Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH RESISTANCE TRAINING TERHADAP


BODY MASS INDEX (BMI) DAN KADAR GULA
DARAH DAN PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS
KASSI KASSI KOTA
MAKASSAR

M. RUDI ARIYA WIJAYA


NH0220021

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

1
USULAN PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN
PENGARUH RESISTANCE TRAINING TERHADAP BODY MASS
INDEX (BMI) DAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMASKASSI – KASSI
MAKASSAR

II. RUANG LINGKUP PENELITIAN


KEPERAWATAN MEDIKAL KOMUNITAS

III.PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Angka kejadian penyakit kronis mengalami peningkatan dan
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, salah satu penyakit
yang mengalami peningkatan adalah Diabetes Melitus (DM).DM banyak
diderita penduduk dunia dan menempati peringkat ke 4 penyebab utama
kematian di negara berkembang, sedangkan di Indonesia DM menempati
peringkat ke-7 dengan jumlah penderita sebanyak 10 juta orang ( Sukarno,
2021).
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu
gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
akibat dari kekurangan fungsi insulin. Diabetes Melitus (DM) merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya. Diabetes millitus ditegakkan bila nilai glukosa darah puasa >126
mg/dl dan glukosa darah 2 jam PP >200mg/dl (Depkes RI, 2014).

2
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Saputra et al., 2020)
Menurut WHO, saat ini sudah ada sekitar 150 juta orang yang
mengalami diabetes di seluruh belahan dunia. Maka tak heran, kalau
penyakit diabetes semakin menjadi perhatian karena jumlah penderitanya
yang terus bertambah (WHO, 2020).
Di Indonesia proporsi penderita DM juga menunjukkan kenaikan.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013
didapatkan bahwa proporsi penderita DM pada usia ≥ 15 tahun meningkat
hampir 2x lipat dibanding pada tahun 2007. Dengan angka proporsi yakni
6,9% diperkirakan jumlah absolut penderita DM di Indonesia telah
mencapai sekitar 12 juta jiwa (Kemenkes RI, 2014).
Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi
Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%) (Riskesdas, 2013).
Kejadian diabetes mellitus di Sulawesi Selatan masih menempati urutan
kedua penyakit tidak menular setelah penyakit jantung dan pembuluh
darah (PJPD) pada tahun 2017 yaitu 15,79% (Dinkes Sulsel, 2018). (Adri
et al., 2020).
Prevalensi data dari Dinas Kesehatan Provinsi sulawesi Selatan
data Diabetes Melitus berdasarkan Laporan rutin PTM puskesmas Provinsi
Sulawesi Selatantahun 2017 menunjukkan bahwa kasus diabetes mellitus
terbanyak ada di Kota Makassar dengan jumlah 5322 kasus (Dinkes,2019)
(Adri et al., 2020)
Menurut Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular (2017), diabetes mellitus tipe 2 memiliki kondisi dimana
pangkreas tidak akan menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh yang
tidak mampu menggunakan insulin yang tersedia. Keadaan ini merupakan
resistensi insulin.Resistensi insulin terjadi akibat dari obesitas dan
kurangnya aktivitas fisik. Kelebihan berat badan atau obesitas akan

3
menyebabkan peningkatan kebutuhan insulin pada tubuh. Orang dewasa
yang memiliki berat badan lebih memilik sel-sel lemak yang lebih besar
pada tubuh ini akan membuat insulin tidak merespons dengan baik (Lubis
& Kanzanabilla, 2021).
Aktivitas fisik yang dapat penderita lakukan dalam kegiatan sehari-
hari seperti berjalan, naik turun tangga maupun membersihkan rumah,
lakukan juga latihan jasmani secara teratur dengan waktu (4-5 kali/selama
30 menit) tujuan menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitivitas insulin pada tubuh, sehingga akan
memperbaiki glukosa darah. Salah satu penyebab penderita diabetes
kesulitan dalam mengontrol kadar gula darah agar  tetap stabil yaitu
kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga serta pola makan yang tidak
dijaga. Sehingga dapat menyebabkanradangpankreas yang mengakibatkan
fungsi dari pangkreas menurun dalam sekresi insulin (Rahayu Yuliana
Watiningrum, Prastomo Suhendro, 2021).
Terapi Diabetes Mellitus yang sesuai untuk mencegah
perkembangan penyakit tersebut adalah latihan fisik atau resistance
training .Menurut Sherwood (2001), latihan fisik yang terukur dan teratur
berguna dalam penatalaksanaan diabetes mellitus. Otot yang aktif bekerja
tidak akan tergantung pada insulin. Otot akan menyerap dan menggunakan
sebagian dari kelebihan glukosa dalam darah, sehingga terjadi penurunan
kebutuhanakan insulin (Soep, 2021).
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena dilatar
belakangi oleh peningkatan kasus Diabetes Mellitus di Puskesmas Kassi
– Kassi.Dalam hal ini,peneliti ingin meneliti pengaruh Resistance
Training terhadap Body Mass Index ( BMI) dan kadar gula darah pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di puskesmas Kassi - Kassi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut: bagaimana Pengaruh Resistance
Training Terhadap Body Mass Index (BMI) Dan Kadar Gula Darah

4
Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kassi – Kassi ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Resistance Training Terhadap
Body Mass Index (BMI) Dan Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitustipe 2 di PuskesmasKassi – Kassi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh Resistance Training Terhadap Body
Mass Index (BMI) Pada Penderita Diabetes Mellitustipe 2
b. Untuk mengetahui pengaruh Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitustipe 2
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber


informasi keperawatan khususnya dalam ruang lingkup keperawatan
Komunitas terkait Pengaruh Resistance Training terhadap Body
Mass Index dan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi terkait
pengaruhdari Resistance Training terhadap Body Mass Index
(BMI)dan Kadar Gula Darah pada penderita Diabetes Melitus Tipe
2.
b. Bagi institusi pendidikan
Sebagai informasi bagi mahasiswa di Program Studi Keperawatan
Stikes Nani sehingga dapat menjadi langkah awal dalam
merencanakan pemberian informasi tentang Resistance Training
terhadap Body Mass Index (BMI) dan Kadar Gula Darah pada
penderita Diabetes MelitusTipe 2.
c. Bagi peneliti

5
Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti terkait
penelitian yang telah dilakukan dan untuk penelitian lain
diharapkan dapat menjadi sumber informasi ataupun bahan
referensi penelitian selanjutnya.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


A. TINJAUAN UMUM MASING-MASING VARIABEL
PENELITIAN
1. Tinjauan Umum Diabetes Melittus
a. Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang
umum terjadi pada dewasa yang membutuhkan supervisi medis
berkelanjutan dan edukasi perawatan mandiri pada pasien (bauldoff,
2016).
Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang di tandai
dengan peningkatan glukosa darah dan memengaruhi kemampuan
tubuh menggunakan energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(Wijaya, 2018).
b. Etiologi
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh gangguan pangkreas dan
dikenal dengan diabetes tergantung insulin atau Insulin
Dependent Diabetes Melitus (DDM). Adanya destruksi sel beta
di pangkreas oleh autoimun ataupun akibat adanya infeksi akan
merusak sel pangkreas dan jika 80-90% sel rusak, maka produksi
insulin menurun dan terjadi hiperglikemia (Wijaya, 2018).
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 disebabkan oleh kombinasi resisten
insulin perifer dan keadekuatan sekresi insulin dari sel beta
pangkreas disebut sebagai non insulin dependent diabetes melitus
(NIDDM) atau tidak tergantung insulin. Beberapa faktor yang

6
memengaruhi terjadinya diabetes tipe 2, antara lain obesitas,
riwayat keluarga, etnik minoritas, sosial ekonomi rendah dan
aktivitas fisik rendah (Wijaya, 2018)
c. Patofisiologi
Diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang
kronik dan bersifat sistemik dengan karakeristik peningkatan gula
darah / glukosa atau hiperglikemia yang disebabkan menurunnya
sekresi atau aktivitas dari insulin sehingga mengakibatkan
terhambatnya metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. ( Taufiq,
2012)
Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu
dalam darah dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan
jaringan. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikomsumsi.
Makanan yang masuk sebagian digunakan untuk kebutuhan energi
dan sebagaian lagi disimpan dalam bentyk glikogen dihati dan
jaringan lainnya dengan bantuan insulin. Insulin merupakan hormon
yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans pangkreas yang
kemudian produksinya masuk dalam darah dengan jumlah sedikit
kemudian meningkat jika terdapat makanan yang masuk. Pada orang
dewasa rata-rata diproduksi 40-50 unit, untuk mempertahankan gula
darah tetap stabil antara 70-120 mg/dl (Tarwoto, Wartonah, Ihsan
Taufiq, 2012).
d. Manifestasi klinik
Menurut (Amin Huda, 2016). Manifestasi klinis dikaitkan dengan
konsekuensi metabolic defisiensi insulin.
a. Kadar gula puasa tidak normal.
b. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi
dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria)
dan timbul rasa haus (polidipsia).
c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
d. Lelah dan mengantuk

7
e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva.
Kriteria diagnosis DM :
1) Gejala klasik DM+ glukosa plasma > 200 mg/dL (11,1 mmo/L).
2) Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu.
3) Gejala klasik DM + glukosa plasma > 126 mg/ dL (7,0 mmo/ L).
4) Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/ dL (11,1 mmo/ L)
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan
didalam air.
e. Penanganan medik
Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan :
a. Penurunan berat badan yang cepat.
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis.
c. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau hiperglikemia hiperosmolar
non ketotik (HONK).
d. Hiperglikemia dengan asiodosis laktat.
e. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal.
f. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar besar, IMA, Sroke.
g. Kehamilan dengan DM / diabetesbmelitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan.
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
i. Kontradikasi dan atau alergi terhadap OHO.
f. Penatalaksanaan
saat ini banyak dikembangkan program dalam
penatalaksanaan diabetes melitus yang memiliki tujuan utama untuk
mengontrol gula darah dan mencegah komplikasi. Berikut
enatalaksanaan yang tepat diterapkan pada perawatan diabetes
melitus :

8
a. Diet
Diet pada diabetes bukan berarti tidak makan karbohidrat
sama sekali, melainkan mengatur jadwal makan, jenis makanan,
dan jumlah makanan (3 J). Diet diabetes dapat diguanakan untuk
mencegah terjadi diabetes atau manajemen untuk mengontrol
glukosa (Wijaya, 2018).
b. Latihan fisik
Prinsipnya latihan fisik pada diabetes sama dengan
olahraga secara umum yaitu : memenuhi frekuensi, intensitas,
durasi dan tipe. Latihan fisik pada diabetes sanagt dianjurkan
terutama pada diabetes tipe 2 dalam mengontrol gula darah dan
dapat menjaga stamina penderita. Latihan fisik perlu
memperhatikan komsumsi diet dan insulin yang didapatkan,
sehingga tidak terjadi komplikasi seperti hipoglikemia (Wijaya,
2018).
c. Edukasi
Edukasi atau pendidikan kesehatan juga memiliki peran
penting dalam manajemen pengendalian glukosa darah pada
diabetes. Edekuasi pada diabetes melitus dapat mengoptimalkan
kontrol metabolisme (monitoring mandiri kadar gula darah atau
urine glukosa, praktik diet, atau terapi obat diabetes),
menurunkan gejala atau mengatasi kondisi kegawatan,
mencegah dan memanajemen komplikasi (mikro dan
makrovaskular komplikasi), koping adaptasi positif pada
kondisi, dan mendukung hubungan tenaga kesehatan dan pasien
dalam perencanaan perawatan. (Wijaya, 2018).
d. Obat anti diabetes (OAD)
Terapi farmakologi pada diabetes mellitus
mempertimbangkan bagaiman penyebab diabetes, antara lain
kekurangan insulin, resistensi insulin atau keduanya. Terapi
insulin diberikan diberikan pada diabetes tipe 1 akan tetapi juga

9
diberikan pada diabetes tipe 2 jika terapi obat, diet dan olahraga
tidak mampu mengontrol gula darah atau pada kondisi infeksi
berat. Berikut ini beberapa retapi anti diabetes.
1) Meningkatkan insulin : obat sulfonylureas (glibenclamide,
tolazamide, chlorpropamide).
2) Meningkatkan sensivitas insulin : biguanides (metformin)
3) Insulin : rapid acting( asparat / novolog atau gluulisine /
apidra denagn onset 5-15 menit, puncak 30-90 menit, durasi
efek < 5 jam), regular atau short acting (regular insulin /
humulin R dengan onset 30-60 menit, puncak 2-3 jam, durasi
efek 5-8 jam) intermediate (insulin NPH denagn onset 2-4
jam, puncak 4-10 jam, durasi efek 10-16 jam), long acting
basal (insulin glargine / lantus atau detemir / levemir denagn
onset 2-4 jam, durasi efek 21-24 jam).
2. Tinjauan Umum Resistance Training
a. Defenisi resistance training

Resistance training merupakan salah satu strategi


manajemen pertama yang disarankan untuk pasien DM tipe 2.
resistance training secara positif dapat mempengaruhi kebugaran
tubuh, pembentukan berat badan yang ideal dan sensitivitas insulin.
Pelaksanaan resistance training yang benar selanjutnya akan
membantu mengontrol kadar gula darah (Kirwan et al.,2017; Chiang
et al., 2019).
Resistance training harus dilakukan secara teratur setiap hari
dengan ritme yang ringan dan tidak terlalu melelahkan bagi pasien
DM (Kirwan et al., 2017).Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016)
aktivitas fisik ringan berupa jalan kaki,bersepeda, senam serta joging
dapat membantu mengontrol kadar gula darah dengan baik,dengan
memperhatikan durasi dan intensitas latihan yaitu dilaksanakan
selama 30 menit serta sebanyak 3 kali dalam satu minggu.

10
Latihan fisik dalam darah, dimana saat melakukan latihan fisik
terjadi peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga
secara langsung dapat menyebabkan penurunan glukosa darah. Selain
itu dengan latihan pada penderita DM memiliki peranan yang sangat
penting dalam mengendalikan kadar gula fisik dapat menurunkan
berat badan, meningkatkan fungsi kardiovaskuler dan respirasi,
menurunkan LDL dan meningkatkan HDL sehingga mencegah
penyakit jantung koroner.
b. Tujuan Resistance Training
William dan Wilkins (2010) menyatakan bahwa Resistance
Training memiliki tujuan meningkatkan kekuatan otot, massa otot,
dan kepadatan tulang. Resistance dapat meningkatkan beberapa
komponen keterampilan kesehatan fisik. Unsure yang ada dalam
kesehatan diantaranya daya tahan, power otot, fleksibilitas (Mardhika,
2017).
c. Manfaat Resistance Training

Beberapa bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa latihan fisik


dapat membantu mencegah dan penyakit DM tipe 2 dan
mengkontrol kadar gula darah.Penelitian di Finlandia (Finnish
Diabetes Prevention Study) menunjukkan bahwa kelompok intervensi
dengan latihan fisik minimal 30 menit setiap hari dengan intensitas
sedang terjadi penurunan 39% terhadap risiko terjadinya diabetes.
3. Faktor Faktor resistance training
a. Usia
Kekuatan latihan menurun seiring bertambahnya usia dan
meningkatnya pengalaman dengan olahraga.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan biasanya terjadi pada kekuatan otot,baik pria maupun
wanita yang disebabkan oleh adanya perbedaan ukuran atau
proporsi dalam tubuh

11
c. pola makan
Pengolahan bahan makanan juga berpengaruh terhadap makanan
yang dikomsumsi .bagi yang ingin mempertahankan dan
meningkatkan kebugaran jasmani,dianjurkan memenuhi
kebutuhan karbohidrat protein dan lemak yang sesuai standar para
ahli gizi.
d. Macam Macam Resistance Training
Beberapa resistance training yang dapat dilakukan antara lain
yaitu aktifitas sehari hari seperti berkebun , mencuci, menyapu,
mengepel, naik turun tangga, berjalan kaki dan lain sebagainya
.Resistance training merupakan semua bentuk aktifitas fisik yang
dilakukan secara terstruktur dan terencana dengan tujuan untuk
meningkatkan kebugaran jasmani beberapa resistance training
diantaranya yaitu berlari, jogging, bermain bola, berenang, senam,
bersepeda dan lain lain.
3. Tinjauan Umum Body Mass Index ( BMI )
Body mass index (BMI) merupakan salah satu parameter
antropometrik terjadinya obesitas yang menjadi masalah kesehatan, dan
semakin banyak terjadi pada usia muda,dewasa dan lansia. Obesitas
dapat mempengaruhi kelincahan otot dan menyebabkan individu
memiliki aktifitas fisik yang rendah (Mustofa et al., 2018).
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan pengukuran
yang paling direkomendasikan sebagai evaluasiobesitas dan overweight
pada anak dan orang dewasa,levelIMT berhubungan dengan lemak
tubuh dan faktor risiko DM tipe IIPenelitian yang khusus meneliti
hubungan antara IMT dengan kejadian DM dalam skala besar masih
belum banyak dilakukan, sehingga peneliti merasa perlu melakukan
penelitian hubungan antara IMT dengankejadian DM pada penduduk
dewasa di Indonesia. dengan menganalisis data dari Indonesia Family
Life Survey (IFLS)Indeks massa tubuh dikelompokkan menjadi kurus
(IMT<18,5), normal (IMT 18,5-25), dan overweight/gemuk

12
(IMT>25).Variabel luar yang diikut- sertakan adalah usia, jenis
kelamin,tingkat pendidikan, dan perilaku merokok (Luthansa &
Pramono, 2017).
Untuk menghitung nilai IMT dapat di hitung dengan rumus berikut :

berat badan(kg)
IMT =
Tinggibadan ( m ) X Tinggi Badan(m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan


FAO/WHO yang membedakan batas ambang untuk laki laki dan
perempuan .disebutkan bahwa batas ambang normal uintuk laki laki
adalah : 20,-25,0 dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8.Pada orang
dewasa berdasarkan WHO (2000) dapat dilihat pada tabel 1. Menurut
criteria Asia Pasifik,klasifikasi berat badan berlebih dan obesitas tampak
pada tabel 1 (Soegondo, 2016).

Tabel 1.klasifikasi berat badan berlebih dan obesitas pada dewasa


berdasarkan IMT menurut WHO (2000)

Klasifikasi IMT (kg/m²)


Berat badan kurang < 18,5
Normal 18,5-24,9
Obesitas > 25,0
Obesitas tingkat I 25,0-29,9
obesitas tingkat II 35,0-39,9
obesitas tingkat III > 40,0

Adapun Factor factor yang mempengaruhi BMI (BODY MASS INDEX)


1. Perilaku makan
yang diantaranya adalah pola makan dan kebiasaan tidak melakukan
olahraga

13
2. Social ekonomi
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehari hari
3. Ginetik
Factor keturunan juga sangat berpengaruh terhadap keadaan fisik
seseorang
4. Tinjuan Umum Kadar Gula Darah
Kadar gula (glukosa) darah adalah kadar gula yang terdapat
dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan
disimpan sebagai glikogen di hati dan oto trangka. Kadar gula darah
tersebut merupakan sumber energy utama bagi sel tubuh di otot dan
jaringan. Tanda seseorang mengalami DM apabila kadar gula darah
sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula
darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/d.
Hubungan Gula Darah dan Insulin dalam melakukan fungsinya,
kadar gula darah membutuhkan insulin yang dikeluarkan oleh sel-sel
beta dalam pankreas. Insulin berfungsi dalam mengendalikan kadar gula
darah dengan cara mengatur dan penyimpanannya. Pada saat tubuh
dalam keadaan puasa, pancreas mengeluarkan insulin dan glucagon
(hormone Pankreas) secara bersama – sama untuk mempertahankan
kadar gula darah yang normal. Kadar gula tidak boleh lebih tinggi dari
180 mg/dl dan tidak lebih rendah dari 60mg/dl sehingga tubuh
mempunyai mekanisme dalam mengaturnya agar selalu konstan.
Kompensasi yang dilakukan tubuh dalam menurunkan kadar gula darah
adalah dengan :
1. Menaikkanproduksi insulin
2. Mengeluarkan gula melalui urin
3. Menghilangkan dalam proses pembakaran
4. Menyimpan dalam jaringan

14
Strategi Pengendalian Kadar Gula Darah Menurut Hans
Tandra,kadar gula darah dapat dikontrol dengan cara:
1) Diet
Salah tujuan utama terapi diet pada pasien DM adalah
menghindari kenaikan kadar gula darah yang tajam dan cepat
setelah makan. Diet untukpasien DM adalah menu yang sehat
dan seimbang (healthy and balance diet) yang mempunyai
komposisi karbohidrat, lemak, dan proteinnya dalam jumlah
yang sesuai dengan keadaan pasien.
Diet digunakan untuk melihat keberhasilan pengendalian
kadar gula darah agar komplikasi penyakit DM tidak terjadi atau
memudahkan penyembuhan bagi komplikasi yang sudah ada. Pada
pasien DM tipe 1, mengkonsumsi makanan banyak atau sedikit harus
diikuti dengan suntikan insulin karena organ pancreas sudah tidak
dapat bekerja kembali. Sementara pada pasien DM tipe 2 yang pada
umumnya mengalami obesitas, diet tidak hanya berguna untuk
mengatur gula darah tetapi juga untuk menurunkan lemak
Pengaturan diet DM harus mencangkup:
1) Jam makan
Jam makan pada pasien DM harustepat dan teratur karena
apabila tidak teratur akan dapat menyulitkan pengaturan gula
darah sehingga tidak stabil. Gula darah yang tidak stabil dapat
mengkibatkan rusaknya pembuluh darah dan mempercepat
timbulnya komplikasi.
2) Jarak dua kali makan
jarak ideal bagi pasien DM adalah sekitar 4-5 jam.Hal ini
sangat penting untuk diperhatikan oleh pasien DM yang
mengkonsumsi obat, agar pancreas dapat membentuk
insulin yang cukup untuk mengatur pengangkutan gula ke
dalam sel – sel tubuh.

15
B. Kerangka Teori

PENGARUH RESISTANCE TRAINING


TERHADAP BODY MASS INDEKS (BMI)
DAN KADAR GULA DARAH PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS Tujuan

Variabel
RESISTANCE TRAINING BODY MASS INDEKS
KADAR GULA
DARAH

Indikator
- Usia - Perilaku - Jam makan
- Jenis makan - Jarak 2 kali
Kelamin - Social
makan
- Pola makan ekonomi
- Ginetik

DIABETES MELITUS

Arahan / Strategi

16
V. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
C. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya (PERKENI, 2019). DM yang tidak
terkendali dapat menyebabkan komplikasi metabolik ataupun komplikasi
vaskular jangka panjang (Kartika, 2017). Sehingga penatalaksanaan DM
dilaksanakan untuk mencegah komplikasi didukung oleh 4 pilar salah
satunya latihan jasmani. Banyak sekali latihan fisik dan bentuk terapi non
farmakologi yang direkomendasikan untuk pasien Diabetes Melitus Tipe
II adalah dalam bentuk senam kaki.
Resistance training adalah salah satu jenis latihan yang dilakukan
untuk meningkatkan perfusi ekstremitas bawah dan mengurangi gejala
neuropati perifer pada pasien Diabetes Melitus (Radhika et al., 2020).
Sedangkan senam kaki diabetes dapat membantu sirkulasi darah,
memperkuat otot-otot kecil kaki, mencegah terjadinya kelainan bentuk
kaki yang dapat meningkatkan potensi luka diabetik di kaki,
meningkatkan produksi insulin yang dipakai dalam transport glukosa ke
sel sehingga membantu menurunkan glukosa dalam darah (Megawati et
al., 2020).
D. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Body Mass Index

Resistance training

Kadar Gula
Darah

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

17
Keterangan :
: Variabel independen
: Variabel dependen
: Variabel yang diteliti

E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
operasional
Kadar gula Kadar gula One Call Plus Tinggi = jika Interval
darah
darah adalah dikatakan
kandungan
glukosa dalam Normal = :
tubuh dikatakan
responden normal jika
diperoleh
berdasarkan Rendah = jika
dikatakan
hasil
pemeriksaan
glukosa darah
darah sewaktu
yang diambil
dari sampel
darah kapiler
responden.
Body mass Body mass index Meteran,timbangan
index (BMI) merupakan
salah satu
parameter
antropometrik
terjadinya obesitas
yang menjadi
masalah
kesehatan, dan
semakin banyak
terjadi pada usia
muda,dewasa dan
lansia.

18
F. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)


a. Ada pengaruh Resistance training terhadap Body mass Index pada
pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar.
b.Ada pengaruh Resistance training terhadap Kadar gula darah pada
pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar
2. Hipotesis Null (H0)
a. Tidak ada pengaruh Resistance training terhadap Body mass Index
pada pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Kassi-Kassi Kota
Makassar
b.Tidak ada Resistance training terhadap Kadar gula darah pada
pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar

IV. METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif
dengan menggunakan metode Quasi Experimental dan rancangan Pretest-
Posttest Control Group Design yaitu memilih kelompok penelitian yang
dilakukan secara random baik kelompok kontrol maupun perlakuan dan
sebelum perlakuan kedua kelompok dilakukan pretest terlebih dahulu
untuk mengukur keadaan awal kedua kelompok (Hidayat, 2018).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kassi – Kassi Makassar
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2021.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan atau agregat objek/unit analisis kemana
generalisasi dirumuskan dan dari mana sampel diambil (Setiawan &
Prasetyo, 2015). Populasi dalam penelitian adalah semua pasien

19
Diabetes Melitus tipe II yang datang berkunjung Puskesmas Kassi –
Kassi.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya (Setiawan & Prasetyo, 2015). Sampel dalam penelitian
ini adalah pasien Diabetes Melitus tipe II yang datang berkunjung di
Puskesmas Kassi – Kassi.
a. Besar sampel
Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
sebagai berikut:
(2-1) (r-1) ≥ 15
b. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu (Setiawan & Prasetyo,
2015).
c. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
a) Pasien Diabetes Melitus tipe II.
b) Pasien yang datang berkunjung di Puskesmas
c) Pasien dewasa
d) Pasien yang ingin menjadi responden
2) Kriteria eksklusi
a) Pasien yang tidak kooperatif.
b) Pasien yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik.
c) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden.
D. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
daftar pertayaan berupa kuesioner. Kuesioner penelitian yang digunakan

20
dalam penelitian ini berisi pernyataan tentang karakteristik responden,
tentang body mass index pasien dan jumlah kadar gula darah
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini terdiri dari karakteristik responden, lembar
observasi kadar gula darah dan lembar observasi body mass index.
Lembar observasi kadar gula darah berlandaskan kriteria diagnostik
diabetes berdasarkan PERKENI (2019) yang diukur menggunakan
glukosemeter, sedangkan lembar observasi untuk pengukuran body mass
index (BMI) menggunakan timbangan analog dan meteran untuk
mengukur tinggi badan.
F. Proses Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data peneliti mengambil data
seluruh pasien. Setelah data terkumpul, selanjutnya dikategorikan sampel
yang ingin diteliti, sampel yang ingin diteliti dikelompokkan menjadi 2
kelompok yaitu kelompok pre test dan kelompok post test . Setelah itu
menghubungi satu persatu pasien yang akan dijadikan responden untuk
dimintai persetujuannya. Untuk pasien yang telah bersedia menjadi
responden diberikan arahan untuk mengisi kuesioner yang telah
disediakan.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
a. Editing adalah hasil angket yang diperolehkan atau dikumpulkan
melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau
tenyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak
mungkin dilakukan penelitian ulang, maka kuesioner tersebut
dikeluarkan (drop out).
b. Coding sheeta dalah instrumen berupa kolom untuk merekam data
secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden,
dan nomor-nomor pertanyaan.
c. Data entry yakni mengisi kolom atau kotak lembar atau kartu kode
sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

21
d. Tabulasi yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2018)
2. Analisis Data
a. Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk
jenis analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Pada
umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018). Analisis
univariat bertujuan untuk melihat distribusi karakteristik responden
dan masing-masing variabel meliputi; umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM dan latihan fisik
penderita DM.
b. Analisis bivariat
Apabila telah dilakukan analisis univariat akan diketahui
karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan
analisis bivariat (Notoatmodjo, 2018). Analisis bivariat bertujuan
untuk melihat faktor risiko antara 2 variabel penelitian yaitu
variabel dependen dan variabel independen. Analisis hubungan
dilakukan dengan menggunakan Odds Ratio (OR) yang didahului
dengan tabulasi silang (crosstabulation) antar variabel.
Perhitungan nilai dilakukan untuk mengestimasi besarnya risiko
variabel yang diteliti terhadap kejadian hemoroid. Perhitungan nilai
OR dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi.
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi
dari institusi dalam hal ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Nani
Hasanuddin Makassar dengan mengajukan permohonan izin kepada
instansi atau lembaga tempat penelitian.Setelah mendapat persetujuan,
maka kegiatan penelitian dimulai dengan menekankan masalah etika.

22
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain seperti berikut
(Nursalam, 2016):

23
DAFTAR PUSTAKA

Adri, K., Arsin, A., & Thaha, R. M. (2020). Faktor Risiko Kasus Diabetes
Mellitus Tipe 2 Dengan Ulkus Diabetik Di Rsud Kabupaten Sidrap. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Maritim, 3(1), 101–108.
https://doi.org/10.30597/jkmm.v3i1.10298
Amin Huda, H. K. (2016). Asuhan keperawatan praktis.
Arianti, Yetti, K., & Nasution, Y. (2015). Hubungan antara perawatan kaki
dengan risiko ulkus kaki diabetes di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Muhammadiyah Journal of Nursing, 2(1), 9–18.
https://doi.org/10.18196/ijnp.v2i1.665
Devitya Angielevi Sukarno. (2021). Pengaruh L atihan Fisik terhadap Perbaikan
Resistensi Insulin. Kesehatan Dan Kedokteran, 2(2), 108.
Fata, U. H., Wulandari, N., & Trijayanti, L. (2020). Pengetahuan dan sikap
tentang perawatan kaki diabetes pada penderita diabetes melitus. Jurnal
Keperawatan, 12(1), 101–106.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v12i1.684
Freitas, F., Winter, M., Cieslinski, J., Tasca Ribeiro, V. S., & Tuon, F. F. (2020).
Risk factors for plantar foot ulcer recurrence in patients with diabetes – A
prospective pilot study. Journal of Tissue Viability, 29(2), 135–137.
https://doi.org/10.1016/j.jtv.2020.02.001
Kartika, R. W. (2017). Pengelolaan gangren kaki diabetik. Continuing Medical
Education, 44(1), 18–22.
Lubis, R. F., & Kanzanabilla, R. (2021). Latihan Senam dapat Menurunkan
Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Exercise
Can Reduce Blood Glucose Levels in Type II Diabetes Mellitus Patients
menurut Kementerian Kesehatan Republik. 1, 177–188.
Luthansa, N., & Pramono, D. (2017). Indeks massa tubuh dan kejadian diabetes
melitus pada penduduk dewasa di Indonesia: analisis data IFLS tahun 2015.
Berita Kedokteran Masyarakat, 33(4), 167.
https://doi.org/10.22146/bkm.17734
Mardhika, R. (2017). Pengaruh Latihan Resistance Dan Pyometric Terhadap
Kekuatan Otot Tungkai Dan Kelincahan Pada Pemain Futsal. Wahana
Tridarma Perguruan Tinggi, 68(1), 5–12.
https://doi.org/10.36456/wahana.v68i1.626
Mustofa, Candrawati, S., Fatchurrohmah, W., Muflikhah, K., Faizah, L., &
Syarifuddin, M. Y. (2018). Pengaruh Index Massa Tubuh Terhadap
Kelincahan Otot: Studi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Jendral Soedirman. November, 205–210.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta.
Nurhanifah, D. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan ulkus kaki
diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik. Healthy-Mu Journal, 1(1), 32–41.
https://doi.org/10.35747/hmj.v1i1.67
Nurjanna, Abrar, E. A., & Mutmainna, A. (2020). Perbandingan pengetahuan self
efficacy perawatan kaki pada pasien diabetes melitus tipe II setelah

24
menggunakan video edukasi di Puskesmas Paccerakkang Kota Makassar.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15(4), 332–337.
Nursalam. (2016). Metodologi penelitian ilmu keperawatan: pendekatan praktis.
Salemba Medika.
Priscilla lemone, RN.DSN, F., Karen M, burke, RN, M., & Gerene bauldoff, RN,
Phd, F. (2016). Buku keperawatan medikal bedah (5 VOL 2). EGC.
Rahayu Yuliana Watiningrum, Prastomo Suhendro, C. E. A. (2021). Perbedaan
kadar gula darah antara aktivitas fisik senam dengan joging pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas kowel pamekasan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Ar-Rum Salatiga, 6, 32–36.
Rina, Setyawan, H., Nugroho, H., Hadisaputro, S., & Pemayun, T. G. D. (2016).
Faktor-faktor risiko kejadian kaki diabetik pada penderita diabetes melitus
tipe 2 (studi kasus kontrol di RSUP dr. M. Djamil Padang). Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 1(2), 48–60.
https://doi.org/10.14710/j.e.k.k.v1i2.3943
Roza, R. L., Afriant, R., & Edward, Z. (2015). Faktor risiko terjadinya ulkus
diabetikum pada pasien diabetes mellitus yang dirawat jalan dan inap di
RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
4(1), 243–248. https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.229
Saputra, I., Esfandiari, F., Marhayuni, E., & Nur, M. (2020). Indeks Massa Tubuh
dengan Kadar Hb-A1c pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 597–603.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.360
Setiawan, D., & Prasetyo, H. (2015). Metodologi penelitian kesehatan untuk
mahasiswa kesehatan. Graha Ilmu.
Soep, S. (2021). Latihan Fisik Penderita Dm Terhadap Penurunan Konsentrasi
Glukosa Darah, Ldl Dan Peningkatan Hdl. Jurnal Ilmiah PANNMED
(Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist),
16(1), 51–57. https://doi.org/10.36911/pannmed.v16i1.997
Tarwoto, Wartonah, Ihsan Taufiq, L. M. (2012). Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Sistem Endokrin.
WHO. (2020). Pengertian Penyakit Diabetes, Faktor Risiko, dan Cara
Pencegahannya. Kesehatan Dan Kedokteran, 2(1), 234.
Wijaya, I. M. S. (2018). Perawatan luka dengan pendekatan multidisipli (R. I.
Utami (ed.)).

25
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir Program Studi S1 Ilmu


Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar Jurusan
S1 Keperawatan, maka saya :

Nama : M. Rudi Ariya Wijaya


Nim : NH0220021

Akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Resistance Training


Terhadap Body Mass Index (BMI) dan Kadar Gula Darah dan Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar” untuk
kepentingan tersebut diatas, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk
berkenan menjadi objek penelitian (dijadikan responden) identitas dan informasi
yang berkaitan Bapak/Ibu/Saudara/i dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.
Atas partisipasi dan dukungannya disampaikan limpahan terima kasih

Makassar, 2021

M.Rudi Ariya Wijaya

26
Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dalam penelitian dengan judul “Pengaruh Resistance Training Terhadap


Body Mass Index (BMI) dan Kadar Gula Darah dan Penderita Diabetes
Melitustipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar” dengan ini, saya
bersedia menjadi partisipan dan saya telah mengetahui maksud dan tujuan dari
penelitian ini sesuai dengan penjelasan dari peneliti yang disampaikan kepada
saya.
Demikian secara sadar dan sukarela serta serta tidak ada unsur paksaan
dari siapapun, saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Makassar, 2021
Responden

(...................................)

27
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI

BODY MASS INDEX (BMI) PADA KELOMPOK RESISTANCE


TRAINING

A. Karakteristik Responden
No. Respoden : ..................................................................................
Inisial : ..................................................................................
Umur : ..................................................................................
Jenis kelamin : ..................................................................................
Pendidikan Terakhir : ..................................................................................
Pekerjaan : ..................................................................................
Lama Menderita DM : ..................................................................................

B. Lembar Observasi Body Mass Index (BMI) Kelompok Resistance


Training
Tanggal
Body Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Body
Massa Massa
Indeks Indeks
Sebelum Sesudah

28
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI

KADAR GULA DARAH PADA KELOMPOK RESISTANCE TRAINING

A. Karakteristik Responden
No. Respoden : ..................................................................................
Inisial : ..................................................................................
Umur : ..................................................................................
Jenis kelamin : ..................................................................................
Pendidikan Terakhir : ..................................................................................
Pekerjaan : ..................................................................................
Lama Menderita DM : ..................................................................................

B. Lembar Observasi Kadar Gula Darah Kelompok Resistance Training


Tanggal
Kadar Gula Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Kadar
Darah Gula
Darah
Sesudah

29

Anda mungkin juga menyukai