ternak, bibir vulva
sederhana saja dan tidak terdiri atas labio mayor dan minor. Bagian paling bawah pada
vulva terdapat klitoris, merupakan organ yang asal-usul embrionalnya sama dengan penis
pada hewan jantan.
FISIOLOGI REPRODUKSI BETINA
1. Pubertas
- Pubertas adalah periode pada saat organ reproduksi untuk pertama kalinya mulai
berfungsi. Masak kelamin/dewasa kelamin berbeda antar spesies. Kuda betina
mencapai pubertas umur 2 tahun. Sapi mencapai pubertas pada umur 7-15 bulan.
Domba, babi, anjing mencapai pubertas pada umur 6 bulan.
- Perkembangan ovary berkaitan dengan masak kelamin/dewasa kelamin meliputi
oogenesis, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum. Peristiwa-peristiwa ini
mempengaruhi bagian-bagian lain dari system reproduksi sehingga menimbulkan
siklus estrus atau siklus birahi.
- Pubertas (kematangan alat kelamin/dewasa kelamin) terjadi akibat aktivitas dalam
ovarium (indung telur), umur pubertas pada sapi adalah antara 7-18 bulan, atau
dengan berat badan telah mencapai kurang lebih 75% dari berat dewasa. Kecepatan
tercapainya umur dewasa kelamin tergantung dari :
a. Jenis/bangsa sapi
b. Gizi
Bila jumlah dan kandungan gizi pakan kurang jumlah atau mutunya, maka dewasa
kelamin akan lebih lama dicapai, hal ini disebabkan berat badan yang kurang.
c. Cuaca
Di daerah tropis seperti di Indonesia, umur dewasa kelamin lebih cepat/muda.
d. Penyakit
Karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berat badan, apalagi bila
menyerang alat kelamin, maka kemungkinan besar umur dewasa kelamin lebih
lambat dicapai.
2. Oogenesis
- Masaknya sel kelamin betina hanya menghasilkan satu ovum (=ootid) dan 3 sel-sel
rudimenter yang disebut badan polar atau polosit.
- Pembelahan yang menghasilkan badan polar yang pertama (primer) bersifat meiotic,
artinya adalah suatu pembelahan reduksi dimana jumlah kromosom dikurangkan
menjadi separuh jumlah aslinya.
- Ovum kemudian mengalami pembelahan mitotic untuk memecah badan polar yang
kedua (sekunder).
- Badan polar primer dapat juga mengalami pembelahan secara mitosis atau amitosis
sebelum badan polar melakukan degenarasi. Pada kebanyakan hewan, badan polar
yang pertama dilepaskan di ovary, sedangkan yang kedua dilepaskan setelah ovulasi.
- Gambar proses fertilisasi

3. Ovulasi dan Pembentukan Korpus Luteum


- Dengan membesarnya folikel ovary, terutama oleh banyaknya junlah cairan yang
dihasilkan, tertekanlah tunika abbuginea ovary, dan menimbulkan penonjolan serta
penipisan permukaan ovary itu yang akhirnya pecah. Cairan folikel serta ovum
terlempar ke rongga peritoneal di sekitar infundibulum oviduk atau tuba uterin. Pada
kebanyakan hewan mamalia, ovulasi sangat berkaitan dengan birahi (heat, estrus)
karena absorpsi sejumlah besar estrogen ke dalam aliran darah terjadi sesaat sebelum
ovulasi.
- Kadang-kadang pada saat ovulasi, pembuluh darah yang kecil ikut pecah dan rongga
folikel terisi oleh gumpalan darah yang disebut korpus hemoragikum. Kemudian sel-sel
epitel selaput dalam pada rongga folikel yang kosong mulai berganda, di bawah
pengaruh hormone LH (luteinizing hormone) yang berasal dari lobus anterior kelenjar
pituitary, membentuk suatu korpus luteum atau disebut juga badan kuning.
- Apabila ovum tidak dibuahi, korpus luteum yang disebut korpus luteum estrus
mengalami regresi dan menghilang yang hanya meninggalkan puing-puing yang
disebut korpus albikans. Apabila terjadi pembuahan lalu kebuntingan, korpus luteum
itu akan terus bertahan sampai selama masa kebuntingan, sebagai korpus luteum
kebuntingan. Korpus luteum merupakan suatu kelenjar yang menghasilkan hormone
progesterone yaitu hormone yang esensial untuk mempertahankan kebuntingan.
- Kadang-kadang korpus luteum estrus tidah berhasil beregresi dan hewan yang
bersangkutan tidak birahi lagi sehingga seolah-olah telah menjadi bunting. Korpus
luteum semacam ini disebut retained corpus luteum dan merupakan salah satu
penyebab penting timbulnya infertilitas temporer pada sapi ;perah.
- Sterilitas dapat pula disebabkan oleh adanya sejumlah besar folikel yang berkembang
pada saat yang sama tanpa mengalami pemecahan atau regresi. Hal ini merupakan
keadaan sistik dari ovary. Hewan yang menderita sistik ovary dapat disebut
nimfomania karena pada keadaan birahi sepanjang waktu.
4. Siklus Estrus (siklus birahi)
Siklus birahi pada sapi betina yang normal biasanya berulan setiap 21 hari, dengan selang
antara 17-24 hari. Siklus birahi akan berhenti secara sementara pada keadaan-keadaan :
- Sebelum dewasa kelamin
- Selama kebuntingan
- Masa post partum
b. Ringkasan siklus estrus:
Siklus estrus dapat diringkas sebagai berikut :
- Proestrus
Waktu sebelum estrus. Tahap ini dapat terlihat, karena ditandai dengan sapi
terlihat gelisah dan kadang-kadang sapi betina tersebut menaiki sapi betina yang
lain. Lamanya 3 hari. Periode pemantapan, berupa pembesaran folikel,
penebalan dinding vagina, dan penaikan vaskularitas uterin
- Estrus
Periode birahi serta saat meningginya penerimaan seekor betina terhadap
pejantan. Pecahnya folikel ovary terjadi pada kebanyakan jenis ternak. Pada
tahap ini sapi betina siap untuk dikawinkan (baik secara alam maupun IB). ovulasi
terjadi 15 jam setelah estrus selesai. Lama periode ini pada sapi adalah 12-24
jam.
- Metestrus
Pembentukan korpus luteum, perubahan-perubahan terjadi pada dinding vagina
dan uterus. Waktu setelah estrus berakhir, folikel masak, kemudian terjadi
ovulasi diikuti dengan pertumbuhan/pembentukan korpus luteum (badan
kuning). Lama periode ini 3-5 hari.
- Diestrus
periode tak aktif yang singkat sebelum periode proestrus berikutnya selama
musim kawin pada hewan-hewan poliestrus. Waktu setelah metaestrus, korpus
luteum meningkat dan memproduksi hormone progesterone. Periode ini paling
lama berlangsungnya karena berhubungan dengan perkembangan dan
pematangan badan kuning (korpus luteum) yaitu 13 hari
Hal-hal yang dapat terjadi setelah metestrus:
1. Diestrus :.
2. Kebuntingan ; suatu periode kebuntingan
3. Kebuntingan semu (pseudopregnancy) : terjadi perubahan-perubahan yang
menyerupai kebuntingan, tetapi tidak ada embrio atau fetus
4. Anestrus : periode tak aktif yang panjang antara musim kawin
Hewan-hewan yang hanya memiliki satu siklus estrus tiap tahunnya disebut hewan-
hewan monoestrus, sedangkan yang memperlihatkan beberapa kali estrus disebut
hewan polyestrus. Periode siklus estrus yang berurutan dinamakan musim kawin
(breeding season) atau disebut juga musim kelamin (sexual season). Periode tak aktif
yang relative panjang antar musim kelamin pada beberapa jenis ternak disebut
anestrus, dan bukan merupakan bagian dari siklus kelamin. Periode anestrus pada
beberapa jenis hewan ditentukan oleh perubahan panjangnya hari yang akhirnya
mempengaruhi hipotalamus, kemudian mempengaruhi pelepasan hormone dari
hipofisis (kelenjar pituitary)
Fase siklus kelamin ada 2 :
- Fase estrogenic (fase folikular) : terdiri dari proestrus dan estrus
- Fase luteal : metestrus dan diestrus
Periode non breeding atau anestrus merupakan bagian terbesar dalam setahun pada
berbagai spesies hewan seperti pada domba. Kemudian diikuti oleh musim kawin
apabila terjadi satu atau lebih siklus estrus.
c. Siklus estrus pada kuda
- Pubertas : umur 10-24 bulan dengan rata-rata sekitar 18 bulan
- Panjang siklus estrus : 7-24 hari dengan rata-rata 21 atau 22 hari
- Lamanya estrus : 6 hari
- Saat kawin : fertilitas menaik selama estrus mencapai puncak dua hari sebelum
estrus, kemudian menurun mendadak. Kuda dengan periode birahi satu sampai 3
hari hendaknya dikawinkan pada hari pertama.
- Kuda dengan periode birahi yang lebih panjang hendaknya dikawinkan pada hari
ke tiga atau ke empat dan lagi 48 sampai 72 jam kemudian. Apabila periode itu
lebih lama dari 8 atau 10 hari, sebaiknya ditunggu sampai periode birahi
berikutnya. Kuda dengan periode birahi yang pendek dan teratur sepanjang
tahun dapat dikawinkan dan membawa hasil pada setiap saat.
d. Siklus estrus pada sapi
- Pubertas : sapi Holstein menunjukkan birahi pertama pada umur 37 minggu jika
nutrisinya baik, 49 minggu jika nutrisinya sedang, dan 72 minggu jika nutrisinya
rendah. Pubertas terjadi jika ukuran tubuh kurang lebih mencapai 2/3 ukuran
tubuh dewasa dalam ukuran tinggi dan panjang.
- Panjang siklus estrus : 21-22 hari untuk sapi-sapi dewasa
- Lamanya estrus : 12-24 jam rata-rata 18 jam
- Saat ovulasi : ovulasi normal kira-kira 10-15 jam setelah berakhirnya estrus
- Saat kawin : konsepsi dapat terjadi pada sapi yang dikawinkan mulai dari 34 jam
sebelum ovulasi sampai 14 jam setelah ovulasi.
- Untuk kepentingan inseminasi buatan, sapi-sapi yang Nampak birahi pagi hari
sebaiknya diinseminasi siang itu juga, dan sapi yang Nampak birahi sore,
hendaknya dikawinkan besok pagi hari.
- Pendarahan dari vulva sering terjadi pada spi satu sampai tiga hari setelah
berakhirnya estrus. Fenomena tersebut disebut pendarahan metestrus dan
apabila perkawinan dilakukan pada saat tersebut, konsepsi jarang bias
e. Siklus estrus pada domba
- Pubertas : 12 bulan
- Panjang siklus estrus : 16 ½ - 17 ½ hari.
- Lamanya estrus : 30 jam dengan kisaran 3 – 84 jam, tetapi kebanyakan domba
betina akan siap menerima pejantan selama periode 24 – 48 jam.
- Saat ovulasi : ovulasi terjadi dekat-dekat saat akhir estrus dua atau tiga ovulasi
dapat terjadi pada periode estrus yang sama.
- Saat kawin ; saat yang terbaik untuk mengawinkan domba betina adalah pada
pertengahan sampai akhir periode estrus.
f. Siklus estrus pada babi
- Pubertas : ± 11 bulan
- Panjang siklus estrus : rata-rata siklus estrus pada babi sekitar 21 hari, dengan
kisaran 11 sampai 41 hari. Kisaran yang dianggap normal adalah 18-24 hari
- Lamanya estrus : 15-96 jam. Dengan rata-rata 40-46 jam
- Saat ovulasi : ovulasi terjadi pada bagian berikutnya dari siklus yang
bersangkutan, kira-kira pada hari kedua dalam siklus. Pada tiap periode 10
sampai 25 ovum dilepaskan dengan jumlah rata-rata sebanyak 16,4
g. Siklus estrus pada anjing
- Pubertas : bangsa-bangsa yang lebih kecil mencapai pubertas pada 6-8 bulan
sedangkan bangsa besar 1 ½ - 2 tahun.
- Panjang siklus estrus : anjing akan mencapai musom kawin 2 x setahun dengan
antara selama 6 bulan diantara periode birahi, dengan interval rata-rata 7-8
bulan. Panjangnya anestrus bervariasi antara 4-8 bulan. Siklus estrus tidak
bervariasi dengan rata-rata proestrus 9 hari, metestrus antara 80-90 hari.
- Lamanya estrus : 5-19 hari
- Saat ovulasi: anjing ovulasinya terjadi secara spontan selama 3-4 hari yang
pertama dari estrus yang sejati
- Saat perkawinan : selama proestrus, vulva mengalami pembengkakan cukup
besar dan terjadi peningkatan aliran darah. Awal dari estrus dapat dengan jelas
dilihat dari ketersediaan hewan tersebut untuk menenerima pejantan. Pada saat
ini arus darah berkurang begitu pula turgiditas (pembengkakan) vulva berkurang.
Anjing betina memperlihatkan juga suatu posisi yang khas dengan pungggung
yang direntangkan, pangkal ekor diangkat dan ekor diangkat dan sering kali ke
satu arah saja. Anjing betina itu memperlihatkan posisi tersebut pada periode
akhir dari proestrus, tetapi masih belum ingin melakukan kopulasi sampai estrus
itu sendiri mulai terjadi. Perkawinan hendaknya terjadi dalam empat hari
pertama estrus. Bila hanya dapat berlangsung 2 x perkawinan, yang terbaik
adalah pada hari pertama di mana anjing mau menerima pejantan dan hari
ketiga estrus.
5. Hormon reproduksi betina
Hormone yang dihasilkan dalam ovary yaitu estrogen dari folikel dan progesterone dari
korpus luteum. Aktivitas sekretoris dari ovary berada di bawah control hormone
gonadotrofik dari adenofisis kelenjar pituitary dan kemudian dikontrol oleh hormone
ovary melalui suatu mekanisme umpan balik.
- Hormone estrogen
Estrogen adalah suatu kelompok senyawa yang berperan sebagai hormone kelamin
betina dan merangsang kelenjar-kelenjar kelamin asesoris betina. Kerja estrogen pada
organ kelamin asesoris umumnya dapat dikaitkan cukup erat dengan tingkah laku
estrus yang khas dari seekor hewan. Estrogen merangsang aktivitas muscular dari tuba
uterus dan menaikkan kepekaan organ-organ tersebut untuk kerja progesterone.
Perubahan yang terjadi pada uterus yang dirangsang oleh estrogen adalah penaikan
kadar air dalam sel, DNA, RNA, sintesis protein dan aktivitas enzim.
Epitel yang melapisi vagina dan vulva dirangsang oleh estrogen. Meningkatnya level
estrogen merupakan factor penting dalam perkembangan libido, dorongan seksual
yang berkaitan dengan penerimaan terhadap pejantan oleh betina yang sedang estrus.
Estrogen menaikkan kepekaan uterus bunting terhadap kerja oksitosin dari
neurohipofisis kelenjar pituitary.
Sifat-sifat kelamin sekunder yang berkaitan dengan penampilan kebetinaan
(ferminity), sebagian besar disebabkan oleh kerja estrogen. Pada ternak mamalia, sifat
kelamin betina sekunder berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan dari
duktus kelenjar mamari dan kerangka (skeleton) yang kurang massif serta perototan
yang lebih longgar daripada ternak jantan.
- Hormone progesterone
Progesterone dihasilkan oleh korpus luteum tetapi juga didapatkan di adrenal,
korteks, plasenta dan testes. Secara umum, progesterone bekerja pada jaringan yang
telah dipersiapkan oleh estrogen meskipun juga bekerja secara sinergistik (bersama-
sama dengan estrogen) dalam jumlah besar, progesterone dan estrogen kerjanya
dapat bersifat antagonistic.
Progesterone dikenal sebagai hormone kebuntingan karena menyebabkan penebalan
endometrium dan perkembangan kelenjar uterin mendahului terjadinya implantasi
dari ovum yang dibuahi.
Selama kebuntingan, progesterone menahan timbulnya ovulasi melalui inhibisi umpan
balik FSH dan LH dari adenohipofisis. FSH memegang peran utama dalam memasakkan
folikel, sedangkan LH berperan penting dalam ovulasi. Progesterone bekrja pada
kelenjar mamari yang sebelumnya telah dilakukan oleh estrogen. Progesterone juga
cenderung untuk menaikkan suhu tubuh dan pada manusia dijadikan petunjuk untuk
menentukan saat ovulasi.
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI JANTAN
 Sistem reproduksi ternak jantan terdiri atas :
a. Sepasang testis atau disebut gonad, buah zakar atau kelenjar kelamin utama.
b. Saluran reproduksi yang terdiri atas epididymis, vas deferens, ampula dan urethra.
Saluran ini dilengkapi dengan kelenjar accesories atau kelenjar tambahan dimana
kelenjar ini fungsinya untuk mengencekan sperma.
c. Alat kelamin bagian luar, yang terdiri atas penis yang dibungkus oleh preputium
dan scrotum.
 Gambar saluran reproduksi jantan

 Gonad (testis)
Testis merupakan bagian alat kelamin yang utama. Pada hewan mamalia terdiri dari
dua testis yang terbungkus di dalam scrotum. Scrotum ini akan memberikan
lingkungan yang lebih cocok dimana dalam scrotum dilengkapi dengan suatu
termoregulator yang dapat mengatur suhu scrotum tetap konstan yaitu selalu dalam
diperlukan suhu yang rendah.
Bentuk, ukuran atau berat serta letak testis tiap spesies hewan cukup bervariasi.
Namun pada umumnya bentuk testis adalah bulat panjang ke arah vertikal, dengan
struktur dasar testis terdiri atas beribu-ribu tubuli seminiferosa yang dikelilingi oleh
kapsul berserabut atau trobekula.
Lapisan-lapisan tenunan pembungkus testis apabila disayat secara melintang, maka
akan terlihat mulai dari luar ke dalam adalah :
a. Epidermis yaitu bagian kulit terluar
b. Korium yaitu berupa jaringan bagian kulit yang mengandung banyak urat darah
dan syaraf.
c. Tunika dartos yaitu suatu fascia pelindung yang juga mengandung unsur serabut
urat daging, jadi dapat berkontraksi.
d. Tenunan pengikat yang longgar.
e. Tunika vaginalis komunis (bagian dari peritoneum).
f. Rongga sempit yang merupakan bagian dari rongga perut yang menjulur ke
daerah inguinal yang merupakan suatu kantong dimana selanjutnya ditempati
oleh testis yang turun dari rongga perut sewaktu masih dalam perkembangan
embrio.
g. Tunika albugenia merupakan bagian dari pembungkus langsung pada
parenchyma testis. Tunika alnugenia ini banyak mengandung serabut-serabut
fascia yang licin dan mengkilat dan berwarna putih yang banyak mengandung
buluh syaraf.
h. Parenchyma testis, merupakan bagian yang paling utama atau inti, karena
bagian ini tempat pembuatan spermatozoa, tepatnya di tubuli seminiferi, sel-sel
interstitial, saluran-saluran cairan testis dan spermatozoa.
i. Mediastenum testis, merupakan bagian tengah dari testis dan merupakan
perluasan dari testis.
 Pembentukan spermatozoa diproduksi dalam suatu saluran yang sangat kecil dan
berkelok-kelok yang disebut tubulus spermaticus. Tubuli ini merupakan suatu
tubulus atau saluran yang kecil, panjang dan berkelok-kelok dan memenuhi seluruh
pembungkusnya yaitu lobulus. Lobulus berupa kantong kecil yang pada umumnya
berbentuk kerucut atau lancip, dimana pada ujung medialnya berbentuk lancip dan
ujung lateralnya lebar dan merupakan dasar dari kerucut tersebut.
 Dinding tubuli seminiferi terdiri atas sel-sel membran basal, ephitel benih, sel-sel
penunjang dan sel penghasil cairan testis. Tubuli seminiferi akan bermuara pada
ujung medialnya yang berbentuk kerucut dan langsung berhubungan dengan
retetestis.
 Epitel benih terdiri atas :
a. Sel benih atau spermatogonium
b. Spermatogonium akan mengalami proses pembelahan secara reduksi dan
mengalami perubahan bentuk yaitu daru bentuk pologonial menjadi sel yang
berekor.
c. Sel sertoli
Sel ini melekat pada membran basal, berbentuk panjang dan mempunyai
peranan dalam merawat spermatozoa yang masih muda. Di samping itu sel
sertoli menghasilkan hormon dan cairan testis.
 Spermatogonium terletak di atas membran basal dari tubuli seminiferi.
Spsermatogonium tersebut akan berkembang melalui pembelahan sel.
Spermatogonium akan membelah menjadi dua yaitu yang satu tetap berada dalam
membran sel, sedangkan yang kedua berubah menjadi spermatosit I (satu).
Kemudian akan membelah lagi menjadi spermatosit II dan berubah lagi menjadi
spermatif.
 Spermatid akan mengalami perubahan bentuk menjadi spermatozoa muda, yang
kemudian akan dirawat oleh sel-sel sertoli sampai protein goblet yang masih
berada dalam pangkal ekor menjadi kecil. Setelah itu, spermatozoa akan terlepas
dari sel sertoli dan terbawa oleh cairan testis dan segera masuk ke dalam lumen
tubuli seminiferi yaitu masuk ke dalam retetestis dan diteruskan ke bagian
mediastinum yang akhirnya spermatozoa yang belum dapat bergerak tersebut akan
berdesak-desakan untuk memasuki epididymis.
 Retetestis terletak diantara tubulus seminiferus dan duktus efferens yang
berhubungan dengan duktus epididymis, pada bagian kepala atau caput. Retetestis
ini terdiri dari saluran-saluran yang beranastomose dalam mediastinum testis.
Diantara lobuli terdapat sel-sel interstitial atau disebut juga sel Leydig. Sel ini
merupakan penghasil hormon androgen atau testosteron. Testosteron adalah
hormon yang berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan seksual dari pejantan.
Apabila sel leydig terganggu maka produksi testosteron akan terganggu pula.
Fungsi utama testis adalah penghasil sel benih jantan atau spermatozoa, fungsi
testis lain adalah penghasil hormon androgen.
 Epididymis
Epididymis merupakan suatu saluran yang bentuknya bulat dan panjang serta
berkelok-kelok yang menghubungkan vasa efferensia pada testis dengan ductus
deferens. Epidiymis terletak di atas testis dan melekat pada tunika albugenia.
Saluran epididymis dapat dibedakan menjadi :
a. Kepala epididymis (caput epididymis), bagian dari epididymis yang melekat
padabagian ujung testis dimana pembuluh-pembuluh darah dan syaraf masuk.
Bagian ini lebih besar daripada bagian yang lain.
b. Bagian badan atau leher (corpus epididymis) sadalah bagian yang sejajar dengan
aksis longitudinal dari testis. Ukurannya lebih kecil dibandingkan bagian kepala.
Bagian ini menjulur terus ke bawah sampai hampir melewati testis.
c. Bagian ekor (cauda epididymis) yaitu berupa jendolan di ujung bawah dari testis.
Bagian ekor ini terletak langsung di bawah korpus, yang mulai berbelok ke atas.
Saluran epididymis di bagian kepala terdapat dukruli eferens yang jumlahnya 12
sampai 15 buah, yang menampung spermatozoa dari retetestis. Jadi setelah
spermatozoa muda terlepas dari sel sertoli, kemudian masuk ke dalam lumen
tubuli seminiferus dan bergerak menuju ke epididymis setelah melewati duktus
eferens.
Duktus eferens dindingnya bersilia dan mempunyai sel-sel epitel yang
menghasilkan cairan. Dengan adanya cairan dan silia tersebut, maka spermatozoa
dapat terdorong dan bergerak mengarah ke badan epididymis.
Epididymis mempunyai fungsi beberapa macam diantaranya :
a. Epididymis merupakan tempat transportasi, dimana masa spermatozoa yang
dialirkan dari retetestis ke dalam duktus eferens dan akhirnya akan diangkut
ke dalam duktus deferens. Transportasi ini dapat dilakukan karena adanyan
gerakan silia dan gerakan peristaltik dari muskulatur pada dinding epididymis
pada saat pra ejakulasi.
b. Epididymis merupakan tempat untuk membuat konsentrasi sperma menjadi
sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena cairan testis yang menjadi medium
dari masa spermatozoa, airnya diserap oleh epitel dinding epididymis
sehingga sampai di ekor epididymis konsentrasi semen sangat tinggi.
c. Epididymis juga merupakan tempat untuk pemasakan atau pendewasaan bagi
spermatozoa. Pemasakan ini disebabkan karena adanya sekresi dari sel-sel
epitel di duktus epididymis.
d. Epididymis merupakan tempat untuk menimbun spermatozoa. Pada
epididymis bagian ekor, keadaannya sangat cocok untuk tempat penimbunan
bagi spermatozoa yang belum dapat bergerak, sehingga hampir 50% jumlah
spermatozoa terdapat dalam daerah tersebut.
 Duktus deferens
Duktus deferens atau vas deferens merupakan pipa yang berotot, terentang mulai
dari ekor epididymis sampai ke urethra. Dindingnya tebal mengandung serabut
urat-urat daging licin, sehingga pada saat ejakulasi dapat mendorong
spermatozoa dari epididymis ke duktus ejakulatoris yang terdapat dalam ampula.
Vas deferens akan memasuki ruang abdomen bersama-sama dengan pembuluh-
pembuluh darah dan syaraf yang ke testis dan bersatu menjadi satu kesatuan
yang disebut funiculus spermaticus. Vsd deferens dari kedua testis ini setelah
meninggalkan ekor epididymis akan bergerak melalui kanal inguinalis terus ke atas
dan sesampainya di atas fesica urinaria, akan terletak berjajar dan secara lambat
laun menjadi besar karena adanya kelenjar-kelenjar yang ada di dinding duktus
deferens, dan bagian ini disebut ampula. Ukuran ampula tidak panjang (pada sapi
sekitar 4 cm) dan setelah meninggalkan prostata, keduanya akan mengecil lagi.
 Skrotum
Kantong testis disebut scrotum. Scrotum merupakan suatu kulit yang bentuknya
seperti kantong yang ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis
yang dikandungnya. Kulit scrotum tipis dan tidak berambut. Susunan lapisan
scrotum dari paling luar adalah :
a. Epidermis : tidak memiliki rambut atau sedikit rambut.
b. Tunika dartos. Merupakan lapisan jaringan fibroelastik yang bercampur dengan
serabut otot polos. Serabut otot polos ini, pada saat cuaca dingin akan
berkontraksi dan membantu mempertahankan posisi terhadap dinding
abdominal dan pada saat panas akan mengendor dan menyebabkan testis
turun menjauhi ruang perut. Dengan demikian scrotum dapat mengatur
temperatur testis agar temperaturnya tetap dipertahankan 4 oC sampai 7oC
lebih rendah dari temperatur tubuh. Mekanisme dari sistem thermoregulator
ini karena adanya kerja dari dua muskulus yaitu muskuluskremaster eksterna,
muskuluskremaster interna dan tunika dartos.
c. Fasia superfisial merupakan lapisan tipis jaringan ikat.
d. Fasia bagian dalam yang terdiri atas tiga lapis yang sulit dipisahkan apabila
dilakukan pembedahan.
e. Tunika vaginalis komunis, yang merupakan lapisan luar penutup testis.
 Kelenjar pelengkap
Kelenjar pelengkap disebut juga kelenjar kelamin aksesoris. Kelenjar-kelenjar ini
akan menhasilkan sebagian besar dari bahan ejakulasi semen yang berperan
dalam transportasi semen, sebagai media yang cocok untuk makanan dan sebagai
buffer terhadap sifat keasaman yang berlebih pada saluran genital betina.
Kelenjar-kelenjar accesoris ini adalah :
a. Kelenjar vasikuler atau vesicula seminalis. Pada umumnya jumlah sepasang
dan terletak sebidang dengan ampula vas defferens. Kedua kelenjar tersebut
mengapit ampula. Sekresi dari kelenjar vesikuler akan bermuara dengan
duktus deferens. Kelenjar vesikuler pada sapi berbentuk lobus-lobus dengan
ukuran yang cukup besar, sekresi kelenjar vesikuler merupakan 50% dari
volume total satu ejakulasi yang normal.
b. Kelenjar prostat adalah kelenjar yang letaknya berada di bawah kelenjar
vesikuler, tepatnya mengelilingi pelvis urethra. Kelenjar ini bentuknya
berbeda-beda. Pada sapi berbentuk bulat dan lebih kecil dari kelenjar
vesikuler dan pada anjing dan kuda berbentuk seperti buah kenari. Kelenjar
prostat menghasilkan sekret yang bersifat alkalin yang memberikan bau yang
kharakteristik pada cairan semen.
c. Kelenjar bulbouretral (cowper’s). Kelenjar cowper’s merupakan sepasang dan
letaknya lebih ke belakang (caudal) dari kedua kelenjar tersebut, yaitu di
tempat tikungan dimana urethra membelok ke bawah sewaktu urethra mau
keluar dari ruang pelvis. Sekret dari kelenjar ini sangat berguna pada saat
sebelum kopulasi dimana sekresinya bersifat apokrine yang berfungsi untuk
membersihkan saluran urethra dari sisa-sisa urine dan kotoran.
 Penis dan preputium
Penis merupakan organ kopulasi pada hewan jantan, yang akan menyemprotkan
semen ke dalam alat reproduksi betina dan untuk lewatnya urine. Penis dapat
dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Gland penis yang dapat bergerak bebas
b. Badan
c. Bagian pangkal atau akar yang melekat pada ischial arch pada pelvis yang
tertutup oleh otot ischiocaver nosus.
Penis dilengkapi dengan dua macam perlengkapan yaitu musculus retraktor penis
yang dapat mengendor dan mengkerut. Corpus covernosum penis berfungsi untuk
menegangkan penis. Dalam keadaan non aktif, muskulus retractor penis akan
mengkerut, kemudian penis akan membentuk huruf S sehingga penis dapat
tersimpan dalam preputium.
Penis terbungkus oleh tunika albugenia yang berwarna putih. Bentuk penis ternak
pada umumnya sama yaitu bulat panjang. Pada sapi penis ini berrtipe fibroelastis
artinya selalu dalam keadaan agak kaku dan kenyal meskipun dalam keadaan
nonatif atau tidak ereksi.
Preputium merupakan lipatan kulit yang ada di sekitar ujung penis. Pada ternak-
ternak tertentu, preputium mempunyai bentuk yang agak khas, sebagai contoh
preputium pada kuda mempunyai lipatan rangkap, preputium pada babi
mempunyai divertikulum atau kantong di sebelah dorsal dari orificium preputial,
yang mempunyai fungsi untuk mengakumulasi urine sekret dan sel-sel mati.
 Gambar kelenjar asessori ternak jantan
 Gambar berbagai macam bentuk penis

FISIOLOGI REPRODUKSI JANTAN


1. Ereksi
Ereksi penis pada dasarnya merupakan peningkatan turgiditas (pembesaran) organ
yang disebabkan karena pemasukan darah lebih besar daripada pengeluaran yang
menghasilkan penambahan tekanan dalam penis. Ereksi pada ruminansia dan babi terutama
terjadi dengan meluruskan fleksura sigmoid. Walaupun turgiditas bertambah, panjang dan
diameternya tetap hamper sama dengan kondisi relaksasi sebab jumlah jaringan erektil yang
ada relative sedikit dibandingkan dengan jumlah jaringan pengikat
2. Ejakulasi
Ejakulasi adalah suatu gerak reflek yang mengosongkan epididymis, urethra dan
kelenjar-kelenjar kelamin asesori pada jantan. Kebanyakan reflex biasanya disebabkan oleh
rangsangan pada glans penis baik pada perkawinan sebenarnya atau oleh penggunaan
vagina buatan. Ejakulasi dapat juga ditimbulkan dengan cara maasase kelenjar-kelenjar
kelamin aksesori melalui rectum atau dengan menggunakan ejakulator listrik.
3. Hormon-hormon reproduksi jantan
Fungsi endokrin dari testis terutama adalah menghasilkan testosterone hormone
kelamin jantan yang dihasilkan oleh sel-sel interstitial ( sel-sel Leydig). Hormone seperti
testosterone yang berpengaruh terhadap sifat kejantanan disebut androgen. Testis adalah
sumber utama androgen. Testosterone memacu perkembangan dan fungsi kelenjar-kelenjar
aksesori yang menyebabkan berkembangnya karakteristik kelamin sekunder dan
mengontrol sekresi LH (Luteinizing hormone, ICSH = Interstitial Cell Stimulating hormone)
pada hewan jantan. Testosterone meningkatkan anabolisme protein, menyebabkan
bertambahnya berat tubuh dibandingkan dengan betona. Kerangka juga peka terhadap
testosterone, dengan tulang-tulang yang menjadi lebih besar dan lebih tebal
A. SISTEM URINARIA TERNAK
 Sistem urinaria terdiri dari dua buah ginjal, dua ureter, blader (kantung kencing) dan
uretra.
 Ginjal
Ginjal adalah organ yang menyaring plasma dan unsur-unsur plasma dari darah, dan
kemudian secara selektif menyerap kembali air dan unsur-unsur berguna yang kembali
dari filtrat, yang akhirnya mengeluarkan kelebihan dan produk buangan plasma.
Hampir semua jenis ternak memiliki ginjal berbentuk seperti kacang, kecuali sapi yang
ginjalnya memiliki lobul-lobul dan kuda dengan ginjal kanan menyerupai bentuk
jantung.
Ginjal terletak pada bagian dorsal dari rongga abdominal pada tiap sisi aorta dan vena
kava tepat pada posisi ventral terhadap beberapa vertebra lumbal yang pertama.
Unit struktur dan fungsi ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari glomerulus, kapsul
glomerulus (kapsul Bowman), tubulus konvolusi proksimal, loop Henle dan tubulus
konvolusi distal (yang bersambungan dengan tubulus pengumpul). Glomerulus
merupakan suatu tuft (tumpukan) dari kapiler-kapiler.
Kapsul glomerular (kapsul Bowman) merupakan suatu pengembangan ujung
buntu dari tubulus, yang mengalami evaginasi di sekitar glomerulus dan hampir
seluruhnya menyelimutinya. Lapisan visnal (dalam) dari kapsul glomerular mengelilingi
kapiler, dan lapisan parietal (luar) dari kapsul glomerular bersambungan dengan
tubulus konvolusi proksimal. Kompleks yang terdiri dari glomerulus serta lapis-lapis
luar dan dalam kapsul glomerular disebut korpuskel renal atau malpighi. Ruang yang
terdapat diantara lapis-lapis luar dan dalam kapsul glomerulus berhubungan dengan
lumen dari tubulus proksimal.
Tubulus konvulsi proksimal dapat secara langsung berhubungan dengan lapis
parietal dan kapsul mglomerulus, atau dapat terbentuk suatu leher pendek. Dalam
keadaan apapun, tubulus konvolusi proksimal merupakan bagian berliku-liku yang
paling panjang dari nefron. Bagian tersebut membentuk sebagian besar jaringan
korteks renalis. Tubulus proksimal menyerap sebagian besar zat-zat filtrat glomerulus
yang dibutuhkan oleh tubuh hewan, termasuk sebanyak kira-kira tujuh per delapan
jumlah natrium klorida dan air. Peristiwa ini dibantu oleh keadaan darah yang menjadi
semakin kental di mana kapiler-kapiler di sekitar tubulus menerima arteriol eferen
glomerulus. Disamping adanya rearbsorpsi selektif dari filtrat glomerulus, sel-sel dari
segmen proksimal dapat mensekresi hasil buangan dari dalam darah ke dalam cairan
yang melewati lumen tubulus.
Loop Henle terletak antara tubulus konvolusi proksimal dan tubulus
konvoluted distal. Loop ini merupakan saluran yang berbentuk huruf U yang bermula
dekat glomerulus sebagai lanjutan dari tubulus proksimal. Bagian yang menurun yang
dindingnya tipis terentang pada jarak yang bervariasi dari medula, dimana kemudian
akan kembali membelok naik dengan dinding yang menjadi tebal. Dinding yang tipis
diselimuti oleh sel-sel squamosa, sedangkan dinding yang tebal diseliputi oleh sel-sel
epitel kuboidal. Loop Henle ini umumnya mengandung darah yang paling kental,
dengan konsentrasi tertinggi terletak pada bagian terbawah loop itu yaitun dekat atau
di dalam medula, disebabkan oleh mekanisme arus berlawanan. Mekanisme tersebut
dimanfatkan oleh ginjal guna membuat filtrat glomerulus menjadi lebih kental
sehingga terbentuk urine yang bersifat hipertonis. Cairan ini akan mengalir mengikuti
urutan tubulus konvolusi proksimal, loop henle yang menurun, loop Henle yang naik,
tubulus konvolusi distal, dan akhirnya tubulus pengumpul.
Tubulus konvolusi distal lebih pendek dan berkelok-kelok di bandingkan
dengan tubulus proksimal. Tubulus distal ini merentang dari ujung loop Henle yang
naik ke tubulus pengumpul. Bagian awal dari tubulus pengumpul yang disebut tubulus
busur (arched) menuangkan cairan ke dalam tubulus pengumpul lurus yang terletak di
dalam bagian korteks ginjal. Tiap tubulus lurus tersebut menampung beberapa tubulus
busur sebelum masuk ke medula.
Fungsi ginjal :
a. ADH (anti diuretic hormon dari neuro hipofisis) dan aldosteron (hormon yang
mengkonversi ion Na dari zona glomerulosa adrenal) yang dalam keadaan
normalnya mempunyaim pengaruh besar pada ginjal. ADH bekerja pada duktus
pengumpul, aldosteron bekerja pada semua bagian tubulus . ADH meningkatkan
rearbsorpsi air, dan aldosteron meningkatkan rearbsorpsi ion natrium.
b. Secara langsung mengatur volume dan komposisi cairan ekstra seluler di dalam
tubuh dan secara tidak langsung mengontrol komposisi cairan intraseluler.
c. Mempertahankan konsentrasi ion-ion dalam cairan intraseluler di seluruh badan
d. Mengeluarkan alkali atau urine asam sejauh yang diperlukan
 Ureter
Ureter adalah suatu saluran muskular yang mengalirkan urine dari pelvis ginjal menuju
ke blader (kantung kencing). Masing-masing ureter bergerak ke arah kaudal dan
menumpahkan isinya ke blader, di dekat bagian leher yang disebut trigone.
 Blader
Blader merupakan organ muskular berongga yang ukuran dan posisinya bervariasi
tergantung pada jumlah urine yang ada di dalamnya. Blader berkontraksi yang kosong
merupakan struktur yang berdinding tebal, berbentuk seperti buah pear yang terletak
pada alas pelvis. Dengan terjadinya pengisian blader, dinding blader menjadi tipis dan
bagian terbesar blader itu akan terdesak ke arah kranial masuk ke rongga abdominal.
Peritoneum menutupi bagian kranial dari blader, tergantung pada penuhnya blader
itu. Bagian kaudalnya ditutupi oleh fasia pelvis.
 Uretra
C. Uretra pelvis terentang mulai dari blader sampai ke busur iskial (ischial arch). Pada
hewan jantan, uretra pelvis menerima masuknya duktus deferens dan duktus yang
berasal dari kelenjar kelamin aksesoris. Uretra pelvis dikelilingi oleh otot uretal seran
lintang yang berhubungan dengan otot bulbospongiosus yang menyelimuti sebagian
dari pars spongiosa di sekitar uretra penile. Sebuah pleksus vena membentuk jaringan
kavernosa diantara selaput epitel dan otot di sekitarnya. Mengelilingi uretra penile,
jaringan kavernosa berkembang sempurna dan disebut : korpus spongiosum penis
(korpus kavernosus uretra). Korpus tersebut bersambungan dengan korpus spongiosus
glandis (yang terdapat dalam glans penis) pada bagian kranial dan dengan bulbosa
penis (sebelumnya dinamakan bulba uretral) pada bagian kaudal bulbosa penis yang
terletak di antara akar-akar (krura) penis, menerima darah dari arteri bulba. Perlekatan
akar penis terhadap busur iskial disebut pizzel eye.
D. TUGAS 2
1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa
2. Diskusikan dengan kelompokmu materi tentang :
a. Sistem reproduksi ternak betina
b. Sistem reproduksi ternak jantan
c. Fisiologi reproduksi ternak betina
d. Fisiologi reproduksi ternak jantan
3. Presentasikan hasil diskusi di depan kelas !
4. Buat makalah secara berkelompok tentang materi yang telah didiskusikan dan
dipresentasikan
E. TES FORMATIF 2
1. Jelaskan fungsi dari oviduk !
2. Jelaskan fungsi dari uterus !
3. Sebutkan fungsi dari epididymis !
4. Sebutkan kelenjar pelengkap ternak jantan
5. Sebutkan fungsi dari ginjal !
F. KUNCI JAWABAN 2
1. Fungsi oviduk adalah :
a. Menerima telur yang diovulasikan ovarium
b. Menerima spermatozoa dari uterus
c. Mempertemukan sel ovum dengan spermatozoa
d. Menyalurkan sel ovum yang telah dibuahi (zygote) ke dalam uterus
e. Menyeleksi sperma
2. Fungsi dari uterus yaitu :
a. Menghasilkan cairan uterus pada saat estrus
b. Berkontraksi untuk mengangkut spermatozoa pada saat terjadi kopulasi
c. Termpat pertumbuhan embrio muda
3. Fungsi dari epididimis yaitu :
a. Tempat transportasi dimana masa spermatozoa yang dialirkan dari retetestis ke
dalam duktus eferns dan akhirnya akan diangkut ke dalam duktus deferens
b. Tempat untuk membuat konsentrasi sperma menjadi sangat tinggi
c. Tempat untuk pemasakan atau pendewasaan bagi spermatozoa
d. Tempat untuk menimbun spermatozoa
4. Kelenjar pelengkap ternak jantan yaitu :
a. Kelenjar vesikuler atau vesicula seminalis
b. Kelenjar prostat
c. Kelenjar bulbouretral (cowper’s) gland
5. Fungsi dari ginjal yaitu :
a. ADH dalam ginjal meningkatkan rearbsorpsi air dan aldosteron dalam ginjal
meningkatkan rearbsorbsi ion natrium
b. Mengatur volume dan komposisi cairan ekstra seluler di dalam tubuh dan secara
tidak langsung mengontrol komposisi cairan intraseluler
c. Mempertahankan konsentrasi ion-ion dalam cairan intraseluler di seluruh badan
d. Mengeluarkan alkali atau urine asam sejau yang diperlukan
G. LEMBAR KERJA 2
1. Alat : buku, polpen, spidol, hp berkamera
2. Bahan : charta sistem reproduksi ternak, organ sistem reproduksi ternak
3. Keselamatan Kerja : masker, baju kerja
4. Langkah Kerja :
a. Amati charta sistem reproduksi ternak dan organ sistem reproduksi ternak
b. Ambil label nama organ yang sudah disediakan kemudian pasangkan pada
organ/charta
c. Catat hasil pengamatanmu
d. Diskusikan bersama kelompok hasil kegiatan yang telah dilakukan
e. Buat laporan hasil kegiatan tersebut dalam bentuk laporan kegiatan
KEGIATAN BELAJAR 3 : BAGIAN TUBUH TERNAK
A. TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, siswa dapat :
 Menjelaskan dengan tepat struktur tubuh ternak
 Mengidentifikasi bagian-bagian tubuh ternak
 Menggambarkan dengan jelas bagian-bagian tubuh ternak
 Memberi nama dengan benar bagian-bagian tubuh ternak
B. URAIAN MATERI 3
STRUKTUR TUBUH TERNAK
Istilah – istilah :
1. Anatomi : adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur semua mikroorganisme
(makhluk hidup).
2. Fisiologi : adalah ilmu yang mempelajari fungsi tubuh secara lengkap dan fungsi
semua bagian-bagian tubuh (seperti sistem, organ, jaringan, sel dan komponen sel),
termasuk pula proses-proses biofisika maupun biokimia yang terjadi dalam tubuh.
3. Anatomi komparatif : mempelajari struktur beberapa spesies hewan terutama yang
menyangkut ciri-ciri khususnya, untuk membantu klasifikasi.
4. Embriologi : mempelajari perkembangan struktur tubuh, mencakup periode konsepsi
(proses fertilisasi dalam tubuh hewan betina) sampai lahir.
5. Histologi : cabang anatomi yang lain, yaitu yang mempelajari jaringan dan sel, serta
bagian-bagian yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop.
Deskripsi istilah:
Pola penunjuk seekor hewan tergantung pada hewan itu sendiri tanpa
memperhatikan posisi serta arah dari hewan tersebut. Untuk kepentingan tersebut,
digunakan bidang-bidang sebagai pola penunjuk lokasi bagian tubuh seekor hewan, yaitu
antara lain:
1. Kranial dan anterior adalah istilah untuk menunjukkan arah menuju kepala. Contoh :
bagian pundak terletak di sebelah kranial dari bagian pinggul, dengan demikian
bagian pundak letaknya lebih dekat dengan kepala daripada bagian pinggul.
2. Kaudal dan posterior berarti ke arah ekor. Contohnya : daerah pantat terdapat di
kaudal daerah pinggang.
3. Rostral dan kaudal adalah istilah yang digunakan di daerah kepala yang berarti ke
arah hidung (rostral) dan ke arah ekor (kaudal).
4. Bidang median merupakan bidang khayal yang melewati tubuh dengan arah
kroniokaudal, membagi tubuh menjadi bagian kanan dan kiri sama besar. Contoh :
karkas sapi dapat dibagi menjadi dua bagian oleh bidang median.
5. Bidang sagital merupakan bidang yang arahnya sejajar bidang median. Bidang
median kadang-kadang disebut bidang midsagital.
6. Bidang transversal merupakan bidang yang terletak tegak lurus bidang median dan
membagi tubuh hewan menjadi bagian kranial dan bagian kaudal. Penampang
lintang tubuh dapat dibuat dengan mengikuti arah bidang transversal. Contoh :
penampang badan seekor sapi perah merupakan bidang transversal yang melalui
daerah abdomennya.
7. Bidang frontal : mempunyai letak tegak lurus terhadap bidang median ataupun
bidang transversal. Bidang frontal membagi tubuh menjadi bagian dorsal (atas) dan
bagian ventral (bawah).
8. Medial merupakan kata sifat yang berarti berhubungan dengan atau ke arah bidang
median. Contoh : jantung terletak di sebelah medial paru-paru artinya lebih ke arah
bidang median daripada paru-paru.
9. Lateral adalah kebalikan dari medial : artinya menjauhi bidang median. Contoh ;
tulang rusuk terletak lateral dari paru-paru, artinya tulang rusuk letaknya lebih
menjauhi bidang median.
10. Dorsal merupakan istilah yang menunjukkan arah menuju atau ke arah tulang
belakang atau kolumna vertebralis. Contoh : ginjal terletak di sebelah dorsal usus,
jadi ginjal lebih dekat dengan kolumna vertebralis. Dorsum merupakan kata benda
yang berarti bagian dorsal atau punggung. Contoh : pelana diletakkan pada dorsum
kuda.
11. Ventral berarti menjauhi kolumna vertebralis atau arah dinding mid-abdominal.
Contoh : kelenjar susu terdapat di bagian ventral tubuh sapi, dengan demikian
terletak di bagian tubuh yang jauh dari kolumna vertebralis.
12. Profundal dan internal adalah istilah untuk menunjukkan daerah dekat pusat atau
pusat ekstremitas. Contoh humerus (tulang lengan atas) merupakan bagian profunda
dari keseluruhan struktur lengan.
13. Superfisial dan eksternal untuk menunjukkan daerah dekat kulit atau daerah
permukaan tubuh atau permukaan ekstremitas.. Contoh : rambut terletak paling
superfisial dibandingkan dengan semua struktur tubuh.
14. Proksimal berarti relatif lebih dekat dengan suatu bagian, biasanya kolumna
vertebralis, tubuh atau pusat benda. Proksimal biasanya digunakan untuk penunjuk
bagian-bagian ekstremitas atau sayap. Lutut terdapat di daerah proksimal
dibandingkan dengan telapak kaki.
15. Distal berarti relatif lebih jauh dari kolumna vertebralis. Telapak kuda terletak di
bagian distal bila dibandingkan dengan karpus maupun lutut.
16. Tambahan ad digunakan untuk menunjukkan arah gerakan atau menuju ke arah ,
misalnya dorsad, ventrad, kaudad, dan kraniad.
17. Palmar (volar) merupakan istilah untuk menunjukkan permukaan atau sisi kaudal
dari ekstremitas anterior bagian distal (daerah telapak tangan). Istilah dorsal jika
digunakan pada ekstremitas anterior berarti menunjukkan lawan dari palmar
(permukaan kranial)
18. Plantar adalah istilah yang menunjukkan permukaan kaudal ekstremitas posterior,
daerah di bawah matakaki, dan dorsal menunjukkan permukaan kranialnya.
19. Prone menunjukkan posisi yang mengarah ke dorsal atau ke arah bagian dorsum
tubuh atau permukaan dorsal ekstremitas. Pronasi menunjukkan arah gerak
memutar ke posisi prone.
20. Supine menunjukkan posisi yang mengarah ke ventral tubuh atau volar atau
permukaan plantar ekstremitas. Supinasi menunjukkan arah gerak memutar ke
posisi supine.
 Gambar beberapa bagian tubuh ternak sapi

 Gambar beberapa bagian tubuh kambing


 Gambar susunan tulang ternak sapi

Bidang anatomi adalah bidang yang melalui tubuh dalam posisi anatomi:
Bidang median: bidang yang membagi tepat tubuh menjadi bagian kanan dan kiri. Bidang
sagital: bidang yang membagi tubuh menjadi dua bagian dari titik tertentu (tidak membagi
tepat dua bagian). Bidang ini sejajar dengan bidang median. Bidang horizontal: bidang yang
terletak melintang melalui tubuh (bidang X-Y). Bidang ini membagi tubuh menjadi bagian
atas (superior) dan bawah (inferior). Bidang koronal: bidang vertikal yang melalui tubuh,
letaknya tegak lurus terhadap bidang median atau sagital. membagi tubuh menjadi bagian
depan (frontal) dan belakang (dorsal).
Istilah untuk perbandingan

Arah dan bidang anatomi pada seekor kanguru. Superior(=atas) atau kranial: lebih dekat
pada kepala. Contoh: Mulut terletak superior terhadap dagu. Inferior(=bawah) atau kaudal:
lebih dekat pada kaki. Contoh: Pusar terletak inferior terhadap payudara.
Anterior(=depan): lebih dekat ke depan. Contoh: Lambung terletak anterior terhadap limpa.
Posterior(=belakang): lebih dekat ke belakang. Contoh: Jatung terletak posterior terhadap
tulang rusuk. Superfisial: lebih dekat ke/di permukaan. Contoh: Otot kaki terletak superfisial
dari tulangnya. Profunda: lebih jauh dari permukaan. Contoh: Tulang hasta dan pengumpil
terletak lebih profunda dari otot lengan bawah. Medial(=dalam)): lebih dekat ke bidang
median. Contoh: Jari manis terletak medial terhadap jari jempol. Lateral(=luar): menjauhi
bidang median. Contoh: Telinga terletak lateral terhadap mata. Proksimal(=atas): lebih
dekat dengan batang tubuh atau pangkal. Contoh: Siku terletak proksimal terhadap telapak
tangan. Distal(=bawah): lebih jauh dari batang tubuh atau pangkal. Contoh: Pergelangan
tangan terletak distal terhadap siku.
Anatomi unggas/ayam
a. Kerangka ayam
Ayam memiliki tulang yang kuat dengan susunan partikel yang padat dan timbangan berat
yang ringan. Timbangan yang ringan tetapi berat ini memungkinkan bangsa burung memiliki
kemampuan untuk terbang atau berenang bagi unggas air. Tulang punggung di daerah leher
dan otot dapat digerakkan. Tulang punggung tersebut membentuk suatu susunan kaku yang
memberikan kekuatan terhadap tubuh yang cukup kuat untuk menopang gerakan dan
aktivitas sayap (Akoso, 1993). Tulang-tulang hampir semua jenis unggas adalah bersifat
pneumatik (berongga). Ruang berongga ini berhubungan dengan sistem pernafasan yang
memungkinkan seekor burung dengan satu sayap yang patah untuk bernafas melalui sayap.
Hal ini merupakan suatu fenomena yang telah diperhatikan sejak lama pada burung-burung
yang luka oleh para pemburu. Dua belas persen struktur tulang pada ayam adalah tipe
tulang meduler yang unik. Ini merupakan suatu jaringan tulang yang kecil sekali yang
mengikat struktur berongga bersama-sama dengan sumsum tulang dan bagi unggas liar
berguna sebagai suatu substansi untuk pembentukan telur bila kadar kalsium dalam
pakannya rendah (Blakely and Bade, 1991). Tulang mengandung sel-sel hidup dan matrik
intraseluler yang diliputi garam mineral. Kalsium fosfat menyusun sekitar 80% bahan
mineral dan sisanya sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat dan magnesium fosfat
(Frandson, 1992). Rongga sunsum tulang ayam betina selama masa bertelur disusupi oleh
sistem tulang sunsum yang terdiri atas kalsium tulang. Bagian ini mengisi ruang sunsum
dengan anyaman tulang yang lembut kecil dan berfungsi untuk membentuk kulit telur bila
kalsium yang tersedia dalam pakan rendah. Tulang sunsum ini terdapat pada ayam betina
yang secara fisiologis normal, tetapi tidak terdapat pada ayam jantan (Akoso, 1993). Sunsum
tulang terdapat dalam tulang kering, tulang paha, tulang pinggul, tulang dada, tulang iga,
tulang hasta, tulang belikat dan kuku. Anak ayam sewaktu tumbuh dewasa, yakni sekitar 10
hari menjelang pembentukan telur yang pertama, mulai menampung tulang sunsum. Pada
ayam liar, tulang-tulang ini menghasilkan kalsium yang cukup untuk membentuk kerabang
bila kadar kalsium yang dimakan selama bertelur rendah (Akoso, 1993). Timbunan kalsium
tulang ayam betina piaraan hanya dapat mencukupi pembentukan beberapa kerabang telur.
Apabila kandungan kalsium rendah, maka setelah ayam bertelur kurang lebih 6 butir, akan
kehilangan sekitar 40% dari total kalsium tulang (Akoso, 1993).
b. Perototan ayam
Otot adalah jaringan yang mempunyai struktur dan mempunyai fungsi utama sebagai
penggerak. Ciri suatu otot mempunyai hubungan yang erat dengan fungsinya. Karena
fungsinya, maka jumlah jaringan ikat berbeda diantara otot. Jaringan ikat ini berhubungan
dengan kealotan daging. Otot-otot yang berasosiasi dengan tulang yaitu otot-otot yang
berhubungan dengan tulang, sering disebut otot skeletal (Soeparno, 1994). Jaringan otot
ayam merupakan satu kesatuan kelompok organ yang bertindak selaku anggota gerak. Ada
3 macam otot dasar, yaitu otot polos, otot jantung, dan otot rangka. Otot polos dijumpai di
dalam pembuluh darah, usus, dan organ lain yang tidak berada di bawah perintah otak. Otot
rangka melekat pada tulang dan bertanggung jawab terhadap gerak yang berada di bawah
perintah seperti otot dada, paha, dan kaki. Otot skeletal adalah yang paling penting bagi
ternak unggas meskipun terdapat otot polos pada usus dan otot kardiak pada jantung. Dada
merupakan otot skeletal terbesar karena dibutuhkan untuk terbang, misalnya pada bangsa
ayam liar. Otot ini telah dikembangkan secara genetis oleh para ahli pemuliaan spesies-
spesies domestik. Ayam memiliki otot merah dan putih, yang dapat disamakan dengan
daging gelap dan terang. Perbedaan ini disebabkan kandungan myoglobin pada otot merah.
Myoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen pada otot ayam (Blakely and
Bade, 1991). Musculus pectoralis major berfungsi untuk menutup sayap, berorigo pada
carnia sterni dan berinsertio pada facies ventralis humeri. Musculus pectoralis minor baru
tampak bila musculus pectoralis major diangkat. Musculus ini berorigo pada carnia sterni,
kemudian masuk ke dalam foramen triosseum yang berinsertio pada facies dorsalis humeri.
Fungsinya adalah untuk menurunkan sayap (Radiopoetra, 1991). Sesaat setelah mati, otot
mengalami proses patologis yang disebut rigormortis. Dalam keadaan ini, otot berubah
menjadi kaku karena kenaikan tegangan otot sehingga kehilangan elastisitas atau disebut
juga kaku bangkai. Kaku bangkai ini dimulai dari tubuh bagian depan melanjut ke belakang
dan biasanya hilang dengan urutan yang sama (Akoso, 1993).
c. Jaringan
Jaringan otot.
Jaringan otot secara langsung mampu menghasilkan gerakan. Sel-sel jaringan lain dapat pula
bergerak, tetapi gerakannya kurang terintegrasi. Hanya kumpulan sel-sel yang mampu
menciptakan gerakan kuat melalui progres kontraksi dengan gerakan searah dilaksanakan
oleh otot (Dellmann and Brown, 1989). Sel-sel khusus jaringan otot memiliki bangun khusus
yang dikaitkan dengan aktivitas kontraksi. Bentuknya memanjang seperti kincir, membentuk
serabut. Berdasarkan bentuk serta bangunnya, sel otot disebut serabut otot (myofibers)
(Dellmann and Brown, 1989). Serabut otot ada tiga bentuk dasar, yaitu otot polos yang
merupakan bagian kontraktil dinding alat jeroan, otot kerangka yang melekat pada tubuh,
beroriginasi dan insersio pada bungkul tulang dan otot jantung yang merupakan dinding
jantung (Dellmann and Brown, 1989). Tiga macam jaringan otot pada mamalia dapat
dibedakan menurut susunan (structure), inervasi dan kontrol, fungsinya (Kustono, 1997).
Otot kerangka adalah otot yang melekat pada rangka (skeleton). Otot ini terdapat paling
banyak, yaitu sekitar 40% total berat badan. Otot ini bekerja secara sadar atau dibawah
kontrol syaraf (voluntary). Otot kerangka kadang disebut otot bergaris-garis (striated
muscle) karena terlihat bagian-bagian yang gelap dan terang (perbedaan indeks bias dari
berbagai bagian serabut otot). Bila dilihat dengan mikroskop akan terlihat garis-garis
berselang (cross striated) (Kustono, 1997). Serabut otot kerangka yang ekstra panjang,
panjangnya dapat mencapai seluruh panjang otot dengan diameter 10 – 120 μm. Serabut
yang panjang ini berasal dari gabungan dari sel-sel mononuklear (myoblast) ke dalam satu
serabut. Jadi satu serabut tampak memiliki banyak inti yang mengambil posisi di tepi dengan
letak subsarkolema pada mamalia (Dellmann and Brown, 1989). Otot polos (smooth muscle)
memiliki bentuk serabut seperti kincir atau gelendong (spindle), berdiameter tidak lebih dari
10 μm. Panjangnya bervariasi antara 20 – 500 μm, tergantung pada organ yang memilikinya.
Posisi inti sentral dan tidak tampak garis-garis melintang. Semua serabut otot membentuk
berkas dan terikat ketat oleh jalinan serabut elastik dan retikuler antara tiap serabut otot
polos (Dellmann and Brown, 1989). Otot polos terdapat pada macam-macam organ
mamalia, yaitu pada dinding pembuluh darah dan limfe, dinding saluran pencernaan,
kencing, reproduksi, pernafasan, dinding perototan uterus dan lapisan dermal pada kulit.
Pada ayam dan kalkun, gizzardnya hampir semua terdapat otot polos. Otot polos bekerja
dibawah kontrol syaraf tak sadar (involuntary) (Kustono, 1997). Otot jantung (cardiac
muscle) hanya ditemukan pada jantung dan nampak sama dengan otot rangka bila dilihat
dibawah mikroskop. Otot jantung bekerjanya tidak berada di bawah kontrol syaraf secara
sadar (involuntary) (Kustono, 1997). Serabut otot jantung mempunyai susunan khusus untuk
memenuhi fungsinya sebagai pompa jantung. Otot ini berbentuk silinder, bergaris melintang
mirip otot kerangka, tetapi berbentuk sebagai sel-sel yang bercabang yang saling
mengadakan anastomose dan bukan berbentuk sinsisium. Inti tunggal lazimnya terletak di
tengah serabut otot (Dellmann and Brown, 1989). Komponen sel otot terdiri dari sel
membran bagian luar (sarkolema), mitokondria, apparatus golgi, endoplasmik retikulum,
peroxisomes, lysosomes dan ribosomes (seperti pada sel-sel lain). Myofibrils adalah organela
di dalam serabut otot yang mempunyai fungsi spesial untuk berkontraksi. Myofibrils ini
berupa benang-benang protein yang memanjang. Otot kerangka bagian dalamnya ditempati
oleh ± 80 – 87% myofibril (50% pada otot jantung). Otot mengandung protein miosin, aktin,
tropomiosin dan troponin. Troponin terdiri dari sub unit I, T dan C (Kustono, 1997).
Jaringan tulang.
Tulang tergolong jaringan ikat yang memiliki sel dan serabut, terkurung dalam bahan yang
keras, sehingga cocok dengan fungsinya sebagai penunjang serta pelindung. Tulang
merupakan kerangka tubuh serta merupakan pertautan otot serta tendon yang merupakan
alat gerak. Tulang melindungi otak dan alat tubuh yang penting dalam rongga dada, juga
merupakan tempat bagi sumsum tulang. Tulang dianggap sebagai gudang garam kalsium
yang melalui metabolisme mempertahankan kadar kalsium dalam plasma darah (Dellmann
and Brown, 1989). Lamel tulang ada tiga jenis, yaitu lamel khusus (concentric lamellae) yang
mengitari saluran Haver yang membentuk osteon (haversian system); lamel interstisial
(interstitial lamellae) yang mengisi ruang antara osteon satu dengan yang lain, dan lamel
umum (circumferential lamellae) yang membalut tulang, langsung di bawah periosteum
(lamel umum luar), dan di bawah endosteum (lamel umum dalam). Garis pemisah (cement
line) jelas terdapat antara komponen osteon dengan bahan interstisial. Garis ini tampak
tidak teratur bila tulang mengalami proses perombakan yang disebut garis balik (reversal
lines). Bagian yang memiliki garis bentuk halus disebut garis tahan (arrest lines) sebagai
akibat pertumbuhan tulang yang terjadi setelah periode selang (interruption period)
(Dellmann and Brown, 1989). Permukaan luar serta dalam pada substansi padat pada
hewan dewasa terdiri dari lamel tulang konsentris yang mengitari tubuh tulang. Bagian ini
disebut lamel umum luar dan lamel umum dalam. Lamel-lamel tampak sebagai jalinan pita
yang tersusun paralel terhadap sumbu tulang pada penampang tulang memanjang
(Dellmann and Brown, 1989). Osteon tersusun dengan pola longitudinal mengitari saluran
Haver (central canals) yang berisi pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf tanpa
selubung mielin yang ditunjang oleh jaringan ikat. Saluran Haver saling berhubungan melalui
saluran Volkman (perforating canals) secara horizontal atau transversal. Saluran Haver
digambarkan sebagai saluran vertikal atau tegak lurus dan saluran Volkman sebagai saluran
horizontal. Osteon dikenal dapat bercabang dan beranastomose dengan osteon lain
membentuk konfigurasi tiga dimensi, sehingga saluran Haver (central canals) dapat
terpancang miring, beraspek seperti saluran Volkman (perforating canals). Saluran Haver
selalu dikitari oleh lamel khusus sedangkan saluran Volkman tidak (Dellmann and Brown,
1989). Tulang umumnya dibalut jaringan ikat kuat yang disebut periosteum dan terdiri dari
dua lapis, yaitu lapis dalam atau lapis osteogenik yang menumbuhkan sel-sel pembentuk
tulang; lapis luar atau lapis fibrosa terdiri dari jalinan serabut kolagen dengan pembuluh
darah. Pembuluh darah bercabang-cabang dan masuk melalui saluran penembus
(perforating canals) mencapai osteon. Lapis osteogenik pada hewan muda lebih banyak
mengandung sel-sel daripada yang tua. Pertautan periosteum pada tulang cukup kuat
melalui serabut kolagen yang menyusup ke dalam lamel umum luar dan lamel interstisial
tulang. Serabut penembus ini menyatu dengan matriks dengan membentuk lamel
permukaan (Dellmann and Brown, 1989).
Jaringan ikat.
Secara embriologis, jaringan ikat berasal dari mesoderm, meskipun ektoderm daerah kepala
ikut membentuk jaringan ikat. Jaringan ikat embrionik disebut mesenkim (mesenchyme),
berkembang dari somit mesoderm somatik dan splanknik. Berdasarkan perkembangannya,
jaringan ikat dibagi dalam dua kelompok besar dan beberapa subkelompok. Semua bentuk
jaringan ikat (penghubung dan penunjang) memiliki tiga unsur pokok, yakni sel-sel, serabut,
dan matriks atau bahan dasar, yang secara proporsional berbeda untuk tiap jenis, tetapi
pada mesenkim belum tampak adanya serabut (Dellmann and Brown, 1989). Jaringan ikat
dibagi menjadi dua, yaitu jaringan ikat embrionik dan jaringan ikat dewasa. Jaringan ikat
embrionik terdiri dari mesenkim dan jaringan ikat gelatin. Jaringan ikat dewasa terbagi
menjadi jaringan penghubung dewasa dan jaringan penunjang dewasa. Jaringan
penghubung dewasa terbagi menjadi jaringan ikat longgar, jaringan ikat pekat tidak teratur,
jaringan ikat teratur yang terdiri dari kolagen dan elastik, jaringan ikat retikuler dan jaringan
lemak yang terdiri dari jaringan lemak putih dan jaringan lemak coklat. Jaringan penunjang
dewasa terbagi menjadi tulang rawan yang terdiri dari tulang rawan hialin, tulang rawan
elastik dan tulang rawan fibrosa, tulang, notokord, somentum dan dentin (Dellmann and
Brown, 1989). Ada tiga macam serabut jaringan ikat, yaitu serabut kolagen, serabut
retikuler, dan serabut elastik. Jaringan ikat dari hewan dewasa paling banyak terdapat
dalam bentuk jaringan ikat longgar yang tidak teratur atau areolar (Dellmann and Brown,
1989). Sel-sel jaringan ikat dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sel tetap dan sel
pengembara. Sel tetap meliputi fibroblast, sel-sel mesencim dan sel-sel adipose khusus. Sel-
sel pengembara meliputi eosinofil, sel plasma, sel mast, sel limfe dan makrofag bebas.
Substansi dasar dan serabut ekstraseluler diproduksi oleh fibroblast (Soeparno, 1994).
Menurut Swatland (1984) dalam Soeparno (1994), serabut-serabut kolagen pada jaringan
ikat mempunyai diameter antara 1 – 12 µm, sedangkan ikatan-ikatan paralel fibril penyusun
serabut kolagen tersebut berdiameter antara 20 – 100 nm. Kolagen merupakan protein yang
paling luas terdapat dalam tubuh hewan, meliputi 20 – 25 % dari total protein tubuh
mamalia. Kolagen merupakan protein struktursl pokok pada jaringan ikat, dan mempunyai
pengaruh besar terhadap kealotan daging. Jumlah dan kekuatan kolagen meningkat sesuai
dengan umur (Soeparno, 1994).
Jaringan pada sistema digestiva.
Sistem digesti berfungsi sebagai saluran pencernaan (Kustono, 1997). Usus halus tersusun
dari epitel silindris sebaris. Epitel silindris sebaris terdiri dari sebaris sel-sel berbentuk
silinder, berdiri pada membran basal. Pada penampang melintang selnya tinggi, inti lonjong
terletak agak basal dengan sumbu tegak lurus terhadap membran basal, penampang atas
tampak poligonal. Tipe epitel ini juga membalut lambung kelenjar (Dellmann and Brown,
1989). Jaringan epitel ada yang berfungsi sebagai kelenjar dalam arti mempu menghasilkan
sekreta. Sebagian besar organ tubuh bagian dalam berisi kelenjar dalam satu atau bentuk
lain dan hasil pemisahan itu mungkin didistribusikan secara luas. Kelenjar dapat bersifat
endokrin atau eksokrin (Dellmann and Brown, 1989).
Jaringan kulit.
Jaringan kulit merupakan jenis jaringan epitel. Jaringan epitel terdiri dari sel-sel sejenis yang
membalut permukaan luar dan dalam organ tubuh yang berbentuk saluran atau rongga.
Selain itu juga membalut permukaan tubuh. Sel-sel epitel mampu berproliferasi
menumbuhkan kelenjar folikel rambut (Dellmann and Brown, 1989). Secara embriologis,
ketiga daun kecambah berperan dalam menumbuhkan berbagai bentuk epitel, misalnya :
ektoderm menumbuhkan epitel permukaan tubuh dan derivatnya, entoderm
menumbuhkan epitel saluran pencernaan dan pernapasan, dan mesoderm menumbuhkan
epitel saluran kardiovaskular, saluran urogenital, dan rongga tubuh yang tidak berhubungan
dengan dunia luar, misalnya rongga dada dan rongga perut. Jaringan epitel dengan ciri
khasnya mampu melaksanakan beberapa fungsi tertentu, misalnya sebagai pelindung,
penyerap, sekresi dan ekskresi, reseptor rangsangan dan membentuk barier untuk proses
permeabilitas selektif (Dellmann and Brown, 1989). Klasifikasi jaringan epitel berdasarkan
pada bentuk sel-sel dan jumlah lapisannya, misalnya : epitel selapis yang terdiri dari satu
lapis sel di atas membran basal dan epitel banyak lapis yang terdiri dari dua atau lebih lapis
sel di atas membran basal. Penamaan epitel banyak lapis lazimnya didasarkan pada bentuk
sel-sel permukaan tanpa memandang bentuk sel yang terdapat di bawahnya. Epitel pipih
banyak lapis lazimnya terdapat tiga sampai lima lapis sel. Lapisan ini terdiri dari stratum
basale, stratum spinosum, stratum germinativum, stratum lucidum dan stratum corneum
(Dellmann and Brown, 1989).
Anatomi Domba
Kerangka domba
Tengkorak (kranin). Bagian skeleton yang membentuk kerangka dasar kepala disebut
kranium. Fungsi tengkorak yaitu sebagai pelindung otak, penyokong berbagai organ dan
membentuk awal saluran sistema digestoria dan sistema respiratoria. Tengkorak terdiri
dar2. i nasal, mandibula, maksila, lakrima, coranoid process dan occipital. Atap bagian atas
dibentuk oleh maksila dan premaksila, yang membentuk dentis dan oleh as palatina. Bagian
ventrolateral, oral dilengkapi oleh mandibula. Mandibula berporos pada bagian as
temporale, di depan lubang telinga. Semua dentis bagian bawah pada mandibula
merupakan tempat perekatan otot yang berperan dalam proses pengunyahan dan
penelanan (Frandson, 1992). Ujung medial skapula bersendi dengan manubrium. Ujung
lateral clavicula bersendi dengan acromion. Acromion adalah sudut di sebelah caudal dan
dua sudut di sebelah cranial pada sudut cranial lateral dataran sendi, yang bersendi dengan
humerus (Radiopoetro, 1991). Vertebrae cervicalis yang pertama disebut atlas. Atlas tidak
mempunyai processus spinous dan carpus menjadi satu dengan aksis, penggunaan seperti
gigi. Vertebralis cervicalis yang kedua disebut aksis. Aksis mempunyai spinosum processus
yang lebar, tetapi tidak tinggi (Frandson, 1992). Vertebrae thoracales, costae dan sternum
membentuk thorax. Sternum terdiri atas manubrium sterni, carpus dan processus xipoideus
(Radiopoetro, 1991). Vertebrae thoracalis ditandai dengan processus spinous yang sangat
berkembang. Processus spinous membentuk pangkal pada prominesia dorsalia yang dikenal
sebagai “wither” pada bagian bawah bahu (Frandson, 1992). Humerus, ulna, radius, ossa
metacarpallia dan palanges merupakan tulang panjang, sedangkan tulang assa carpallia
merupakan tulang pendek. Ujung proximal humerus yang berbentuk bulat bersendi dengan
ulna. Ada dua dataran sendi pada ujung distal humerus, yang satu merupakan bulatan dan
yang lain menyerupai roda korekan yang merupakan satu kesatuan. Dataran sendi yang
berupa bulatan, bersendi dengan ujung proximal radius, sedangkan yang menyerupai roda
korekan bersendi dengan ujung proximal ulna. Radius dapat diputar sehingga dapat saling
disilangkan. Gerakan ini disebut pronasi. Gerakan pemutaran kembali sehingga radius dan
ulna terletak sejajar disebut ordonansi (Radiopoetro, 1991). Ulna mempunyai tingkat
perkembangan yang bervariasi tergantung pada spesies hewan. Processus olecanon
terdapat pada semua hewan, menonjol di atas dan di bawah persendian siku. Processus
tersebut membentuk sebuah pengungkit untuk perlekatan otot yang berfungsi meluruskan
otot siku (Frandson, 1992). Pada semua mamalia, karpus merupakan daerah yang komplek
yang terdiri dari dua deret tulang kecil. Deretan proximal disebut radial (profundial ke
lateral), intermediet dan ulnar. Metakarpus merupakan daerah disebelah distal karpus. Pada
sapi dan domba, karpus merupakan hasil tulang metakarpus yang ke tiga dan ke empat.
Suatu alur vertikal pada metakarpus menunjukkan fusi kedua tulang tersebut (Frandson,
1992). Ujung proximal femur yang berbentuk bulat bersendi dengan os coxae. Ujung distal
femur bersendi dengan ujung proximal tibia. Daerah ventral ujung kedua tulang yang
bertemu ini terdapat patella. Ujung proximal fibula bersendi dengan ujung proximal tibia.
Distal fibula menempel pada ujung distal tibia. Kedua ujung distal ini merupakan persendian
dengan trchlea tali. Trchlea tali ialah bangunan berupa kerekan pada talus. Talus ialah salah
satu dari ossa tarsalia. Ossa tarsalia bersendi satu dengan yang lain. Ossa tarsalia terdiri
atas talus, proteulus, os cuboideum, os naviculare (os scapoideum) dan tiga ossa
cuneiforinia. Talus bersendi dengan calcaneus dan raviculare calcaneus bersendi juga
dengan os cuboideum. Os raviculare bersendi juga dengan ketiga ossa coneiformia. Os
cuboideum juga ossa cuneiformia di ujung distal bersendi dengan ujung proximal 5 ossa
metatarsalia. Di sebelah os metatarsalia berturut-turut terdapat dua palanges. Di sebelah
os metatarsale yang lain berturut-turut terdapat tiga palanges. Waktu berdiri, yang
menapak tanah ialah tuber calcanei (tonjolan ke planter pada calcaneus) dan capita osseum
metatarsalium (distal ossa metatarsalia). Pada kaki ada lengkung longitudinal dan lengkung
transversal. Jari pertama kaki tidak dapat disisikan (Radiopoetro, 1991). Profundingulum
membri inferiotis terdiri atas sepasang os coxae. Satu os coxae ialah hasil tumbuh
melekatnya tulang, yaitu os illium, os ischii dan os pubis. Sepasang os coxae ini bersama
dengan os sacru merupakan pelvis. Antara kedua os coxae di sebelah ventral disebut
symphysis ossium pubis. Pelvis ini kira-kira membentuk sesuatu yang pada dasarnya ada
lubang pada os coxae pada suatu cekung pada tempat tumbuh melekatnya ketiga tulang
ujung proximal femur. Di daerah sacral ada 5 vertebrae sacrales yang telah saling tumbuh
melekat sehingga terjadi satu tulang, yaitu os sacrum daerah cocigleal dimana ada 3
vertebrae cocygleales yang telah mengalami reduksi dan kadang tumbuh melekat sehingga
occygis (Radiopoetro, 1991).
Perototan domba
Otot adalah jaringan yang mempunyai struktur dan mempunyai fungsi utama sebagai
penggerak. Ciri suatu otot mempunyai hubungan yang erat dengan fungsinya. Karena
fungsinya, maka jumlah jaringan ikat berbeda diantara otot. Otot-otot yang berasosiasi
dengan tulang yaitu otot-otot yang berhubungan dengan tulang, sering disebut otot
skeletal. Otot skeletal merupakan sumber utama dari jaringan otot daging (Soeparno, 1994).
Di dalam tubuh hewan, termasuk domba, menurut Forrest et al. (1975) dan Lawrie (1979)
dalam Lawrie (1995), terdapat lebih dari 600 otot yang berbeda dalam hal bentuk, ukuran,
dan aktivitasnya. Otot juga berbeda dalam hal hubungannya dengan tulang, tulang rawan
atau ligamentum, dalam hal kandungan darah dan saraf dan dalam hal hubungannya
dengan jaringan-jaringan lain. Otot hewan berubah menjadi daging setelah pemotongan
karena fungsi fisiologisnya telah berhenti. Otot merupakan komponen utama penyusun
daging. Daging juga tersusun oleh jaringan ikat, epitelial, jaringan saraf, pembuluh darah
dan lemak. Jadi daging tidak sama dengan otot (Soeparno, 1994).
Beberapa jenis otot pada hewan, termasuk domba, antara lain adalah :
a. Otot trapezius. Otot trapezius merupakan otot pipih berbentuk segitiga yang mempunyai
origo pada garis tengah dorsal dari kepala sampai ke belakang di daerah vertebrae
lumbar dan insersionya terutama pada spina skapula. Otot trapezius secara keseluruhan
juga mendukung melekatnya skapula pada tubuh (Frandson, 1992).
b. Otot serratus ventralis. Otot serratus ventralis merupakan otot yang paling besar dan
otot utama yang menghubungkan alat gerak bagian depan dengan tubuh. Ukuran otot ini
besar dan bentuknya seperti kipas (Frandson, 1992).
c. Otot lattisimus dorsi. Otot lattisimus dorsi merupakan otot yang berbentuk segitiga
lebar, mempunyai origo pada prosessus spinosa vertebra torasik dan lumbar dengan
perantaraan aponeurosis. Otot ini juga berperan untuk menarik kaki depan ke arah
belakang atau jika kaki itu tetap, maka badan itu akan ke depan atau maju (Frandson,
1992).
d. Otot longissimus. Otot ini dapat dibagi menjadi beberapa segmen tergantung pada
lokasi, yaitu di daerah lumbar yang disebut longissimus lumborum, pada daerah thoraks
disebut longissimus thoracis, pada daerah serviks disebut longissimus cervicis,
longissimus capitis, longissimus atlantis (Frandson, 1992).
e. Otot ekstensor carpii radialis. Otot ini merupakan otot ekstensor terbesar untuk karpus.
Otot ini berpangkal pada epikondyl lateral humerus menuju ujung proximal daerah
metacarpal. Peran utama otot ini adalah gerak estensi karpus (Frandson, 1992).
f. Otot fleksor carpii radialis. Otot ini berpangkal dari sisi medial permukaan volar kaki
depan. Origo otot ini adalah pada epikondyl medial (fleksor) humerus dan insersianya
pada permukaan volar ujung proksimal metacarpus (Frandson, 1992).
g. Otot gluteus medius. Otot ini adalah otot ekstensor yang kuat. Origo otot ini terletak
pada sayap tulang illium dan insersionya pada frokauter mayor dari tulang femur, yang
merupakan lever yang menjulur di atas sendi pinggul, sehingga menggerakkan bagian lain
dari kaki belakang ke arah belakang (Frandson, 1992).
h. Otot bisep femoris, semitendinosus, dan semimembranosus. Otot-otot tersebut
merupakan otot ekstensor pada pinggul yang disebut dengan hamstring muscle. Batas-
batas antar otot ini dapat diketahui dengan adanya alur-alur vertikal pada bagian otot
tersebut (Frandson, 1992)
POLA UMUM TUBUH HEWAN
 Semua ternak tergolong dalam vertebrata karena mempunyai kolom vertebral. Tubuh
(kecuali organ dalam/internal) menunjukkan adanya simetri bilateral artinya sisi kanan
identik dengan sisi kiri. Keadaan yang sama antara struktus sebelah kiri dan struktur
sebelah kanan disebut struktur berpasangan.
 Struktur yang tidak berpasangan terletak pada bidang median yang hanya satu
struktur yang tampak pada hewan. Lingua, trakea, kolom vertebral dan jantung
merupakan contoh struktur yang tidak berpasangan. Kosta, ekstremitas, organ
penglihatan dan kebanyakan otot merupakan struktur berpasangan dalam tubuh
hewan
 Suatu pandangan medial pada tubuh seekor hewan akan memperlihatkan adanya dua
buah rongga, yaitu rongga dorsal yang berisi otak dan korda spinalis, serta rongga
ventral yang berisi organ-organ visera (struktur lunak) dari tubuh. Rongga ventral
dibagi oleh diafragma menjadi rongga torasik di bagian kranial dan rongga
abdominopelvik ( yang mencangkup rongga abdominal dan rongga pelvis) di bagian
kaudal.
 Rongga torasik berisi kantung perikardial yang menyelimuti jantung, dan buah kantung
pleuralis yang menyelimuti paru-paru. Kantung-kantung tersebut tersusun oleh
membran serosa
 Rongga abdominal berisi sepasang ginjal, sebagian besar alat pencernaan dan
sebagian besar organ reproduksi interna baik pada hewan jantan atau betina. Rongga
pelvis berisi bagian akhir dari sistem pencernaan (rektum) dan semua bagian sistem
urogenital interna yang tidak terdapat di dalam rongga abdominal. Membran serosa
yang membungkus visera abdominal maupun visera pelvis disebut peritoneum.
 Penampang transversal melalui rongga abdominal menunjukkan pola umum tubuh
merupakan suatu saluran yang berada di dalam saluran lain yang lebih besar (saluran
pencernaan di dalam tubuh yang merupakan saluran besar yang dibatasi oleh dinding
tubuh). Rongga potensial yang terdapat di antara dua saluran tersebut disebut rongga
badan ventral yang berasal dari selom embrional. Dalam keadaan normal hanya
sedikit ruang-ruang di dalam tubuh yang berisi udara kecuali di dalam sistem
pernafasan dan di dalam telinga.
 Lapisan pada dinding tubuh mempunyai kesamaan dengan lapisan-lapisan pada
saluran pencernaan tetapi susunannya berlawanan. Lapisan-lapisan dinding tubuh dari
luar ke dalam adalah epitel (epidermis kulit); jaringan pengikat (dermis dan fasia); otot
(seran lintang); jaringan pengikat (fasia retroperitoneal); mesotelium (membran
serosa atau peritoneum parietal).
 Lapisan dinding saluran pencernaan dari luar ke dalam adalah mesotelium ( membran
serosa atau peritoneum viseral); jaringan pengikat (jaringan pengikat subserosa); otot
polos; jaringan pengikat submukosa; epitel (membran mukosa)
C. TUGAS 3
1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa
2. Diskusikan dengan kelompokmu materi tentang bagian-bagian tubuh ternak !
3. Presentasikan hasil diskusi di depan kelas !
4. Buat makalah secara berkelompok tentang materi yang telah didiskusikan dan
dipresentasikan

D. TES FORMATIF 3
I. Jawablah dengan jawaban yang benar !
1. Jelaskan pengertian dari anatomi dan histologi !
2. Jelaskan pengertian dari istilah berikut :
a. Bidang median
b. Bidang frontal
c. Bidang dorsal
3. Dari bahan apakah tulang tersusun?
4. Ada berapa macam jenis otot sebut dan jelaskan !
E. KUNCI JAWABAN 3
1.Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur semua mikroorganisme
(makhluk hidup); histologi adalah cabang dari anatomi yang mempelajari jaringan dan sel
serta bagian-bagiannya yang dapat dilihat dengan mikroskop
2.Jawab
a. Bidang median adalah bidang khayal yang melewati tubuh dengan arah kroniokaudal
membagi tubuh menjadi bagian kanan dan kiri sama besar
b. Bidang frontal adalah bidang yang letaknya tegak lurus terhadap bidang median
ataupun bidang transversal
c. Bidang dorsal adalah istilah yang menunjukkan arah menuju atau arak ke tulang
belakang atau kolumna vertebralis
3.Tulang tersusun atas sel-sel hidup dan matriks intraseluler yang meliputi garam dan
mineral. Kalsium fosfat menyusun sekitar 80% bahan mineral dan sisanya adalah kalsium
karbonat dan magnesium fosfat
4.Ada 3 macam :
a. Otot polos, dijumpai pada pembuluh darah, usus dan organ lain yang tidak berada di
bawah perintah otak
b. Otot jantung , terdapat pada jantung
c. Otot rangka, melekat pada tulang dan bertanggung jawab terhadap gerak yang
berada di bawah perintah otak
F. LEMBAR KERJA 3
1. Alat : buku, polpen, spidol, hp berkamera
2. Bahan : kerangka ternak sapi
3. Keselamatan Kerja : masker, baju kerja
4. Langkah Kerja :
a. Amati kerangka ternak sapi yang telah disediakan
b. Amati bagian-bagian dari kerangka tersebut dan sebutkan namanya dengan
benar
c. Catat hasil pengamatanmu
d. Diskusikan bersama kelompok hasil kegiatan yang telah dilakukan
e. Buat laporan hasil kegiatan tersebut dalam bentuk laporan kegiatan

BAB III
EVALUASI
A. Tes Tulis
Pilihlah salah satu jawaban ( a, b, c, d, atau e ) yang paling tepat untuk setiap soal di bawah
ini !!
1. Bagian dari tubuh ternak yang terbentuk secara sempurna dan melaksanakan fungsi-
fungsi tertentu disebut dengan...
a. Sel b. Jaringan c. Organ d. Sistem organ e. organel
2. Suatu kelompok yang mempunyai kesamaan fungsi disebut...
a. Sel b. Jaringan c. Organ d. Sistem organ e. organel
3. Di bawah ini yang tidak termasuk fungsi dari alat pencernaan yaitu...
a. Melindungi tubuh dari infeksi mikroba
b. Menyalurkan makanan yang ditelan
c. Melarutkan/merombak makanan melalui pencernaan mekanis, enzimatis/hidrolitis
dan fermentative
d. Menyerap zat makanan dan mengeluarkan bahan yang tidak dapat dicerna
e. Mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh
4. Urutan dari sistem pencernaan makanan yang benar adalah ...
a. mulut, esophagus, perut, usus halus, usus besar, caecum,colon, rectum, anus
b. mulut, esophagus, usus halus, perut, colon, usus besar, caecum, rectum, anus
c. mulut, esophagus, perut, usus besar, usus halus, caecum, colon, rectum, anus
d. mulut, esphagus, perut, usus halus, usus besar, colon, caecum, rectum, anus
e. mulut, esophagus, perut, usus halus, colon, usus besar, caecum, rectum, anus
5. Fungsi mulut yang tidak benar dalam sistem pencernaan adalah...
a. Merenggut dan mengunyah makanan
b. Proses salivasi
c. Mekanisme prehensik
d. Senjata ofensif dan defensif
e. Mengendus-endus
6. Suatu lembaran muskuler yang berbentuk kubah yang memisahkan rongga
dada dengan rongga perut, disebut...
a. Diafragma b. Omasum c. Abomasum d. Rumen e. kardiak
7. Bagian perut ruminansia secara berurutan adalah...
b. retikulum, rumen, omasum, dan abomasum
b. retikulum, omasum, rumen, abomasum
c. retikulum, rumen, abomsum, dan omasum
d. retikulum, omasum, abomasum, rumen
e. retikulum, obomasum, rumen, omasum
8. Bagian perut (kompartemen) yang di dalamnya diselaputi oleh membrana
mukosa yang mengandung ‘intersekting ridge’ yang membagi permukaan menyerupai
sarang lebah disebut....
a. Omasum b. Abomasum c. Rumen d. Retikulum e. fundus
9. Kantung muskular yang besar yang terentang dari diafragma menuju ke pelvis
dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal serta merupakan bagian terbesar
dari perut kira-kira 75% dari kapasitas perut adalah....
a. Omasum b. Abomasum c. Rumen d. Retikulum e. fundus
10. Otot yang berbentuk daun yang berfungsi mengecilkan partikel bahan pakan
disebut..
11. Omasum b. Abomasum c. Rumen d. Retikulum e.
Fundus
12. Kantong empedu dan kelenjar pankreas menempel pada...
a. Duodenum d. Antara duodenum dan jejenun
b. Jejenum e. Antara jejenum dan ileu
c. Ileum
13. Bagian terakhir dari usus halus yaitu...
a. Duodenum d. Colon
b. Jejenum e. Sekum
c. ileum
14. Usus besar terdiri atas...
a. Kolon dan rektum d. Sekum, kolon, dan rektum
b. Sekum dan kolon e. Sekum, kolon, rektum dan anus
c. Kolon, rektum, dan anus
15. Sekum terletak pada...
a. Kolon d. Usus halus
b. Rektum e. Usus besar
c. Antara usus halus dan usus besar
16. Bagian ujung alat pencernaan sebelum anus disebut...
a. Kolon d. anus
b. Rektum e. Usus besar
c. Sekum
17. Kelenjar saliva menghasilkan ludah yang berfungsi untuk...
a. Menghasilkan enzim amilase (ptyalin)
b. Mengubah amilum menjadi sakarida sederhana
c. Menghasilkan mucus untuk melindungi lambung dari asam lambung
d. Menghasilkan HCl
e. Memproduksi cairan empedu
18. Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi untuk...
a. Menghasilkan enzim amilase (ptyalin)
b. Menghasilkan mucus untuk melindungi lambung dari asam lambung
c. menghasilkan getah pankreas yang mengandung enzim-enzim pencernaan.
d. menghasilkan hormon insulin dan glukagon.
e. Menghasilkan HCl
19. Di bawah ini yang tidak termasuk enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan
oleh pankreas yaitu...
a. Pepsin
b. Protease pankreas
c. Amilase pankreas
d. Lipase pankreas
e. bikarbonat
20. Cairan empedu mengandung....
a. Kolesterol
b. Fosfolipid lesitin
c. Pigmen empedu
d. Kolesterol dan fosfolipid lesitin
e. Kolesterol, fosfolipid lesitin dan pigmen empedu
B. Tes Praktik
1. Amati kerangka tubuh ternak yang telah disediakan !
2. Letakkan kertas label yang sudah bernama pada tempat yang tepat !

KUNCI JAWABAN
A. Tes Tulis
1. C 2. D 3.E 4. A 5. E 6. A 7.A 8. D 9.C 10. A 11. A 12.C 13. D 14. C 15.B 16. A
17.C 18. A 19.E 20.B
B. Tes Praktik
LEMBAR PENILAIAN TES PRAKTEK
Nama Siswa :
NIS :
Kelas :
Skor
Skor
No Aspek Penilaian Peroleha Keterangan
Max
n
I Perencanaan
1.1 Persiapan alat dan bahan 5
1.2 Menganalisa jenis pekerjaan 5
Sub Total 10
II Proses
2.1 Cara menentukan nama
bagian tubuh ternak 20
2.2 Cara meletakkan nama pada
bagian tubuh ternak 20
Sub Total 40
III Kualitas produk kerja
3.1 Hasil menentukan nama
bagian tubuh ternak 15
3.2 Hasil meletakkan nama pada
bagian tubuh ternak 15
Sub Total 30
IV Sikap Kerja
4.1 Tanggung Jawab 3
4.2 Inisiatif 3
4.3 Kemandirian 4
Sub Total 10
V Laporan 10
TOTAL 100

BAB IV.
PENUTUP

Modul ini merupakan bahan ajar siswa untuk memperoleh Dasar Budidaya Ternak,
sehingga siswa dalam proses pembelajaran berikutnya lebih mudah untuk mendalami
materi kompetensi kejuruan di bidang peternakan.
Setelah mempelajari modul ini siswa diharapkan dapat memahami dan
mempraktekkan dengan benar materi tentang Sistem Organ Tubuh Ternak dan untuk lebih
meningkatkan kemampuan dalam mendalami materi kompetensi kejuruan lain di bidang
agribisnis ternak ruminansia.

PROFIL PENULIS

Sari Kusumowati, S.Pt adalah guru bidang keahlian Agribisnis


Ternak Ruminansia di SMK Negeri 1 Pujon Kabupaten Malang mulai
tahun 2009 sampai sekarang masih aktif mengajar. Pendidikan S1
Peternakan ditempuh di Universitas Brawijaya mulai tahun 1997-2002.
Buku ini adalah buku pertama yang ditulis untuk membantu
siswa dalam belajar ilmu-ilmu peternakan terutama sistem organ tubuh
ternak yang bermanfaat sebelum mempelajari materi bidang
peternakan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Catur, 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia Jilid I. Dirjen Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan.
Catur, 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia Jilid II. Dirjen Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan

Frandson, 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Ke-4. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai