Anda di halaman 1dari 13

KETIMPANGAN PEMBANGUNAN AKIBAT DARI

PERTUMBUHAN INDUSTRI EKSPOR DI JAWA

DISUSUN OLEH:
FARCHAN HAMDANI (07)

SEKOLAH MENENGAH ATAS 2 BANGKALAN 2021


i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Ketimpangan
pembangunan akibat dari pertumbuhan industri ekspor di jawa.”

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi.
Penyusunan Makalah ini bertujuan untuk Menganalisis Ketimpangan pembangunan akibat
dari pertumbuhan industri ekspor di jawa Juga Memperjelas hasil penelitian yang telah saya
lakukan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ratna Suharti selaku Guru Pembimbing
dalam mata pelajaran Sosiologi,sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Terima kasih pula kepada pihak yang telah membantu saya dalam proses penyusunan
makalah ini

Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam rangka
penyempurnaan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
maupun saya dan menambah pengetahuan dalam Ketimpangan pembangunan akibat dari
pertumbuhan industri ekspor di jawa.

Bangkalan, 16 November 2021

ii
Farchan Hamdani
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………… ii

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………… iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………… 2

C. Tujuan………………………………………………………………………………………………………….. 2

D. Manfaat……………………………………………………………………………………………………….. 2

Bab II Kajian Pustaka

A. Berdasarkan penelitian …………………………………………………………………………… 3

Bab III Pembahasan

A. Faktor Penyebab Ketimpangan pembangunan akibat dari pertumbuhan industri… 5


B. Program perencanaan pengajuan Ketimpangan pembangunan akibat dari
pertumbuhan industri……………………………………………………………………………………….. 6
C. Apa saja dampak dari terjadinya Ketimpangan pembangunan akibat dari
pertumbuhan industri ekspor di jawa ………………………………………………………………. 6

Bab IV Analisa Data

A. Kenyataan yang ada di Lapangan Benar Adanya atau Tidak……………………………… 7


B. Persetujuan Masyarakat Mengenai Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
Ketimpangan……………………………………………………………………………………………………. 8

Bab V Penutup

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………… 9
B. Saran………………………………………………………………………………………………………………… 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Munculnya globalisasi menyebabkan terintegrasinya negara-negara di dunia. Dalam hal


ini kaum globalis memandang bahwa globalisasi yang terjadi merupakan globalisasi ekonomi
dimana terjadinya integrasi ekonomi dunia ke dalam satu sistem ekonomi global. 1 Globalisasi
ekonomi memberikan dampak yang besar bagi negara-negara di dunia karena negara-negara
tersebut dituntut untuk menyesuaikan diri dengan situasi atau kondisi ekonomi global.
Globalisasi telah membuka ruang yang luas bagi aktor negara untuk melebarkan sayap
produk negaranya lebih lebar melalui pasar global. Inilah juga yang menimbulkan tuntutan
bagi para negara tersebut untuk meningkatkan kualitas produk dalam negerinya agar dapat
bersaing di pasar global.

Salah satu negara yang turut merasakan dampak dari globalisasi ekonomi adalah
Indonesia. Demi menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi pasar global, Indonesia terus
berinovasi dan melakukan transformasi baik di bidang ekonomi hingga politik. Hal ini
didasarkan kepada tuntutan pasar global yang mendorong Indonesia agar selalu mampu
bersaing dalam kompetisi global. Berbagai upaya dilakukan oleh Indonesia untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan negara. Beberapa upaya tersebut seperti
meningkatkan jumlah ekspor produk Indonesia ke luar negeri. Jika permintaan ekspor
meningkat maka akan dapat dipastikan bahwa hal itu juga mampu meningkatkan
kesejahteraan perekonomian Indonesia.

Jawa Barat adalah salah satu dari sekian banyak provinsi yang ada di Indonesia. Dalam
hal ini tercatat bahwa di Januari 2019, ekspor terbesar dihasilkan oleh provinsi tersebut.
Dengan persentase sebesar 18.62% atau senilai USD 2,58 miliar. 2 Besarnya penghasilan dari
industri ekspor di Jawa Barat menjadikan pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap
pembangunan disana. Pembangunan tersebut seperti misalnya infrastruktur jalan dan lain
sebagainya demi menunjang kemudahan bagi kegiatan ekonomi terutama ekspor. Namun
industri ekspor ini rupanya hanya ada di Jawa Barat Utara, sedangkan di Jawa Barat Selatan
tidak. Pada akhirnya ketidakmerataan pembangunan tersebut menyebabkan terciptanya
ketimpangan pembangunan di Jawa Barat.

B. Rumusan Masalah
1

1
A. Apa saja Faktor penyebab terjadinya Ketimpangan pembangunan akibat dari
pertumbuhan industri ekspor di jawa
B. Program perencanaan pengajuan Ketimpangan pembangunan akibat dari pertumbuhan
industri ekspor di jawa
C. Apa saja dampak dari terjadinya Ketimpangan pembangunan akibat dari pertumbuhan
industri ekspor di jawa

C. Tujuan Penelitian

A. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab Ketimpangan pembangunan akibat dari
pertumbuhan industri ekspor di jawa

B. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan pengajuan Ketimpangan pembangunan


akibat dari pertumbuhan industri ekspor di jawa

C. Untuk mengetahui dampak Ketimpangan pembangunan akibat dari pertumbuhan


industri ekspor di jawa

D. Manfaat Penelitian

Dengan mempelajari berbagai penyebab Ketimpangan pembangunan akibat dari


pertumbuhan industri ekspor di jawa.

Bagi siswa : 1. Dapat Memperluas pengetahuan siswa mengenai pembangunan

2. Mengajarkan siswa tentang arti penting pembangunan akibat dari


pertumbuhan indusri di masa yang akan datang
3. Memperluas Pengetahuan siswa mengenai pertumbuhan industri
eksport di jawa.

Bagi Masyarakat : 1. Menambah wawasan Masyarakat mengenai pembangunan

2. Menumbuhkan sikap semangat untuk Meningkatkan Kemajuan


Pembangunan

3. Menambah Wawasan Masyarakat Mengenai Pertumbuhan industri


eksport di jawa

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Berdasarkan penelitian
yang berjudul Analisis Determinan Ketimpangan Pembangunan Wilayah di Provinsi
Jawa Tengah 1998-2015 oleh Lilin Diva Nuartha3 memaparkan bagaimana alasan dari
terjadinya ketimpangan pembangunan di Jawa Tengah. Penulis menggunakan metode Indeks
Williamson serta metode OLS atau Ordinary Least Square. Hasil dari analisis berdasarkan
metodenya adalah pertama, nilai ketimpangan rata-rata yaitu 0.69 atas dasar dari metode
Indeks Williamson. Hal ini berarti bahwa nilai ketimpangan yang ada di wilayah tersebut
masih tergolong tingkat tinggi. Atas dasar dari nilai atau angka ketimpangan yang hampir
mendekati angka 1.

Dalam penghitungan pada metode Indeks Williamson, PDRB per kapita adalah faktor
yang penting karena digunakan dalam mengetahui besarnya tingkat dari suatu ketimpangan
pembangunan wilayah. Jika suatu wilayah memiliki PDRB per kapita yang rendah, maka
akan terjadi hambatan pada pertumbuhan ekonomi serta pembangunan di wilayah tersebut. Di
wilayah Jawa Tengah pada 1998-2015, variable pengangguran memiliki pengaruh yang
signifikan pada ketimpangan pembangunan wilayah. Hal ini berdasarkan dari simultan atau
sesuatu yang terjadi secara bersamaan di waktu yang sama.

Peneliti menyatakan bahwa jika secara parsial, variabel dari penanaman modal
memiliki pengaruh yang positif serta tidak signifikan pada ketimpangan pembangunan di
Jawa Tengah. Disini, variabel belanja pemerintah daerah memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap ketimpangan pembangunan. Mengenai variabel pengangguran sendiri
memiliki pengaruh positif serta signifikan pada ketimpangan pembangunan di Jawa Tengah.
Pada nilai koefisien determinasi R2 adalah 0.458325. Hal tersebut berarti bahwa variabel
dependen Indeks Williamson di Jawa Tengah mampu dijabarkan oleh variabel independen
yaitu penanaman modal, pengangguran serta belanja pemerintah. Jika distatistikan akan
mencapai angka 46%. Sisa-sisa dari variasi Indeks Williamson dapat dijabarkan berdasarkan
faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik sebesar 54%.

Pada tulisan Analisis Ketimpangan Pembangunan Antara Kabupaten/Kota di


Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010-2017 oleh Arif Maulana,4 menjelaskan tentang
bagaimana terjadinya ketimpangan pembangunan di Kalimantan Selatan. Penulis menyatakan
bahwa sebelumnya di Kalimantan Selatan tahun 2010 hingga 2017 ketimpangan
pembangunan telah mengalami penurunan. Namun, meskipun terdapat penurunan,
ketimpangan pembangunan tersebut masih dapat dianggap mengkhawatirkan. Melalui Indeks

3
Williamson, penulis memaparkan bahwa angka indeks mencapai 0.5. Dalam hal ini 0.5
adalah angka atau nilai yang menunjukkan level menengah dan tinggi.

Berdasarkan dari PDRB per kapita, adanya ketimpangan pembangunan di Kalimantan


Selatan, besar potemsinya disebabkan oleh perbedaan keunggulan dari sumber daya alam
yang dimiliki perdaerah. Faktornya yaitu adanya sumber daya alam batu bara yang melimpah
yang kemudian mengakibatkan PDRB per kapita daerah tertentu berpenghasilan tinggi.
Adanya perbedaan pendapatan di daerah-daerah Kalimantan Selatan tersebut tentu sebaiknya
harus mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar
pembangunan di setiap daerah pada Kalimantan Selatan menjadi merata, baik itu kabupaten
atau kotanya. Pemertaan pendapatan tersebut akan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat Kalimantan Selatan.

Tulisan ini juga mengulas tentang temuan dimana terdapat kabupaten yang sangat
bergantung terhadap penghasilan dari pertambangan batu bara. Kuadrannya berada pada
kuadran 2 dimana daerahnya maju namun tertekan. Sedangkan berada di kuadran 4 adalah
daerah yang relatif tertinggal berdasarkan dari hasil Tipologi Klassen.

Bagi kabupaten yang tidak bergantung pada pertambangan batu bara berada di
kuadran 1 atau daerah yang maju serta tumbuh pesat. Kemudian daerah berkembang cepat
atau daerah yang potensial berada di kuadran 3. Untuk meningkatkan potensi perekonomian
daerah di Kalimantan Selatan disarankan agar berfokus kepada potensi sumber daya alam
selain pertambangan serta penggalian. Hal ini dikarenakan oleh tidak semua daerah memiliki
sumber daya alam tersebut.

4
BAB III

PEMBAHASAN

A. Apa saja Faktor penyebab terjadinya Ketimpangan pembangunan


akibat dari pertumbuhan industri ekspor di jawa

Fenomena globalisasi telah mendorong negara-negara di dunia untuk melakukan


transformasi di berbagai aspek. Penyebabnya adalah para negara harus menyesuaikan diri
dengan setiap perubahan situasi dunia yang terjadi. Jika tidak, maka mereka akan mengalami
ketertinggalan bahkan menurunnya tingkat kesejahteraan. Dalam perspektif dari kaum
globalis, fenomena globalisasi berakar dari terintegrasinya ekonomi dunia ke dalam satu
sistem ekonomi global. Hal inilah yang menuntut negara-negara untuk bertransformasi baik
pada aspek politik maupun aspek ekonomi.5 Globalisasi juga dapat disebut dengan globalisasi
ekonomi dimana negara-negara saling bersaing dalam kompetisi global untuk memasarkan
produk negaranya. Ini menjadi penting karena mampu memberikan pengaruh pada tingkat
pendapatan dan kesejahteraan negara bangsa tersebut.
Indonesia merupakan negara yang terkena dampak dari arus globalisasi. Dengan
mengikuti alur dari pasar global, Indonesia turut berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi negaranya. Hal ini dilakukan dengan beragam cara seperti melalui kebijakan yang
diambil atau berupaya meningkatkan ekspor produk Indonesia. Salah satu provinsi di
Indonesia yang gencar melakukan ekspor adalah Jawa Barat. Tercatat di Januari 2019 bahwa
Jawa Barat menjadi daerah di Indonesia yang paling tinggi nilai ekspornya yaitu mencapai
persentase sebesar 18.62% atau senilai USD 2,58 miliar. 6 Oleh karena kegiatan ekspor yang
tinggi di wilayah tersebut maka pemerintah gencar melakukan pembangunan disana. Tujuan
dari pembangunan tersebut adalah demi mempermudah kelancaran berkegiatan ekonomi
terutama ekspor.
Pembangunan yang dilakukan pemerintah di Jawa Barat tepatnya dilakukan di wilayah
Jawa Barat Utara. Hal ini karena wilayah Jawa Barat Utara merupakan wilayah yang
menghasilkan produk ekspor tersebut. Disisi lain terdapat wilayah yang hanya mendapat
sedikit sentuhan pembangunan yaitu Jawa Barat Selatan. Penyebabnya adalah industri ekspor
berada di Jawa Barat Utara sedangkan Jawa Barat Selatan tidak. Akibatnya adalah terjadi
ketimpangan pembangunan di Jawa Barat karena tidak meratanya pembangunan disana. Ini
juga merupakan dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi daerah yang hanya terpusat di
wilayah tertentu saja.

5
B. Program perencanaan pengajuan Ketimpangan pembangunan
akibat dari pertumbuhan industri ekspor di jawa
1. Meningkatkan Pembanguan dari pertumubuhan industri ekpor menjadi lebih baik
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
3. Menstabilkan Pembangunan dari pertumbuhan industri ekspor di jawa

C. Apa saja dampak dari terjadinya Ketimpangan pembangunan akibat


dari pertumbuhan industri ekspor di jawa
Berdasarkan dari kondisi geografisnya tersebut, Jawa Barat memiliki potensi
ekspor yang besar. Tercatat bahwa sebanyak 42 jenis komoditas hortikultura yang
berasal dari daerah ini di ekspor hingga ke 12 negara. Volumenya mencapai 10.000
ton setahun dengan jenis komoditas seperti sayuran, buah-buahan hingga tanaman
hias.7 Selain komoditas hortikultura, Jawa Barat juga memiliki komoditas ekspor
yang menonjol yaitu ban dan CPO.8 Besarnya potensi ekspor di Jawa Barat inilah
yang mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Namun dalam hal ini
industri ekspor atau daerah penghasil ekspor terpusat hanya di Jawa Barat Utara.
Akibatnya terjadilah ketimpangan pembangunan karena pemerintah hanya gencar
membangun Jawa Barat Utara sedangkan Jawa Barat Selatan hanya sedikit tersentuh
pembangunan.
Didasarkan pada hasil topologi ketimpangan, Jawa Barat terbagi dalam 7 tipe
kelompok wilayah yang diukur dari analisis klaster serta nilai di setiap kelompok
indikator dengan karakteristik yang berbeda. Ketujuh tipe kelompok wilayah ini yaitu
pertama adalah Tipe Low-1 dengan karakteristik rendah hampir seluruh sektor yaitu
Bogor, Sukabumi dan Tasikmalaya. Yang kedua adalah Tipe Low-2 yang termasuk di
dalamnya Sukabumi, Cimahi, Purwakarta, Subang, Sumedang, Majalengka, Kuningan
dan Cirebon dengan kondisi hampir sama Tipe Low-1 namun masih memiliki
perekonomian yang lebih baik. Ketiga adalah Tipe Low-3 dengan karakteristik sedikit
lebih baik dari Low-1 dan Low-2. Termasuk di dalam Tipe Low-3 adalah Depok,
Bandung Barat, Cianjur, Garut dan Bandung.9
Keempat adalah Tipe Medium-1 dengan karakter hampir baik dalam semua
sektor. Termasuk didlaalam Tipe Medium-1 adalah Indramayu serta Cirebon. Yang
kelima adalah Tipe Medium-2 yaang termasuk di daamnya yaitu Kota Bandung.
Dengan karakteristik yang hampir sama dengan Tipe Medium-1 namun terdapat
perbedaan pada kondisi perekonomian yang lebih baik. Keenam adalah Tipe High-1
dengan karakteristik lebih baik dari sebelumnya meskipun masih belum optimal,
termasuk di dalamnya adalah Bekasi dan Karawang. Terakhir adalah Tipe High-2
yaitu Bogor

6
BAB IV

ANALISA DATA

A. Kenyataan yang ada di Lapangan Benar Adanya atau Tidak


Fenomena globalisasi telah mendorong negara-negara di dunia untuk
melakukan transformasi di berbagai aspek. Penyebabnya adalah para negara harus
menyesuaikan diri dengan setiap perubahan situasi dunia yang terjadi. Jika tidak,
maka mereka akan mengalami ketertinggalan bahkan menurunnya tingkat
kesejahteraan. Dalam perspektif dari kaum globalis, fenomena globalisasi berakar dari
terintegrasinya ekonomi dunia ke dalam satu sistem ekonomi global. Hal inilah yang
menuntut negara-negara untuk bertransformasi baik pada aspek politik maupun aspek
ekonomi.10 Globalisasi juga dapat disebut dengan globalisasi ekonomi dimana negara-
negara saling bersaing dalam kompetisi global untuk memasarkan produk negaranya.
Ini menjadi penting karena mampu memberikan pengaruh pada tingkat pendapatan
dan kesejahteraan negara bangsa tersebut.

Indonesia merupakan negara yang terkena dampak dari arus globalisasi.


Dengan mengikuti alur dari pasar global, Indonesia turut berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi negaranya. Hal ini dilakukan dengan beragam
cara seperti melalui kebijakan yang diambil atau berupaya meningkatkan ekspor
produk Indonesia. Salah satu provinsi di Indonesia yang gencar melakukan ekspor
adalah Jawa Barat. Tercatat di Januari 2019 bahwa Jawa Barat menjadi daerah di
Indonesia yang paling tinggi nilai ekspornya yaitu mencapai persentase sebesar
18.62% atau senilai USD 2,58 miliar.11 Oleh karena kegiatan ekspor yang tinggi di
wilayah tersebut maka pemerintah gencar melakukan pembangunan disana. Tujuan
dari pembangunan tersebut adalah demi mempermudah kelancaran berkegiatan
ekonomi terutama ekspor.

Pembangunan yang dilakukan pemerintah di Jawa Barat tepatnya dilakukan di


wilayah Jawa Barat Utara. Hal ini karena wilayah Jawa Barat Utara merupakan
wilayah yang menghasilkan produk ekspor tersebut. Disisi lain terdapat wilayah yang
hanya mendapat sedikit sentuhan pembangunan yaitu Jawa Barat Selatan.
Penyebabnya adalah industri ekspor berada di Jawa Barat Utara sedangkan Jawa
Barat Selatan tidak. Akibatnya adalah terjadi ketimpangan pembangunan di Jawa
Barat karena tidak meratanya pembangunan disana. Ini juga merupakan dampak
negatif dari pertumbuhan ekonomi daerah yang hanya terpusat di wilayah tertentu
saja.
# Pernyataan diatas mengenai faktor penyebab terjadinya Ketimpangan pembangunan
akibat dari pertumbuhan industri ekspor di jawa Memang benar adanya.

10

11

7
B. Persetujuan Masyarakat Mengenai Faktor-Faktor Penyebab
Terjadinya Ketimpangan

1. Meningkatkan Pembanguan dari pertumubuhan industri ekpor menjadi lebih baik

2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia


3. Menstabilkan Pembangunan dari pertumbuhan industri ekspor di jawa

# Dari 3 program perencaan yang sudah saya buat diatas hampir 97% masyarakat
setuju dengan program tersebut dikarenakan ketiga program yang saya buat benar-
benar berkaitan dengan faktor-faktor Ketimpangan pembangunan akibat dari
pertumbuhan industri ekspor di jawa

8
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketimpangan pembangunan di Indonesia tidak dapat dihindari. Hal tersebut dikarenakan


oleh adanya kondisi ekonomi yang harus diikuti perkembangannya sehingga Indonesia harus
memaksimalkan potensi di setiap daerahnya masing-masing. Dalam hal ini Indonesia
didorong untuk terus melakukan transformasi baik di sektor ekonomi hingga politik.
Globalisasi menjadi faktor pemicu dari transfomasi yang dilakukan oleh Indonesia agar
perekonomian negara dapat tumbuh sehingga kesejahteraan negara dapat ditingkatkan. Salah
satu cara dari upaya Indonesia dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara adalah
melalui kegiatan ekspor. Indonesia didorong untuk terus melakukan inovasi agar produk
dalam negeri dapat bersaing dengan produk internasional.
Jawa Barat adalah salah satu dari provinsi yang ada di Indonesia yang menjadi pusat
kegiatan ekspor. Sumber daya yang dimiliki oleh Jawa Barat menjadikan wilayah ini sebagai
wilayah yang paling banyak menyumbang hasil ekspor bagi negara. Namun disisi lain Jawa
Barat mengalami ketimpangan pembangunan.
Ini merupakan sisi negatif dari dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan wilayah.
Penyebabnya adalah Jawa Barat Utara merupakan wilayah yang menjadi pusat kegiatan
ekonomi ekspor sedangkan Jawa Barat Selatan tidak. Akibatnya Jawa Barat Selatan
mengalami ketertinggalan pembangunan dibandingkan dengan Jawa Barat Utara.

B. Saran
Sebaiknya pemerintah segera melakuan tindakan atau upaya yang tegas mengenai
masalah di atas dan bisa melaksanakan berbagai kebijakan yang dapat Mengatasi
segala Ketimpangan pembangunan akibat dari pertumbuhan industri ekspor di jawa

9
DAFTAR PUSTAKA

- https://www.bps.go.id/publication.html?page=4

- https://media.neliti.com/media/publications/165288-ID-analisis-hubungan-ekspor-
pertumbuhan-eko.

- https://jepi.fe.ui.ac.id/index.php/JEPI/article/download/805/311/1

- http://jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/sca-1/article/viewFile/1412/1441

- https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/dampak%20penurunan%20ekspor
%20terhadap%20tenaga%20kerja.

10

Anda mungkin juga menyukai