Disusun Oleh:
Shely mariska
171030100122
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Demam typhoid (selanjutnya disebut tifoid) merupakan penyakit infeksi akut usus halus
Demam typhoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh salmonella enteric
Demam typhoid (tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau lebih
disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran
(Astuti, 2013).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa demam typhoid
merupakan penyakit infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi yang
Sistem pencernaan /sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem
organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisaproses tersebut dari tubuh.
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan dan juga meliputi organ-
organ yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu: pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia.
Mulut biasanya terletak dikepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir dianus. Mulut merupakan jalan masuk untuk
sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat dipermukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan juga pahit. Penciuman dirasakan oleh
saraf olfaktorius di hidung dan juga lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan juga menyerang
bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut kedalam lambung. Makanan berjalan melalui
faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
3. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan juga berbentuk seperti kandang
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.
Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
a. Lendir
b. Asam klorida(HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangatasam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
Usus halus /usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak diantara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap kehati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan
yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan juga lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa (sebelah
belas jari duodenum), usus kosong (jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus
halus terdiri dari pipa berotot (>6cm), pencernaan secara kimiawi, penyerapan
makanan. Terbagi /usus 12 jari (duodenum), usus tengah (jejenum), usus penyerapan
(ileum).
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usushalus yang terletak
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus
duabelas jari terdapat duamuara saluran yaitu dari pancreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
kedalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh
usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung
Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian dari
usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan Juga usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2
meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
berupa membran mukus dan juga terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan
dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya selgoblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit
Usus penyerapan /ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan juga jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
Usus besar /kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon
(berhubungan dengan rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar
berfungsi mencerna makanan beberapa bahan dan juga membantu penyerapan zat-zat
gizi. Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitaminK. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
terjadilah diare.
Usus buntu /sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak
dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan juga beberapa jenis
reptil. Sebagian besar herbivore memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
ekslusif memiliki yang kecil, yang sebagian /seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.
Umbai cacing /apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis /radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
/peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah
ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari
caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10
cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. walaupun lokasi apendiks selalu tetap,
lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda-beda diretrocaecal /dipinggang (pelvis) yang
jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna
dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai
appendiktomi.
8. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah kolon sigmoid)
dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan juga tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang
lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan juga anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limba keluar dari
tubuh. Sebagian besar anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan juga sebagian
lainnya dari usus. Pembukaan dan juga penutupan anus diatur oleh otot spinter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan
fungsi utamaanus
C. Etiologi
Etiologi typhoid adalah bakteri gram negative, bentuk batang tidak berkapsul, bersifat
aerobic dan anaerob fakultatif, memiliki flagella dan tidak ber spora, dinamakan
dihubungkan dengan paratifoid, yang biasanya lebih ringan dan menunjukan gambaran
klinis yang sama, atau menyebabkan enteritis akut disebabkan oleh genus bakteri yang
D. Manifestasi Klinik
Menurut Wibisono et al (2014), masa tunas sekitar 10-14 hari. Gejala yang timbul
a. Pada minggu pertama, muncul tanda infeksi akut seperti demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak
nyaman di perut, batuk dan epistaksis. Demam yang terjadi berpola seperti anak
tangga dengan suhu semakin tinggi dari hari ke hari. Lebih rendah pada pagi hari
b. Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif,
lidah typhoid (kotor ditengah, tepid dan ujung berwarna merah disertai tremor).
1. Komplikasi
pankreastitis.
b. Komplikasi ekstra-intestinal : komplikasi kardiovaskuler, (gagal sirkulasi
E. Patofisiologi
Bakteri salmonella typhi masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan air yang tercemar.
Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung, dan sebagian masuk ke usus halus,
memiliki fimbria khusus yang dapat menempel ke lapisan plague peyeri, sehingga bakteri
brush bonder usus dan memaksa sel usus untuk membentuk kerutan membrane yang akan
melapisi bakteri dalam vesikel. Bakteri dalam vesikel akan menyebrang melewati
Kuman memiliki berbagai mekanisme sehingga dapat terhindar dari serangan system
imun seperti polisakarida kapsul Vi. Penggunaan makrofag sebagai kendaraan dan gen
Setelah sampai kelenjar getah bening mensenterika, kuman kemudian masuk ke aliran
darah melalui duktus torasikus sehingga terjadi bakteremia pertama yang asimtomatik.
Salmonella typhi juga bersarang dalam sistem retikuloendotelial terutama hati dan limpa,
dimana kuman meninggalkan sel fagosit berkemang biak dan masuk sirkulasi darah lagi
muncul demam dan gejala sistemik lain. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat
erosi pembuluh darah sekitar plague peyeri. Apabila proses patologis semakin
F. Pathway
salmonella typhi
Demam
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan typoid sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam
thypoid, yaitu :
a. Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan
selama demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diet
2. Pada keadaan akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas dapat
makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang
b. Istirahat
tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama
14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan kondisi.
Klien dengan kondisi kesadaran menurun perlu diubah posisinya setiap 2 jam
untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air
kecil perlu perhatian karena kadang – kadang terjadi obstipasi dan retensi urine.
H. Pemeriksaan Penunjang
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
2. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
3. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada
pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali
pemeriksaan.
1. Pencegahan
a. Terhadap lingkungan
3) Pemberantasan lalat
b. Terhadap manusia
3) cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Biasanya dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang
terbanyak adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya
demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi
2. Keluhan utama
Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.
Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan.
Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek biasa
sembarang tempat.
9. Pemeriksaan fisik
b) Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat
beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal
dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang
terjadi.
c) Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi.
2008).
B. Diagonosa Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tgl. Pengkajian : 23 Oktober 2017 Jam : 06.30 WIB
Tgl. MRS : 23 Oktober 2017 Dx. Masuk : Typhoid
Ruang/kelas : Multazam/51.2 Dokter : dr. Mudjaddid
No. RM : 18-81-24
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai kantor
Alamat : Serua, Ciputat
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status perkawinan : Belum menikah
2. Keluhan utama
a. Keluhan Utama Saat MRS :
Pasien datang ke RS dengan keluhan utama nyeri perut ulu hati hilang timbul selama
3 minggu
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian :
Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh lemas, mual, demam kurang lebih 3 hari,
merasa tidak nafsu makan, kepala terasa pusing
3. Diagnosa medis
Typhoid
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Saat dilakuka pengkajian pasien mengeluh lemas, mual, nyeri pelut ulu hati skala
nyeri 5, belum BAB 5 hari, akral terasa hangat, pusing, tampak bintik-bintik
kemerahan di lengan, kulit tampak kemerahan
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah dirawat di RS
c. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit seperti yang diderita pasien, keluarga
juga tidak mempunyai riwayat penyakit Dm, Hipertensi
b. Riwayat Psikologi
Pasien tampak lemah dan gelisah, meringis kesakitan
c. Riwayat Sosial
Pasien dapat bersosialisasi dengan baik antar teman, tetangga dan dilingkungan
sosialnya
d. Riwayat Spiritual
Keluarga mengatakan pasien sangat taat beribadah
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran composmentis
b. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Hari/ Tanggal
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
(Jam)
Sabtu, HEMATOLOGI
23 Oktober
2017 HEMOGLOBIN (HGB) 12,2 11,7 – 15,5 g/dL
LEUKOSIT (WBC) 18,6 3,6 – 11,0 10^3/uL
TROMBOSIT (PLT) 271 150 – 400 10^3/uL
HEMATOKRIT (HCT) 38 35 – 47 %
URINE MAKROSKOPIK
Warna Kuning muda Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
PH 5.0 6,0 – 7,0
Berat jenis 1.010 1.003 – 1.030
Protein Negatif Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Normal
Darah Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
URINE MIKROSKOPIK
Leukosit 0-1 0–5
Eritrosit 0-1 0–2
Sel epitel Positif 1 Positif 1
Silinder Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Lain-lain -
SEROLOGI UMUM
WIDAL (Slide)
S. Typhi H 1/320 Negatif
S. Paratyphi AH Negatif Negatif
S. Paratyphi BH Negatif Negatif
S. Paratyphi CH 1/160 Negatif
S. typhi O 1/320 Negatif
S. Paratyphi AO Negatif Negatif
S. Paratyphi BO 1/160 Negatif
S. Paratyphi CO 1/80 Negatif
j. Tindakan terapi
Hari/Tanggal
NAMA OBAT
(Jam)
Sabtu, 1. Terpasang RL 30 tpm/6 jam
23 Oktober 2. Ranitidine 2x1 ampul via I.V
2017 3. Paracetamol 3x1 via P.O (jika
demam)
4. B Complex 3x1 via P.O
5. Antasida 3x1 via P.O
6. Domperidone 3x1 via P.O
7. Biodiar 3x1 via P.O
8. Cotrimoxazole 2x1 via P.O
FORMAT PENGKAJIAN KMB
A. PENGKAJIAN
Jam : 06.30 WIB
Pengkajian tgl : 23/10/2017 NO. RM : 18-81-24
Tanggal MRS : 23/10/2027 Dx. Masuk : THYPOID
Ruang/Kelas : Multazam/51.2 Dokter yang merawat : dr. Mudjaddid
Masalah:
Pasien mengatakan mual mutah ,lemas dan tidak kuat untuk menelan makan
dan belum BAB selama 5 hari
Kemampuan pergerakan sendi: Bebas Terbatas
Kekuatan otot: 2 2
Muskuloskeletal/ Integumen
2 2
Kulit
Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat Hiperpigmentasi
Turgor: Baik Sedang Jelek
Odema: Ada Tidak ada Lokasi
Luka Ada Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka Ada Tidak ada Yang ditemukan : kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :
Mandi
Keramas: 3x/seminggu Memotong kuku: tidak teratur
Ganti pakaian : 1x/hari
Lain-lain :
Masalah: tidak masalah
Hari/ Tanggal
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
(Jam)
Sabtu, HEMATOLOGI
23 Oktober
2017 HEMOGLOBIN (HGB) 12,2 11,7 – 15,5 g/dL
07.00-14.00 LEUKOSIT (WBC) 18,6 3,6 – 11,0 10^3/uL
TROMBOSIT (PLT) 271 150 – 400 10^3/uL
HEMATOKRIT (HCT) 38 35 – 47 %
URINE MAKROSKOPIK
Warna Kuning muda Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
PH 5.0 6,0 – 7,0
Berat jenis 1.010 1.003 – 1.030
Protein Negatif Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Normal
Darah Negatif Negatif
Pemeriksaan penunjang
URINE MIKROSKOPIK
Leukosit 0-1 0–5
Eritrosit 0-1 0–2
Sel epitel Positif 1 Positif 1
Silinder Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Lain-lain -
SEROLOGI UMUM
WIDAL (Slide)
S. Typhi H 1/320 Negatif
S. Paratyphi AH Negatif Negatif
S. Paratyphi BH Negatif Negatif
S. Paratyphi CH 1/160 Negatif
S. typhi O 1/320 Negatif
S. Paratyphi AO Negatif Negatif
S. Paratyphi BO 1/160 Negatif
S. Paratyphi CO 1/80 Negatif
Radiologi/ USG, dll
Hari/Tanggal
NAMA OBAT
(Jam)
Sabtu, 1. Terpasang RL 30 tpm/6 jam (digunakan untuk penambah
23Oktober 2017 cairan dan elektrolit tubuh untuk mengembalikan
07.00-14.00 keseimbangan tubuh).
2. Ranitidine 2x1 ampul via I.V (digunakan untuk menangani
gejala atau penyakit yang berkaitan dengan produksi asam
berlebih dalam lambung).
3. Paracetamol 3x1 via P.O (jika demam). (digunakan untuk
menurunkan demam akhibat infeksi virus ).
4. B Complex 3x1 via P.O (digunakan untuk menjaga system
kekebalan tubuh).
5. Antasida 3x1 via P.O (digunakan untuk menetralkan kadar
asam di dalam lambung, pada dasar lambung membutuhkan
asam yang berperan pada proses pencernaan serta
membunuh bakteri berbahaya pada makanan).
6. Domperidone 3x1 via P.O(digunakan untuk meredakan
Terapi:
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d Klien mengatakan nyeri di perut ulu
hati sejak 3 minggu yang lalu nyeri Hilang timbul skala nyeri 5
2. Hipertermi b.d dehidrasi d.d membran mukosa kering dan suhu tubuh 40oC
mengatakan lidah terasa pahit, nafsu makan berkurang, berat badan menuru
D. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Tanggal
No Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
dan Jam
(PES)
1. Sabtu Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.0823
agen pencedera keperawatan selama 1x24 jam Hal. 201)
23 fisiologi tingkat nyeri pasien berkurang
Oktober (inflamasi usus) dengan kriteria hasil : (L.08066 Observasi
2017 d.d Klien Hal. 145) -Indentifikasi
mengatakan nyeri 1. Kemampuan lokasi,karakteristik,durasi,fre
07.00- di perut ulu hati menuntaskan aktivitas
kuensi,intensitas nyeri
14.00 sejak 3 minggu meningkat
yang lalu nyeri 2. Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
Hilang timbul 3. Meringis menurun - Indentifikasi pengetahuan
skala nyeri 5 4. Sikap protektif dan keyakinan nyeri
menurun Terapeutik
5. Gelisah menurun -Berikan teknik
6. Perasaan takut nonfarmakologis untuk
mengalami cedera
mengurangi rasa nyeri
berulang menurun
7. Ketegangan otot -kontrol lingkungan yang
menurun memperberat rasa nyeri
Edukasi
-jelaskan
penyebab,periode,dan pemicu
nyeri
-jelaskan strategi meredakan
nyeri
-anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kalaborasi
1. -kalaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Sabtu Hipertermia b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermi
proses penyakit keperawatan selama 1x24 jam (I.15506 Hal.181)
23 d.d membran maka Termoregulasi membaik Observasi
Oktober mukosa kering
dengan kreteria hasil: -identifikasi penyebab
2017 dan suhu tubuh
40oC (L.14134 Hal.129) hipertermia
07.00- 1. menggigil menurun -monitor suhu tubuh
14.00 2. pucat menurun -monitor kadar elektrolit
3.suhu tubuh membaik -monitor haluaran urine
4.kadar glukosa darah -monitor komplikasi akibat
membaik. hipertermia
5.tekanan darah membaik Terapeutik
-sediakan lingkungan yang
dingin
-longgarkan atau lepaskan
pakaian
-basahi dan kipasi permukaan
tubuh
-berikan cairan oral
-lakukan pendinginan
eksternal
Edukasi
-Ajurkan tirah baring
Kalaborasi