PENYAKIT MUSKULOSKELETAL
OLEH:
NIM. 1909611069
KELOMPOK: 15 E
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
PENDAHULUAN
Ringkasan ini akan membahas penanganan tentang miopati pada anjing dari 3 (tiga)
artikel yang penulis dapatkan.
REKAM MEDIK
Kasus pertama (Tauro et al., 2015), sebanyak 369 catatan medis ditinjau dari tahun
1992-2013 dan Vizalaa Hongaria diidentifikasi dengan riwayat yang sama dengan
polimyopati inflamasi idiopatik. Hewan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok 1 (diagnosis dikonfirmasi): berdasarkan histopatologi dan temuan klinis
yang sesuai dengan polimiopati inflamasi, dan kelompok 2 (kemungkinan diagnosis):
berdasarkan temuan klinis.
Kasus kedua (Mcmillan CJ et al., 2006), anjing Great dane jantan umur 3 tahun
dengan berat 56 kg diperiksa di Rumah Sakit Pendidikan Dokter Hewan (VTH) di
Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan Barat (WCVM) untuk evaluasi mengikuti
sejarah kelemahan progresif selama 18 bulan. Pemilik memperhatikan intoleransi
exercise yang tampaknya semakin memburuk, terutama selama 6 bulan terakhir.
Tingkat intoleransi dilaporkan bervariasi dari hari ke hari. Latihan yang terus menerus
menyebabkan kaku saat berjalan dan langkah pendek hingga akhirnya kelelahan dan
jatuh hingga tidak mampu bangkit. Vaksinasi rutin dan tidak ada riwayat penyakit
sistemik.
Kasus ketiga (Rodenas et al., 2012), aning collie-cross betina berumur 4 bulan
diperiksa untuk evaluasi sekitar 2 bulan sejarah kelemahan progresif., intoleransi
exercise dan atrofi otot. Pemilik nelaporkan bahwa sejak memperoleh anjing pada
umur 3 minggu, anjing selalu enggan untuk bermain dengan anjing lain dan tidur
lebih lama dari biasanya untuk anak anjing.
Pemeriksaan Klinis
Kasus pertama, anjing mengalami disfagia, kesulitan minum dan makan, atrofi otot,
sialorrhea, atrofi otot masticatory (pengunayahan), regurgitasi, trismus, malgia
masticatory, pneumonia aspirasi.
Gambar 2. Great Dane yang berusia tiga tahun dengan kelemahan otot dan atrofi yang didiagnosis sebagai
miopati kongenital.
Sumber. Mcmillan CJ et al., 2006
Kasus ketiga, menunjukkan atrofi otot general yang paling di tandai pada otot
abdomen. Pemeriksaan neurologis menunjukkan tetraparesis dengan gaya berjalan
pendek dan kaku. Kelemahan teramati setelah anjing berjalan sebentar, hopping
lambat, penggantian tungkai normal, refleks patella menurun secara bilateral,
pemeriksaan neurologis menunjukkan gangguan neuron mototrik bawah.
Pemeriksaan Penunjang
Kasus pertama, serum 47/77 kasus meningkat (>190 IU / L) dl 87% dan diatas 1000
IU / L dl 53%. Serologi untuk penyakit protozoa yang menyebabkan miopati
inflamasi (Toxoplasma gondii dan Neospora caninum titer antibody serum) negative
pada 25 kasus. Teknik pencitraan dilakukan pada 52 kasus. Sebanyak 28/77 anjing
dilakukan esofagogastroduodenoscopy untuk melihat ada atau tidak Hellobacter spp.
radiografi thoracic mengkonfirmasi megaoesophagus dan pneumonia aspirasi.
Gambar 3. Pandangan toraks lateral kiri, Gambar 4. Pandangan toraks lateral kiri,
menunjukkan megaoesophagus. menunjukkan pneumonia aspirasi.
Sumber: Tauro et al., 2015 Sumber: Tauro et al., 2015
Kasus kedua, hasil dari CBC dan urinalisis normal. Profil kimia serum menunjukkan
peningkatan ringan ada ALT (71 U / L; normal 19-59 U / L) dan kolesterol (6,39
mmol // L; normal 2,7-5,94 mmol / L). tes respons hormone adrenokortikotrofik
(ACTH) normal (60 nmol / L; normal 20-270 nmol / L – 1 jam pascainjeksi 330 nmol
/ L; normal 230-570 nmol / L). serum laktat, elektrolit dan glukosa darah normal.
EKG menunjukkan sinus takikardia. Hasil radiografi toraks (lateral dan ventrodorsal
kanan) dan ekokardiogram normal. Pada pemeriksaan histopatologi sekitar 50% serat
otot rangka terdapat inti merah muda pucat dengan pewarnaan H&E.
Gambar 5. Inti serat otot (HE)
Sumber. Mcmillan CJ et al., 2006
Treatment
Kasus pertama, diberikan kortikosteroid atau kombinasi dengan azathloprine. Dosis
glukokortikoid 1-2 mg/kg dua kali sehari. Azathloprine 2 mg/kg sekali sehari.
Leflunomide digunakan 4 mg/kg sekali sehari. Perawatan suportif termasuk
gastroprotektan dan pro-kinetik juga diresepkan seperti omeprazole, sucralfate,
cimetidine, famotidine, ranitidine, maropitant, metoclopramide, erythromycin
(sebagai pro-kinetik dengan dosis 0,5-1 mg/ kg tiga kali sehari).
Kasus kedua, anjing kasus di euthanasia berdasarkan permintaan pemilik.
Kasus ketiga, engobatan simtomatik dengan L-karnitin (50 mg/kg), koenzim Q10
(100 mg) dan vitamin B-kompleks untuk jangaka waktu 12 minggu. Selama rawat
jalan ternyata kondisi memburuk dan pemilik memilih untuuk euthanasia pada anjing
kasus.
PEMBAHASAN
Miopati merupakan penyakit neuromuskuler dimanamiofober tidak berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga terjadi kelemahan otot. Miopati kongenital adalah suatu
kondisi penurunan fungsi otot yang ada pada saat kelahiran. Gagal nafas akibat kelemahan
otot diafragma bisa terjadi pada miopatik kongenital. Miopati karena nutrisi dapat disebabkan
karena defisiensi terhadap vitamin E, serta toksikan dan faktor lingkungan yang memiliki
riwayat defisiensi Se dan vitamin E. Miopati eksersional merupakan sekumpula penyakit
dimana lesi akutnya mirip dengan miopati karena nutrisi, namun berbeda patogenesisnya. Ini
disebabakn karena aktivitas yang berlebihan dari otot-otot mayor. Miopati toksik aibat
keracunan dan menyebabkan degenerasi, nekrosis, fragmentasi serabut otot, pembesaran inti
sarkolema dan infiltrasi sel makrofag (Adi, 2017).
Untuk mendiagnosis miopati memerlukan biopsy otot, pemeriksaan fisik, hematologi,
urinalisis, ultrasonografi, dan radiografi. Biopsy otot merupakan pilihan efektif untuk
mendiagnosa miopati ini karena dapat terlihat serabut-serabut otat yang mengalami
perubahan patologi seperti atrofi serabut otot dan terdapat inti (nucleus) serabut otot.
Berdasarkan gejala klinis adalah disfagia menjadi gambaran klinis terpenting pada miopati.
Miopati yang disebabkan kongenital sulit untuk disembuhkan secara total. Namun
untuk miopati akibat sebab lainnya masih bisa disembuhkan dengan diberikan terapi seperti
antiinflamasi dan memperbaiki nutrisi dan vitamin serta menghindari exercise berlebih.
DAFTAR PUSTAKA
Adi AAAM. 2017. Buku Ajar Patologi Veteriner Sistemik: Sistema Otot. Swasta Nulus.
Denpasar, Bali.
McMillan CJ, Taylor SM, Shelton GD. 2006. Case Report- Inherited myopathy in a young
Great Dane. Can Vet J. 47: 899-901.
Rodenas S, Guo LT, Shelton GD. 2012. Myopathy Associated with Congenital Fibre
Disproportion in a Young Dog. J. Compt. Path. 147; 486-490.
Tauro A, Addicott D, Foale RD, Bowman C, Hahn C, Long S, Massey J, Haley AC, Knowler
SP, Day MJ, Kennedy LJ, Rusbridge C. 2015. Clinical features of idiopathic
inflammatory polymyopathy in the Hungarian Vizsla. BMC Veterinary Research. 11:97,
1-13.