Anda di halaman 1dari 20

BAB V

PROSES PENGEMASAN

A. FASILITAS PENGEMASAN
B. MESIN, PERALATAN, DAN BAHAN

C. TAHAP PENGEMASAN
Pengemasan merupakan proses pengolahan produk ruahan menjadi produk jadi sebelum
dikirim ke gudang dan dapat didistribusikan. Kemasan suatu produk berfungsi untuk
memberikan identitas yang berupa nama produk, isi dan kekuatan, nomor batch, nama
pabrik pembuat, nomor registrasi, tanggal kadaluarsa dan Harga Eceran Tertinggi (HET).
Kemasan juga dapat melindungi produk dari hal-hal yang dapat mengakibatkan
berkurangnya khasiat obat, melindungi dari kerusakan fisik dan kontaminasi. Proses
pengemasan dilakukan di ruang kelas E dan F.
1. Pengemasan primer
Proses filling dan pengemasan primer langsung dilakukan pada ruang kelas E.
2. Pengemasan sekunder
Pada pengemasan sekunder dilakukan proses penandaan (coding) pada stiker
label/etiket, dos dan lain lain meliputi penandaan (coding) nomor bets, manufacturing
date, expired date, HET. Pengemasan sekunder dilakukan di ruang kelas F. Total
jumlah sediaan tetes hidung pada 1 folding box adalah 24 box.
3. Pengemasan Tersier
10 folding box yang sudah terisi 24 box selanjutnya akan dikemas menggunakan
master box. Pengemasan tersier ini tidak menggunakan mesin, melainkan masih
menggunakan tenaga manusia dan dilakukan di ruang kelas F. Dalam satu master box
terdapat 10 folding box
D. IN PROCESS CONTROL (IPC)
Pengawasan yang dilakukan selama proses produksi disebut IPC dengan tujuan untuk
memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi
penyebab variasi karakteristik produk selama berjalan. IPC meliputi:
1. IPC proses pembuatan
a. Organoleptik
Tujuan : Menjamin sediaan memiliki spesifikasi yang memadai dengan tidak
adanya partikel
Prinsip : Mengamati tampilan umum pada suatu sediaan menggunakan lampu
LED dengan background black and white . Pada pengontrolan penampilan
sediaan nasal drops dilakukan pengecekan seperti warna, ada tidaknya bau, dan
bentuk.
Hasil : Berbentuk larutan, tidak berwarna, dan tidak berbau
b. Uji pH (FI VI <1071> h.2066)

Tujuan : Mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui

kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditentukan

Alat : pH meter

Prinsip : Pengukuran pH cairan uji berdasarkan beda potensial dari pasangan

elektroda menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi

Cara Kerja :

1) Dalam 1 botol nasal drops, diambil 50% volume untuk pengujian pH dan

dimasukkan kedalam beaker glass

2) Dicelupkan pH meter kedalam beaker glass tersebut

3) Dicatat pH Syarat : pH 4 – 4,5


c. Uji Kejernihan (FI VI <881> Hal.2020)

Tujuan : Memastikan larutan bebas dari partikulat yang dapat terlihat secara

visual

Prosedur: Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi tidak berwarna,

transparan, dan terbuat dari kaca netral. Bandingkan larutan uji dengan larutan

suspensi padanan. Bandingkan kedua larutan di bawah cahaya yang terdifusi tegak

lurus ke arah bawah tabung menggunakan latar belakang berwarna hitam.

Hasil : Larutan dianggap jernih apabila kejernihannya sama dengan air atau

larutan yang digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan,

atau jika opaleesan tidak lebih dari suspensi padanan 1.

2. Evaluasi Sediaan Akhir

a. Uji pH (FI VI <1071> h.2066)

Tujuan : Mengetahui pH sediaan dan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan

persyaratan yang telah ditentukan

Alat : pH meter

Prinsip : Pengukuran pH cairan uji berdasarkan beda potensial dari pasangan

elektroda menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi

Cara Kerja :

1) Dalam 1 botol nasal drops, diambil 50% volume untuk pengujian pH dan

dimasukkan kedalam beaker glass

2) Dicelupkan pH meter kedalam beaker glass tersebut


3) Dicatat pH Syarat : pH 4 – 4,5

b. Uji Kebocoran (Goeswin hal 191)

Tujuan: Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta

kestabilan sediaan

Cara Kerja :

1) Wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan,

dimasukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor

maka larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di

luar dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berwarna

biru. Untuk cairan yang berwarna

2) Lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan di atas

kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran, maka kertas saring atau kapas

akan basah

c. Uji Kadar Xilometazolin Hidroklorida (FI VI <1795> h.1795)

Alat : Spektrofotometer Uv-Vis

Cara Kerja :

Larutan baku, Timbang saksama sejumlah Xilometaxoline Hidroklorida HPFI

larutkan dalam air hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. pipet 10 mL

larutan kedalam corong pisah 125 mL, dan lakukan seperti yang tertera pada

Larutan Uji, dimulai dari tambahkan berturut – turut 10 mL air dan 10 mL asam

hidroklorida BPFI dalam larutan baku lebih kurang 100 mcg per mL.
Larutan uji, pipet sejumlah volume larutan setara dengan lebih kurang 5 mg

Xilometazolin hidroklorida, masukkan ke dalam corong pisah 125 mL,

tambahkan berturut – turut 10 mL air dan 10 mL asam hidroklorida encer (1

dalam 6), dan ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 10 mL metilen klorida P.

Ambil ekstrak metilen klorida, tambahkan 10 mL metilen klorida P. Larutan

natrium hidroksida P (1 dalam 5) kedalam corong pisah dan ekstraksi tiga kali,

tiap kali menggunakan 15 mL metilen klorida P. Saring kumpulkan ekstrak

melalui wol kaca kedalam labu tentukur 50 mL, encerkan dengan metilen klorida

P sampai tanda.

Prosedur pipet 5 mL larutan baku dan larutan uji, masing – masing kedalam

labu tentikur 10 mL, uapkan diatas tangas air bersuhu 40℃, dengan bantuan

aliran gas nitrogen P sampai kering. Larutkan residu dalam masing – masing

labu dengan 0,5 mL etanol mutlak P, dan masukkan 0,5 mL etanol mutlak P

kedakam labu tentukur 10 mL ketiga sebagai blangko. Kedalam masing –

masing labu tambahkan 0,5 mL larutan natrium hidroksida P (1 dalam 200),

kocok. Setelah tepat 10 menit, tambahkan 1,0 mL larutan natrium bicarbonate P

jenuh kedalam masing – masing labu,goyang dan biarkan 10 menit. Encerkan

masing – masing dengan air sampai tanda, kocok dan biarkan15 menit. Ukur

serapan larutan menggunakan kuvet 1-cm pada Panjang gelombang serapan

maksimum lebih kurang 565 nm. Hitung jumlah dalam mg Xilometazoline

hidroklorioda, C16H24N2HCL, dalam tetes hidung yang digunakan dengan

rumus :

0,05 (C/V) (Au/As)


C adalah kadar Xilometazolin Hidroklorida BPFI dalam mcg per mL. Lrutan

Baku, V adalah volume dalam mL tetes hidung yang digunakan, Au dan As

burturut-turutadalah serapan Larutan Uji dan Larutan Baku.

Syarat : Tetes hidung Xilometazoline Hidroklorida adalah larutan isotonic

Xilometazoline Hidroklorida dalam air. Mengandung Xilometazoline

Hidroklorida C16H24N2 Hcl tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari

110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

d. Uji Sterilitas (FI VI <71> h.1835)

Uji sterilitas dilakukan untuk sediaan dengan volume 10 mL maka volume yang

digunakan adalah setengah dari isi tiap wadah dan tidak kurang dari 1 mL

Cara Kerja :

Penyaringan membran

1) Digunakan penyaring membran dengan porositas tidak lebih dari 0,45 μm

yang telah terbukti efektif menahan mikroba (Contoh: penyaring selulosa

nitrat)

2) Dipindahkan isi wadah atau beberapa wadah yang akan diuji ke dalam satu

membran atau beberapa membran, bila perlu diencerkan dengan pengencer

steril yang dipilih sesuai volume yang digunakan pada uji kesesuaian metode

3) Segera disaring

4) Cuci membran tidak kurang dari tiga kali dengan cara menyaring tiap kali

dengan sejumlah volume pengencer yang digunakan pada uji kesesuaian

metode
5) Setiap pencucian tidak lebih dari 5 kali 100 mL per membran

6) Dipindahkan membran kedalam media secara aseptik

7) Diamati secara visual adanya pertumbuhan mikroba dalam media selama 14

hari.

8) Jika bahan uji menimbulkan kekeruhan pada media sehingga tidak dapat

ditetapkan secara visual ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba, 14 hari

sejak mulai inkubasi, dipindahkan sejumlah media (tiap tabung tidak lebih

dari 1 mL) kedalam media segar yang sama kemudian diinkubasi bersama-

sama dengan tabung awal selama tidak kurang dari 14 hari

9) Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat

sterilitas

10) Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat

sterilitas

e. Uji Efektifitas Pengawet (FI VI <61>h.1827)

Tujuan : Untuk menunjukkan efektivitas dari pengawet yang digunakan

Cara Kerja :

1) Digunakan biakan mikroba berikut; Candida albicans (ATCC No. 10231),

Aspergillus niger (ATCC No. 16404), Escherichia coli (ATCC No. 8739),

Pseudomonas aeruginosa (ATCC No. 9027) dan Staphylococcus aureus

(ATCC No. 6538). Mikroba hidup yang digunakan untuk pengujian tidak

boleh lebih dari lima pasase dari biakan ATCC asli.

2) Pengujian dilakukan dalam tiap 5 wadah asli bila volume sediaan tiap wadah

mencukupi dan dapat ditusuk secara aseptis


3) Diinokulasikan tiap wadah dengan satu inokula baku yang telah disiapkan

dan diaduk. Volume suspensi yang digunakan antara 0,5% dan 1,0% dari

volume sediaan.

4) Kadar mikroba uji yang ditambahkan antara 1 x 105 dan 1 x 106 (untuk

sediaan optalmik (sediaan kategori 1))

5) Diinkubasi wadah yang sudah diinokulasi pada 22,5°±2,5°.

6) Diambil sampel dari setiap wadah pada interval yang Sesuai. Kriteria untuk

sediaan optalmik (kategori 1) 39 Bakteri → Koloni tidak kurang dari 1,0 log

reduksi darijumlah hitungan awal pada hari ke 7, tidak kurang dari 3,0 log

reduksi dari hitungan awal pada hari ke 14 dan tidak meningkat sampai

dengan hari ke 28. Kapang dan khamir → Koloni tidak meningkat dari

jumlah hitungan awal sampai dengan hari ke 28.

7) Dicatat setiap perubahan penampilan yang diamati pada interval tersebut

8) Tetapkan dengan prosedur Angka Lempeng Total (ALT) jumlah koloni yang

ada dari setiap sediaan uji pada interval yang digunakan.

f. Uji Volume Terpindahkan (FI VI . h.2121)

Cara Kerja :Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30

wadah, kemudian kocok isi dari 10 wadah satu persatu . Kemudian, tuang

perlahan-lahan isi dari tiap wadah ke dalam gelas ukur tidak lebih dari dua

setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk

menghindarkan pembentukan gelembung udara pada waktu penuangan dan

diamkan selama tidak lebih dari 30 menit, Jika telah bebas dari gelembung udara,

ukur volume dari tiap campuran.


Syarat : Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari

100% (10 mL), dan tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95% (9,5

mL) dari volume yang tertera pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang

dari 100% (kurang dari 10 mL) dari volume yang tertera pada etiket, tetapi tidak

ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95% (kurang dari 9,5 mL) dari volume

yang tertera pada etiket, atau B adalah volume rata-rata tidak kurang dari 100%

(kurang dari 10 mL) dan tidak lebih dari satu wadah yang volumenya kurang dari

95% (kurang dari 9,5 mL), tetapi tidak kurang dari 90% (kurang dari 9 mL) dari

volume yang tertera pada etiket, lakukan uji 57 terhadap 20 wadah tambahan.

Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100%

(kurang dari 10 mL) dari volume yang tertera pada etiket, dan volume cairan yang

diperoleh tidak lebih dari satu dari 30 wadah yang volumenya kurang dari 95%

(kurang dari 9,5 mL), tetapi tidak kurang dari 90% (kurang dari 9 mL) dari

volume yang tertera pada etiket.


BAB VI
PENGUJIAN MUTU

Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk memberikan kepastian
bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap pembuatan obat
merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada
distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian
serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua
pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk
diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan persyaratan. Pengawasan Mutu tidak
terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait
dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang
fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan benar.

A. PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel merupakan kegiatan penting di mana hanya sebagian kecil saja dari
satu bets yang diambil. Sampel disimpan untuk dua tujuan, yaitu menyediakan sampel untuk
pengujian serta menyediakan spesimen produk jadi. Oleh karena itu sampel terbagi menjadi
2 kategori, yaitu:
1. Sampel pembanding, yang merupakan sampel dari suatu bets bahan awal, bahan
pengemas, atau produk jadi yang disimpan untuk tujuan pengujian apabila ada kebutuhan,
selama masa edar dari bets terkait.
2. Sampel pertinggal, yang merupakan sampel produk jadi dalam kemasan lengkap dari
suatu bets, disimpan untuk tujuan identifikasi sebagai contoh, tampilan, kemasan, label,
brosur, nomor bets, tanggal kadaluwarsa, apabila dibutuhkan selama masa edar bets
terkait.
Jumlah sampel pembanding yang diambil harus cukup untuk melakukan minimal dua kali
analisis lengkap pada bets sesuai dengan dokumen izin edar yang telah dievaluasi dan
disetujui oleh BPOM, sedangkan jumlah sampel pertinggal yang diambil sekurang-
kurangnya satu dari tiap kegiatan pengemasan. Kedua jenis sampel harus disimpan
sekurang-kurangnya satu tahun setelah tanggal kadaluwarsa, kecuali dipersyaratkan lain.
Pengambilan sampel hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis yang telah
disetujui yang menguraikan:
1. Metode pengambilan sampel
2. Peralatan yang digunakan
3. Jumlah sampel yang harus diambil
4. Instruksi untuk semua pembagian sampel yang diperlukan
5. Tipe dan kondisi wadah sampel yang digunakan
6. Penandaan wadah yang disampling
7. Semua tindakan khusus yang harus diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan
pengambilan sampel bahan steril atau berbahaya
8. Kondisi penyimpanan
9. Instruksi pembersihan dan penyimpanan alat pengambil sampel.

Sampel harus mewakili bets bahan atau produk yang sampelnya diambil. Sampel lain
dapat diambil untuk memantau bagian proses berkondisi terkritis (misal, awal atau akhir
suatu proses). Rencana pengambilan sampel hendaklah dijustifikasi dengan benar dan
berdasarkan pendekatan manajemen risiko. Tiap wadah sampel hendaklah diberi label yang
menjelaskan isi, disertai nomor bets, tanggal pengambilan sampel dan wadah yang diambil
sampelnya. Kegiatan ini hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko
ketercampurbauran dan melindungi sampel dari kondisi penyimpanan yang merugikan.
Personil yang mengambil sampel hendaklah menerima pelatihan awal dan reguler dengan
disiplin yang relevan dalam pengambilan sampel yang benar. Semua alat pengambil sampel
dan wadah sampel hendaklah terbuat dari bahan yang inert dan dijaga kebersihannya.

B. SPESIFIKASI DAN PENGUJIAN BAHAN AWAL


Spesifikasi merupakan suatu daftar pengujian, acuan metode analisis dan kriteria
keberterimaan yang sesuai berupa limit nomerik, rentang atau kriteria lain untuk pengujian
yang diuraikan. Daftar tersebut menetapkan seperangkat kriteria yang hendaklah dipenuhi
suatu bahan agar dipertimbangkan dapat diterima untuk tujuan penggunaannya. “kesesuaian
dengan spesifikasi” berarti bahwa ketika bahan diuji menurut metode analisis terdaftar, akan
memenuhi kriteria keberterimaan terdaftar.
Spesifikasi dan pengujian bahan awal dan kemas merupakan deskripsi suatu bahan awal,
produk antara, produk ruahan atau obat jadi mengenai sifat kimiawi, fisis dan biologis jika
ada. Spesifikasi tersebut menyatakan standard an toleransi yang diperbolehkan yang
biasanya dinyatakan secara deskriptif dan numeris. Pengujian bahan baku yang dilakukan
karena mutu bahan baku sangat berpengaruh terhadap mutu produk jadi yang akan dibuat.
Pemeriksaan bahan baku ini diawali dengan melakukan check-list dari surat pesanan (SP)
yang diperoleh dari gudang. Pengujian yang dilakukan meliputi kesesuaian barang dengan
Certificate of Analysis (COA) yang berisi identitas barang, nomor bets, fisik barang,
sekaligus tanggal kadaluarsa. Pengujian barang dilakukan untuk memastikan bahwa bahan
baku yang dikirim supplier sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan pada saat
pemesanan.
1. Bahan Aktif Obat (BAO)
Bahan aktif obat (BAO) adalah tiap bahan atau campuran bahan yang akan digunakan
dalam pembuatan sediaan farmasi. Bahan yang ditujukan untuk menciptakan khasiat
farmakologi atau efek langsung lain dalam diagnosis, penyembuhan, peredaan,
pengobatan atau pencegahan penyakit atau untuk memengaruhi struktur dan fungsi tubuh.
a. Spesifikasi bahan awal, mencakup :
1) Deskripsi Bahan, yang berisi :
a) Nama yang ditentukan dan kode produk internal;
b) Rujukan monografi farmakope, bila ada;
c) Pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan;
d) Standar mikrobiologis, bila ada;
e) Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian;
f) Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;
g) Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan;
h) Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.

b. Pengujian Seluruh bahan awal yang digunakan harus memenuhi spesifikasi, oleh
karena itu parameter pengujian untuk BAO sekurang-kurangnya:
1) Identitas;
2) Kekuatan;
3) Kemurnian;
4) Parameter mutu lainnya, yaitu:
a) Pemerian;
b) Susut pengeringan atau kadar air, bila ada;
c) Identifikasi sesuai dengan monografi;
d) Penetapan kadar/ potensi untuk bahan aktif obat
e) Parameter pengujian untuk eksipien, yaitu pemerian, serta pemenuhan
spesifikasi berupa kemurnian, pH, sifat fisika-kimia, dan parameter mutu
yang telah ditetapkan seperti kadar sisa pelarut.

Pengujian bahan baku dilakukan oleh bagian QC, ketika bahan sedang diperiksa
maka bahan akan dibawa ke area karantina dan diberi label kuning “Quarantine”,
jika memenuhi syarat diberi label hijau “Release” sedangkan jika tidak memenuhi
syarat diberi lebel merah “Reject”, untuk bahan yang ditolak dibuat berita acara yang
kemudian dikembalikan ke supplier melalui pihak purchasing. Rusaknya atau
terkontaminasinya bahan aktif dapat menyebabkan terjadinya kegagalan terapi dan
efek toksik obat yang tidak diinginkan. Parameter pengujian tertentu untuk bahan
awal yang telah disetujui pada saat pemberian izin edar dapat dikurangi bila hasil
tren seluruh parameter yang diuji telah memenuhi syarat, minimal pada 20 bets
berbeda yang diterima berurutan pada 45 pemasok (pabrik pembuat) yang sama,
mempunyai GMP certificate dari otoritas Negara terkait dan memenuhi minimal 2
kriteria berikut:

1) Dapat dipastikan dan diketahui pabrik pembuatnya (bukan distributor atau


broker) dan ada jaminan dari distributor atau broker yang menyatakan bahwa
bahan awal dan sertifikat analisis berasal dari pabrik pembuat tersebut;
2) Pabrik pembuat sudah diaudit secara rutin oleh industri pengguna atau organisasi
profesional dalam bidang mutu dan memenuhi syarat GMP; Untuk eropa, juga
certificate of suitability untuk bahan awal terkait yang diterbitkan oleh badan
otoritas negara terkait dari pabrik pembuat. Pengujian lengkap perlu dilakukan
sekurang-kurangnya 1 kali setahun.

Bila terjadi kegagalan pemenuhan spesifikasi, maka perlu dilakukan pengujian


lengkap tiap bets bahan hingga diperoleh keysakinan terhadap pemasok melalui
pengkajian tren hasil parameter uji.

2. Bahan Eksipien
Bahan tambahan / eksipien adalah suatu bahan selain zat aktif dan bahan pengemas yang
berfungsi untuk membantu proses pembuatan produk, melindungi, membantu atau
meningkatkan stabilitas obat. Spesifikasi bahan tambahan mencakup:
a. Deskripsi bahan, termasuk:
1) Nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk).
2) Rujukan monografi farmakope, bila ada.
3) Pemasok yang disetujui dan bila mungkin produsen bahan.
4) Standar mikrobiologi bila ada.
b. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian
c. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan.
d. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan.
e. Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali

Pengujian bahan tambahan hendaklah diuji terhadap pemenuhan spesifikasi identitas


fisika, kimia, zat sisa pemijaran, pH, kemurnian, susut pengeringan, dan parameter mutu
yang telah ditetapkan seperti kadar sisa zat pelarut.

3. Bahan Pengemas
Bahan pengemas adalah bahan yang digunakan dalam proses pengemasan obat. Tujuan
pengemasan untuk memudahkan penggunaan obat serta penyaluran obat. Selain itu,
kemasan berfungsi untuk melindungi produk dari pengaruh lingkungan luar seperti
pengotor, panas, dan lembab. Pemeriksaan bahan kemas bertujuan untuk memastikan
kebenaran dan kesusaian bahan kemas.
Bahan kemas dibagi menjadi dua yaitu bahan kemas primer dan bahan kemas
sekunder. Bahan kemas primer adalah bahan kemas yang bersentuhan langsung dengan
produk obat. Bahan kemas sekunder adalah bahan kemas yang tidak bersentuhan
langsung dengan produk obat. Contoh bahan kemas sekunder adalah karton, folding box,
insert/brosur, etiket.
a. Spesifikasi Bahan Pengemas meliputi :
1) Deskripsi Bahan
a) Nama yang ditentukan dan kode produk internal;
b) Rujukan monografi farmakope, bila ada;
c) Pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan;
d) Standar mikrobiologis, bila ada;
e) Spesimen bahan pengemas cetak, termasuk warna;
b. Pengujian
Bahan pengemas yang digunakan harus memenuhi spesifikasi, dengan penekanan
pada kompatibilitas bahan terhadap produk yang diisikan ke dalamnya. Cacat fisik
yang kritis dan dapat berdampak besar serta kebenaran penandaan yang dapat
memberi kesan meragukan terhadap kualitas produk hendaklah diperiksa.

C. SPESIFIKASI DAN PENGUJIAN PRODUK ANTARA DAN PRODUK RUAHAN


Produk antara merupakan tiap bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan satu
atau lebih tahap pengolahan lanjutan untuk menjadi produk ruahan, sedangkan produk
ruahan merupakan bahan yang telah selesai diolah dan masih memerlukan kegiatan
pengemasan untuk menjadi obat jadi.
1. Spesifikasi
Spesifikasi produk antara dan produk ruahan untuk tahap kritikal harus tersedia dan
serupa dengan spesifikasi bahan awal atau produk jadi, sesuai keperluan.
a. Nama dan kode produk yang ditentukan dan digunakan oleh perusahaan;
b. Nama dan kode yang diberikan oleh pemasok;
c. Pemerian, karakteristik fisika dan kimia serta standar mikrobiologi, bila ada;
d. Rujukan monografi atau metode pengujian yang digunakan untuk pemeriksaan dan
pengujian spesifikasi atau farmakope yang digunakan;
e. Sifat fisika, seperti bobot standar atau volume pengisian (termasuk nilai batas), pH,
kekentalan, kerapatan, kekerasan, keregasan, waktu hancur dan kemanfaatan hayati
in-vitro, bila perlu.
2. Pengujian
Jenis pengujian yang dilakukan terhadap masing-masing contoh produk antara dan
produk ruahan tergantung dengan spesifikasi yang ditetapkan.
a. Untuk menjamin keseragaman dan keutuhan bets, pengawasan dalam proses
hendaklah dilakukan dengan mengambil contoh yang mewakili setiap bets poduk
antara dan produk ruahan untuk pengujian terhadap identitas, kekuatan, kemurnian
dan kualitasnya. Persetujuan dari bagian pengawasan mutu mutlak diperlukan
sesudah selesainya tahap produksi yang kritis atau apabila produk telah lama
tersimpan sebelum tahap produksi selanjutnya dilaksanakan.
b. Produk antara dan produk ruahan yang ditolak hendaklah diberi tanda dan diawasi
dengan sistem karantina yang dirancang untuk mencegah penggunaannya dalam
proses produksi lanjutan kecuali apabila produk tersebut memenuhi syarat untuk
diolah ulang. Pemeriksaan dilakukan untuk mengawasi produk yang dihasilkan
sebelum produk tersebut dipasarkan. Analisis yang dilakukan berfokus pada analisis
fisik dan kimia produk. Apabila dari hasil pemeriksaan tidak memenuhi syarat maka
harus mengisi form Out of Specification (OOS) atau Hasil Uji Luar Spesifikasi
(HULS). Form tersebut berisi parameter yang terkait dengan proses pengujian, yaitu
peralatan, personel, teknik pengambilan sampel, metode analisa yang digunakan dan
bahan yang digunakan untuk melakukan pengujian sampel. Form ini bertujuan untuk
dapat menentukan sumber masalah dan ditentukan tindak lanjut terhadap masalah
tersebut.

D. SPESIFIKASI DAN PENGUJIAN PRODUK JADI


Produk jadi obat adalah suatu produk obat yang telah mengalami seluruh tahap proses
pembuatan, sedangkan produk yang telah dikemas primer namun belum dikemas sekunder
disebut produk setengah jadi. Karantina produk jadi obat merupakan titik akhir pengawasan
sebelum produk jadi obat dikirim ke gudang produk jadi.
1. Spesifikasi produk jadi hendaklah memuat:
a. Nama produk
b. Kode produk (nomor bets, nomor registrasi)
c. Formula atau komposisi produk
d. Deskripsi bentuk sediaan
e. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan khusus, bila diperlukan
f. Masa simpan
g. Informasi yang diperlukan (dapat berupa brosur berisikan cara penggunaan,
kontraindikasi, interaksi obat, dan lain-lain). Spesifikasi produk antara produk ruahan
atau spesifikasi obat jadi dapat terpisah atau termasuk dalam Dokumen Produksi
Induk.

2. Pengujian produk jadi


a. Tiap bets produk hendaklah dilakukan pengujian terhadap spesifikasi yang
ditetapkan dan dinilai memenuhi syarat sebelum diluluskan untuk distribusi.
b. Bets produk yang tidak memenuhi spesifikasi obat jadi dan persyaratan mutu lain
yang ditetapkan hendaklah ditolak. Pengolahan ulang dapat dilakukan apabila
memungkinkan, namun produk hasil pengolahan ulang harus memenuhi semua
spesifikasi dan persyaratan mutu lain yang ditetapkan sebelum diluluskan untuk
distribusi. Pelulusan produk jadi obat oleh bagian QC hanya dapat dilakukan apabila
diantaranya:
1) Memenuhi persyaratan pengawasan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan
dan pengemasan
2) Bagian pengawasan mutu obat telah menyimpan produk obat jadi dalam jumlah
cukup (2x analisis) sebagai contoh pertinggal yang akan digunakan untuk
pengujian di masa mendatang.
3) Kemasan akhir atau penandaan memenuhi persyaratan sesuai hasil pemeriksaan
bagian pengawasan mutu obat.
4) Produk jadi obat yang diterima di dalam daerah karantina sesuai dengan jumlah
yang tertera pada dokumen pemindahan barang.
5) Telah dilakukan evaluasi kesesuaian pengisian dan catatan bets.
E. UJI STABILITAS
Studi stabilitas adalah serangkaiana uji yang didesain untuk mendapatkan jaminan stabilitas
suatu produk, yaitu pemeliharaan spesifikasi suatu produk yang dikemas dalam bahan
pengemas yang telah ditentukan dan disimpan dalam kondisi penyimpanan yang telah
ditetapkan pada rentang waktu tertentu. Stabilitas merupakan faktor penting dari kualitas,
keamanan dan kemanjuran suatu produk obat. Stabilitas produk obat yang tidak mencukupi
dapat menyebabkan perubahan fisik, serta karakteristik kimiawi. Ketidakstabilan
mikrobiologis dari produk obat steril juga bisa berbahaya.
Secara umum, penampilan, pengujian dan produk degradasi harus dievaluasi untuk
semua bentuk sediaan. Daftar parameter untuk setiap bentuk sediaan berikut disajikan
sebagai panduan untuk jenis tes yang akan dimasukkan dalam studi stabilitas. Daftar tes
yang disajikan untuk setiap bentuk sediaan tidak dimaksudkan untuk lengkap, juga tidak
diharapkan bahwa setiap tes yang terdaftar dimasukkan dalam desain protokol stabilitas
untuk produk obat tertentu (misalnya, tes bau harus dilakukan hanya bila perlu dan dengan
pertimbangan keselamatan analis).
1. Pemilihan Batch
Data dari studi stabilitas harus disediakan setidaknya pada tiga batch utama produk obat.
Batch primer harus dari formulasi yang sama dan dikemas dalam sistem penutupan
kontainer yang sama seperti yang diusulkan untuk pemasaran. Proses manufaktur yang
digunakan untuk batch primer harus mensimulasikan yang akan diterapkan pada batch
produksi dan harus menyediakan produk dengan kualitas yang sama dan memenuhi
spesifikasi yang sama seperti yang dimaksudkan untuk pemasaran. Studi stabilitas harus
dilakukan pada setiap kekuatan individu, bentuk sediaan dan jenis wadah dan ukuran
produk jadi kecuali bracketing atau matriks diterapkan.
2. Spesifikasi
Studi stabilitas harus mencakup pengujian atribut yang menunjukkan stabilitas dari
produk jadi, yaitu yang rentan terhadap perubahan selama penyimpanan dan
kemungkinan besar mempengaruhi kualitas, keamanan dan / atau kemanjuran. Pengujian
harus mencakup, jika sesuai, atribut fisik, kimia, biologi dan mikrobiologi, kandungan
pengawet (misalnya pengawet antioksidan atau antimikroba) dan uji fungsionalitas
(misalnya untuk sistem pengiriman dosis). Prosedur analitik harus sepenuhnya divalidasi
dan menunjukkan stabilitas.
Larutan tetes hidung harus dievaluasi penampilan, warna, kejernihan larutan, kadar,
kandungan pengawet dan antioksidan, pH, materi partikulat, tetesan dan / atau distribusi
ukuran partikel,
3. Frekuensi Pengujian
Untuk studi jangka panjang, frekuensi pengujian harus cukup untuk menetapkan profil
stabilitas produk obat. Frekuensi pengujian pada kondisi penyimpanan jangka panjang
biasanya harus setiap 3 bulan selama tahun pertama, setiap 6 bulan selama tahun kedua,
dan setiap tahun setelahnya selama masa simpan yang diusulkan. Pada kondisi
penyimpanan yang dipercepat, disarankan minimal tiga titik waktu, termasuk titik waktu
awal dan akhir (misalnya 0, 3 dan 6 bulan), dari studi enam bulan. Ketika pengujian pada
kondisi penyimpanan perantara diminta sebagai akibat dari perubahan signifikan pada
kondisi penyimpanan yang dipercepat, minimal empat titik waktu, termasuk titik waktu
awal dan akhir (misalnya 0, 6, 9 dan 12 bulan), dari studi selama 12 bulan.
4. Kondisi penyimpanan
Data stabilitas harus menunjukkan stabilitas produk obat selama umur simpan yang
diinginkan dalam kondisi iklim yang lazim di negara target.

Gambar VI.1 Uji Stabilitas

Jika studi jangka panjang dilakukan pada 25 ° C ± 2 ° C / 60% RH ± 5% RH dan perubahan


signifikan terjadi kapan saja selama 6 bulan pengujian pada kondisi penyimpanan yang
dipercepat, pengujian tambahan pada kondisi penyimpanan menengah harus dilakukan dan
dievaluasi terhadap kriteria perubahan yang signifikan. Dalam hal ini aplikasi awal harus
menyertakan minimal enam bulan data dari studi 12 bulan pada kondisi penyimpanan
menengah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan BPOM. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 34 Tahun
2018 Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. 2018. BPOM RI.
2. International Conference on Harmonization (ICH). Stability Testing Of New Drug
Substances And Products Q1A(R2). 2003. ICH.
3. ASEAN. Asean Guideline On Stability Study Of Drug Product (R1). 2013. ASEAN.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI.
Jakarta).

Anda mungkin juga menyukai