Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

METODOLOGI STUDI AL-HADIST NABI SAW.

DISUSUN OLEH :

Fitria Wardani (202027044)

Nurlita Sari (202027057)

DOSEN PEMBIMBING

Syarifah Rahmah, S. Ag. M. Ag

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

2021/2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1


B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist 2
B. Bentuk-Bentuk Hadist 3
C. Posisi Hadist Dengan al-Quran 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadist merupakan dasar agama yang kedua dalam Islam setelah al-Quran,
sedangkan dalam pengenalannya hadist lebih jelas karena hadist lebih
memberikan hukum-hukum yang bersifat spesifik, sedangkan al-Quran kalam
yang sifatnya universal yang mencakup hal yang luas dan lebih umum. Inilah
yang mengakibatkan hadist lebih banyak dibandingkan dengan al-Quran.

Kedudukan hadist sangatlah penting, agar dapat diketahui dan difahami hal
ihwal hadist secara maksimal untuk pengamalan syari’at Islam, untuk istinbath
hukum serta problematikanya.

Seiring dengan perkembangan kehidupan ummat, ternyata posisi dan fungsi


hadist ini tidak saja dipalsukan, tetapi diingkari oleh kalangan ummat tertentu.
Oleh karena itu, perlu kiranya pengkajian lebih mendalam mengenai apa itu hadist
dan apakah hadist yang kita miliki pegangan itu hadist yang shohih atau tidak.
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada bab pembahasan selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Hadist?


2. Apa Saja Bentuk-Bentuk Hadist?
3. Apa Saja Fungsi Hadist?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian hadist


2. Untuk Mengetahui Bentuk-Bentuk hadist
3. Untuk Mengetahui Fungsi Hadist
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist

Hadist menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang
dekat atau waktu siangkat. Hadist juga berarti berita yaitu sesuatu yang
diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.

Hadist menurut istilah ialah hal-hal yang datang dari rasulullah saw,baik itu
ucapan, perbuatan, atau pengakuan(taqrir). Berikut ini penjelasan tentang Hadist
Qauliyah, Hadist Fi`liyah, dan Hadist Taqriyah.

a. Hadist Qauliyah

Hadist qauliyah (ucapan) yaitu hadist-hadist Rasulullah Saw. yang


diucapkan dalam berbagai tujuan dan persuasi(situasi).

b. Hadist Fi’liyah

Hadist fi`liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Saw. seperti pekerjaan


melakukan sholat lima waktu dengan tata caranya dan rukun-rukunnya, pekerjaan
menunaikan ibadah hajinya dan pekerjaannya mengadili dengan satu saksi dan
sumpah dari pihak penuduh.

c. Hadist Taqriyah

Hadist taqriyah yaitu perbuatan sebagaimana para sahabat Nabi yang telah
diikrarkan oleh Nabi Saw. baik perbuatan itu berbentuk ucapan ataupun
perbuatan, sedangkan ikrar itu ada kalanya dengan cara mendiamkannya, dan
melahirkan anggapan baik terhadap perbuatan itu, sehingga adanya ikrar dan
persetujuan itu bila seseorang melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan
suatu ucapan dihadapan Nabi atau pada masa Nabi, Nabi mengetahui apa yang
dilakukan orang itu dan mampu menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak
menyanggahnya, maka hal itu merupakan pengakuan dari Nabi.

B. Bentuk-Bentuk Hadist

Dilihat dari segi bentuknya,hais nabi dapat diklasifikasi menjadi lima yaitu:

1. Hadist yang berupa ucapan (qauli)

Segala perkataan Nabi baik yang berkenaan dengan ibadah maupun


kehidupan sehari-hari disebut dengan hadist qauli, yaitu segala bentuk perkataan
atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi. Perkataan berisi berbagai tuntunan
dan petunjuk, peristiwa-peristiwa dan kisah-kisah, baik yang berkaitan dengan
aspek akidah,syariah,maupun akhlak.

2. Hadist yang berupa perbuatan (fi`li)

Yang dimaksud dengan hadist fi`li adalah segala perbuatan yang disandarkan
kepada Nabi, seperti cara Nabi melaksanakan sholat, wudhu`, dan lain-lain yang
disampaikan kepada umat islam melalui sahabat. Hadist tersebut berupa perbuatan
Nabi yang menjadi panutan prilaku sahabat pada masa itu, dan menjadi keharusan
bagi semua umat islam untuk pengikutnya.

3. Hadist yang berupa persetujuan (taqrir)

Tidak semua materi hadist secara utuh berasal dari Nabi, baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Sebagiannya adalah perkataan atau perbuatan
sahabat, baik dilakukan didepan Nabi atau sebelum itu yang kemudian
dikonfirmasi pada Nabi.hadist kategori ini dalam terminologi hadist disebut
dengan hadist taqrir, yaitu hadist yang berupa ketetapan Nabi terhadap apa yang
datang atau yang dilakukan oleh para sahabatnya. Menurut Abd al-wahhab khallaf
dalam bukunya ilm ushul al-fiqh,hadist taqrir adalah penetapan Rasulullah Saw.
atas sesuatu yang dilakukan oleh sahabat baik berupa ucapan maupun perbuatan
dengan cara Rasulullah diam (tidak menyangkal), setuju, dan menganggapnya
bagus dalam hal ini Nabi mendiamkan atau membiarkan suatu perbuatan yang
dilakukan oleh para sahabatnya, tanpa memberikan penegasan, apakah beliau
membenarkan atau mempermasalahkannya.

4. Hadist yang berupa hal ihwal (ahwali)

Dalam terminologi hadist yang disampaikan oleh ulama hadist disebutkan


bahwa unsur hadist disamping perkataan, perbuatan, taqrir, juga sifat fisik dan
budi pekerti.yang dimaksud dengan hadist ahwali adalah hadist yang berupa hal
ihwal rasul yang berkenaan dengan sifat-sifat dan kepribadian serta keadaan
fisiknya. Dengan kata lain, hadist ahwali adalah segala sesuatu yang berasal dari
Nabi yang berkenaan dengan kondisi fisik,akhlak,dan kepribadiannya.

5. Hadist yang berupa cita-cita (hammi)

Sebagaimana manusia pada umumnya, Nabi mempunyai cita-cita.sebagian


cita-cita itu tecapai dan sebagiannya tidak. Hadist yang berisi tentang cita-cita
Nabi disebut dengan hadist hammi, yaitu hadist yang berupa keinginan atau hasrat
Nabi yang belum terealisasikan.hadist ketegori ini tidak disebutkan dalam
beberapa definisi hadis baik oleh ulama hadist, ulama ushul, maupun ulama fiqh.

C. Posisi Hadist Dengan al-Quran

Dilihat dari segi posisinya, alquran dan hadist merupakan pedoman hidup
dan sumber ajaran islam, antara keduanya tidak dapat dipisahkan alquran sebagai
sumber yang memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global yang perlu
dijelaskan lebih lanjut dan terperinci. Disinilah hadist sebagai penjelas alquran,
dikalangan ulama disebutkan secara beragam. Fungsi hadis ialah :

1. Bayan al-Taqrir
Bayan al-taqrir yaitu menetapkan dan memperkuat apa yang telah
diterapkan dalam alquran.fungsi hadist dalam hal ini hanya memperkuat isi atau
kandungan alquran.

2. Bayan Tafshil

Bayan tafshil berarti penjelasan dengan memerinci kandungan ayat-ayat


yang mujmal, yakni ayat-ayat yang bersifat ringkas atau singkat, sehingga
maknanya kurang atau bahkan tidak jelas kecuali ada penjelasan ataupun
perincian.dengan kata lain, ungkapan ayat itu masih bersifat global yang
memperlukan mubayin.

3. Bayan Taqyid

Bayan taqyid adalah penjelasan hadis dengan cara membatasi ayat-ayat


yang bersifat mutlak dengan sifat, keadaan, atau syarat tertentu. Kata mutlak
artinya kata yang menunjuk pada hakikat kata itu sendiri apa adanya tanpa
memandang jumlah atau sifatnya.

4. Bayan Takhshish

Bayan takhshish adalah penjelasan nabi dengan cara membatasi atau


mengkhususkan ayat-ayat alquran yang bersifat umum, sehingga tidak berlaku
pada bagian-bagian tertentu yang mendapat perkecualian.

5. Bayan Tasyri`

Penjelasan hadist yang berupa penetapan suatu hukum atau aturan syar`i
yang tidak didapati nashnya dalam alquran.dalam hal ini, Rasulullah menetapkan
suatu hukum terhadap beberapa persoalanyang muncul saat itu dengan sabdanya
sendiri tanpa berdasar pada ayat-ayat alquran.

6. Bayan Nasahk
Penjelasan hadist yang menghapus ketentuan hukum yang terdapat dalam
alquran. Hadist yang datang setelah alquran menghapus ketentuan-ketentuan
alquran.dikalangan ulama terjadi perbedaan pendapat tentang boleh tidaknya
hadist menasahk alquran, ulama yang memperbolehkan juga berbeda pendapat
tentang hadist kategori apa yang boleh menasahk alquran itu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadist ialah hal-hal yang datang dari rasulullah saw,baik itu ucapan,
perbuatan, atau pengakuan(taqrir). Hadist terbagi menjadi 3, diantaranya; Hadist
Qauliyah yaitu hadist-hadist Rasulullah Saw. yang diucapkan dalam berbagai
tujuan dan persuasi(situasi), Hadist Fi’liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Saw.
seperti pekerjaan melakukan sholat lima waktu dengan tata caranya dan rukun-
rukunnya, pekerjaan menunaikan ibadah hajinya dan pekerjaannya mengadili
dengan satu saksi dan sumpah dari pihak penuduh, dan Hadist Taqririyah yaitu
perbuatan sebagaimana para sahabat Nabi yang telah diikrarkan oleh Nabi Saw.
baik perbuatan itu berbentuk ucapan ataupun perbuatan, sedangkan ikrar itu ada
kalanya dengan cara mendiamkannya, dan melahirkan.

Anda mungkin juga menyukai