SKRIPSI
OLEH :
DEVI FARIMA
NIM. 050804091
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN
2009
Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya
Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.
KARAKTERISASI DAN EKSTRAKSI SIMPLISIA
TUMBUHAN BUNGA MAWAR (Rosa hybrida L.) SERTA
FORMULASINYA DALAM SEDIAAN PEWARNA BIBIR
SKRIPSI
OLEH:
DEVI FARIMA
NIM 050804091
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN
2009
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Judul:
KARAKTERISASI DAN EKSTRAKSI SIMPLISIA
TUMBUHAN BUNGA MAWAR (Rosa hybrida L.) SERTA
FORMULASINYA DALAM SEDIAAN PEWARNA BIBIR
Oleh:
DEVI FARIMA
NIM 050804091
Disahkan Oleh:
Dekan,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga
dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) serta
Formulasinya dalam Sediaan Pewarna Bibir” sebagai salah satu syarat untuk
Ayahandaku Jakfar Hutasuhut dan Ibundaku Sari Siregar yang telah memberikan
semangat dan cinta yang teramat tulus, untuk adik-adik ku tersayang Dessy, Adi, dan
Indah, serta Kakandaku Ikhwan Muslim Nasution atas semua doa, kasih sayang,
semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil. Semoga Allah SWT selalu
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
2. Bapak Drs. Suryanto M.Si., Apt. dan Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt selaku
3. Bapak/Ibu Pembantu Dekan, Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi
USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan Bapak Drs.
Saiful Bahri M.S., Apt. selaku penasehat akademik yang telah memberikan
Aminah M.Si, Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan,
5. Bapak Drs. Panal M.Si, Apt selaku Kepala Laboratorium Farmakognosi dan
semua staf yang telah memberikan arahan dan fasilitas selama penulis
melakukan penelitian
6. Sahabat-sahabat penulis: Yeni, Vera, Ika, Devi O, Lina, Rina, Gema, Suji,
Cut, Intan, dan rekan-rekan mahasiswa Farmasi khususnya stambuk 2005 atas
dukungan, semangat, bantuan dan persahabatan selama ini serta seluruh pihak
yang telah, memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi penulis selama
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang
ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat
Penulis,
(Devi Farima)
ABSTRAK
JUDUL..................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
ABSTRAK............................................................................................................vi
ABSTRACT..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.3 Hipotesis.............................................................................................4
2.2 Antosianin.........................................................................................6
2.3 Ekstraksi............................................................................................7
2.4 Kosmetik...........................................................................................8
2.5 Bibir...................................................................................................10
3.1.1 Alat.............................................................................................18
3.1.2 Bahan.........................................................................................18
5.2 Saran.............................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39
LAMPIRAN..........................................................................................................40
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
(Rosae flos)........................................................................................44
Lampiran Halaman
Simplisia...............................................................................................47
PENDAHULUA
ingin terlihat cantik dan menyenangkan untuk dipandang, sehingga produk kosmetik
Pewarna bibir adalah salah satu sediaan kosmetik yang digunakan untuk
mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam
tata rias wajah. Pewarna bibir atau lebih dikenal dengan nama lipstik adalah produk
yang sangat umum digunakan khususnya oleh para wanita, karena bibir dianggap
sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati
dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan pewarna bibir, terutama dalam
hal memilih zat warna yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan tersebut
Dewasa ini terdapat ratusan kosmetik pewarna bibir yang beredar di pasaran
dengan berbagai jenis warna dan dengan harga yang bervariasi pula. Akan tetapi,
tidak semua kosmetik tersebut aman untuk digunakan. Berdasarkan hasil pengawasan
dan pengujian laboratorium yang dilakukan sejak September 2008 hingga Mei 2009
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), ditemukan
beberapa merek kosmetik pewarna bibir mengandung bahan pewarna berbahaya atau
bahan pewarna yang dilarang, seperti bahan pewarna Merah K.10 (Rhodamin B),
Merah K.3 (CL 15585), serta jingga K.1 (CL 12075) (Anonima, 2009). Bahan
pewarna Merah K.10 (Rhodamin B), Merah K.3 (CL 15585), serta jingga K.1 (CL
12075) adalah zat warna sintetis yang pada umumnya digunakan sebagai pewarna
kertas, tekstil atau tinta. Zat warna tersebut dapat menyebabkan iritasi pada saluran
Indonesia kaya akan sumber flora dan banyak diantaranya dapat digunakan
sebagai bahan pewarna alami. Diantara pewarna alami yang mempunyai potensi
untuk dikembangkan antara lain berasal dari bunga mawar. Warna bunganya yang
beraneka ragam, menunjukkan bunga tersebut mengandung zat warna antosianin yang
Antosianin merupakan salah satu zat pewarna alami karena merupakan zat
berwarna merah, jingga, ungu, ataupun biru yang banyak terdapat pada bunga dan
buah-buahan. Penggunaan zat pewarna alami ini masih terbatas pada beberapa produk
makanan dan minuman (Hidayat, N. dan Saati, E.A., 2006). Antosianin dapat
diekstraksi dari tumbuhan menggunakan pelarut yang mengandung asam asetat atau
Bunga mawar merupakan tanaman bunga hias dengan batang berduri, banyak
ditanam di taman dan paling banyak dijual di toko bunga sebagai bunga potong
ataupun bunga tabur. Bunga ini berharga karena keindahan dan aromanya, serta
bermanfaat dan memiliki banyak khasiat. Minyak maupun ekstraknya sudah sejak
dulu digunakan dalam produk sabun mandi, parfum, lotion kulit, dan obat-obatan.
Mawar bisa ditemukan hampir di semua negara di seluruh dunia, sehingga ia dijuluki
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. Apakah karakteristik dan hasil skrining fitokimia dari serbuk simplisia bunga
b. Apakah ekstrak bunga mawar dapat digunakan sebagai zat warna alami pengganti
c. Apakah formulasi sediaan pewarna bibir dari ekstrak bunga mawar yang dibuat
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
a. Karakteristik dan hasil skrining fitokimia dari serbuk simplisia bunga mawar yang
b. Ekstrak bunga mawar dapat digunakan sebagai zat warna alami pengganti zat
c. Formulasi sediaan pewarna bibir dari ekstrak bunga mawar yang dibuat stabil dan
c. Untuk mengetahui kestabilan dan keamanan dari sediaan pewarna bibir dari ekstrak
bunga mawar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berikut:
Kingdo m : Plantae
Divisi :
Angiospermae Kelas :
Dicotyledonae
Ordo : Rosanales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Deskripsi:
1999).
Bunga mawar merupakan tanaman bunga hias dengan batang berduri, banyak
ditanam di taman dan paling banyak dijual di toko bunga sebagai bunga potong
ataupun bunga tabur. Bunga ini berharga karena keindahan dan aromanya, serta
bermanfaat dan memiliki banyak khasiat. Minyak maupun ekstraknya sudah sejak
dulu digunakan dalam produk sabun mandi, parfum, lotion kulit, dan obat-obatan.
Mawar bisa ditemukan hampir di semua negara di seluruh dunia, sehingga ia dijuluki
2.2 Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas
dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab
hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah, merah senduduk, ungu, dan
biru dalam daun bunga, daun, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua
antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan
semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan
yang paling luas dan penting karena banyak tersebar pada berbagai organ tanaman,
terutama pada bagian bunga (ditemukan hampir 30% terkandung dalam berat
alkohol: etanol dan metanol, isopropanol, aseton, atau dengan air (akuades), asam
Tabel 1. Beberapa contoh hasil identifikasi pigmen antosianin dari bahan alami
kosmetik
kosmetik
2.3 Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Dengan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun
mudah diserap oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk
sampai halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar susah diserap
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal)
untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian
senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya,
mengandung asam asetat atau asam hidroklorida dan larutannya harus disimpan
banyak dapat dimaserasi dalam pelarut yang mengandung asam, lalu maserat disaring.
Ekstrak kemudian dipekatkan pada tekanan rendah dan suhu 35o-40oC sampai
2.4 Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ‘berhias”. Bahan
yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-
bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak
hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan
maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau merubah rupa
dan tidak termasuk golongan obat” (Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007).
Sub Bagian Kosmetik Medik Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
penipis.
b. Kosmetik rias/dekoratif, yang terdiri atas: a. Kosmetik rias kulit terutama wajah;
c. Kosmetik pewangi/parfum.
Dengan penggolongan yang sederhana ini, setiap jenis kosmetik akan dapat
dikenal kegunaannya dan akan menjadi acuan bagi konsumen di dalam bidang
Kekhasan kosmetik dekoratif (make up) adalah bahwa kosmetik ini bertujuan
semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-
Dalam kosmetik dekoratif, peran zat warna dan zat pewangi sangat besar.
Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit.
c. Tidak lengket
e. Sudah tentu tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan
lainnya.
a). Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
dan lain-lain.
b). Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang
lama baru luntur. Misalnya: kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting
rambut, dan preparat penghilang rambut (Tranggono, R.I. dan Latifah, F.,
2007).
2.5 Bibir
Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, karena lapisan jangatnya
sangat tipis. Stratum germinatum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila
dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir
tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam
terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah. Sangat jarangnya
terdapat kelenjar lemak pada bibir menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak,
sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering, lapisan jangat akan cenderung
aliran darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit bibir, maka bibir
menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu
hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan cat bibir,
terutama dalam hal memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang digunakan untuk
Bibir tiap orang apapun warna kulitnya, berwarna merah. Warna merah
disebabkan warna darah yang mengalir di dalam pembuluh di lapisan bawah kulit
bibir. Pada bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan
satu lapisan kulit paling luar, yaitu lapisan stratum corneum (lapisan tanduk). Jadi
kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih muda luka dan
mengalami pendarahan. Disamping itu, karena kulitnya yang tipis, saraf yang
mengurus sensasi pada bibir menjadi lebih sensitif (Wibowo, D.S., 2005).
Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan
bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak,
misalnya sinar ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu lipstik, lip
crayon, krim bibir (lip cream), pengkilap bibir (lip gloss), penggaris bibir (lip liner),
Pewarna bibir adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir
dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah.
Sediaan pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk, seperti cairan, krayon,
dan krim. Pewarna bibir hakekat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir
menjadi merah, semerah delima merekah, yang dianggap akan memberikan ekspresi
wajah sehat dan nan menarik. Tetapi kenyataan kemudian warna lainpun dengan
corak warna sangat tua mulai digemari orang, sehingga corak warna cat bibir
bervariasi mulai dari warna kemudaan hingga warna sangat tua dengan corak warna
dari merah jambu, merah jingga, hingga merah biru, bahkan ungu (Depkes RI, 1985).
Persyaratan untuk pewarna bibir yang dituntut oleh masyarakat, antara lain:
a). Lilin.
b). Minyak.
paraffin oil.
c). Lemak.
Zat pewarna yang di pakai secara universal di dalam pewarna bibir adalah zat
warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk pewarna
bibir, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya dalam minyak. Pelarut terbaik
untuk eosin adalah castor oil. Tetapi furfury alkohol beserta ester-esternya,
terutama stearat dan ricinoleat, memiliki daya melarutkan eosin yang lebih besar.
Fatty acid alkylolamides, jika dipakai sebagai pelarut eosin, akan memberikan
f). Surfaktan
g). Antioksidan.
i). Bahan pewangi (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar
(flavoring), harus menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam
pewarna bibir dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan
Secara umum pewarna bibir dibedakan menjadi dua tipe, yaitu pewarna bibir
berminyak (creamy type lipstick), dan pewarna bibir tidak luntur (high-stain type
lipstick). Pewarna bibir dengan sifat berminyak akan membuat bibir selalu kelihatan
basah sekaligus dapat melembabkan bibir karena kandungan minyaknya yang tinggi,
tetapi kekurangan pewarna bibir jenis ini adalah mudah terhapus dari bibir.
Sedangkan pewarna bibir tidak luntur melekat lama pada bibir, tetapi cenderung
membuat bibir menjadi kering karena kandungan minyaknya yang lebih sedikit .
Adapun formula dasar dari pewarna bibir berminyak (creamy type lipstick)
Minyak/Emolien 50-70 %
Lilin 10-15 %
Lemak/Plastisizer 2-5 %
Pewarna 0,5-3 %
Pengkilap 1-4 %
Parfum 0,05-0,1 %
Pengawet 0,5%
Sedangkan formula dasar pewarna bibir (high-stain type lipstick) adalah sebagai
berikut:
Minyak/Emolien 40-55 %
Lilin 8-13 %
Lemak/Plastisizer 2-4 %
Pewarna 3-8 %
Pengkilap 3-6 %
Parfum 0,05-0,1 %
Pengawet 0,5 %
Zat aktif yang ditambahkan dalam formula pewarna bibir adalah sebagai
pelembab dan pelembut, yaitu untuk memperbaiki kulit bibir yang kering dan pecah-
a. Pelarutan zat warna dalam fase minyak. Proses pelarutan ini bila perlu dapat
penyaringan (bila perlu), dan pengadukan. Komponen basis tersebut dapat dilelehkan
bersamaan dalam atu wadah, tetapi sebaiknya dipisah antara lilin dan lemak, setelah
c. Pendispersian zat warna kedalam campuran basis lemak dan lilin yang telah dilebur
d. Pencetakan pewarna bibir. Setelah dicetak, pewarna bibir akan segera membeku
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji
Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau
Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90%), mudah larut dalam etanol
Cera alba dibuat dengan memutihkan malam yang diperoleh dari sarang lebah
Apis mellifera L.
Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau khas lemah.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%),
Lemak coklat adalah lemak coklat padat yang diperoleh dengan pemerasan
Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa khas lemak,
agak rapuh.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam kloroform dan
eter.
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap setelah zat
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam eatnol (95%), larut dalam
Pemerian : Serbuk hablur putih, halus, hampir tidak berbau, tidak berasa, agak
Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan uap
bunga segar Rosa gallica L., Rosa damascena Miller, Rosa alba L., dan varietas Rosa
lainnya.
Pemerian : Cairan tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga mawar,
melebur.
g. Madu
BAB III
METODE PENELITIAN
ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan fisik sediaan, uji iritasi terhadap sediaan, dan
3.1.1 Alat
(National), neraca analitis (Mettler Toledo), neraca kasar (Ohaus), rotary evaporator
(Buchi), cawan porselen berdasar rata, mikroskop (Olympus), oven, penangas air,
indikator universal (Maacherey-Nagel), spatula, sudip, kaca objek, kaca penutup, dan
pot plastik.
3.1.2 Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga mawar
(Rosa hybrida L.). Bahan kimia yang digunakan bila tidak dinyatakan lain adalah
berkualitas pro analisis, antara lain: akuades (teknis), etanol 96% (teknis), asam asetat
3% (teknis), kloroform, besi (III) klorida, asam klorida pekat, kalium hidroksida,
logam Mg, asam sulfat pekat, n-heksan, etil asetat, bismuth (II) nitrat, kalium iodida,
iodium, raksa (II) klorida, α-naftol, asam asetat anhidrida, timbal (II) asetat, asam
nitrat pekat, natrium hidroksida, minyak jarak (Brataco), lilin putih (Brataco), vaselin
(Brataco), lemak coklat (Brataco), parfum, madu (Al-Fathu), dan metil paraben.
3.2 Penyiapan Sampel
pengolahan sampel.
dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah bunga mawar merah yang terdapat
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, USU. Hasil
Sampel yang telah dikumpulkan, dibersihkan dari pengotor lain, dicuci sampai
bersih, kemudian ditiriskan. Setelah itu ditimbang berat seluruhnya sebagai berat
basah yaitu sebanyak 1,62 kg, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
selama lebih kurang 1 minggu hingga kering. Setelah kering, sampel ditimbang
(1995):
ditambahkan iodium sebanyak 2 g dan dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml.
3.3.2 Pereaksi Dragendorff
ml asam nitrat pekat. Pada wadah lain ditimbang 27,2 g kalium iodida lalu dilarutkan
dalam 50 ml air suling, kemudian campurkan kedua larutan dan didiamkan sampai
memisah sempurna. Ambil larutan jernih dan encerkan dengan air suling hingga 100
ml.
air suling hingga 60 ml. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu
dilarutkan dalam 10 ml air suling. Kemudian keduanya dicampur dan ditambahkan air
Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air
Sebanyak 20 bagian asam asetat anhidrida dan 1 bagian asam sulfat pekat.
Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga 100
ml.
3.3.9 Pereaksi Asam Sulfat 2 N
makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar abu total,
penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar sari larut dalam air, dan
pemeriksaan bentuk, diameter, ketebalan, dan tekstur. Gambar tumbuhan dapat dilihat
pada Gambar 2.1, Lampiran 2, halaman 42 dan gambar simplisia dapat dilihat pada
meneteskan larutan kloral hidrat di atas kaca objek, kemudian di atasnya diletakkan
serbuk simplisia, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop.
Hasil pemeriksaan mikroskopik dapat dilihat pada Gambar 2.3, Lampiran 4, halaman
44.
3.4.3 Penetapan Kadar Air
Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung
Cara kerja: Toluen sebanyak 200 ml dan air suling sebanyak 2 ml dimasukkan
ke dalam labu alas bulat. Kemudian didestilasi selama 2 jam, toluen didinginkan
selama 30 menit, dan dibaca volume air dengan ketelitian 0,05 ml (volume I). Ke
dalam labu alas bulat tersebut kemudian dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah
didestilasi dengan kecepatan 2 tetes tiap detik hingga sebagian besar air terdestilasi,
kemudian kecepatan destilasi ditingkatkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air
terdestilasi, bilas bagian dalam pendingin dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama
5 menit, kemudian labu penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar dan
dibersihkan tetesan air yang mungkin masih terdapat pada dinding tabung penerima.
Setelah air dan toluen memisah sempurna, dibaca volume air dengan ketelitian 0,05
ml (volume II). Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air
yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Hitung kadar air dalam persen (WHO,
1992). Gambar alat penetapan kadar air dapat dilihat pada Gambar 2.4, Lampiran 5,
halaman 45.
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan.
Krus porselin dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada
suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh
bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara
Caranya: Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan
dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring, dipijar sampai bobot tetap, kemudian
didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap
selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai
1 liter) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama,
pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah
dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105 oC sampai bobot tetap. Kadar
dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
selama 24 jam dalam 100 ml etanol 95% dalam labu bersumbat sambil dikocok
sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan
ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari
larut dalam etanol 95% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara
(Ditjen POM, 1989). Hasil karakterisasi simplisia dari bunga mawar dapat dilihat
pada Tabel 3, Lampiran 6, halaman 46, dan cotoh perhitungan karakterisasi simplisia
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit.
- Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer, akan
Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari ketiga
10 menit. Kemudian disaring panas-panas melalui kertas saring kecil berlipat. Filtrat
dan didiamkan. Lapisan metanol diambil, lalu diuapkan pada suhu 400C, sisanya
dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring. Filtrat digunakan untuk uji flavonoida
sampai 2 ml etanol 95%, lalu ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml HCl 2 N,
didiamkan selama 1 menit. Ditambahkan 10 ml HCl(p), dalam waktu 2 sampai 5
ml etanol 95%, lalu ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 10 ml HCl (p),
terjadi warna merah jingga, menunjukkan adanya flavonoida (Ditjen POM, 1989).
Jika terbentuk buih yang mantap setinggi 1 sampai 10 cm, tidak kurang dari 10 menit
dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin
(7:3) dan 10 ml asam sulfat 2 N. Direfluks selama 1 jam, didinginkan dan disaring.
Pada 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok dan didiamkan
selama 5 menit, disaring. Disari filtrat 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran
kloroform-isopropanol (3:2). Sari air digunakan untuk percobaan berikutnya yaitu 0,1
air, sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish. Tambahkan hati-hati 2 ml
asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin ungu pada batas kedua
dipanaskan, disaring. Filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan
diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1 %. Jika
terjadi warna biru atau hijau kehitaman, menunjukkan adanya tanin (Ditjen POM,
1989).
filtrat diuapkan di cawan penguap. Sisanya ditambahkan asam asetat anhidrat dan
atau merah yang berubah menjadi biru ungu atau biru hijau menunjukkan adanya
Bunga mawar yang telah dikeringkan dan dihaluskan, ditimbang sebanyak 100
g, kemudian dimaserasi dengan 75 bagian penyari (etanol 95% - asam asetat 3%),
tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, kemudian
disaring, lalu cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100
bagian (Ditjen POM, 1979), ekstrak dikumpulkan, dan dipekatkan dengan rotary
3.7 Pembuatan Pewarna Bibir dari Ekstrak Bunga Mawar dengan Berbagai
Konsentrasi
Sediaan pewarna bibir dari ekstrak bunga mawar dibuat dengan 2 formula,
yaitu formula I dengan bahan dasar berminyak (creamy tipe lipstick) dan formula II
dengan bahan dasar tidak luntur (high stain tipe lipstick). Berdasarkan hasil orientasi
terhadap 5 konsentrasi ekstrak bunga mawar dalam sediaan pewarna bibir yaitu 10%,
20%, 30%, 40%, dan 50%, diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi ekstrak bunga
mawar 10%, warna yang dihasilkan kurang baik, sedangkan pada konsentrasi ekstrak
bunga mawar 50%, konsistensi sediaan yang dihasilkan kurang baik. Sehingga
konsentrasi ekstrak bunga mawar yang digunakan dalam penelitan ini adalah 20%,
30%, dan 40%, karena warna dan konsistensi sediaan yang dihasilkan cukup baik.
3.7.1 Formula I
formula dasar berminyak (creamy tipe lipstick) dengan komposisi formula dasar
R/ Minyak/Emolien 50-70 %
Lilin 10-15 %
Lemak/Plastisizer 2-5 %
Pewarna 0,5-3 %
Pengkilap 1-4 %
Parfum 0,05-0,1 %
Pengawet 0,5 %
Dari formula dasar tersebut kemudian dibuat sediaan pewarna bibir, sebagai
zat warna digunakan ekstrak bunga mawar dengan konsentrasi 20%, 30%, 40%, dan
sebagai pembanding adalah sediaan formula dasar tanpa penambahan ekstrak bunga
Sediaan (%)
Komposisi
1 2 3 4
Minyak jarak 74,8 54,8 44,8 34,8
Ekstrak bunga mawar 0 20 30 40
Lilin putih 12,5 12,5 12,5 12,5
Lemak coklat 6 6 6 6
Vaselin 2,5 2,5 2,5 2,5
Madu 4 4 4 4
Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1
Parfum 0,1 0,1 0,1 0,1
Keterangan:
Ekstrak bunga mawar dilarutkan dalam minyak jarak (campuran A). Lilin putih dan
vaselin dilumerkan di atas cawan penguap dalam oven pada suhu 70-80oC, angkat,
aduk, kemudian tambahkan lemak coklat dan madu sambil diaduk hingga bercampur
hingga homogen, lalu tambahkan pengawet yaitu metil paraben dan parfum. Selagi
cair, masukkan ke dalam wadah dan dibiarkan pada suhu kamar. Hasil pembuatan
pewarna bibir Formula I dari ekstrak bunga mawar dapat dilihat pada Lampiran 9,
formula dasar lipstik tidak luntur (high stain tipe lipstick) dengan komposisi formula
R/ Minyak/Emolien 40-55 %
Lilin 8-13 %
Lemak/Plastisizer 2-4 %
Pewarna 3-8 %
Pengkilap 3-6 %
Parfum 0,05-0,1 %
Pengawet 0,5 %
Dari formula dasar tersebut kemudian dibuat sediaan pewarna bibir, sebagai
zat warna digunakan ekstrak bunga mawar dengan konsentrasi 20%, 30%, 40%, dan
sebagai pembanding adalah sediaan formula dasar tanpa penambahan ekstrak bunga
Sediaan (%)
Komposisi
5 6 7 8
Minyak jarak 78,8 58,8 48,8 38,8
Ekstrak bunga mawar 0 20 30 40
Lilin putih 13 13 13 13
Lemak coklat 3 3 3 3
Vaselin 1 1 1 1
Madu 4 4 4 4
Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1
Ekstrak bunga mawar dilarutkan dalam minyak jarak (campuran A). Lilin putih dan
vaselin dilumerkan di atas cawan penguap dalam oven pada suhu 70-80oC, angkat,
aduk, kemudian tambahkan lemak coklat dan madu sambil diaduk hingga bercampur
hingga homogen, lalu tambahkan pengawet yaitu metil paraben dan parfum. Selagi
cair, masukkan ke dalam wadah dan dibiarkan pada suhu kamar. Hasil pembuatan
pewarna bibir Formula I dari ekstrak bunga mawar dapat dilihat pada Lampiran 10,
formula. Uji kestabilan fisik sediaan meliputi: pengamatan perubahan bentuk, warna,
dan bau dari sediaan, pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan pelepasan zat warna (uji
Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan
pewarna bibir dilakukan terhadap masing-masing sediaan dari tiap formula selama
penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari
hingga hari ke-35. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5, Lampiran 11,
halaman 54.
Masing-masing sediaan dari tiap formula pewarna bibir yang dibuat dari
mengoleskan sediaan sejumlah tertentu pada kaca yang transparan. Sediaan harus
menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar
Pemeriksaan pelepasan zat warna (uji oles) dilakukan secara visual dengan
cara mengoleskan sediaan pewarna bibir pada kulit punggung tangan. Pelepasan zat
warna yang tidak baik ditunjukkan dengan sedikitnya warna yang menempel pada
kulit punggung tangan. Sedangkan pelepasan zat warna yang baik ditunjukkan dengan
banyaknya warna yang dilepaskan dan menempel dengan baik pada kulit punggung
3.8.4 Pemeriksaan pH
Masing-masing sediaan dari tiap formula pewarna bibir yang dibuat dari
ekstrak bunga mawar berbagai konsentrasi diperiksa pH-nya dengan cara melelehkan
sediaan dalam cawan penguap di atas penangas air sambil diaduk-aduk, kemudian
dibiarkan sebentar hingga tidak terlalu panas, baru diukur pH-nya dengan
dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap sediaan yang
dibuat.
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan pewarna bibir yang dibuat dari ekstrak
bunga mawar dengan maksud untuk mengetahui sediaan pewarna bibir yang dibuat
dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2
kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan
atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa
jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen POM, 1985).
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Patch
Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka
dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas
tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini
dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama tiga hari berturut-turut untuk sediaan yang
paling tinggi konsentrasi ekstrak bunga mawarnya yaitu konsentrasi 40% dari kedua
formula, reaksi yang terjadi diamati. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya
kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang
diberi perlakuan. Adanya kulit merah diberi tanda (+), gatal-gatal (++), bengkak (++
+), dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-). Hasil uji iritasi
terhadap pewarna bibir yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara visual terhadap
30 orang panelis. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan pewarna bibir yang
dibuat dengan berbagai konsentrasi ekstrak bunga mawar dari kedua formula pada
kulit punggung tangannya. Kemudian panelis memilih warna pewarna bibir mana
yang paling disukainya dengan cara mengisi kuisioner. Panelis menuliskan S bila suka
dan TS bila tidak suka. Kemudian dihitung persentase kesukaan terhadap masing-
masing sediaan. Hasil uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel 8, Lampiran 14, halaman
57, dan contoh perhitungan persentase kasukaan dapat dilihat pada Lampiran 15,
halaman 58.
BAB IV
diketahui bahwa simplisia berwarna merah kecoklatan, bau khas, tidak berasa, tekstur
Persyaratan kadar air untuk simplisia dari bunga yaitu tidak lebih dari 5% (Ditjen
POM, 1985). Kadar sari yang larut dalam air 25,38%, kadar sari yang larut dalam
etanol 25,26%, kadar abu total 3,34%, dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,12%.
adanya beberapa golongan senyawa yang memberikan hasil positif yaitu tanin dan
flavonoida.
Hasil uji kestabilan fisik sediaan pewarna bibir menunjukkan bahwa seluruh
sediaan yang dibuat memiliki bentuk atau konsistensi yang baik. Warna yang
dihasilkan juga cukup baik, dimana sediaan dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar
20% memberikan warna merah muda, konsentrasi ekstrak bunga mawar 30%
memberikan warna merah maron, sedangkan konsentrasi ekstrak bunga mawar 40%
memberikan warna merah tua. Sedangkan untuk bau yang dihasilkan oleh seluruh
sediaan dari tiap formula pewarna bibir yang dibuat adalah bau khas dari parfum
yang digunakan. Dari hasil uji ini juga menunjukkan bahwa selama 35 hari
pengamatan seluruh sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan bentuk, warna,
maupun bau. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat cukup stabil.
memperlihatkan adanya butir-butir kasar bila diratakan di atas kaca objek. Maka dapat
dikatakan bahwa seluruh sediaan yang dibuat tersebut mempunyai susunan yang
Hasil pemeriksaan pelepasan zat warna (uji oles) yang dilakukan secara visual
dengan cara mengoleskan sediaan pewarna bibir pada kulit punggung tangan
banyak melepaskan warna dan menempel dengan baik pada kulit punggung tangan
pemeriksaan ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bunga
mawar yang ditambahkan, semakin banyak pula warna yang dilepaskan, dimana pada
penelitian ini penambahan ekstrak bunga mawar 40% lebih banyak melepaskan zat
sediaan yang dibuat dari tiap formula memiliki pH antara 5-6. pH sediaan di atas
berada pada rentang pH fisiologis kulit normal yaitu antara 4,5-7,0 (Wasitaatmadja,
1997). Dengan demikian formula tersebut dapat digunakan sebagai sediaan kosmetik
pewarna bibir.
Hasil uji iritasi dari kedua formula dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar
yang paling tinggi yaitu konsentrasi 40% dari kedua formula terhadap 10 orang
panelis dengan cara mengoleskan sediaan yang dibuat pada kulit lengan bawah bagian
dalam pada semua panelis selama tiga hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua
panelis memberikan hasil negatif atau tidak terdapat tanda-tanda yang menunjukkan
terjadinya reaksi iritasi atau alergi terhadap sediaan yang dibuat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sediaan tersebut cukup aman untuk digunakan (Tranggono, R.I.
Dari hasil uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap kedua formula dengan
berbagai konsentrasi terhadap 30 orang panelis, diketahui bahwa formula yang paling
disukai warnanya oleh panelis adalah sediaan 8 yaitu formula II dengan konsentrasi
ekstrak bunga mawar 40%. Hal ini diketahui karena dari 30 panelis, 70% diantaranya
memilih sediaan tersebut sebagai sediaan yang paling disukainya, sedangkan sediaan
7 dipilih oleh 16,67% panelis, sediaan 4 dan 6 dipilih oleh 6,67%, dan sediaan 2 dan 3
5.1 Kesimpulan
berwarna merah kecoklatan, bau kas, tidak berasa, dan tekstur halus. Hasil
kadar air 4,65%, kadar abu total 3,54%, kadar abu tidak larut asam 0,12%, kadar sari
yang larut dalam air 25,38%, dan kadar sari yang larut dalam etanol adalah 25,26%.
Hasil pengamatan uji fisik menunjukkan bahwa semua sediaan pewarna bibir
yang dibuat cukup stabil, memiliki susunan yang homoge, pH berkisar antara 5-6, dan
pemeriksaan pelepasan zat warna (uji oles) memperlihatkan bahwa formula II lebih
menunjukkan bahwa sediaan pewarna bibir yang dibuat tidak menyebabkan iritasi dan
disukai oleh panelis adalah sediaan 8 yaitu formula II dengan konsentrasi ekstrak
5.2 Saran
pewarna bibir dari ekstrak bunga mawar dalam bentuk sediaan lain seperti bentuk stik
Anonimb. (2006). Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.:
KH.00.01.3352 Tanggal: 7 September 2006 tentang Kosmetik yang
Mengandung Bahan dan Zat Warna yang Dilarang. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Diakses tanggal 18 Juni 2009.
Barel, A.O., dkk. (2000). Handbook of Cosmetic Science and Tecnology. New York:
Marcel Dekker, Inc. Page: 670-672.
Ditjen POM. (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hal: 5-7.
Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal: 5-10.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Hal: 7.
Hidayat, N. dan Saati, E.A. (2006). Membuat Pewarna Alami. Surabaya: Penerbit
Trubus Agrisarana. Hal: 10.
Nowack, G.A. (1985). Cosmetic Preparation. Ausburg: Verlag fur chem. Page: 82.
Rosiana, V. (2006). Pengaruh Propilen Glikol terhadap Daya Lekat Lipstik yang
Mengandung Gel Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) dengan Basis Berminyak.
Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press. Hal:
124.
Wibowo, D.S. (2005). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo. Hal: 165.
Word Health Organization. (1992). Quality Control Methods For Medical Plant
Materils. Journal Of WHO. Hal: 25-28.
Lampiran 1
(Rosae flos)
Keterangan:
(Rosae flos)
No Pemeriksaan Kadar
(%)
% Kadar air =
% Kadar Air =
% Kadar Air =
% Kadar Air =
= 25,38%
= 0,12%
Lampiran 8
No Pemeriksaan Hasil
1 Alkaloida -
2 Saponin -
3 Tanin +
4 Flavonoida +
5 Steroida/Terpenoida -
6 Glikosida -
1 1
2
2
3
3
4
4
Gambar 3.5 Sediaan Pewarna bibir Formula I dari Ekstrak Bunga Mawar
Keterangan:
Sediaan 1: Formula dasar I tanpa ekstrak bunga mawar
Sediaan 2: Formula dasar I dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 20%
Sediaan 3: Formula dasar I dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 30%
Sediaan 4: Formula dasar I dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 40%
Lampiran 10
5 5
6 6
7
7
8
8
Gambar 3.6 Sediaan Pewarna Bibir Formula II dari Ekstrak Bunga Mawar
Keterangan:
Sediaan 5: Formula dasar II tanpa ekstrak bunga mawar
Sediaan 6: Formula dasar II dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar
20% Sediaan 7: Formula dasar II dengan konsentrasi ekstrak bunga
mawar 30% Sediaan 8: Formula dasar II dengan konsentrasi ekstrak
bunga mawar 40%
Lampiran 11
Pengamatan (hari)
Pemeriksaan Formula Sediaan 1 5 10 15 20 25 30 35
1 b b b b b b b b
Formula 2 b b b b b b b b
I 3 b b b b b b b b
4 b b b b b b b b
Bentuk 5 b b b b b b b b
Formula 6 b b b b b b b b
II 7 b b b b b b b b
8 b b b b b b b b
1 p p p p p p p p
Formula 2 mm mm mm mm mm mm mm mm
I 3 mr mr mr mr mr mr mr mr
4 mt mt mt mt mt mt mt mt
Warna 5 p p p p p p p p
Formula 6 mm mm mm mm mm mm mm mm
II 7 mr mr mr mr mr mr mr mr
8 mt mt mt mt mt mt mt mt
1 bk bk bk bk bk bk bk bk
Formula 2 bk bk bk bk bk bk bk bk
I 3 bk bk bk bk bk bk bk bk
4 bk bk bk bk bk bk bk bk
Bau 5 bk bk bk bk bk bk bk bk
Formula 6 bk bk bk bk bk bk bk bk
II 7 bk bk bk bk bk bk bk bk
8 bk bk bk bk bk bk bk bk
Keterangan: b : baik
p : putih
mm : merah muda
mr : merah maron
mt : merah tua
bk : bau khas
Lampiran 12
Formula Sediaan pH
1 6
2 5
Formula I
3 5
4 5
5 6
6 5
Formula II
7 5
8 5
Keterangan:
Formula
I II
( ++ ) : kulit gatal-gatal
Lampiran 14
Keterangan: S : Suka
TS : Tidak Suka
Lampiran 15
Persentase Kesukaan =