Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA PROFESI
“PERILAKU”

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANJARMASIN
PROGRAM DIPLOMA III GIZI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika Profesi, dengan judul
“Perilaku”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.Kami berharap seoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Banjarbaru, Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2
A. Pengertian Perilaku...............................................................................2
B. Proses Pembentukan Perilaku..............................................................3
C. Macam-Macam Pola Perilaku..............................................................4
D. Ruang Lingkup Perilaku.......................................................................5
a. Pengetahuan (Kognitif)............................................................................5
b. Sikap (Afektif)..........................................................................................7
c. Tindakan (Psikomotor)...........................................................................8
BAB III PENUTUP............................................................................................10
A. Kesimpulan...........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................11

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan
wajar apabila ada penyesuaian diri yang harus diselaraskan dengan peran manusia
sebagai individu, social, dan berketuhanan. Perilaku adalah sebuah gerakan yang
dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dll. Untuk aktivitas ini
mereka harus berbuat sesuatu, misal : kaki yang satu diletakkan pada kaki yang lain.
Perilaku atau aktivitas manusia merupakan manifestasi kehidupan psikisnya.
Perilaku pada manusia itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari
adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu. Perilaku atau aktivitas itu
merupakan jawaban terhadap stimulus yang mengenainya. Perilaku manusia tidak
dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungannya. Perilaku itu
didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu bertingkahlaku.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perilaku?
2. Bagaimana proses pembentukan perilaku?
3. Apa saja macam pola perilaku?
4. Apa saja ruang lingkup perilaku?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perilaku.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan perilaku.
3. Untuk mengetahui apa saja macam pola perilaku.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup perilaku.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner
ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmojo, 2005).
Psikologi memandang perilaku manusia (Human Behavior) sebagai reaksi yang
dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Berbicara tentang perilaku,
manusia itu unik /khusus. Artinya tidak sama antar dan inter manusianya. Baik dalam
hal kepandaian, bakat, sikap, minat, maupun kepribadian. Manusia berperilaku atau
beraktivitas karena adanya tujuan tertentu. Dengan adanya need atau kebutuhan diri
seseorang maka akan muncul motivasi/penggerak , sehingga manusia itu berperilaku ,
baru tujuan tercapai dan individu mengalami kepuasan. Siklus melingkar kembali
memenuhi kebutuhan berikutnya atau kebutuhan lain dan seterusnya dalam suatu
proses terjadinya perilaku manusia (Widyatun, 1999).
Sedangkan menurut Bandura, suatu formulasi mengenai perilaku dan sekaligus
dapat memberikan informasi bagaimana peran perilaku itu terhadap lingkungan dan
terhadap individu atau organisme yang bersangkutan. Formulasi Bandura berwujud
B= behavior. E=environment, P=person,atau organisme. Perilaku lingkungan dan
individu itu sendiri saling berinteraksi satu sama lain. Ini berarti bahwa perilaku
individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, disamping itu perilaku juga
berpengaruh pada lingkungan. Demikian pula lingkungan, dapat mempengaruhi
individu (Walgito,2003).

2
B. Proses Pembentukan Perilaku
Menurut Walgito (2003), pembentukan perilaku dibagi menjadi 3cara sesuai
keadaan yang diharapkan, yakni:
1. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kondisioning atau
kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan,
maka akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Cara ini didasarkan atas teori
belajar kondisioning baik yang dikemukakan oleh Pavlov maupun oleh Thorndike
dan Skinner terdapat pendapat yang tidak seratus persen sama, namun para ahli
tersebut, mempuntai dasar pandangan yang tidak jauh beda satu sama lain.
2. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
Disamping pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan,
pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan pengertian. Cara ini didasarkan
atas teori belajar kognitif yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian. Bila dalam
eksperimen Thorndike dalam belajar yang dipentingkan adalah soal latihan, maka
dalam eksperimen Kohler dalam belajar yang dipentingkan adalah pengertian. Kohler
adalah salah satu tokoh psikologi Gestalt dan termasuk dalam aliran kognitif.
3. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Disamping cara-cara pembentukan perilaku diatas, pembentukan perilaku masih
dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Pemimpin dijadikan model
atau contoh bagi yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan oleh teori belajar sosial
(social learning theory) atau observational learning theory yang dikemukakan oleh
Bandura (1977).
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1) Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek)
2) Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

3
4) Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
C. Macam-Macam Pola Perilaku
Ada beberapa jenis pola perilaku yang ditinjau dari sudut pandangan yang
berbeda, antara lain:
1. Perilaku tertutup dan terbuka.
a) Perilaku tertutup artinya perilaku itu tidak dapat ditangkap melalui indera,
melainkan harus menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti psikotes. Perilaku
tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan /kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara
jelas oleh orang lain. Contohnya: berpikir; berfantasi, kreatifitas, dll.
b) perilaku terbuka yaitu perilaku yang bisa langsung dapat diobservasi
melalui alat indera manusia, Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice). seperti
tertawa, berjalan, berbaring, dll.
2. Perilaku reflektif dan non reflektif.
a) Perilaku reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara
spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme. Misal reaksi kedip mata bila
kena sinar, menarik jari bila kena panas, dan sebagainya. Perilaku reflektif ini terjadi
dengan sendirinya secara otomatis tanpa perintah atau kehendak orang yang
bersangkutan, sehingga di luar kendali manusia..
b) Perilaku non reflektif. Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat
kesadarn atau otak. Proses perilaku ini disebut proses psikologis.
3. Perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a) Perilaku kognitif atau perilaku yang melibatkan proses pengenalan yang
dilakukan oleh otak, yang terarah kepada obyektif, faktual, dan logis, seperti berpikir
dan mengingat.
b) Perilaku afektif adalah perilaku yang berkaitan dengan perasaan atau emosi
manusia yang biasanya bersifat subyektif.

4
c) Perilaku motorik yaitu perilaku yang melibatkan gerak fisik seperti
memukul, menulis, lari, dan lain sebagainya..
Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan. Penelitian Rogers
(1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut
akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng
D. Ruang Lingkup Perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Menurut Benjamin Bloom (dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2007), ranah perilaku
terbagi dalam 3 domain, yaitu :

a. Pengetahuan (Kognitif)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra
manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan memiliki 6 (enam) tingkatan:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk dalam mengingat kembali (recall) terhadap suatu hal yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
´tahu´ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa
seseorang itu tahu dilihat dari kemampuan seseorang untuk menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan dan sebagainya.

5
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang objek
yang diketahui dan dapat diinterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham
terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan, meringkas,
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Faktor-faktor yang
memengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :
1. Faktor internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat,
kondisi fisik.
2. Faktor eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
3. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode
dalam pembelajaran.

b. Sikap (Afektif)
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional

6
terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas tapi
merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Wahid dkk, 2007). Sikap menentukan
jenis tingkah laku dalam hubungannya dengan rangsangan yang relevan, individu lain
atau fenomena-fenomena. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal
tapi tidak semua faktor internal adalah sikap.
Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan
seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap
objek atau stimulus.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan faktor
penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada
pertimbangan-pertimbangan individu.
3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap
positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan
kebutuhan dari pada individu tersebut.
4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang
untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Fungsi (tugas) sikap dibagi empat golongan, yaitu :
1. Sebagai alat menyesuaikan diri
Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu yang mudah
menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai
penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain.
2. Sebagai alat pengatur tingkah laku
Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa. Pada umumnya tidak
diberi perangsang secara spontan, tetapi adanya proses secara sadar untuk menilai
perangsang-perangsang itu.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif,
tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang berasal dari luar tidak semuanya
dilayani olah manusia, tetapi manusia memilih mana yang perludilayani dan mana
yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi nilai lalu dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebabkan karena sikap tidak
pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu, dengan melihat

7
sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang
tersebut (Ahmadi, 1999).
Seperti halnya pengetahuan, sikap memiliki berbagai tingkatan yaitu :
1. Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan.
2. Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan adalah indikasi dari
sikap karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuating) diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat ini.
4. Bertanggung jawab (Responsible) adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi
(Notoatmodjo, 2007).

C. Tindakan (Psikomotor)
Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap
menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu,
membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain
fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007).
Adapun tingkatan dari tindakan adalah :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek yang pertama.
2. Respon Terpimpin (Guide Response)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contohcontoh
adalah indikator tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau
sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga.
4. Adaptasi (Adaptation)

8
Tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Walgito (2003), pembentukan perilaku dibagi menjadi 3cara sesuai
keadaan yang diharapkan, yakni:
1. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
2. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
3. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Menurut Benjamin Bloom (dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2007), ranah perilaku
terbagi dalam 3 domain, yaitu :

a. Pengetahuan (Kognitif)

b. Sikap (Afektif)

C. Tindakan (Psikomotor)

10
DAFTAR PUSTAKA

http://dianhusadanuruleka.blogspot.com/p/konsep-perilaku-manusia.html
http://studycommunication.wordpress.com/2012/10/13/faktor-faktor-pengaruh-
perilaku-manusia/
http://www.scribd.com/doc/77124166/Faktor-Yang-Mempengaruhi-Perilaku-
Seseorang
https://yohanaratihep.wordpress.com/2013/02/22/makalah-konsep-perilaku/

11

Anda mungkin juga menyukai