Oleh :
2009611034
Kelompok 17G
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
PENDAHULUAN
Pada kasus ini Anjing mengalami paraplegia yang dimulai tiga minggu yang lalu.
Berdasarkan temuan computed tomography (CT), kondisi tersebut didiagnosis sebagai herniasi
intervertebralis Hansen tipe I di ruang intervertebralis T12-T13 (Sharun et al., 2020). Herniasi
intervertebralis (IVDH) adalah salah satu penyebab umum cedera tulang belakang pada anjing.
Hal ini biasanya dirawat dengan melakukan dekompresi bedah yang melibatkan pengangkatan
bahan cakram yang diekstrusi.
REKAM MEDIK
4. Diagnosis
Menurut hasil dari pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang diagnosis kasus ini
sebagai paraplegia sekunder akibar herniasi intervertebralis I Hansen di ruang invertebralis
T12-T13.
5. Prognosis
Prognosis kasus yang terkena herniasi invertebralis (IVDH) dilaporkan sangat
bergantung pada ada atau tidaknya persepsi nyeri dalam (Olby et al., 2003). Alasan
prognosis yang baik dalam kasus ini dapat dikaitkan dengan konservasi persepsi rasa sakit
yang mendalam meskipun persepsi rasa sakit dangkal kurang.
6. Treatment
Pemilik menolak permintaan dekompresi bedah karena sifatnya invasive. Oleh karena
itu, menyarankan terapi sel induk menggunakan BM-MSC sebagai upaya untuk
membalikkan deficit neurologis yang terkait dengan herniasi disk intervertebral Hansen
tipe I. Sumsum tulang diambil dari anjing sehat yang dibawa ke klinik untuk operasi elektif
dengan persetujuan pemilik hewan. Hewan dibius sebelum pengambilan sumsum tulang
(krista iliaka) sesuai protocol yang dijelaskan oleh Sharun et al., (2020).
Untuk penyuntikan sel induk, anjing dibius dengan xylazine (1 mg / kg berat badan)
diikuti ketamin (5 mg / kg berat badan) secara intramuskuler. Suspensi sel yang disiapkan
(1ml) dari BM-MSC alogenik yang mengandung 1 x 106 sel / ml ditransplantasikan secara
perkutan ke parenkim medulla spinalis di lokasi cedera. Hewan-hewan tersebut diposisika n
dalam posisi berbaring sternal dan jarum tulang belakang ukuran 26 dimasukkan pada
antarmuka T12-T13. Setelah ujungnya memasuki parenkim, setengah dari sel induk
disuntikkan secara perlahan ke sumsum tulang belakang. Setengah sisanya disuntikkan
sambil menarik jarum dari parenkim sumsum tulang belakang untuk menyimpan sel di
beberapa lapisan. Sebanyak empat dosis diberikan pada selang waktu 15 hari bersama
dengan terapi suportif yang meliputi methylcobalamin (500mcg / anjing setiap 12 jam) dan
gabapentin (10 mg / kg berat badan setiap 12 jam) secara oral selama periode penelitian.
Hasil dari treatment menunjukkan perbaikan yang signifikan terlihat setelah dosis
pertama BM-MSC. Hewan tersebut mulai menahan beban penuh pada tungkai belakangnya
setelah dua dosis. Perbaikan juga diamati di skor neurologis yang menunjukkan
peningkatan fungsi sensorik. Peningkatan yang sangat baik diamati pada persepsi nyeri
(nosisepsi) yang menyebabkan kembalinya persepsi nyeri superfisial.
Gambar 5. (a) Hari 0 - Paraplegia dengan menyeret tungkai belakang. (b) Hari 30 - Mulai menahan
beban pada tungkai belakang. (c) Hari 45 – penopang beban pada tungkai belakang yang normal,
tetapi mengidap ataksia. (d) Hari 60 – gaya berjalan hampir normal dengan ataksia ringan. (e) Hari 90
– kembalinya perilaku normal (menggaruk telinga dengan tungkai belakang) dan anjing mulai
bergerak naik turun tangga dengan mudah.
PEMBAHASAN
Dalam kasus ini seekor anjing Beagle jantan berumur empat tahun mengalami
paraplegia yang dimulai tiga minggu yang lalu dengan gejala klinis tersebut berjalan dengan
menyeret badan panggulnya yang diduga paraplegia. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
penunjang dengan radiografi dan CT scan. Pada pemeriksaan radiografi mengidentifikas i
berkurangnya ruang diskus antara tubuh vertebral T12 dan T13 vertebrae toraks. CT scan
mengidentifikasi material disk hernia di dalam kanal vertebralis dari T12 dan T13 vertebra
toraks. Menurut hasil dari pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang diagnosis kasus ini
sebagai paraplegia sekunder akibar herniasi intervertebralis I Hansen di ruang invertebralis
T12-T13. Untuk kasus ini treatment yang digunakan yaitu BM-MCS alogenik untuk implantasi
perkutan tanpa melakukan operasi dekompresi.
Kim, Y; Lee, SH; Kim, WH and Kweon, OK (2016). Transplantation of adipose derived
mesenchymal stem cells for acute thoracolumbar disc disease with no deep pain
perception in dogs. J. Vet. Sci., 17(1): 123–126.
Olby, N; Levine, J; Harris, T; Muñana, K; Skeen, T and Sharp, N (2003). Long-term functional
outcome of dogs with severe injuries of the thoracolumbar spinal cord: 87 cases
(1996–2001). J. Am. Vet. Med. Assoc., 222(6): 762-769.
Ruddle, TL; Allen, DA; Schertel, ER; Barnhart, MD; Wilson, ER; Lineberger, JA; Klocke,
NW and Lehenbauer, TW (2006). Outcome and prognostic factors in non-
ambulatory Hansen Type I intervertebral disc extrusions: 308 cases. Vet. Comp.
Orthop. Traumatol., 19(1): 29-34.
Sarmento, CA; Rodrigues, MN; Bocabello, RZ; Mess, AM and Miglino, MA (2014). Pilot
study: bone marrow stem cells as a treatment for dogs with chronic spinal cord
injury. Regen. Med. Res., 2(1): 1-9.
Thomson, C. E., & Hahn, C. (2012). Veterinary Neuroanatomy: A Clinical Approach. Elsevier
Ltd.