Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN

PENYAKIT MUSKULOSKELETAL

MIOPATI PADA ANJING

OLEH:

MEIDI ANDIRA WULANDARI

NIM. 1909611069

KELOMPOK: 15 E

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2020
PENDAHULUAN

Miopati merupakan penyakit neuromuskuler, dimana miofiber tidak berfungsi


sebagaimana mestinya, sehingga terjadi kelemahan otot. Miopati terdiri dari miopati
kongenital, miopati karena nutrisi, miopati eksersional, dan miopati toksik (Adi, 2017).
Mioati adalah kumpulan kelainan pada otot yang biasanya tanpa melibatkan sistem saraf dan
tidak berhubungan sama seklai dengan gangguan pada jembatan neuromuskuler (Mustiadi,
2017).

Ringkasan ini akan membahas penanganan tentang miopati pada anjing dari 3 (tiga)
artikel yang penulis dapatkan.

REKAM MEDIK

Sinyalemen dan Anamanesa

 Kasus pertama (Tauro et al., 2015), sebanyak 369 catatan medis ditinjau dari tahun
1992-2013 dan Vizalaa Hongaria diidentifikasi dengan riwayat yang sama dengan
polimyopati inflamasi idiopatik. Hewan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok 1 (diagnosis dikonfirmasi): berdasarkan histopatologi dan temuan klinis
yang sesuai dengan polimiopati inflamasi, dan kelompok 2 (kemungkinan diagnosis):
berdasarkan temuan klinis.
 Kasus kedua (Mcmillan CJ et al., 2006), anjing Great dane jantan umur 3 tahun
dengan berat 56 kg diperiksa di Rumah Sakit Pendidikan Dokter Hewan (VTH) di
Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan Barat (WCVM) untuk evaluasi mengikuti
sejarah kelemahan progresif selama 18 bulan. Pemilik memperhatikan intoleransi
exercise yang tampaknya semakin memburuk, terutama selama 6 bulan terakhir.
Tingkat intoleransi dilaporkan bervariasi dari hari ke hari. Latihan yang terus menerus
menyebabkan kaku saat berjalan dan langkah pendek hingga akhirnya kelelahan dan
jatuh hingga tidak mampu bangkit. Vaksinasi rutin dan tidak ada riwayat penyakit
sistemik.
 Kasus ketiga (Rodenas et al., 2012), aning collie-cross betina berumur 4 bulan
diperiksa untuk evaluasi sekitar 2 bulan sejarah kelemahan progresif., intoleransi
exercise dan atrofi otot. Pemilik nelaporkan bahwa sejak memperoleh anjing pada
umur 3 minggu, anjing selalu enggan untuk bermain dengan anjing lain dan tidur
lebih lama dari biasanya untuk anak anjing.
Pemeriksaan Klinis
 Kasus pertama, anjing mengalami disfagia, kesulitan minum dan makan, atrofi otot,
sialorrhea, atrofi otot masticatory (pengunayahan), regurgitasi, trismus, malgia
masticatory, pneumonia aspirasi.

Gambar 1. Atrofi otot pengunyahan.


Sumber: Tauro et al., 2015

 Kasus kedua, menunjukkan kelemahan dan atrofi otot menyeluruh. Pemeriksaan


ortopedi normal, pemeriksaan neurologis menunjukkan normal, saraf kranial, dan
refleks tulangbelakang. Saat berjalan langkah pendek dan perlahan menurunkan
tubuh ke lantai. Setelah beberapa menit istirahat anjing tampak kembali pulih.
Denyut jantung 112 kali/menit, pulsus kuat dan sinkron, tidak ada murmur jantug
saat auskultasi.

Gambar 2. Great Dane yang berusia tiga tahun dengan kelemahan otot dan atrofi yang didiagnosis sebagai
miopati kongenital.
Sumber. Mcmillan CJ et al., 2006

 Kasus ketiga, menunjukkan atrofi otot general yang paling di tandai pada otot
abdomen. Pemeriksaan neurologis menunjukkan tetraparesis dengan gaya berjalan
pendek dan kaku. Kelemahan teramati setelah anjing berjalan sebentar, hopping
lambat, penggantian tungkai normal, refleks patella menurun secara bilateral,
pemeriksaan neurologis menunjukkan gangguan neuron mototrik bawah.

Pemeriksaan Penunjang
 Kasus pertama, serum 47/77 kasus meningkat (>190 IU / L) dl 87% dan diatas 1000
IU / L dl 53%. Serologi untuk penyakit protozoa yang menyebabkan miopati
inflamasi (Toxoplasma gondii dan Neospora caninum titer antibody serum) negative
pada 25 kasus. Teknik pencitraan dilakukan pada 52 kasus. Sebanyak 28/77 anjing
dilakukan esofagogastroduodenoscopy untuk melihat ada atau tidak Hellobacter spp.
radiografi thoracic mengkonfirmasi megaoesophagus dan pneumonia aspirasi.

Gambar 3. Pandangan toraks lateral kiri, Gambar 4. Pandangan toraks lateral kiri,
menunjukkan megaoesophagus. menunjukkan pneumonia aspirasi.
Sumber: Tauro et al., 2015 Sumber: Tauro et al., 2015

 Kasus kedua, hasil dari CBC dan urinalisis normal. Profil kimia serum menunjukkan
peningkatan ringan ada ALT (71 U / L; normal 19-59 U / L) dan kolesterol (6,39
mmol // L; normal 2,7-5,94 mmol / L). tes respons hormone adrenokortikotrofik
(ACTH) normal (60 nmol / L; normal 20-270 nmol / L – 1 jam pascainjeksi 330 nmol
/ L; normal 230-570 nmol / L). serum laktat, elektrolit dan glukosa darah normal.
EKG menunjukkan sinus takikardia. Hasil radiografi toraks (lateral dan ventrodorsal
kanan) dan ekokardiogram normal. Pada pemeriksaan histopatologi sekitar 50% serat
otot rangka terdapat inti merah muda pucat dengan pewarnaan H&E.
Gambar 5. Inti serat otot (HE)
Sumber. Mcmillan CJ et al., 2006

 Kasus ketiga, hasil pemeriksaan hematologis, radiografi toraks dan ultrasonografi


abdomen tidak menunjukkan hasil normal. Profil biokimia serum menunjukkan
peningkatan ringan pada CK (599 IU / l; normal 20-225 IU / l) dan alkaline
phosphatase (150 IU / l; normal 20-130 IU / l). serologi untuk antibody toxoplasma
gondii dan Neospora caninum negative. Elektromiografi menunjukkan aktivitas
spontan ringan hingga sedang yang ditandai dengan potensi fibrilasi dan gelombang
tajam positif pada semua otot appendicular. Satusatunya kelainan yang diidentifikasi
adalah penurunan amplitude ringan dari potensial aksi senawa di saraf ulnaris.

Treatment
 Kasus pertama, diberikan kortikosteroid atau kombinasi dengan azathloprine. Dosis
glukokortikoid 1-2 mg/kg dua kali sehari. Azathloprine 2 mg/kg sekali sehari.
Leflunomide digunakan 4 mg/kg sekali sehari. Perawatan suportif termasuk
gastroprotektan dan pro-kinetik juga diresepkan seperti omeprazole, sucralfate,
cimetidine, famotidine, ranitidine, maropitant, metoclopramide, erythromycin
(sebagai pro-kinetik dengan dosis 0,5-1 mg/ kg tiga kali sehari).
 Kasus kedua, anjing kasus di euthanasia berdasarkan permintaan pemilik.
 Kasus ketiga, engobatan simtomatik dengan L-karnitin (50 mg/kg), koenzim Q10
(100 mg) dan vitamin B-kompleks untuk jangaka waktu 12 minggu. Selama rawat
jalan ternyata kondisi memburuk dan pemilik memilih untuuk euthanasia pada anjing
kasus.
PEMBAHASAN
Miopati merupakan penyakit neuromuskuler dimanamiofober tidak berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga terjadi kelemahan otot. Miopati kongenital adalah suatu
kondisi penurunan fungsi otot yang ada pada saat kelahiran. Gagal nafas akibat kelemahan
otot diafragma bisa terjadi pada miopatik kongenital. Miopati karena nutrisi dapat disebabkan
karena defisiensi terhadap vitamin E, serta toksikan dan faktor lingkungan yang memiliki
riwayat defisiensi Se dan vitamin E. Miopati eksersional merupakan sekumpula penyakit
dimana lesi akutnya mirip dengan miopati karena nutrisi, namun berbeda patogenesisnya. Ini
disebabakn karena aktivitas yang berlebihan dari otot-otot mayor. Miopati toksik aibat
keracunan dan menyebabkan degenerasi, nekrosis, fragmentasi serabut otot, pembesaran inti
sarkolema dan infiltrasi sel makrofag (Adi, 2017).
Untuk mendiagnosis miopati memerlukan biopsy otot, pemeriksaan fisik, hematologi,
urinalisis, ultrasonografi, dan radiografi. Biopsy otot merupakan pilihan efektif untuk
mendiagnosa miopati ini karena dapat terlihat serabut-serabut otat yang mengalami
perubahan patologi seperti atrofi serabut otot dan terdapat inti (nucleus) serabut otot.
Berdasarkan gejala klinis adalah disfagia menjadi gambaran klinis terpenting pada miopati.
Miopati yang disebabkan kongenital sulit untuk disembuhkan secara total. Namun
untuk miopati akibat sebab lainnya masih bisa disembuhkan dengan diberikan terapi seperti
antiinflamasi dan memperbaiki nutrisi dan vitamin serta menghindari exercise berlebih.

DAFTAR PUSTAKA
Adi AAAM. 2017. Buku Ajar Patologi Veteriner Sistemik: Sistema Otot. Swasta Nulus.
Denpasar, Bali.
McMillan CJ, Taylor SM, Shelton GD. 2006. Case Report- Inherited myopathy in a young
Great Dane. Can Vet J. 47: 899-901.
Rodenas S, Guo LT, Shelton GD. 2012. Myopathy Associated with Congenital Fibre
Disproportion in a Young Dog. J. Compt. Path. 147; 486-490.
Tauro A, Addicott D, Foale RD, Bowman C, Hahn C, Long S, Massey J, Haley AC, Knowler
SP, Day MJ, Kennedy LJ, Rusbridge C. 2015. Clinical features of idiopathic
inflammatory polymyopathy in the Hungarian Vizsla. BMC Veterinary Research. 11:97,
1-13.

Anda mungkin juga menyukai