Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Keperawatan “Pemenuhan Kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif

pada Era Normal Baru” Tahun 2020

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP


KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DAN ACTIVITY DAILY LIVING KLIEN ISOLASI
SOSIAL DI PANTI SOSIAL REHABILITASI PENGEMIS GELANDANGAN ORANG
DENGAN GANGGUAN JIWA
THE EFFECTS OF THERAPEUTIC ACTIVITY GROUP SOCIALIZATION ON SOCIAL
INTERACTION CAPABILITY AND ACTIVITY DAILY LIVING SOCIAL ISOLATION
CLIENTS AT SOCIAL INSTITUTIONS REHABILITATION OF BEGGARS OF
HOMELESS PEOPLE WITH MENTAL DISORDERS
1*
Desi Purnama Sari, 2Sri Maryatun
1
Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang
2
Departemen Jiwa, Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya,
Palembang
*Email: desipurnamasusanto10@gmail.com

Abstrak
Hasilstudipendahuluan yang telahdilakukan di Panti Sosial Rehabilitasi Pengemis Gelandangan Orang
Dengan Gangguan Jiwa, di dapatkan bahwa ada 80 (50,31%) klien isolasi sosial yang mengalami
gangguan kemampuan interaksi sosial dan activity daily living (ADL) dan belum ada kegiatan atau terapi
yang terjadwal di panti ini. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasi Eksperimen dengan bentuk
rancangan Non-Equivalent Control Group dengan Pre dan Post Test. Sampel pada penelitian ini
berjumlah 36 klien dimana dibagi 18 untuk kelompok kontrol dan 18 untuk kelompok intervensi yang
diperoleh dengan teknik Simple Random Sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar
observasi dan kuesioner interaksi sosial dari Nyumirah yang sudah diuji validitas dan realibilitasnya dan
activity daily living menggunakan Indexs Barthel dan analisis data bivariat menggunakan analis data t-test
berpasangan, uji wilcoxon dan uji mann whtiney. Hasil penelitian di dapatkan bahwa adapengaruh
kemampuan interaksi sosial pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p value (0,055) >
0,05 (α). Dan hasil penelitian di dapatkan bahwa adapengaruh terhadap kemampuan Activity Daily Living
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan pvalue 0,013 < 0,05 (α). Rekomendasi penelitian
adalah agar Terapi Aktivitas Kelompok Sosial ini dapat diterapkan pada klien di PSR PG ODGJ tersebut
secara continueagar pasien dapat melakukan interaksi sosial dan pemenuhan activity daily living nya
dengan baiksecaramandiri.

Kata Kunci: interaksi sosial, activity daily living, terapi aktivitas kelompok sosialisasi

Abstract
The phenomenon of the problem at the Social Home Rehabilitation of Beggars Bums People with Mental
Disorders, found that there are 80 (50.31%) social isolation clients who experience impaired social
interaction abilities and activity of daily living (ADL) and there are no scheduled activities or therapies
at the orphanage this. This research is a Quasi Experiment research with a Non-Equivalent Control
Group design with Pre and Post Test. The sample in this study amounted to 36 clients which were divided
into 18 for the control group and 18 for the intervention group obtained by the Simple Random Sampling
technique. Data collection using observation sheets and social interaction questionnaires from Nyumirah
that have been tested for validity and reliability and daily living activities using Barthel Indexs and
bivariate data analysis using paired t-test data analysts, Wilcoxon test and Mann Whtiney test. The
results found that there were no significant differences in the ability of social interaction in the
intervention group and the control group with p value (0.055)> 0.05 (α). The results found that there
were significant differences in the ability of Activity Daily Living in the intervention group and the
control group with a p value of 0.013 <0.05 (α). The research recommendation is that this Social Group
Activity Therapy can be applied to clients in the PG ODGJ PSR so that patients can perform social
interactions, fulfill their daily living activities properly.

Keywords:social interaction, activity daily living (ADL), activity group socialization therapy
148

Seminar Nasional Keperawatan “Pemenuhan Kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif
pada Era Normal Baru” Tahun 2020

PENDAHULUAN berkumpul dengan klien lainnya, berbicara


seperlunya jika diajak komunikasi, apatis,
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi klien tidak dapat melakukan kegiatan sehari-
terganggunya fungsi mental, emosi, pikiran, harinya secara mandiri serta membutuhkan
kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal, bantuan orang lain dalam pemenuhannya
yang menjadi kelompok gejala klinis yang seperti makan, berpakaian, mandi, BAB dan
disertai oleh penderita dan mengakibatkan BAK. Jumlah populasi di panti tersebut ada
terganggunya fungsi humanistik individu1 200 klien dimana terdiri dari pengemis,
Gangguan jiwa dikarakteristikkan sebagai gelandangan dan orang dengan gangguan
respon maladaptif diri terhadap lingkungan jiwa.
yang ditunjukkan dengan pikiran, perasaan,
tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma Salah satu gejala negatif pada gangguan jiwa
setempat dan kultural sehingga mengganggu yaitu isolasi sosial. Isolasi sosial merupakan
fungsi sosial, kerja dan fisik individu yang masalah keperawatan yang disebabkan oleh
biasa disebut dengan skizofrenia.2 harga diri rendah dimana perasaan negatif
Masalah gangguan jiwa menjadi masalah terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
yang sangat serius diseluruh dunia.3 merasa gagal mencapai keinginan yang
Penderita gangguan jiwa ada sekitar 450 juta ditandai dengan adanya perasaan malu
orang (11%) dari seluruh dunia dan paling terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
tidak, ada satu dari empat orang di dunia diri sendiri, gangguan hubungan sosial,
mengalami masalah mental.Jumlah masalah merendahkan martabat, percaya diri kurang
kesehatan jiwa di Indonesia dengan dan juga dapat mencederai diri.7
Gangguan Mental Emosional (Depresi dan
Ansietas) sebesar 19,8% atau sekitar 20 juta Aktivitas TAKS dapat berupa latihan
orang dan gangguan jiwa berat (psikosis) sosialisasi dalam kelompok. TAKS
sebesar 11% sekitar 10 juta orang.5 membantu klien untuk melakukan sosialisasi
dengan individu yang ada di sekitar klien.
Di Sumatera Selatan, mencatat jumlah Terapi TAKS ini memfasilitasi psikoterapi
penderita gangguan jiwa pada tahun 2011 untuk memantau dan meningkatkan
sebanyak 39,186 klien, pada pasien gangguan hubungan interpersonal, memberi tanggapan
jiwa pada tahun 2012 sebanyak 41,201 klien, terhadap orang lain, mengekspresikan ide
pada tahun 2013 jumlah penderita gangguan dan tukar presepsi, dan menerima stimulus
jiwa sebanyak 43,011 klien, sedangkan eksternal yang berasal dari lingkungan.
penderita gangguan jiwa pada tahun 2014
sebanyak 40,103 klien, pada tahun 2015 METODE
penderita gangguan jiwa sebanyak 41,745
klien dan pada bulan November tahun 2017 Berdasarkan tujuan penelitian untuk
penderita gangguan jiwa sebanyak 47,582 mengetahui Pengaruh Terapi Aktivitas
klien.6 Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap
Kemampuan Interaksi Sosial dan Activity
Hasil studi pendahuluan di Panti Sosial Daily Living Klien Isolasi Sosial di PSR PG
Rehabilitasi Pengemis Gelandangan Orang ODGJ, maka rancangan yang digunakan
Dengan Gangguan Jiwa (PSR PG ODGJ) adalah Quasi Eksperimen dengan bentuk
pada tanggal 8 Agustus 2019, peneliti rancangan Non-Equivalent Control Group
dibantu dengan perawat melakukan observasi dengan Pre dan Post Test. Populasi yang
kepada klien isolasi sosial di panti tersebut diambil adalah klien yang ada di PSR PG
didapatkan bahwa klien banyak berdiam diri ODGJ sebanyak 200 orang.Teknik
dan terlihat suka menyendiri, klien hanya pengambilan sampel pada penelitian ini
berbicara seperlunya dan terlihat menghindar adalah metode Probability Sampling dengan
dari klien lainnya, tidak ada kontak mata, teknik Simple Random Sampling. Sampel
klien berdiam diri tetapi mau untuk duduk pada penelitian ini adalah klien isolasi sosial
149

Seminar Nasional Keperawatan “Pemenuhan Kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif
pada Era Normal Baru” Tahun 2020

yang sudah sesuai dengan kriteria inklusi


dalam penelitian sebanyak 36 terdiri dari Tabel 1.Distribusi Frekuensi Variabel
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Independen dan Dependen Kelompok
Intervensi dan Kontrol di Panti Sosial
Instrumen yang digunakan adalah Rehabilitasi Pengemis Gelandangan Orang
observasi.Kuesioner interaksi sosial dari Dengan Gangguan Jiwa Palembang
Nyumirah (2012) terdiri dari 18 dan Activity
Daily Living dengan Index Barthel terdiri Median(Min Mean ±
dari 10 pertanyaan yang harus ditanyakan Variabel Kelompok
-Max) SD
oleh pewawancara pada klien. Lembar
persetujuan diisi oleh responden bila Intervensi -
36,50 ±
responden bersedia mengikuti terapi.Variabel 9,721
Umur
37,61 ±
bebas penelitian ini untuk kemampuan Kontrol -
6,844
interaksi sosial adalah terapi aktivitas 5,22 ±
kelompok sosialisasi dan variabel terikat Lama Intervensi -
3,173
pada penelitian ini adalah Umur, kesehatan Rawat
Kontrol 4,5 (2-11) -
Fisiologis, fungsi Kognitif, fungsi
Pretest Intervensi 24,5 (22-35) -
Psikososial, tingkat stress, ritme biologi, Interaksi
Status mental. 28 ±
Sosial Kontrol -
3,956
61,39 ±
Penelitian terdapat dua analisis yaitu analisis Intervensi -
Pretest 8,190
univariat yang bertujuan untuk ADL 76,39 ±
Kontrol -
mendeskripsikan variabel yang diteliti dan 9,519
analisis bivariat. Analisis dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berpengaruh Nilai post-test interaksi sosial terendah ialah
(menguji hipotesis) yakni mengetahui 42 dan nilai post-test interaksi sosial tertinggi
pengaruh terapi aktivitas kelompok ialah 54. Pada kelompok intervensi variabel
sosialisasi (TAKS) terhadap kemampuan pre-testActivity Daily Living (ADL) memiliki
interaksi sosial dan activity daily living nilai mean sebesar 61,39 dengan standar
(ADL) klien isolasi sosial melalui uji T-test, deviasi sebesar 8,190.Variabel post-
sebelum dilakukan analisis kita lihat terlebih testActivity Daily Living (ADL) memiliki
dahulu dilakukan uji normalitas. Analisis nilai tengah pada variabel post-testActivity
dilakukan dengan uji T-test dependen, jika Daily Living (ADL) ialah 92,5. Nilai post-
data berdistribusi tidak normal maka test Activity Daily Living (ADL) terendah
dilakukan uji statistik Wilcoxon Test dan ialah 75 dan nilai post-testActivity Daily
menggunakan uji T-test independen, jika data Living (ADL).
berdistribusi tidak normal maka dilakukan uji
Mann Whitney. Berdasarkan hasil tabel 2 menyatakan bahwa
mayoritas responden pada kelompok
HASIL intervensi pada variabel pendidikan ialah
responden yang tidak sekolah sebanyak 10
Analisis univariat digunakan untuk orang (55,6%).
mengetahui distribusi responden berupa
umur, jenis kelamin, pendidikan dan lama
dirawat serta interaksi sosial dan activity
daily
living (ADL)sebelum dan sesudah diberikan
terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS)
pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi.

150

Seminar Nasional Keperawatan “Pemenuhan Kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif
pada Era Normal Baru” Tahun 2020

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Jenis kelompok sosialisasi (TAKS) pada kelompok
Kelamin dan Pendidikan Kelompok intervensi.
Intervensi dan Kontrol di Panti Sosial
Rehabilitasi Pengemis Gelandangan Orang Tabel 4. Perbedaan Activity Daily Living
Dengan Gangguan Jiwa Palembang (ADL) sebelum dan sesudah dilakukan
TAKS pada kelompok intervensi di Panti
Variabel Kelompok Kategori n % Sosial Rehabilitasi Pengemis Gelandangan
Orang Dengan Gangguan Jiwa Palembang
Laki-laki 6 33,3
Jenis Intervensi Me
Perempuan 12 66,7 Min-
Kela Variabel n dia SD P-value
min Laki-laki Max
7 38,9 n
Kontrol ADL
Perempuan 11 61,1
Pre-test 18 62,5 45-75 81,190 0,0001
Tidak Sekolah 10 55,6 Post-
18 92,5 75-100 7,775
SD test
1 5,6
Intervensi
SMP 2 11,1 Tabel 5. Perbedaan kemampuan interaksi
Pendi
SMA 5 27,8 sosial sesudah dilakukan TAKS pada
dikan Tidak Sekolah kelompok kontrol dan intervensi di Panti
9 50,0
Sosial Rehabilitasi Pengemis Gelandangan
SD 5 27,8
Kontrol
Orang Dengan Gangguan Jiwa Palembang
SMP 1 5,6
Min- P-
SMA Variabel n Median SD
3 16,7 Max value
Interaksi
Sosial
Tabel 3. Perbedaan kemampuan interaksi Intervensi 18 20 13-25 3,162 0,055
sosial sebelum dan sesudah dilakukan TAKS Kontrol 18 25 11-35 7,019
pada kelompok intervensi di Panti Sosial
Rehabilitasi Pengemis Gelandangan Orang
Dengan Gangguan Jiwa Palembang Hasil analisis perbedaan selisih kemampuan
interaksi sosial pada kelompok intervensi dan
Med Min- kelompok kontrol didapatkan nilai
Variabel n SD P-value
ian Max
Interaksi
mediansebesar 20 pada kelompok intervensi
Sosial dan 25 pada kelompok kontrol.
Pre-test 18 24,5 22-35 3,710 0,0001
Post-test 18 44 42-54 3,662 Tabel 6.Perbedaan Activity Daily Living
(ADL) pada kelompok kontrol dan intervensi
Perbedaan antara selisih pretest-posttest di Panti Sosial Rehabilitasi Pengemis
kemampuan interaksi sosial klien pada Gelandangan Orang Dengan Gangguan Jiwa
kelompok intervensi adalah 19,5 sehingga Palembang
terdapat pengaruh signifikan terhadap Medi Min- P-
Variabel n SD
kemampuan interaksi sosial setelah an Max value
responden diberikan terapi aktivitas (ADL)
kelompok sosialisasi (TAKS) pada kelompok Intervensi 18 32,5 5-40 9,621 0,002
Kontrol 18 15 5-35 8,745
intervensi.

Selisih perbedaan pretest-posttest Perbedaan selisih Activity Daily Living


kemampuan activity daily living (ADL) pada (ADL) pada kelompok intervensi dan
kelompok intervensi adalah 30. Sehingga kelompok kontrol didapatkan nilai median
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pada kelompok kontrol 15 sedangkan pada
Activity Daily Living (ADL)setelah kelompok intervensi sebesar32,5.
responden diberikan terapi aktivitas
151

Seminar Nasional Keperawatan “Pemenuhan Kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif
pada Era Normal Baru” Tahun 2020

PEMBAHASAN orang sekitarnya ketika diberikan perlakuan


terapi akivitas kelompok sosialisasi tersebut
Berdasarkan tabel 1 dan 2, karakteristik diajarkan dan di motivasi untuk menerapkan
responden pada kelompok intervensi yang dikehidupan sehari-hari. Pasien yang belum
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang mampu melakukan interaksi sosial dengan
atau sebesar 33,3%, serta responden yang sekitarnya terus dimotivasi agar mampu
berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 berinteraksi dengan sekitarnya. Hal inilah
orang atau sebesar 66,7% yang membuat klien merasa percaya diri
dengan apa yang telah mereka lakukan dan
Perempuan dan laki-laki mempunyai risiko ungkapkan.Disini pemberian terapi aktivitas
yang sama untuk menderita gangguan jiwa kelompok sosialisasi dapat membantu klien
berat.8 Namun, derajat keparahan gangguan dalam melakukan interaksi sosial klien yang
kejiwaan berat itu lebih besar pada laki-laki sebelumnya bersifat maladaptif menjadi
sehingga penderita laki-laki lebih banyak adaptif.
yang harus dirawat di rumah sakit jiwa.
Berdasarkan tabel 4diperoleh hasil penelitian
Karakteristik responden pada kelompok didapatkan bahwa terdapat perbedaan saat
intervensi bahwa mayoritas responden pada observasi hasil sebelum dan sesudah
kelompok intervensi tidak sekolah atau perlakuan TAKS pada kelompok Intervensi.
sebanyak 10 orang (55,6%), sisanya Dimana setelah perlakuan mayoritas klien
berpendidikan SD sebanyak 1 orang (5,6%), mengalami peningkatan dari sebelum
SMP sebanyak 2 orang (11,1%) serta SMA perlakuan 52,5 maka setelah diberi perlakuan
sebanyak 5 orang (27,8%). menjadi 92,5. Hasil penelitian laindidapatkan
nilai p=0,014< (0,05) yang menunjukkan
Tingkat pendidikan rendah pada seseorang bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
akan menyebabkan orang tersebut mudah terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap
mengalami kecemasan, semakin tinggi kemampuan activity daily living dengan
tingkat pendidikan akan berpengaruh pasien gangguan jiwa.11Penelitian ini
terhadap kemampuan berfikir seseorang.9 menunjukkan bahwa sebagian besar
Karakteristik responden pada kelompok responden memiliki kemampuan dalam
intervensi bahwa variabel lama rawat pada melakukan activity daily living nya secara
kelompok intervensi memiliki nilai mean mandiri, dari pasien sebelum mendapatkan
sebesar 5,22 dengan standar deviasi sebesar perlakuan dalam memenuhi aktivitas nya
3,173.10 Mengatakan rata-rata lama hari sehari-hari dibantu secara total oleh teman
rawat pasien di RS Jiwa tercepat yaitu 17 atau petugas yang ada dipanti tersebut
hari dan terlama yaitu 110 hari ini menjadi mandiri dan termotivasi untuk
dikarenakan bahwa responden yang paling melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-
lama dirawat dan mendapatkan TAKS dapat harinya tanpa bantuan secara total dari
meningkatkan kemampuan interaksi sosial oranglain. Hasil penelitian dipanti ini
serta activity daily living klien skizofrenia. didapatkan bahwa sebagian besar
kemampuan activity daily living klien isolasi
Berdasarkan tabel 3, hasil penelitian ini sosial adalah mandiri dimana kondisi ini
menunjukkan adanya perbedaan yang karena pasien sudah diajarkan bagaimana
signifikan terhadap kemampuan interaksi cara nya melakukan kegiatan pemenuhan
sosial klien isolasi sosial sebelum dan activity daily living (ADL) dengan baik
sesudah TAKS. Dimana keseluruhan melalui terapi aktivitas kelompok sosial
responden yang berjumlah 18 orang (100%) (TAKS).Terapi yang telah diajarkan ini
pada kelompok intervensi sebelum TAKS berdampak pada adanya peningkatan
mengalami peningkatan. Klien yang sebelum kemandirian klien isolasi sosial dalam
diberikan perlakuan masih belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
berbicara dan mengobrol dengan teman dan
152

Seminar Nasional Keperawatan “Pemenuhan Kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif
pada Era Normal Baru” Tahun 2020

Berdasarkan tabel 5 diperoleh hasil analisis 3. Tidak adanya perbedaan yang signifikan
perbedaan selisih kemampuan interaksi sosial kemampuan interaksi sosial pada
pada kelompok intervensi dan kelompok kelompok intervensi dan kelompok
kontrol didapatkan nilai p-value sebesar kontrol.
0,055 > 0,05 (α), sehingga dapat disimpulkan 4. Adanya perbedaan yang signifikan
bahwa tidak adanya perbedaan yang Activity Daily Living (ADL) pada
signifikan kemampuan interaksi sosial pada kelompok intervensi dan kelompok
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. kontrol.
Dilihat dari hasil evaluasi masing-masing
sesi pada saat pelaksanaan TAKS, tidak Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah
ditemukan responden yang mengalami satu dasar bahwa terapi aktivitas kelompok
penurunan kemampuan dari sesi sebelumnya. sosialisasi dapat dilakukan secara mandiri
Klien sebelumnya mengalami penurunan dengan dibantu oleh petugas kesehatan yang
kemampuan interaksi sosial dimana klien ada di panti untuk meningkatkan kemampuan
menarik diri dari orang sekitar dan interaksi sosial dan activity daily living
lingkungannnya setelah diberikan intervensi (ADL) klien isolasi sosial.
TAKS pasien sudah mulai tampak berbicara
REFERENSI
dan mengobrol dengan oranglain.
1. Dalami. Asuhan keperawatan klien
Berdasarkan tabel 6 diperoleh hasil analisis dengan gangguan Jiwa. Jakarta : CV.
perbedaan selisih Activity Daily Living (ADL) Trans Info Media;2009.
pada kelompok intervensi dan kelompok 2. Towsend MC. Essentials of psychiatric
kontrol didapatkan nilai p-value sebesar mental health nursing. Philadelpia: Davis
0,002 < 0,05 (α).Penelitian lainya yang Company; 2005.
sejalan tmenunjukkan peningkatan 3. The World Health Organization. Report :
kemampuan activity daily living klien Mental Health of Atlas. WashingtonDC:
skizofrenia setelah diberikan intervensi.12 WHO Publications; 2012.
Teori lain yang sejalan dengan teori diatas 4. Prabowo e. Konsep danaplikasi asuhan
menyatakan bahwa pada klien isolasi sosial keperawatan jiwa. Yogyakarta : Nuha
mengalami perubahan dalam perilaku dan Medika;2014.
kebiasaan sehari-hari yang menyebabkan 5. Riset Kesehatan Dasar. Laporan “Badan
kemunduran dalam menjalani kegiatannya penelitian pengembangan kesehatan
sehari-hari. Sebelum mendapat terapi TAKS kementerian kesehatan RI.” Riset
klien cenderung apatis, menghindari kegiatan kesehatan daerah. Sumatera Selatan:
yang diadakan di rumah sakit tetapi setelah Riskesdas.2018.
mendapatkan terapi TAKS ini klien tampak 6. Rekam Medik Rumah Sakit Ernaldi
lebih peka dan peduli terhadap lingkungan BaharProvinsi Sumatera Selatan.2017.
sekitarnya. 7. NANDA. Diagnosa keperawatan :
Definisi dan klasifikasi 2012-2014.
KESIMPULAN Jakarta:EGC;2012.
8. Keliat BA.Keperawatan kesehatan jiwa
1. Tidak terdapat responden yang
komunitas. CMHN (Basic Course).
mengalami penurunan skor atau skor
Jakarta:EGC;2011.
sama mengenai kemampuan interaksi
9. Stuart, Sundeen.Keperawatan psikiatrik:
sosial setelah diberikan terapi aktivitas
Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5.
kelompok sosialisasi (TAKS).
Jakarta: EGC;2006.
2. Tidak terdapat responden yang
10. Nyumirah S. Peningkatan kemampuan
mengalami penurunan skor atau skor
interaksi sosial (kognitif, afektif dan
sama mengenai Activity Daily Living
perilaku) melalui penerapan terapi
(ADL) setelah diberikan terapi aktivitas
kognitif di RSJD Dr.Amino
kelompok sosialisasi (TAKS).
153

Seminar Nasional Keperawatan “Pemenuhan Kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif
pada Era Normal Baru” Tahun 2020

Gondhohutomo Semarang. FIIKKES UI.


Jurnal Keperawatan.2012;88(1).
11. Masdelita.Pengaruh terapi aktivitas
kelompok (TAK) terhadap kemampuan
kerjasama pada pasien dengan masalah
isolasi sosial [skripsi]. Palembang:
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya; 2015.
12. Trihardani.Gambaran tingkat
kemandirian perawatan diri pasien
skizofrenia di Ruang Tenang Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Skripsi.
2009.

154

Anda mungkin juga menyukai