Anda di halaman 1dari 19

MEMBUAT LAPORAN PENJUALANFungsi Laporan Penjualan

1. Fungsi Laporan Penjualan

Dalam membuat laporan penjualan kita harus rapi dan teliti, setelah itu kita ringkas data penjualan ke
dalam jurnal penjualan. Fungsi dari laporan penjualan itu
sendiri adalah untuk mencatat dan memposting transaksi
debitur tanpa harus membuat atau mencetak Faktur maupun
Nota Debet. Keistimewaan lainnya adalah mencatat Faktur
atau Nota Debet yang telah dikeluarkan baik secara manual
atau cara-cara lainnya. Jumlah dari Faktur atau Nota Debet
dimasukkan disini tanpa harus memasukkan rincian item
Faktur atau Nota Debet.

Label: Contoh Bentuk Laporan Penjualan 0 komentar

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

membuat back order

Diposkan oleh materi akuntansi SMK kelas XI di 10:16

MENGELOLA ORDER PENJUALAN

A. Membuat Back Order

1. Prosedur Order Penjualan


Prosedur adalah suatu urutan kegiatan administrasi yang melibatkan beberapa orang dalam satu
departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin
penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang tejadi
berulang-ulang. Dalam penanganan order penjualan pada
suatau perusahaan perlu adanya prosedur yang digunakan
sebagi pedoman. Kegiatan administrasi yang dimaksudkan
antara lain: menulis, menggandakan, menghitung, memberi
kode, mendaftar, memilih dan memindahkan, serta
membandingkan.

Prosedur sangat tergantung kepada jenis kegiatan perusahaan. Apakah perusahaan itu merupakan
perusahaan jasa, perusahaan dagang atau perusahaan industri
dan juga besar kecilnya skala perusahaan itu sendiri. Disamping
itu, cara penjualan tunai atau kredit akan mempengaruhi
prosedur yang dibuat oleh suatu perusahaan. Penanganan
kegiatan penjualan bagi perusahaan dagang yang memiliki
standar prosedur operasional akan melibatkan bagian-bagian
organisasi sebagai berikut :

a) Bagian order penjualan:

1. Merima Order dari langganan.

Order dari langganan diterima dalam bentuk (PO) dari langganan melalui fax atau secara langsung yang
kemudian dicatat dalam order form. Permintaan secara lisan
melalui Telephone tidak dapat dilayani.

2. Memverikasi order langganan.

Mencakup data pelanggan secara lengkap termasuk alamat penyerahan barang yang diinginkan
customer, quantity, dan merawat validasi data tersebut melalui
workstation yang ada pada bagian penerimaan order untuk
mengecek pemenuhan order, yang meliputi nama produk,
nomor surat pesanan atau pemesan, harga, tanggal
penyerahan barang, dll.

3. Mencatat order langganan ke sistem komputer dan menerbitkan dokumen order penjualan.

Dokumen ini selanjutnya berfungsi sebagai surat permintaan pengadaan barang (stock request). Bila
barang yang dipesan tidak tersedia atau persediaan di gudang
tidak mencukupi, maka akan direkam sebagai back order.
(order yang belum terpenuhi). Order penjualan di print out
melalui printer di bagian penerimaan order

4. Membawa dokumen order penjualan ke bagian otorita kredit.

Hal ini untuk mendapat persetujuan penjualan kredit. Bila Customer tetap dapat langsung ke bagian
Stock & Delivery.

5. Mengadakan contact dengan pelanggan mengenai pemenuhan order.

b) Bagian kredit:

1. Menerima dokumen order penjualan dari bagian penerimaan order

2. Memeriksa status langanan melalui workstation yang ada di bagian otorita kredit

3. Berdasarkan informasi yang diperoleh dilayar komputer, kemudian memutuskan apakah order ini
dapat dipenuhi
4. Menyerahkan kembali dokumen order penjualan yang sudah di verifikasi dan ditandatangani, dan
diteruskan ke bagian Stock & Delivery.

5. Menerima faktur lembar ke-1, Faktur Pajak lembar ke satu dan Delivery Order lembar ke-1 yang telah
diverifikasi oleh oleh langganan dan mengarsipnya urut
tanggal.

c) Bagian Stock & Delivery

1. Menerima oder penjualan yang telah ditandatangani bagian otorita kredit dari bagian order penjualan

2. Menyiapkan dokumen pengiriman berdasarkan order penjualan.

Bila barang tidak tidak tersedia di gudang meneruskan order penjualan ke bagian pembelian barang
dagang.

3. Mencatat pembelian

Berdasarkan surat jalan yang ditandatangani oleh sopir untuk barang yang langsung dijual atau surat
jalan supplier yang ditandatangani oleh bagian gudang untuk
barang yang masuk ke gudang.

4. Membuat delivery order untuk order penjualan yang telah mendapat otorisasi dari bagian otorita
kredit
5. Membuat surat perintah/permintaan/Bon pengeluaran barang untuk penjualan yang mengambil
barang di gudang atau meminta PO/memo untuk mengambil
barang di supplier dari bagian pembelian barang dagang.

6. Menyerahkan delivery order, Surat Perintah/permintaan/Bon pengeluaran barang atau PO/Memo ke


bagian transportasi (sopir) untuk meminta barang ke gudang
atau mengambil barang di supplier.

7. Menerima delivery order lembar 1 & 2 yang telah ditanda tangani/diverifikasi oleh langganan

8. Menerbitkan listing delivery order dan diserahkan ke bagian pembuat invoice.

d) Bagian Gudang

1. Menerima perintah/permintaan barang

2. Menyediakan barang sesuai dengan surat perintah/permintaan/bon pengeluaran barang (delivery


order tidak boleh digunakan untuk pengeluaran barang karena
tidak semua penjualan menggunakan barang yang ada di
gudang)

3. Mengembalikan perintah/permintaan/bon pengeluaran barang kepada sopir untuk ditandatangani


dan meminta copynya setelah ditandatangi.

4. Mencatat pengeluaran pada kartu persediaan


e) Bagian Transportasi (Sopir)

Penjualan langsung (Barang langsung dari Supplier)

1. Menerima PO/memo, delivery order dari bagian stock & delivery

2. Meminta barang ke supplier menggunakan PO/Memo

3. Menerima surat jalan/surat pengantar supplier

4. Memeriksa kesesuaian barang yang diserahkan oleh supplier dengan memo/PO/Surat Jalan Supplier

5. Menandatangani surat jalan supplier dan meminta copynya.

6. Membawa dan menyerahkan barang ke customer

7. Menyerahkan delivery order kepada customer untuk ditanda tangani.

8. Meminta Lembar Delivery Order lembar 1 & 2 yang sudah ditanda tangani

9. Menyerahkan Delivery Order lembar 1 & 2 kepada Invoice (melalui Kurir)

10. Menyerahkan Copy Surat Jalan/Surat Pengantar Supplier yang telah ditanda tangani ke bagian Stock.
& Delivery (melalui Kurir)
f) Bagian Invoice/Faktur

1. Menerbitkan faktur berdasarkan data delivery order yang telah di entry oleh bagian stock & delivery.
Pembuatan faktur ini cukup dengan memasukan nomor order
penjualan yang sudah direkam file server

2. Menerbitkan faktur pajak.

3. Menerbitkan listing penjualan harian

4. Mendistribusikan dokumen

a) Invoice/faktur, faktur pajak lembar ke-1, deliveri order lembar ke-1 ke bagian kredit

b) Tembusan penjualan ke pemegang buku piutang

c) Tembusan jurnal, faktur pajak lembar ke-2, faktur pajak lembar ke-2 ke bagian buku besar

5. Mengarsip invoice lembar ke-4, delivery order lembar ke-2, faktur pajak lembar extra copy.

g) Bagian Administrasi Keuangan:


Bagian administrasi keuangan adalah bagian yang menjalankan fungsi akuntansi yang bertanggung
jawab mencatat transaksi keuangan dan menyusun laporan
keuangan. Bagian administrasi keuangan yang berhubungan
dengan system penjualan adalah :

1. Bagian Piutang

ú Menerima faktur lembar ke-2 & 3 dari bagian Invoice

ú Merekam data transaksi penjualan dengan cara memasukan nomor order penjualan. Perekaman
meliputi data transaksi piutang

ú Mengarsip lembaran faktur lembar ke-2 urut tanggal

ú Mengumpulkan faktur lembar ke-3 dalam suatu periode harian

ú Menyerahkan satu kumpulan (batch) dari faktur lembar ke-3 bersama batch control sheet
bersangkutan ke bagian buku besar.

ú Membuat surat penagihan

2. Bagian buku besar

a) Bagian Jurnal Penjualan

ú Menerima copy list penjualan harian yang dilampirkan copy faktur (tembusan Jurnal) dan Delivery
Order lebar ke- 2 yang telah diverifikasi oleh penerima barang.
ú Menerima copy Faktur Pajak.

ú Mencatat Jurnal transaksi Penjualan

3. Bagian Jurnal Pembelian

ú Menerima Copy Po dari bagian pembelian

ú Menerima bukti penerimaan barang dari bagian penerimaan

ú Mencatat Jurnal transaksi yang menyebabkan timbulnya utang

2. Pengertian Back Order

Back order adalah jumlah sebagian pesanan dari pembeli yang tidak dapat dipenuhi penjual pada waktu
yang diminta oleh pembeli. Dengan kata lain back order
merupakan sisa pesanan barang dari pembeli yang dikirim
kemudian setelah tanggal yang ditentukan berdasarkan
persetujuan pihak pembeli. Back order terjadi karena
disebabkan jumlah barang yang tersedia lebih sedikit dari
jumlah pesanan yang diminta oleh pembeli sehingga terjadi
kekurangan barang. Jika terdapat back order, maka
perusahaan akan mengirimkan surat back order kepada
pembeli sebagai pemberitahuan dan konfirmasi untuk
kekurangan barang yang belum bisa dipenuhi.

3. Cara Penanganan Back Order


Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengelolaan back order, misalnya:

PT. Garuda pada tanggal 12 Juni 2008 menerima order penjualan sebanyak 1.400 unit barang yang harus
dikirim tanggal 20 Juni 2008. Pada tanggal 20 Juni 2008,
perusahaan hanya memiliki barang sebanyak 1.200 unit. Untuk
sisanya sebanyak 200 unit berdasarkan persetujuan pembeli
akan dikirim tanggal 28 Juni 2008. Dari data tersebut yang
dimaksud dengan back order adalah untuk barang sejumlah
200 unit.

Cara pengelolaan back order tersebut sebagai berikut :

ú Bagian Order penjulan pada tanggal 20 Juni 2008 membuat surat order pengiriman, untuk pesanan
yang dipenuhi sebanyak 1.200 unit dan mendistribusikannya
kepada bagian-bagian yang terkait. Tetapi dalam hal ini bagian
penagihan belum membuat faktur pejualan.

ú Bagian Order penjualan pada tanggal 28 Juni 2008 membuat surat order pengiriman, untuk 200 unit
barang sisa yang belum terpenuhi pada tanggal 20 Juni 2008
dan mendistribusikannya kepada bagian yang tekait.

ú Bagian penagihan membuat faktur penjualan setelah mendapat pemberitahuan dari bagian order
penjualan bahwa pesanan tersebut telah dikirim seluruhnya.

Setelah mendapat pemberitahuan dari order penjualan, maka kita membuat jurnal penjualan.
Dari data yang terdapat dalam jurnal penjualan tersebut selanjutnya digunakan untuk menyusun
laporan penjualan tiap jenis produk.

Jurnal berkolom memiliki keterbatasan karena jumlah kolom untuk menampung produk yang dijual
sangat terbatas. Oleh karena itu, untuk jenis produk yang lebih
banyak lagi dapat digunakan work sheet (kertas kerja). Dengan
menggunakan work sheet jumlah kolom yang disediakan untuk
jenis barang lebih banyak dari pada menggunakan jurnal
penjualan berkolom. Namun demikian jumlah kolom masih
tetap terbatas, untuk itu setiap kelompok barang disediakan
satu work sheet.

Contoh bentuk work sheet sebagai berikut :

Work Sheet Penjualan Menurut Kelompok Produk

Diposting 27th November 2012 oleh Fitria Aprilyani

Lihat komentar

1.
mishell mishell27 April 2016 23.39

terima kasih atas laporan yang kamu buat, laporan mu sangat bermanfaat bagi ku :)

Balas

Presentasi berjudul: "Penilaian Persediaan: Pendekatan Berbasis Kos"? Transcript presentasi:

1 Penilaian Persediaan: Pendekatan Berbasis Kos

Chapter 8

2 Tujuan Pembelajaran Mengidentifikasi penggolongan utama persediaan.

Membedakan antara sistem perpetual dan fisik Mengidentifikasi pengaruh kesalahan persediaan
terhadap statemen keuangan. Memahami elemen-elemen
yang dimasukkan ke dalam kos persediaan. Menguraikan dan
membandingkan asumsi arus kos untuk menentukan
persediaan. Memahami mengapa perusahaan memilih metoda
persediaan tertentu. 1. On the topic, ?Challenges Facing
Financial Accounting,? what did the AICPA Special Committee
on Financial Reporting suggest should be included in future
financial statements? Non-financial Measurements (customer
satisfaction indexes, backlog information, and reject rates on
goods purchases). Forward-looking Information Soft Assets (a
company?s know-how, market dominance, marketing setup,
well-trained employees, and brand image). Timeliness (no real
time financial information)

3 Penilaian Persediaan: Pendekatan Berbasis Biaya

Klasifikasi dan pengendalian persediaan Fisik barang yang dimasukkan Kos yang dimasukkan Asumsi arus
kos Dasar pemilihan Klasifikasi Pengendalian Isu penilaian
persediaan Barang dlm perjalanan Barang konsinyasi
Persetujuan penjualan khusus Kesalahan persediaan Kos
produk Kos periodik Diskon pembelian Identifikasi khusus Kos
rata-rata FIFO LIFO Ikhtisar metoda penilaian persediaan
Service Cost - Actuaries compute service cost as the present
value of the new benefits earned by employees during the
year. Future salary levels considered in calculation. Interest on
Liability - Interest accrues each year on the PBO just as it does
on any discounted debt. Actual Return on Plan Assets -
Increase in pension funds from interest, dividends, and realized
and unrealized changes in the fair market value of the plan
assets. Amortization of Unrecognized Prior Service Cost - The
cost of providing retroactive benefits is allocated to pension
expense in the future, specifically to the remaining service-
years of the affected employees. Gain or Loss - Volatility in
pension expense can be caused by sudden and large changes in
the market value of plan assets and by changes in the
projected benefit obligation. Two items comprise the gain or
loss: difference between the actual return and the expected
return on plan assets and, amortization of the unrecognized
net gain or loss from previous periods

4 Sistem dan Klasifikasi Biaya

Persediaan adalah: Item-item yang dimiliki untuk dijual, atau Barang yang digunakan dalam
memproduksi barang untuk dijual. Businesses with Inventory:
Merchandiser or Manufacturer

5 Sistem dan Klasifikasi Biaya

Type of Business Merchandiser Satu rekening persediaan Membeli barang untuk dijual

6 Sistem dan Klasifikasi Biaya

Type of Business Manufacturer Tiga rekening Raw materials Work in process Finished goods

7 Sistem dan Klasifikasi Biaya

Flow of Costs Illustration 8-2

8 Sistem dan Klasifikasi Biaya

Pengendalian Dua sistem untuk menyelenggarakan catatan persediaan: Sistem perpetual Sistem
periodik

9 Sistem dan Klasifikasi Biaya

Sistem Perpetual Fitur: Pembelian barang didebitkan ke rekening Persediaan. Biaya angkut, retur dan
potongan pembelian, dan potongan tunai dicatat dalam
rekening Persediaan. Jika terjadi penjualan, HPP didebit dan
Persediaan dikredit. Perhitungan fisik dilakukan untuk menguji
saldo rekening. Sistem ini menyelenggarakan catatan yang
berkelanjutan (continuous record) tentang Persediaan dan
HPP.
10 Sistem dan Klasifikasi Biaya

Sistem Periodik Fitur: Pembelian barang didebitkan ke rekening Pembelian. Persediaan akhir
berdasarkan perhitungan fisik. Perhitungan HPP: Persediaan
awal $ 100,000 Pembelian bersih 800,000 Barang TUD 900,000
Persediaan akhir 125,000 HPP $ 775,000

11 Sistem dan Klasifikasi Biaya

Sistem Perpetual vs. Sistem Periodik

12 Contoh Berikut ini adalah saldo awal dan akhir persediaan serta ringkasan transaksi pembelian dan
penjualan barang dagangan yang dilakukan "Gunung Sari
Store" dalam tahun 1999. Persediaan 1 Januari Rp6.000,00
Pembelian (kredit) selama tahun Rp6.000,00 Penjualan (kredit)
selama tahun Rp12.000,00 Persediaan 31 Desember
Rp6.000,00 Pertanyaan: Buatlah jurnal untuk mencatat ikhtisar
transaksi pembelian dan penjualan selama tahun 99 (termasuk
penyesuaian/penutupan), jika pencatatan persediaan
menggunakan: Metode perpetual. Metode fisik

13 Isu Pokok dalam Penilaian Persediaan

Membutuhkan: Fisik barang (barang di tangan, barang dalam perjalanan, barang konsinyasi, persetujuan
khusus) Kos yang diperhitungkan (product vs. period costs).
Asumsi arus kos (FIFO, rata-rata, Identifikasi khusus, Ritel, etc.).

14 Fisik Barang yang termasuk Persediaan

Perusahaan harus mencatat pembelian ketika perusahaan mendapatkan hak legal atas barang.
Pertimbangan khusus: Barang dalam perjalanan Barang
konsinyasi Penjualan dengan persetujuan pembelian kembali
Penjualan dengan tingkat kembalian tinggi Penjualan angsuran
Kesalahan persediaan

15 Fisik Barang yang termasuk Persediaan

Pertimbangan Khusus: Barang dalam perjalanan FOB shipping point Penjual: tidak termasuk Pembeli:
termasuk FOB destination Penjual: termasuk Pembeli: tidak
termasuk Barang konsinyasi Penitip: termasuk Pihak yang
dititipi: tidak termasuk

16 Fisik Barang yang termasuk Persediaan

Pertimbangan Khusus: Penjualan dengan persetujuan pembelian kembali (Sales with buyback
agreement) Penjualan dengan tingkat kembalian tinggi (Sales
with high rates of return) Penjualan dengan angsuran (Sales on
installment) Kesalahan persediaan (Inventory errors)

17 Pengaruh Kesalahan Persediaan

Persediaan Akhir Terlalu Rendah Illustration 8-6 Pengaruh kesalahan ini dalam laba bersih tahun ini
(2008) akan diseimbangkan tahun berikutnya (2009), namun
laporan laba rugi kedua tahun tersebut tetap salah saji
(misstated).

18 Pengaruh Kesalahan Persediaan

Pembelian dan Persediaan Terlalu Rendah Illustration 8-8 Penyajian terlalu rendah tidak mempengaruhi
HPP dan laba bersih karena kedua kesalahan ini saling
menyeimbangkan.

19 Kos yang Dimasukkan dalam Persediaan

Kos Produk (Product Costs) ? kos yang secara langsung dihubungkan dengan produk Kos Periodik (Period
Costs) ? kos yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi pada
periode terjadinya biaya, misalnya biaya penjualan, listrik, dll.
Diskon Pembelian (Purchase Discounts) ? Gross vs. Net Method

20 Perlakuan Diskon Pembelian

Gross Method vs. Net Method

21 Specific Identification

Asumsi Arus Kos FIFO Asumsi Arus Kos yang diadopsi tidak harus sama dengan Arus Fisik Barang Average
Cost Specific Identification

22 Asumsi Arus Kos Contoh PT ABC melakukan pembelian barang sebagai berikut: Satu item pada
tanggal 2/2/09 seharga $10 Satu item pada tanggal 15/2/09
seharga $15 Satu item pada tanggal 25/2/09 seharga $20 PT
ABC menjual satu item pada tanggal 28/2/09 dengan harga
$90. Berapa persediaan akhir Februari 2009 dan berapa
HPPnya jika perusahaan menggunakan asumsi arus kos FIFO,
Average Cost, dan Specific Identification? Asumsi tarif pajak
adalah 30%.

23 ?First-In-First-Out (FIFO)?

Asumsi Arus Kos ?First-In-First-Out (FIFO)? Saldo Persediaan = $ 45 PT ABC Laporan Laba Rugi Untuk
Bulan Februari 2009 Penjualan $ 90 HPP Laba kotor Biaya-
biaya: Administrasi Penjualan Bunga Total Biaya Laba sebelum
pajak Pajak Laba bersih $ 40 Pembelian 25/2/09 $20 Pembelian
15/2/09 $15 Pembelian 2/2/09 $10

24 ?First-In-First-Out (FIFO)?

Asumsi Arus Kos ?First-In-First-Out (FIFO)? Saldo persediaan = $ 35 PT ABC Laporan Laba Rugi Untuk
Bulan Februari 2009 Penjualan $ 90 HPP Laba kotor Biaya-
biaya: Administrasi Penjualan Bunga Total Biaya Laba sebelum
pajak Pajak Laba bersih $ 33 Pembelian 25/2/09 $20 Pembelian
15/2/09 $15 Pembelian 2/2/09 $10

25 Asumsi Arus Kos ?Average Cost? Saldo Persediaan = $ 45

PT ABC Laporan Laba Rugi Untuk Bulan Februari 2009 Penjualan $ 90 HPP Laba kotor Biaya-biaya:
Administrasi Penjualan Bunga Total Biaya Laba sebelum pajak
Pajak Laba bersih $ 40 Pembelian 25/2/09 $20 Pembelian
15/2/09 $15 Pembelian 2/2/09 $10

26 Asumsi Arus Kos ?Average Cost? Saldo Persediaan = $ 30

PT ABC Laporan Laba Rugi Untuk Bulan Februari 2009 Penjualan $ 90 HPP Laba kotor Biaya-biaya:
Administrasi Penjualan Bunga Total Biaya Laba sebelum pajak
Pajak Laba bersih $ 30 Saldo Persediaan = $ 30 Pembelian
25/2/09 $20 Pembelian 15/2/09 $15 Pembelian 2/2/09 $10

27 ?Specific Identification?

Asumsi Arus Kos ?Specific Identification? Saldo Persediaan = $ 45 PT ABC Laporan Laba Rugi Untuk Bulan
Februari 2009 Penjualan $ 90 HPP Laba kotor Biaya-biaya:
Administrasi Penjualan Bunga Total Biaya Laba sebelum pajak
Pajak Laba bersih $ 40 Pembelian 25/2/09 $20 Pembelian
15/2/09 $15 Pembelian 2/2/09 $10

28 ?Specific Identification? Depends which one is sold

Asumsi Arus Kos ?Specific Identification? Saldo Persediaan = $ 45 PT ABC Laporan Laba Rugi Untuk Bulan
Februari 2009 Penjualan $ 90 HPP Laba kotor Biaya-biaya:
Administrasi Penjualan Bunga Total Biaya Laba sebelum pajak
Pajak Laba bersih $ 40 Depends which one is sold Pembelian
25/2/09 $20 Pembelian 15/2/09 $15 Pembelian 2/2/09 $10

29 Ringkasan Laporan Laba Rugi

Asumsi Arus Kos Ringkasan Laporan Laba Rugi Saldo Persediaan 35 30

30 Asumsi Arus Kos Contoh ? Metoda Perpetual dan Periodik


Informasi persediaan komponen 686 untuk bulan Juni. Juni Saldo awal 300 $10 = $ 3,000 10 Dijual 200
$24 11 Dibeli 800 $12 = 9,600 15 Dijual $25 20 Dibeli 500 $13 =
6,500 27 Dijual 300 $27 Goods Available $19,100 Hitung HPP
dan Persediaan Akhir dengan metoda FIFO dan rata-rata jika
menggunakan sistem persesiaan Perpetual. Hitung HPP dan
Persediaan Akhir dengan metoda FIFO dan rata-rata jika
menggunakan sistem persesiaan Fisik.

31 METODE PERIODIK PEMBELIAN PENJUALAN TGL UNIT HARGA 1 300 10 200 11 800 12 15 500 20 13
27 1600 HPP 1000

32 FIFO FISIK HPP UNIT HARGA TOTAL 300 10 3,000 700 12 8,400 1,000 11,400

PERSEDIAAN 500 13 6,500 100 1,200 600 7,700

33 RATA-RATA TERTIMBANG UNIT HARGA TOTAL 300 10 3,000 800 12 9,600 500 13

6,500 1600 19,100 HARGA RATA-RATA 11.94 HPP 1000 11,937.50 PERSEDIAAN 600 7,162.50

34 FIFO PERPETUAL TGL PEMBELIAN PENJUALAN SALDO UNIT HARGA JUMLAH Juni 1

300 10 3000 200 2000 100 1000 11 800 12 9600 900 10600 15 400 4800 500 5800 20 13 6500 11300 27
3600 1200 600 7700 HPP 11400

35 RATA-RATA BERGERAK (RATA-RATA PERPETUAL)

TGL PEMBELIAN PENJUALAN SALDO UNIT HARGA JUMLAH Juni 1 300 10 3000 200 2000 100 1000 11 800
12 9600 900 11.78 10600 15 500 5,888.89 400 20 13 6500
12.46 27 3,737.04 600 HPP 11,625.93

36 Chapter Eight The End

Niat yang Benar dalam Melakukan Perbaikan Proses 0 Comments dmaic dmaic Seperti yang saya
sebutkan beberapa kali sebelumnya, bahwa salah satu tugas
saya di Sandiloka adalah memperbaiki proses, melakukan
perbaikan proses. Prinsipnya sederhana saja, Right Process
brings Great Results. Kalau prosesnya benar, maka hasilnya
bagus. Ujung-ujungnya, yang diharapkan adalah hasil yang
bagus. Lalu apa itu hasil yang bagus? Di sinilah banyak
kesalahan orang dalam mendefinisikan, apa itu hasil yang
bagus. Sebagian dari kita mengharapkan dari perbaikan proses
itu maka profit meningkat. Pendapat ini memang benar sebab
perbaikan proses menimbulkan efisiensi. Tapi kalau tidak hati-
hati, akan timbul kekacauan. Mengapa? Mari kita lihat faktor-
faktor berikut 1. Reduksi Biaya Katakanlah dari perbaikan
proses tersebut, memberikan efisiensi dalam bentuk reduksi
biaya sebesar 1% dari total biaya produksi atau biaya software
development yang totalnya Rp. 100.000.000. Maka, anda
memperoleh efisiensi sebesar Rp. 1.000.000. Tapi di saat yang
bersamaan, ada kenaikan biaya bahan bakar akibat
pengurangan subsidi BBM sebesar 30% dari bulan sebelumnya.
Misal biaya bahan bakar juga Rp 100.000.000, maka Anda
mengalami kenaikan biaya sebesar Rp 30.000.000 menjadi Rp
130.000.000. Di laporan keuangan, semua biaya itu kan
ditotalkan. Sehingga efek dari perbaikan proses itu tidak
signifikan sebab relatif terhadap total seluruh biaya. Di sinilah
kita perlu hati-hati dalam menentukan indikator. Jika
berdasarkan reduksi biaya, maka harus ada pengukuran biaya
yang terpisah. 2. Profit adalah Opini Anda mungkin sudah
pernah dengar ungkapan ?Omset adalah Kesombongan, Profit
adalah Kesenangan, Kas adalah Kenyataan?. Laporan Laba-Rugi
adalah salah satu instrumen dalam melakukan kontrol dan
perbaikan. Namun kita harus hati-hati sebab, untung atau rugi
adalah sebuah opini, belum tentu menggambarkan keadaan
sebenarnya. Apakah kita bisa mengukur pekerjaan perbaikan
proses itu berdasarkan opini? Bisa saja, tapi tidak valid 100%.
Selain itu motifasi yang dilandasi oleh profit atau penghasilan
itu sangat berbahaya pengaruhnya dalam kontinuitas. Sebab,
jika Anda tidak memperoleh profit yang diharapkan, besar
kemungkinan Anda tidak akan melanjutkan proses perbaikan.
Sama seperti karyawan yang mengharapkan bonus atau
kenaikan gaji, jika tidak ada bonus atau tidak ada kenaikan gaji,
maka besar kemungkinan proses perbaikan berhenti. Padahal
perbaikan proses itu kegiatan yang butuh kontinuitas, harus
dikerjakan terus-menerus. Kalau motifasi kita hanya profit,
buat apa capek-capek melakukan perbaikan, toh
profit/penghasilan kita segitu-gitu aja? Hati-hati, jika Anda
mengharapkan profit besar kemungkinan Anda mudah kecewa
dan hilang semangat. :p 3. Bottleneck Di setiap proses yang
membutuhkan lintas grup, lintas departemen, lintas organisasi,
lintas perusahaan, maka di situlah ada bottleneck. Ada
kemacetan proses. Jika output dari proses di pihak A harus
diproses lebih dulu di pihak B, ada peluang terjadinya
kemacetan proses antara dua proses tersebut. A dan B belum
tentu punya kesamaan kecepatan. Jika A mengalami
kemacetan, maka B ikut menderita kemacetan proses akibat
kurang input dari A. Jika kita mengukur kinerja B, hati-hati
sebab akar masalahnya ada di A. Contoh, orang sales
menderita penurunan penjualan akibat macetnya proses
produksi atau software development. A dan B belum tentu
punya kesamaan kualitas. Jika A menghasilkan output
berkualitas rendah, maka B menderita penurunan kualitas
akibat buruknya kualitas input dari A. Jika kita mengukur
kualitas produk B, bisa jadi kurang relevan sebab akar
masalahnya dari A. Contoh, bagian technical support
menderita banyak komplain akibat software tidak stabil atau
banyak bug. Hati-hati, jika proses yang kita ukur banyak
melewati intersection atau lintas organisasi, biasanya
ditemukan bottleneck atau kemacetan proses. Pentingnya Niat
yang Benar Pesan moral yang ingin saya sampaikan adalah
pentingnya punya niat yang benar dalam melakukan perbaikan
proses. Tujuan utama dari perbaikan proses adalah
menghasilkan produk yang superior dengan effort yang lebih
ringan. Jika motifasi kita semata-mata untuk mengejar omset
atau profit, atau kenaikan gaji, besar kemungkinan kita akan
kecewa. Sebab ada jarak yang membentang antara kualitas dan
profit. Jika kita tidak mendapatkan profit yang diharapkan,
besar kemungkinan kita akan berhenti melakukan perbaikan.
Nabi Muhammad pernah berpesan: Luruskan Niat Anda!
Semoga bermanfaat dan Salam Perbaikan! Sumber gambar:
http://business901.com/six-sigma-marketing/storyboards/

Read more at: https://ilhamrizqi.com/2013/05/niat-yang-benar-dalam-melakukan-perbaikan-proses/

Anda mungkin juga menyukai