Menimbulkan Kerumunan
Nama :
Berdasarkan ketentuan Pasal 122A ayat (2), KPU, Pemerintah, dan DPR,
secara bersama-sama memutuskan adanya penundaan pilkada. Namun, walaupun
banyak pelanggaran protokol kesehatan dan munculnya kluster Covid-19 pada
Pilkada 2020, ketiga lembaga negara itu memutuskan untuk tetap melanjutkan
Pilkada. Padahal, pandemi Covid-19 sangat berpotensi membentuk klaster baru
pada Pilkada 2020 ini. Selain itu, kerangka hukum yang belum jelas dan berubah-
ubah, dapat menjadi boomerang bagi para penyelenggara pilkada.
Oleh karena itu, Perppu yang baru amat genting untuk diterbitkan. Perppu
yang dapat mengandung materi seperti halnya undang-undang, dapat mengatur
ketentuan pidana, terutama sebagai sanksi pelanggar protokol kesehatan (prokes).
Sanksi pidana atau paling tidak sanksi diskualifikasi bagi pelanggar prokes pada
tingkatan tertentu, dapat membuat jera para pelanggar. Hal ini, akan melengkapi
kekurangan PKPU, yang tidak dapat mengandung ketentuan pidana atau norma
yang tidak diatur dalam undang-undang diatasnya.
Kegiatan yang diatur dalam pasal 57 huruf g tersebut yakni rapat umum,
kegiatan kebudayaan berupa pentas seni, panen raya, dan atau konser musik,
kegiatan olahraga berupa gerak jalan santai dan atau sepeda santai. Kemudian,
kegiatan perlombaan, kegiatan sosial berupa bazaar dan atau donor darah, dan
atau peringatan hari ulang tahun partai politik. Aturan itu juga menyiapkan sanksi
bagi partai politik atau gabungan partai politik, pasangan calon, tim kampanye,
dan atau pihak lain yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
pasal 88C. Sanksinya, berupa peringatan tertulis oleh Bawaslu provinsi atau
Bawaslu kabupaten dan kota pada saat terjadinya pelanggaran.