Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA MEDIS TYPHOID

Disusun untuk memenuhi tugas praktek klinik Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:

Shely mariska

171030100122

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

JURUSAN S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Demam typhoid (selanjutnya disebut tifoid) merupakan penyakit infeksi akut usus halus

yang disebabkan oleh salmonella typhi (Hidayat A.A: 2018).

Demam typhoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh salmonella enteric

serotype typhi atau paratyphi (Wibisono et al, 2014).

Demam typhoid (tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang

biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau lebih

disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran

(Astuti, 2013).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa demam typhoid

merupakan penyakit infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi yang

disertai dengan gangguan pada sistem pencernaan.


B. Anatomi dan Fisiologi Pencernaan

Sistem pencernaan /sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem

organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi

zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah serta membuang

bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisaproses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,

usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan dan juga meliputi organ-

organ yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu: pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia.

Mulut biasanya terletak dikepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem

pencernaan lengkap yang berakhir dianus. Mulut merupakan jalan masuk untuk

sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan

dirasakan oleh organ perasa yang terdapat dipermukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan juga pahit. Penciuman dirasakan oleh

saraf olfaktorius di hidung dan juga lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi

belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.

Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut

dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung

antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan juga menyerang

bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara

otomatis.

2. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu

makanan mengalir dari bagian mulut kedalam lambung. Makanan berjalan melalui

kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan

faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).

b. Bagiantengah (campuran otot rangka dan otot halus).

c. Sertabagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

3. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan juga berbentuk seperti kandang

keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. Kardia.

b. Fundus.

c. Antrum.
Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin

(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter

menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam kerongkongan. Lambung

berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara Ritmik untuk

mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung

menghasilkan 3 zat penting:

a. Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung darikerusakan oleh asam lambung. Setiap

kelainan pada lapisan lendir ini,bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah

kepada terbentuknya tukak lambung.

b. Asam klorida(HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangatasam, yang diperlukan oleh pepsin

guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai

penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

4. Usus Halus (usus kecil)

Usus halus /usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak diantara

lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut

zat-zat yang diserap kehati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang

melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan

yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna

protein, gula dan juga lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa (sebelah

kanan), lapisan otot melingkar (Msirkuler), lapisan otot memanjang (M longitudinal)


dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua

belas jari duodenum), usus kosong (jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus

halus terdiri dari pipa berotot (>6cm), pencernaan secara kimiawi, penyerapan

makanan. Terbagi /usus 12 jari (duodenum), usus tengah (jejenum), usus penyerapan

(ileum).

a. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usushalus yang terletak

setelah lambung dan juga menghubungkannya ke usus kosong (jejenum). Bagian

usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari

bulbo duodenale dan berakhir diligamentumTreitz. Usus duabelas jari merupakan

organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.

pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus

duabelas jari terdapat duamuara saluran yaitu dari pancreas dan kantung empedu.

Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua

belas jari. Lambung melepaskan makanan kedalam usus duabelas jari

(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk

kedalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh

usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung

untuk berhenti mengalirkan makanan.

b. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian dari

usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan Juga usus penyerapan

(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2
meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan

digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong

berupa membran mukus dan juga terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas

permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas

jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan

dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya selgoblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit

untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.

c. Usus Penyerapan (ileum)

Usus penyerapan /ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada

sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak

setelah duodenum dan juga jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum

memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap

vitamin B12 dan juga garam-garam empedu.

5. Usus Besar (Kolon)

Usus besar /kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.

Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon

asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid

(berhubungan dengan rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar

berfungsi mencerna makanan beberapa bahan dan juga membantu penyerapan zat-zat

gizi. Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti

vitaminK. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta

antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam ususbesar.


Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air dan

terjadilah diare.

6. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu /sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah

suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak

dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan juga beberapa jenis

reptil. Sebagian besar herbivore memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora

ekslusif memiliki yang kecil, yang sebagian /seluruhnya digantikan oleh umbai

cacing.

7. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing /apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ

ini disebut apendisitis /radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat

menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah didalam rongga abdomen

/peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah

ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari

caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10

cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. walaupun lokasi apendiks selalu tetap,

lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda-beda diretrocaecal /dipinggang (pelvis) yang

jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna

dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai

fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbaicacing dikenal sebagai

appendiktomi.
8. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah kolon sigmoid)

dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara

feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang lebih tinggi,

yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan juga tinja masuk ke

dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material didalam rectum akan

memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika

defekasi tidak terjadi, seringkali material akan dikembalikan ke ususbesar, dimana

penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang

lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang

lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan juga anak yang lebih muda

mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.

Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limba keluar dari

tubuh. Sebagian besar anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan juga sebagian

lainnya dari usus. Pembukaan dan juga penutupan anus diatur oleh otot spinter. Feses

dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan

fungsi utamaanus

C. Etiologi

Etiologi typhoid adalah bakteri gram negative, bentuk batang tidak berkapsul, bersifat

aerobic dan anaerob fakultatif, memiliki flagella dan tidak ber spora, dinamakan

Salmonella typi atau Salmonella enterica serotype.


Salmonella memiliki cara khas antigen O, H dan Vi. Penyakit tifoid ini sering

dihubungkan dengan paratifoid, yang biasanya lebih ringan dan menunjukan gambaran

klinis yang sama, atau menyebabkan enteritis akut disebabkan oleh genus bakteri yang

sama dengan subspecies paratyphi A, B, C. salmonella typhi hanya menginfeksi manusia

dan hewan peliharaan.

D. Manifestasi Klinik

Menurut Wibisono et al (2014), masa tunas sekitar 10-14 hari. Gejala yang timbul

beravariasi dari ringan sampai berat. Tanda dan gejalanya yaitu:

a. Pada minggu pertama, muncul tanda infeksi akut seperti demam, nyeri kepala,

pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak

nyaman di perut, batuk dan epistaksis. Demam yang terjadi berpola seperti anak

tangga dengan suhu semakin tinggi dari hari ke hari. Lebih rendah pada pagi hari

dan tinggi pada sore hari.

b. Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif,

lidah typhoid (kotor ditengah, tepid dan ujung berwarna merah disertai tremor).

Hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran dan yang lebih

jarang berupa roseolae.

1. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat dityphoid adalah:

a. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik,

pankreastitis.
b. Komplikasi ekstra-intestinal : komplikasi kardiovaskuler, (gagal sirkulasi

perifer, miokarditis, tromboflebitis), komplikasi paru(pnemonia, pleuritis),

komplikasi darah(anemia hemolitik, trombositopenia, thrombosis),

komplikasi tulang (osteomielitis, peritonitis, arthiritis), komplikasi

neuropsikiatrik / tifoid toksin (Widoyono, 2011).

E. Patofisiologi

Bakteri salmonella typhi masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan air yang tercemar.

Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung, dan sebagian masuk ke usus halus,

mencapai plague peyeri di ileum terminalis yang hipertrofi. Salmonella typhi

memiliki fimbria khusus yang dapat menempel ke lapisan plague peyeri, sehingga bakteri

dapat di fagositosis. Setelah menempel, bakteri memproduksi protein yang mengganggu

brush bonder usus dan memaksa sel usus untuk membentuk kerutan membrane yang akan

melapisi bakteri dalam vesikel. Bakteri dalam vesikel akan menyebrang melewati

sitoplasma sel usus dan di presentasikan ke makrofag (Wibisono et al, 2014).

Kuman memiliki berbagai mekanisme sehingga dapat terhindar dari serangan system

imun seperti polisakarida kapsul Vi. Penggunaan makrofag sebagai kendaraan dan gen

Salmonella patogencity Island 2 (SPI2) (Wibisono et al, 2014).

Setelah sampai kelenjar getah bening mensenterika, kuman kemudian masuk ke aliran

darah melalui duktus torasikus sehingga terjadi bakteremia pertama yang asimtomatik.

Salmonella typhi juga bersarang dalam sistem retikuloendotelial terutama hati dan limpa,

dimana kuman meninggalkan sel fagosit berkemang biak dan masuk sirkulasi darah lagi

sehingga terjadi bakteremia kedua dengan gejala sistemik. Salmonella typhi


menghasilkan endotoksin yang berperan dalam inflamasi local jaringan tempat kuman

berkembang biak merangsang pelepasan zat pirogendan leukosit jaringan sehingga

muncul demam dan gejala sistemik lain. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat

erosi pembuluh darah sekitar plague peyeri. Apabila proses patologis semakin

berkembang, perorasi dapat terjadi (Wibisono et al, 2014).

F. Pathway

salmonella typhi

Demam

Tidak nyaman diperut


Nyeri kepala, pusing

demam typhoid merupakan penyakit Batuk dan epitaksis


Nyeri otot

infeksi pada usus halus yang


anoreksia Bradikardia relatif
disebabkan oleh salmonella typhi

yang disertai dengan gangguan pada


Mual, muntah Lidah typhoid
sistem pencernaan.

Obstipasi atau diare

Komplikasi ekstra-intestinal : komplikasi


Komplikasi intestinal : kardiovaskuler, (gagal sirkulasi perifer,
miokarditis, tromboflebitis), komplikasi
perdarahan usus, perforasi usus, paru(pnemonia, pleuritis), komplikasi
darah(anemia hemolitik, trombositopenia,
ileus paralitik, pankreastitis.
thrombosis), komplikasi tulang
(osteomielitis, peritonitis, arthiritis),
komplikasi neuropsikiatrik / tifoid toksin
G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan typoid sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam

thypoid, yaitu  :

a. Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan

selama demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan

menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari kemudian

b. Ampisilin/Amoksisilin : dosis 50 – 15- mg/Kg/BB/hari, diberikan selama 2 minggu

c. Kotrimoksasol : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametosazol-80 mg

trimetropim), diberikan selama dua minggu.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Diet

1. Cukup kalori dan tinggi protein

2. Pada keadaan akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas dapat

diberikan bubur kasar, dan akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat

kesembuhan. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian

makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang

sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan secara aman.

3. Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan

intensif dengan nutrisi parenteral total.

b. Istirahat

Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien harus

tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama
14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan kondisi.

Klien dengan kondisi kesadaran menurun perlu diubah posisinya setiap 2 jam

untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air

kecil perlu perhatian karena kadang – kadang terjadi obstipasi dan retensi urine.

c. Perawatan sehari – hari

Dalam perawatan selalu dijaga personal hygiene, kebersihan tempat tidur,

pakaian, dan peralatan yang digunakan oleh klien.

H. Pemeriksaan Penunjang

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan

limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada

kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada

batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada

komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak

berguna untuk diagnosa Pemeriksaan leukosit demam typhoid.

1. Pemeriksaan SGOT Dan SGPT

SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali

2. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah

negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan

hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

a. Teknik pemeriksaan Laboratorium


Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini

disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu

pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat

bakteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan

berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat

positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi

dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah

negatif.

d. Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba

pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin

negatif.

3. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan

typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan

pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di

laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin

dalam serum klien yang disangka menderita tifoid


Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella

typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada

pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali

pemeriksaan.

1. Pencegahan

a. Terhadap lingkungan

1) Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan

2) Pembuangan kotoran manusia (faeces) BAB dan BAK yang tertutup

3) Pemberantasan lalat

4) Pengawasan terhadap rumah-rumah makan dan penjualan makanan.

b. Terhadap manusia

1) Imunisasi aktif maupun pasif

2) Menemukan dan mengawasi Carier Typhoid

3) cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau

mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum

dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih.


KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Biasanya dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang

terbanyak adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya

demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi

lingkungan yang kurang.

2. Keluhan utama

Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.

3. Riwayat penyakit sekarang

Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.

4. Riwayat penyakit dahulu

Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.

5. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga ada yang karier

6. Riwayat psiko social dan spiritual

Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan.

7. Riwayat tumbuh kembang

Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek biasa

8. Activity Daily Life

a) Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual,

muntah, anoreksia, kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


b) Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare

c) Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat

dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.

d) Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur

karena adanya peningkatan suhu tubuh.

e) Personal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga mengalami

gangguan perawatan diri. Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal

hygiene seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan di

sembarang tempat.

9. Pemeriksaan fisik

a) Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat

kadang di dapat anemia ringan.

b) Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat

beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal

dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang

terjadi.

c) Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi.

Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.

d) Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa,

distensi abdomen, bising usus meningkat

e) Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas. (Hidayat A.A:

2008).
B. Diagonosa Keperawatan

1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologi (inflamasi hati)

2. Hipertermia b/d dehidrasi

3. Defisit nutrisi b/d ketidak mampuan menelan makanan

4. Gangguan Eliminasi Urin b/d Penurunan kapasitas kandung kemih

5. Gangguan Pola Tidur b/d Hambatan Lingkungan

6. Gangguan Mobilitas fisik b/d Nyeri

7. Gangguan perukaran Gas b/d ketidak seimbangan ventilasi-perfusi

( Menurut Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2017).

C. Perencanaan Keperawatan

No Tgl dan Diagnosa Tujuan dan kreterial hasil Intervensi


jam (SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 29/30 Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Observasi


SEP b/d agen keperawatan selama 2x24 jam -Indentifikasi
2020 pencedera maka tingkat nyeri menurun lokasi,karakteristik,durasi,frekuen
Jam fisiologi dengan kreteria hasil: si,intensitas nyeri
07.00- (inflamasi 1.keluhan nyeri menurun - Indentifikasi pengetahuan dan
14,00 hati) 2.gelisah menurun keyakinan nyeri
3.meringis menurun Terapeutik
4.mual muntah menurun -Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
-kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
-jelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
-jelaskan strategi meredakan
nyeri
-anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Kalaborasi
-kalaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 29 Hipertermia Setelah dilakukan intervensi Observasi
SEP b/d keperawatan selama 3x24 jam -indentifikasi penyebab
/01 dehidrasi maka Termoregulasi membaik hipertermia
Oktober dengan kreteria hasil: -monitor suhu tubuh
2020 1.menggigil menurun -monitor kadar elektralit
Jam 2.pucat menurun -monitor haluaran urine
07.00- 3.suhu tubuh membaik -monitor komplikasi akibat
14,00 4.kadar glukosa darah hipertermia
membaik. Terapeutik
5.tekanan darah membaik -sediakan lingkungan yang dingin
-longgarkan atau lepaskan
pakaian
-basahi dan kipasi permukaan
tubuh
-berikan cairan oral
-lakukan pendinginan eksternal
Edukasi
-Ajurkan tirah baring
Kalaborasi
-kalaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
3. 29/30 Defisit Setelah dilakukan intervensi Observasi
SEP nutrisi b/d keperawatan selama 2x24 jam -identifikasi status nutrisi
2020 ketidak maka status nutrisi membaik - identifikasi alergi dan
Jam mampuan dengan kreteria hasil: intoteransi makan
07.00- menelan 1.porsi makan yang - identifikasi kebutuhan kalori
14,00 makanan dihabiskan meningkat dan jenis nutrient
2.nyeri abdomen menurun Terapeutik
3.frekuensi makan membaik -lakukan oral hygiene sebelum
4.nafsu makan membaik makan jika perlu
5.membran mukosa membaik -fasilitasi menentukan pedoman
diet
-berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
Edukasi
-anjurkan posisi duduk,jika
mampu
-ajarkan diet yang diprogramkan
Kalaborasi
-kalaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
-kalaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan,jika perlu

D. Implementasi dan Evaluasi

Tgl/ja Diagnosa Implementasi Soap


m (SDKI) (SIKI)
29/30 SEP Nyeri akut S:
2020 b/d agen Observasi -Pasien
Jam pencedera -Meindentifikasi mengatakan nyeri
fisiologi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi, pada ulu hati
07.00- intensitas nyeri
(inflamasi sudah berkurang
14,00 - Meindentifikasi pengetahuan dan
hati) -skala 2
keyakinan nyeri
Terapeutik O:
-Memberikan teknik nonfarmakologis -Pasien tampak
untuk mengurangi rasa nyeri sedikit rileks
-Mengontrol lingkungan yang -pasien tampak
memperberat rasa nyeri tidak meringis
Edukasi TD= 100/60
-Menjelaskan penyebab,periode,dan N: 70x/ menit
pemicu nyeri S:36,5
-Menjelaskan strategi meredakan RR: 20x/ menit
nyeri
-anjurkan menggunakan analgetik A:
secara tepat Maslah teratasi
Kalaborasi sebagian
-Mengkalaborasi pemberian analgetik,
jika perlu P:
Intervensi
dilanjutkan
29 SEP /01 Hipertermia Observasi S:
Oktober b/d -Meindentifikasi penyebab -Pasien
2020 dehidrasi hipertermia mengatakan
Jam tubuhnya masih
-Memonitor suhu tubuh
hangat
07.00- -Memonitor kadar elektralit
14,00 -Memonitor haluaran urine O:
-Memonitor komplikasi akibat - Suhu : 37,0 oc
hipertermia - Kulit teraba hangat
Terapeutik
-Menyediakan lingkungan yang A : Masalah
dingin hipertermi teratasi
-Melonggarkan atau lepaskan pakaian
-Membasahi dan kipasi permukaan
tubuh
-Memberikan cairan oral
-Melakukan pendinginan eksternal
Edukasi
-Mengajurkan tirah baring P:
Intervensi tetap
Kalaborasi
dilanjutkan
-Mengkalaborasi pemberian
cairan dan elektrolit intravena, -kalaborasi pemberian
jika perlu cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

29/30 SEP Defisit Observasi S:


2020 nutrisi b/d -Meidentifikasi status nutrisi -Pasien
Jam ketidak -Me identifikasi alergi dan intoteransi mengatakan
mampuan sudah dapat
07.00- makan
menelan menghabiskan
14,00 -Meidentifikasi kebutuhan kalori dan
maknan makananya
jenis nutrient
Terapeutik O:
-Melakukan oral hygiene sebelum -BB kembali
makan jika perlu normal
-Mefasilitasi menentukan pedoman
A:
diet
Masalah teratasi
-Memberikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein P:
Edukasi Intervensi
-Menganjurkan posisi duduk,jika dihentikan
mampu
-Mengajarkan diet yang
diprogramkan
Kalaborasi
-Mengkalaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
-Mengkalaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan,jika perlu

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tgl. Pengkajian : 23 Oktober 2017 Jam : 06.30 WIB
Tgl. MRS : 23 Oktober 2017 Dx. Masuk : Typhoid
Ruang/kelas : Multazam/51.2 Dokter : dr. Mudjaddid
No. RM : 18-81-24
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai kantor
Alamat : Serua, Ciputat
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status perkawinan : Belum menikah
2. Keluhan utama
a. Keluhan Utama Saat MRS :
Pasien datang ke RS dengan keluhan utama nyeri perut ulu hati hilang timbul selama
3 minggu
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian :
Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh lemas, mual, demam kurang lebih 3 hari,
merasa tidak nafsu makan, kepala terasa pusing
3. Diagnosa medis
Typhoid
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Saat dilakuka pengkajian pasien mengeluh lemas, mual, nyeri pelut ulu hati skala
nyeri 5, belum BAB 5 hari, akral terasa hangat, pusing, tampak bintik-bintik
kemerahan di lengan, kulit tampak kemerahan
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah dirawat di RS
c. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit seperti yang diderita pasien, keluarga
juga tidak mempunyai riwayat penyakit Dm, Hipertensi

5. Riwayat keperawatan klien


a. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)
Pola Aktifitas Sehari- Di Rumah Di Rumah sakit
hari (ADL

Pola pemenuhan 1. Makan/minum: 1. Makan/minum:


kebutuhan nutrisi dan 3xsehari/8 gelas 1xsehari/2 gelas perhari
cairan perhari 2. Jenis : bubur beserta
2. Jenis: Nasi 1 porsi sayur-sayuran dan air
habis dengan lauk dan putih segelas
sayur, minumnya air 3. Pantangan : Makanan
putih dan teh hangat junk food
3. Pantangan: Tidak ada 4. Kesulitan
pantangan makanan makan/minum: Pasien
4. Kesulitan makan: selalu merasa mual saat
Tidak ada kesulitan makan
makan dan minum

Pola eliminasi 1. Frekuensi : BAK lebih 1. Frekuensi : BAK hanya


dari 3x/hari dan BAB 1x/hari dan BAB belum
1x/hari pernah
2. Warna : Kuning 2. Warna : kuning
3. Bau : Amoniak 3. Bau : -

Pola Istirahat 1. Frekuensi : Klien tidur 1. Frekuensi : klien tidur


2x/hari 1x/hari
2. Durasi : 8 jam 2. Durasi : tidak lama,
3. Gangguan tidur : tidak bangun tidur terus
ada gangguan dalam 3. Gangguan : merasa
tidur pusing dan badan terasa
panas

Pola kebersihan Mandi 2x/hari Mandi 1x/hari


diri/personal hygiene Gosok gigi 3x/hari Gosok gigi 2x/hari
Keramas 3x/seminggu Keramas 1xseminggu
Potong kuku teratur Potong kuku tidak teratur

b. Riwayat Psikologi
Pasien tampak lemah dan gelisah, meringis kesakitan
c. Riwayat Sosial
Pasien dapat bersosialisasi dengan baik antar teman, tetangga dan dilingkungan
sosialnya
d. Riwayat Spiritual
Keluarga mengatakan pasien sangat taat beribadah
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran composmentis
b. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

SAAT SEBELUM SAKIT SAAT PENGKAJIAN


TD : 120/80 mmHg TD: 100/60 mmHg
N : 70x/menit N: 90x/menit
S : 36,50C S: 400C
RR : 20x/menit RR: 28x/mnt
c. Pemeriksaan Wajah
1. Mata : Mata klien normal, tidak ada oedema, sclera perubahan warna anemis,
warna iris hitam, reaksi pupil terhadap cahaya miosis, pupil isokor.
2. Hidung : hidung klien normal, tidak terpasang selang NGT, tidak ada polip, tidak
ada perdarahan
3. Mulut : Kebersihan mulut kurang dijaga, lidah tampak kotor, mukosa mulut/bibir
kemerahan dan tampak kering.
4. Telinga : telinga klien normal, tidak ada kotoran, tidak ada perdarahan, tidak ada
peradangan
d. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
1. Kepala : saat di inspeksi bentuk kepala klien bulat, simetris, tidak ada
hidro/hiposepalus, tidak ada luka, tidak ada perdarahan, dan saat palpasi tidak ada
nyeri tekan
2. Leher : saat di inspeksi bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran tiroid, posisi
trakea simetris, tidak ada pembesaran pada vena jugularis
e. Pemeriksaan Thoraks/dada
1. Pemeriksaan paru : saat dinspeksi bentuk thoraks normal chest, susunan tulang
belakang normal, bentuk dada simetris, retraksi otot bantu nafas tidak ada, tidak
ada sianosis, saat diperkusi area paru sonor, saat diauskultasi suara nafas bersih,
tidak terdengar suara tambahan
2. Pemeriksaan jantung : saat di inspeksi ictus cordi negatif, saat dipalpasi dinding
thoraks teraba kuat, saat diperkusi tidak ada kelainan, saat di auskultasi tida ada
suara tambahan
f. Pemeriksaan Abdomen
Kebersihan cukup, bentuk simetris, tidak ada benjolan, terdapat nyeri tekan, bising
usus 12x /menit, terdapat pembesaran hati dan limfa
g. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
1. Menguji tingkat kesadaran GCS: 13 (Eye: 3, Verbal: 4, Motorik: 6), maka klien
tingkat kesadaran composmentis
2. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak: klien ada peningkatan suhu, tidak ada
nyeri kepala, terasa agak mual
3. Memeriksa nervouskranialis : normal
4. Memeriksa fungsi motorik : pergerakan otot klien simetris
h. Pemeriksaan Kulit/Integumen
1. Integumen/kulit : saat diinspeksi klien tidak terdapat luka, terdapat ptekie
dilengan, ada kemerahan di kulit tangan, saat dipalpasi tekstur kulit halus, dan
kulit klien terasa hangat
2. Pemeriksaan rambut : penyebaran rambut merata, warna rambut berwarna hitam,
rambut tampak bersih
3. Pemeriksaan kuku : saat diinspeksi warna kuku baik, bentuk normal dan kuku
tampak bersih
i. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik
Cek laboratorium H2TL

Hari/ Tanggal
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
(Jam)

Sabtu, HEMATOLOGI
23 Oktober
2017 HEMOGLOBIN (HGB) 12,2 11,7 – 15,5 g/dL
LEUKOSIT (WBC) 18,6 3,6 – 11,0 10^3/uL
TROMBOSIT (PLT) 271 150 – 400 10^3/uL
HEMATOKRIT (HCT) 38 35 – 47 %

URINE MAKROSKOPIK
Warna Kuning muda Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
PH 5.0 6,0 – 7,0
Berat jenis 1.010 1.003 – 1.030
Protein Negatif Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Normal
Darah Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif

URINE MIKROSKOPIK
Leukosit 0-1 0–5
Eritrosit 0-1 0–2
Sel epitel Positif 1 Positif 1
Silinder Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Lain-lain -

SEROLOGI UMUM
WIDAL (Slide)
S. Typhi H 1/320 Negatif
S. Paratyphi AH Negatif Negatif
S. Paratyphi BH Negatif Negatif
S. Paratyphi CH 1/160 Negatif
S. typhi O 1/320 Negatif
S. Paratyphi AO Negatif Negatif
S. Paratyphi BO 1/160 Negatif
S. Paratyphi CO 1/80 Negatif

j. Tindakan terapi

Hari/Tanggal
NAMA OBAT
(Jam)
Sabtu, 1. Terpasang RL 30 tpm/6 jam
23 Oktober 2. Ranitidine 2x1 ampul via I.V
2017 3. Paracetamol 3x1 via P.O (jika
demam)
4. B Complex 3x1 via P.O
5. Antasida 3x1 via P.O
6. Domperidone 3x1 via P.O
7. Biodiar 3x1 via P.O
8. Cotrimoxazole 2x1 via P.O
FORMAT PENGKAJIAN KMB

A. PENGKAJIAN
Jam : 06.30 WIB
Pengkajian tgl : 23/10/2017 NO. RM : 18-81-24
Tanggal MRS : 23/10/2027 Dx. Masuk : THYPOID
Ruang/Kelas : Multazam/51.2 Dokter yang merawat : dr. Mudjaddid

Nama : Ny. E Jenis Kelamin : Perempuan


Umur : 24 tahun Status Perkawinan : Belum menikah
Riwayat Sakit dan Kesehatan Identitas

Agama : Islam Penanggung Biaya : ORANG TUA


Pendidikan : SMA
Pekerjaan
Keluhan utama : : Swasta
c. Keluhan Utama Saat MRS :
Pasien datang ke RS dengan keluhan utama nyeri perut ulu hati hilang timbul selama 3
minggu
d. Keluhan Utama Saat Pengkajian :
Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh lemas, mual, demam kurang lebih 3 hari,
merasa tidak nafsu makan, kepala terasa pusing

Penyakit yang pernah diderita : tidak ada


Keluarga
Pemeriksaan Fisik pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah dirawat di RS
Keadaan Umum: baik sedang lemah Kesadaran:
Tanda vital TD: 100/60 mmHg Nadi: 90x/menit Suhu : 38,0 ºC RR: 20 x/mnt
Pola nafas irama: Teratur  Tidak teratur
Jenis Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain:
Suara nafas:  verikuler  Stridor  Wheezing  Ronchi Lain-lain:
Sesak nafas  Ya Tidak  Batuk  Ya  Tidak
Masalah:
Pernafasan

Pemeriksaan paru : saat dinspeksi bentuk thoraks normal


chest, susunan tulang belakang normal, bentuk dada
simetris, retraksi otot bantu nafas tidak ada, tidak ada
sianosis, saat diperkusi area paru sonor, saat diauskultasi
suara nafas bersih, tidak terdengar suara tambahan

Irama jantung:  Reguler  Ireguler S1/S2 tunggal  Ya  Tidak


Nyeri dada:  Ya Tidak
Bunyi jantung:  Normal  Murmur  Gallop lain-lain
CRT:  < 3 dt  > 3 dt
Akral: Hangat  Panas  Dingin kering  Dingin basah  lain-lain
Kardiovaskuler
Masalah: Pemeriksaan jantung : saat di inspeksi ictus cordi negatif, saat
dipalpasi dinding thoraks teraba kuat, saat diperkusi tidak ada kelainan,
saat di auskultasi tida ada suara tambahan

GCS: 13 Eye: 3, Verbal: 4 Motorik:6 Total:


Persyarafan

Refleks fisiologis:  patella  triceps  biceps lain-lain:


Refleks patologis: babinsky  budzinsky  kerniglain-lain:
Lain-lain:
Istirahat / tidur: jam/hari Gangguan tidur:
Masalah: tidak ada masalah
Penglihatan (mata)
Pupil :  Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva :  Anemis  Ikterus Lain-lain:
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga : Normal
Penginderaan

Gangguan pendengaran :  Ya Tidak Jelaskan:


Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : Normal  Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman : Ya  Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah: tidak ada masalah

Kebersihan: Normal Bersih  Kotor


Urin: 1x/hari Jumlah: 500 cc/hr Warna: Kunig Bau: - - -
Perkemihan

Alat bantu (kateter, dan lain-lain):


Kandung kencing:Membesar Ya  Tidak
Nyeri tekan Ya  Tidak
Gangguan:  Anuria  Oliguri  Retensi
 Nokturia  Inkontinensia Lain-lain:
Masalah: tidak adaa masalah
Nafsu makan:  Baik  Menurun Frekuensi: 2 x/hari
Porsi makan:  Habis Tidak Ket: Pasien selalu merasa mual saat makan
Diet :
Minum : 1xsehari/2 gelas perhari cc/hari Jenis: air putih
Mulut dan Tenggorokan
Mulut:  Bersih Kotor  Berbau
Mukosa  Lembab  Kering  Stomatitis
Tenggorokan  Nyeri telan  Kesulitan menelan
 Pembesaran tonsil  Lain-lain:
Pencernaan

Abdomen  Tegang  Kembung  Ascites  Nyeri tekan, lokasi: dada


Peristaltik x/mnt
Pembesaran limfa  Ya  Tidak
Pembesaran lien  Ya Tidak
Buang air besar x 1/hari Teratur:  Ya  Tidak
Konsistensi Bau: Warna: kuning
Lain-lain:

Masalah:
Pasien mengatakan mual mutah ,lemas dan tidak kuat untuk menelan makan
dan belum BAB selama 5 hari
Kemampuan pergerakan sendi: Bebas  Terbatas
Kekuatan otot: 2 2
Muskuloskeletal/ Integumen

2 2
Kulit
Warna kulit:  Ikterus Sianotik  Kemerahan  Pucat  Hiperpigmentasi
Turgor: Baik  Sedang  Jelek
Odema:  Ada  Tidak ada Lokasi
Luka  Ada  Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka  Ada  Tidak ada Yang ditemukan : kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :

Masalah: tidak ada masalah

Pembesaran Tyroid  Ya  Tidak


Endokrin

Hiperglikemia  Ya Tidak Hipoglikemia  Ya  Tidak


Luka gangren  Ya  Tidak Pus  Ya  Tidak
Masalah:
Tidak masalah
: 2x/hari Sikat gigi : 3x/hari
HigienePersonal

Mandi
Keramas: 3x/seminggu Memotong kuku: tidak teratur
Ganti pakaian : 1x/hari

Masalah: Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL (personal hygiene)


Orang yang paling dekat:
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: Pasien dapat bersosialisasi dengan baik antar
Psiko-sosio-spiritual

teman, tetangga dan dilingkungan sosialnya

Kegiatan ibadah: Keluarga mengatakan pasien sangat taat beribadah

Lain-lain :
Masalah: tidak masalah
Hari/ Tanggal
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
(Jam)

Sabtu, HEMATOLOGI
23 Oktober
2017 HEMOGLOBIN (HGB) 12,2 11,7 – 15,5 g/dL
07.00-14.00 LEUKOSIT (WBC) 18,6 3,6 – 11,0 10^3/uL
TROMBOSIT (PLT) 271 150 – 400 10^3/uL
HEMATOKRIT (HCT) 38 35 – 47 %

URINE MAKROSKOPIK
Warna Kuning muda Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
PH 5.0 6,0 – 7,0
Berat jenis 1.010 1.003 – 1.030
Protein Negatif Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Normal
Darah Negatif Negatif
Pemeriksaan penunjang

Leukosit Negatif Negatif


Nitrit Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif

URINE MIKROSKOPIK
Leukosit 0-1 0–5
Eritrosit 0-1 0–2
Sel epitel Positif 1 Positif 1
Silinder Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Lain-lain -

SEROLOGI UMUM
WIDAL (Slide)
S. Typhi H 1/320 Negatif
S. Paratyphi AH Negatif Negatif
S. Paratyphi BH Negatif Negatif
S. Paratyphi CH 1/160 Negatif
S. typhi O 1/320 Negatif
S. Paratyphi AO Negatif Negatif
S. Paratyphi BO 1/160 Negatif
S. Paratyphi CO 1/80 Negatif
Radiologi/ USG, dll
Hari/Tanggal
NAMA OBAT
(Jam)
Sabtu, 1. Terpasang RL 30 tpm/6 jam (digunakan untuk penambah
23Oktober 2017 cairan dan elektrolit tubuh untuk mengembalikan
07.00-14.00 keseimbangan tubuh).
2. Ranitidine 2x1 ampul via I.V (digunakan untuk menangani
gejala atau penyakit yang berkaitan dengan produksi asam
berlebih dalam lambung).
3. Paracetamol 3x1 via P.O (jika demam). (digunakan untuk
menurunkan demam akhibat infeksi virus ).
4. B Complex 3x1 via P.O (digunakan untuk menjaga system
kekebalan tubuh).
5. Antasida 3x1 via P.O (digunakan untuk menetralkan kadar
asam di dalam lambung, pada dasar lambung membutuhkan
asam yang berperan pada proses pencernaan serta
membunuh bakteri berbahaya pada makanan).
6. Domperidone 3x1 via P.O(digunakan untuk meredakan
Terapi:

mual dan mundah ,gangguan pencernaan dan refluks asam


lambung).
7. Biodiar 3x1 via P.O(digunakan untuk mengobati diare yang
disebabkan oleh keracunan makanan ,bakteri ataupun
virus).
8. Cotrimoxazole 2x1 via P.O(digunakan untuk menangani
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti
bronkritis,otitis media dan infeksi saluran kemih).
B. Analisa Data

Data Problem Etiologi


DS : Nyeri Akut (D.0077 Hal.172) Agen pencedera fisiologis
- Klien mengatakan nyeri (D.0077 Hal.172)
di perut ulu hati sejak 3
minggu yang lalu nyeri
Hilang timbul skala nyeri
5
DO :
- Composmetis (GCS:14
E3 M6 V5)
- Wajah tampak menahan
sakit
- TD : 100/60 mmHg
- N : 90x/menit
- S : 40oC
- RR : 28x/menit
- CRT: < 2 detik
- Lab THYPI POST 1/400
DS : Hipertermi (D.0130 hal.284) Proses penyakit (D.0130
- Klien mengatakan lemas hal.284)
DO :
- Klien tampak gelisah
- Akral hangat
- Membran mukosa kering
TD: 100/60 mmHg
N: 90x/menit
S: 40oC
RR: 28x/mnt
DS : Resiko defisit nutrisi (D.0032 Hal Ketidakmampuan
- Klien mengatakan lidah 81) mengabsorbsi nutrisi D.0032
terasa pahit, nafsu makan Hal 81)
berkurang.
DO :
- klien tampak lemah
- Klien tampak lemas,
pucat,
- Tidak nafsu makan.
- BB sebelum masuk 61 kg
- BB Sesudah masuk 60 kg
- Diit BK, habis ¼ porsi
kurang lebih 250cc,
minum 1 gelas kurang
lebih 300cc.
C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d Klien mengatakan nyeri di perut ulu

hati sejak 3 minggu yang lalu nyeri Hilang timbul skala nyeri 5

2. Hipertermi b.d dehidrasi d.d membran mukosa kering dan suhu tubuh 40oC

3. Resiko defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi d.d Klien

mengatakan lidah terasa pahit, nafsu makan berkurang, berat badan menuru
D. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
Tanggal
No Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
dan Jam
(PES)
1. Sabtu Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.0823
agen pencedera keperawatan selama 1x24 jam Hal. 201)
23 fisiologi tingkat nyeri pasien berkurang
Oktober (inflamasi usus) dengan kriteria hasil : (L.08066 Observasi
2017 d.d Klien Hal. 145) -Indentifikasi
mengatakan nyeri 1. Kemampuan lokasi,karakteristik,durasi,fre
07.00- di perut ulu hati menuntaskan aktivitas
kuensi,intensitas nyeri
14.00 sejak 3 minggu meningkat
yang lalu nyeri 2. Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
Hilang timbul 3. Meringis menurun - Indentifikasi pengetahuan
skala nyeri 5 4. Sikap protektif dan keyakinan nyeri
menurun Terapeutik
5. Gelisah menurun -Berikan teknik
6. Perasaan takut nonfarmakologis untuk
mengalami cedera
mengurangi rasa nyeri
berulang menurun
7. Ketegangan otot -kontrol lingkungan yang
menurun memperberat rasa nyeri
Edukasi
-jelaskan
penyebab,periode,dan pemicu
nyeri
-jelaskan strategi meredakan
nyeri
-anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kalaborasi
1. -kalaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Sabtu Hipertermia b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermi
proses penyakit keperawatan selama 1x24 jam (I.15506 Hal.181)
23 d.d membran maka Termoregulasi membaik Observasi
Oktober mukosa kering
dengan kreteria hasil: -identifikasi penyebab
2017 dan suhu tubuh
40oC (L.14134 Hal.129) hipertermia
07.00- 1. menggigil menurun -monitor suhu tubuh
14.00 2. pucat menurun -monitor kadar elektrolit
3.suhu tubuh membaik -monitor haluaran urine
4.kadar glukosa darah -monitor komplikasi akibat
membaik. hipertermia
5.tekanan darah membaik Terapeutik
-sediakan lingkungan yang
dingin
-longgarkan atau lepaskan
pakaian
-basahi dan kipasi permukaan
tubuh
-berikan cairan oral
-lakukan pendinginan
eksternal
Edukasi
-Ajurkan tirah baring
Kalaborasi

-kalaborasi pemberian cairan


dan elektrolit intravena, jika
perlu
3. Sabtu Resiko defisit Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03119
nutrisi b.d ketidak keperawatan selama 1x24 jam Hal.200)
23 mampuan maka status nutrisi membaik Observasi
Oktober mengabsorbsi
dengan kreteria hasil: - identifikasi status nutrisi
2017 nutrisi d.d Klien
mengatakan lidah (L.03030 Hal.121) - identifikasi alergi dan
07.00- terasa pahit, nafsu 1.porsi makan yang dihabiskan intoteransi makan
14.00 makan berkurang, meningkat - identifikasi kebutuhan kalori
berat badan 2.nyeri abdomen menurun dan jenis nutrient
menurun. 3.frekuensi makan membaik Terapeutik
4.nafsu makan membaik -lakukan oral hygiene
5.membran mukosa membaik sebelum makan jika perlu
-fasilitasi menentukan
pedoman diet
-berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
-anjurkan posisi duduk,jika
mampu
-ajarkan diet yang
diprogramkan
Kalaborasi
-kalaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
-kalaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
E. CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/jam Diagnosa Implementasi Soap


23 Oktober Nyeri akut S:
2017 Jam b.d agen Observasi -Pasien
07.00- pencedera -Meindentifikasi mengatakan nyeri
14,00 fisiologi d.d lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi, pada ulu hati
Klien intensitas nyeri sudah berkurang
mengatakan - Meindentifikasi pengetahuan dan -skala 2
nyeri di keyakinan nyeri
perut ulu hati Terapeutik O:
sejak 3 -Memberikan teknik nonfarmakologis -Pasien tampak
minggu yang untuk mengurangi rasa nyeri sedikit rileks
lalu nyeri -Mengontrol lingkungan yang -pasien tampak
Hilang memperberat rasa nyeri tidak meringis
timbul skala Edukasi TD= 100/60
nyeri 5 -Menjelaskan penyebab,periode,dan N: 70x/ menit
pemicu nyeri S:36,5
-Menjelaskan strategi meredakan RR: 20x/ menit
nyeri
-anjurkan menggunakan analgetik A:
secara tepat Maslah teratasi
Kalaborasi sebagian
-Mengkalaborasi pemberian analgetik,
jika perlu P:
Intervensi
dilanjutkan
23 Oktober Hipertermia Observasi S:
2017 Jam b.d proses -Meindentifikasi penyebab -Pasien
07.00- penyakit d.d hipertermia mengatakan
14,00 membran tubuhnya masih
-Memonitor suhu tubuh
mukosa hangat
kering dan -Memonitor kadar elektralit
suhu tubuh -Memonitor haluaran urine O:
40oC -Memonitor komplikasi akibat - Suhu : 37oC
hipertermia - Kulit teraba hangat
Terapeutik
-Menyediakan lingkungan yang A : Masalah
hipertermi teratasi
dingin
-Melonggarkan atau lepaskan pakaian P :
-Membasahi dan kipasi permukaan Intervensi tetap
tubuh dilanjutkan
-Memberikan cairan oral
-Melakukan pendinginan eksternal -kalaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
Edukasi intravena, jika perlu
-Mengajurkan tirah baring
Kalaborasi
-Mengkalaborasi pemberian
cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
23 Oktober Resiko Observasi S:
2017 defisit nutrisi -Meidentifikasi status nutrisi -Pasien
Jam b.d ketidak -Me identifikasi alergi dan intoteransi mengatakan
mampuan sudah dapat
07.00- makan
mengabsorbs menghabiskan
14,00 -Meidentifikasi kebutuhan kalori dan
i nutrisi d.d makananya
Klien jenis nutrient
mengatakan Terapeutik O:
lidah terasa -Melakukan oral hygiene sebelum -BB kembali
pahit, nafsu makan jika perlu normal
makan -Mefasilitasi menentukan pedoman
berkurang, A:
diet
berat badan Masalah teratasi
menurun. -Memberikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein P:
Edukasi Intervensi
-Menganjurkan posisi duduk,jika dihentikan
mampu
-Mengajarkan diet yang
diprogramkan
Kalaborasi
-Mengkalaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
-Mengkalaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan,jika perlu

Anda mungkin juga menyukai