DISUSUN OLEH :
SITI ROSMALASARI
NIM. P17324414013
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
ANALISIS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S G2P0A1 DENGAN
KEHAMILAN POSTTERM DAN DISTOSIA BAHU
DI RB MUTIARA KASIH PURWAKARTA
2017
DISUSUN OLEH :
SITI ROSMALASARI
NIM. P17324414013
ii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
PERNYATAAN ORISINALITAS
NPM : P17324414013
Tanda Tangan :
Materai
Tanggal :
iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
Mengetahui
Ketua Program Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
Disusun oleh :
SITI ROSMALASARI
NIM. P17324414013
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Karawang,Juli 2017
Susunan Dewan Penguji
Ketua penguji Anggota Penguji I Anggota Penguji II
Mengetahui
Ketua Program Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga
Asuhan Kebidanan Pada Ny.S G2P0A1 Dengan Kehamilan lewat Waktu dan
Distosia Bahu Di RB Mutiara Kasih Purwakarta Tahun 2017” sebagai salah satu
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak untuk itu perkenankan penulis
Bandung.
vi
7. Bapak Daman Huri dan Ibu Aisyah , kalianlah adalah sosok orangtua
cinta dan kasih sayang yang diberikan sehingga Laporan Tugas Akhir ini
dapat terselesaikan.
10. Desi, Ralita, Mae, Mei, iis, sarah,sunarti dan opi selaku teman sekamar
Sinntia yang senantiasa saling memberikan semangat satu sama lain, dan
semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang terlibat
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini tidak luput dari
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang bersifat
penulis berharap apa yang ada di laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat
Penulis
vii
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
LAPORAN TUGAS AKHIR, JULI 2017
Siti Rosmalasari
NIM. P17324414013
Latar Belakang: Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294
hari atau 42 minggu. Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%,
bervariasi antara 3,5-14%. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam
kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan,
dimana angka kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5 -7 %. Variasi insiden
postterm berkisar antara 2-31,37%. Kehamilan postterm mempunyai hubungan
erat dengan mortalitas, morbiditas perinatal, atau makrosomia. Sementara itu,
risiko bagi ibu dengan kehamilan postterm dapat berupa perdarahan
pascapersalinan ataupun tindakan obstetrik yang meningkat Tujuan: untuk dapat
menganalisis asuhan kebidanan pada Ny.S G2P0A1 dengan Postterm, Distosia
Bahu dan Makrosomia. Metode penelitian: penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriftif, pengambilan data melalui observasi dan wawancara.
Simpulan : penatalaksanaan asuhan kehamilan di RB Mutiara Kasih belum sesuai
dengan standar asuhan kebidanan dan terdapat beberapa perbedaan atau
kesenjangan antara teori dengan keadaan secara nyata. Saran: diharapkan
pemberi asuhan lebih menigkatkan mutu pelayanan sesuai dengan
kewenangannya.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN LTA .................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ........ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. .......... x
DAFTAR BAGAN ................................................................................. ........ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
1.3 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR BAGAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
atau 42 minggu lengkap dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut
rumus Neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari dan belum terjadi
beresiko tinggi, di mana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin.
kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan,
asfiksia.
terhadap perkembangan janin sampai kematian janin. Ada janin yang dalam
masa kehamilan 42 minggu atau lebih berat badannya meningkat terus, ada
yang tidak bertambah, ada yang lahir dengan berat badan kurang dari
1
semestinya, atau meninggal dalam kandungan karena kekurangan zat
morbiditas perinatal, atau makrosomia. Sementara itu, risiko bagi ibu dengan
tindakan obstetrik yang meningkat. Berbeda dengan angka kematian ibu yang
untuk Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Asuhan pada Ny.S
Purwakarta “.
1.2. Tujuan
2
1.2.2. Tujuan Khusus
1.3. Manfaat
(AKB).
3
khususnya deteksi dini kehamilan Postterm dan Penanganan Distosia
Bahu.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1. Definisi
janin. lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
sampai 43 minggu.
5
pertama haid terakhir. Namun penelitian terkini menganjurkan
2.1.2. Patofisiologi
rahim (Manuaba,2014).
6
terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan
maka janin postterm dapat tumbuh terus namun tubuh anak akan
bahu.
yaitu :
3. Anensephali janin
5. Predisposisi genetik
2.1.4. Etiologi
a. Pengaruh progesterone
b. Teori oksitosin
7
oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam
d. Saraf Uterus
keadaan dimana tidak ada tekana pada pleksus ini, seperti pada
kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi
postterm.
8
e. Herediter
2.1.5. Prognosis
Oleh karena itu, pada 43 minggu angka kematian bayi menjadi 3,3
2.1.6. Diagnosis
haid (taksiran persaalinan adalah 280 hari atau 40 minggu dari hari
pertama haid terakhir pada siklus 28 hari atau 266 hari setelah
9
menanyakan kapan terasa pergerakan anak, atau pengukuran
10
Kasus kehamilan postterm yang tidak dapat ditegakkan
a. Riwayat haid
sebagai berikut.
keterlambatan ovulasi.
11
sekitar 20-30 % dari seluruh penderita yang diduga
kehamilan postterm.
minggu.
dengan dopper
12
c. Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerakan
kasar.
d. Pemeriksan Ultrasonografi
13
lingkar kepala dan beberapa rumus yang merupakan
kehamilan.
a. Terhadap ibu
Janin besar
b. Terhadap janin
14
2.1.8. Komplikasi
1. Untuk ibu
komplikasi ibu
2. Untuk Janin
Oligohidramnion
Makrosomia
Dismaturitas bayi
Tanda-tanda serotinus
ketuban
16
2.1.11. Pengelolaan
baik.
17
atau dengan pemakaian preparat prostaglandin.
2.1.12. Penatalaksanaan
c) Pada serviks belum matang (skor bishp < 5) kita perlu menilai
persalinan.
18
- Keadaan serviks (skor bishop) harus di nilai ulang setiap
matang.
42 minggu lengkap
2.2.1. Definisi
1. Kala I
a. Fase laten
20
aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi
b. Fase aktif
janin yang progresif terjadi selama akhir fase dan selama kala
II persalinan.
menjadi 4 cm.
2. Kala II
2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul
seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada
21
perenium meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan
spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.
cc (saefudin, 2009)
4. Kala IV
manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada
kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan
22
presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan
cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan
tersebut.
putaran paksi luar, bahu posterior berada di cekungan tulang sakrum atau
sekitar spina iskhiadika, dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu
berotasi dari foramen obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero-
posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior
Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat
melakukan putar paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi
2.3.1. Epidemiologi
sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi
lebih dari 60 detik, maka insidensinya menjadi 11%. Salah satu kriteria
23
bawah dan episiotomi. Gross, dkk (1987) Dengan menggunakan kriteria
lain. Insiden 2% akan meningkat pada persalinan bayi besar, 3% jika berat
lahir >4000gr (I Iansmann dan I Iincker). Selain itu wanita yang pernah
memiliki resiko yang lebih besar untuk sekuele distosia bahu pada
kehamilan berikutnya.
2.3.2. Diagnosis
24
2.3.3. Faktor Predisposisi
Antepartum Intrapartum
Multiparitas Kala I persalinan memanjang
Riwayat distosia bahu Secondary arrest
sebelumnya Kala II persalinan memanjang
Makrosomia > 4500 g Kala II pendek
Diabetess mellitus Partus Presipitatus
IMT >30 kg/m2 Augmentasi oksitosin
Induksi persalinan Persalinan pervaginam yang
ditolong
( Kemenkes,2013)
induksi maupun seksio sesarea pad aibu dengan diabetes yang usia
2.3.4. Etiologi
distosia adalah:
25
a. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau
pendukung.
makrosomia) yang disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala
2.3.5. Patofisiologi
26
tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu
sumbu miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi
2.3.6. Komplikasi
tarikan dan putaran pada kepala dan leher. Fraktur tulang pada
27
dapat menimbulkan kekecewaan dan adanya potensi tuntutan
keluarganya.
28
a. Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal
beresiko tinggi: janin luar biasa besar (>5 kg), janin sangat besar
(> 4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar (> 4 kg) dengan
perlu)
29
2.3.8. Penatalaksanaan
RUJUK
*) hanya bila ada penolong terlatih, jika tidak ada segera rujuk
( Kemenkes,2013)
30
2.3.9. Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
(Kemenkes,2013)
setelah tatalaksana.
arah dada.
31
3. Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara
b. Tatalaksana Khusus
distosia bahu
tindakan di atas:
32
arah dada. Raih pergelangan tangan bayi dan tarik lurus ke
(Bambang,2009).
tarikan kepala.
(Bambang,2009)
33
4. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu,
terlatih.
5. Kleidotomi
Gambar 4 : Kleidotomi
(Bambang,2009)
6. Simfisiotomi
34
7. Manuver Zavanelli
atau posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala
vagina.
(Bambang,2009)
2.4. MAKROSOMIA
2.4.1. Definisi
makrosomi.
35
2.4.2. Etiologi
1. Diabetes
kehamilan.
dari 4000 gram) dan serimng terjadi pada ibu yang telah sering
pertama.
36
4. Pengaruh kecukupan gizi
2.4.4. Diagnosis
37
2.4.5. Faktor Predisposisi
Multiparitas
Janin laki-laki
2.4.6. Komplikasi
idikator dari efek ibu yang walaupun dikontrol dengan baik dapat
2. Perdarahan
38
3. Terjadi peningkatan persalinan dengan sectio caecaria
2. Pada bayi
melahirkan bahu.
2.4.7. Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
seksio sesarea.
b. Tatalaksana Khusus
>5000 gram pada ibu tanpa diabetes, dan >4500 gram pada
39
3. Seksio sesarea menjadi indikasi bila taksiran berat janin
40
bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan. Mengurus
41
Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan
ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam
42
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di
menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,
43
- Pemberian ASI awal
- Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia
2 6 hari setelah persalinan - Memastikan involus uterus berjalan
normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada
pendarahan abnormal, tidak ada bau
- Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal
- Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit
- Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi seharu-hari.
3 2 minggu setelah - Memastikan involus uterus berjalan
persalinan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada
pendarahan abnormal, tidak ada bau
- Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal
- Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit
- Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi seharu-hari.
4 6 minggu setelah - Menanyakan pada ibu tentang
persalinan penyulit-penyulit yang ia atau bayi
alami.
- Memberikan konseling untuk KB
secara dini.
- Menganjurkan ibu membawa bayinya
ke posyandu atau puskesmas untuk
penimbangan dan imunisasi.
44
2.6. ASUHAN KEBIDANAN
(Prawirohardjo, 2014).
(Prawirohardjo, 2014).
sesudah 36 minggu)
45
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Kemenkes, 2016)
( )
( )
46
Tabel 3 : Standar Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Tiap
Trimester
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan
47
Tekanan darah normal berkisar systole / diastole : 110/80 sampai
atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai
intra uterine, tinggi fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini
48
ukuran janin yang masih kecil dengan volume air ketuban yang
banyak.
letak janin pada uterus, dapat juga berguna untuk memastikan usia
49
Menurut Hanifa (2005) pada kehamilan muda (kira-kira 20
dengan ballottement.
kurang dari 10% dari berat harus dicapai pada usia kehamilan
adanya biometri dan taksiran berat janin yang tidak sesuai dengan
trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin
50
Dalam Buku KIA presentasi janin memiliki kolom
Su : Presentasi Sungsang
Li : Presentasi Lintang
Kemenkes, 2010)
51
pada puncak kontraksi dan kembali normal bila his menurun. DJJ
diluar batas tersebut pada saat tidak ada his menunjukan fetal
harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini. (Pedoman
52
Pada kunjungan
TT1 - -
antenal pertama
Standar Tablet Tambah Darah Bagi Wanita Usia Subur Dan Ibu
0,400 mg.
c. Spesifikasi Produk
53
2. Bentuk : Bulat atau lonjong
Tindakan:
54
Fe : Jumlah dan dosis tablet tambah darah yang
diberikan
dituju
hasil rujukan
meliputi:
55
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil
trimester ketiga).
g. Pemeriksaan HIV
tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV.
56
kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
h. Pemeriksaan BTA
ibu hamil, bersalin dan nifas terbagi atas tiga kelompok yaitu
57
Konseling antenatal meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup
Standar 18
atau merujuknya.
Syarat :
1. Bidan mampu:
tangan.
58
3. Adanya antibiotika, cairan infuse dan peralatan untuk pemberian
Proses :
persalinan.
cepat/ lemah sekali, nadi melemah dan cepat, ata DJJ menjadi
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih serta keringkan dengan
posisi dan derajat penurunan kepala. Jika ada kelainan atau bila
59
5. Jika ada tanda dan gejala persalinan macet atau tanda bahaya
pada bayi atau ibu maka ibu dibaringkan miring diberikan cairan
vakum.
raba perut ibu dan periksa pakah bahu sudah berada di bawah
PAP. Jika belum, maka tekan perut ibu dengan 1 tangan dan lihat
60
PERMENKES RI NO 1464/ MENKES/ PER/ 2010 Tentang Izin dan
Pasal 9
Pasal 10
meliputi:
berwenang untuk:
a. Episiotomi;
61
c. Penanganan kegawat-daruratan, dianjurkan dengan rujukan;
ekslusif;
Pasal 11
b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah.
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
62
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah;
63
BAB III
3.1.Kronologis kasus
3.1.1. Persalinan
04.00 WIB dan sudah keluar darah sedikit dari jalan lahir pukul
64
Bidan melakukan pemerikaan penunjang yaitu Hb: 11 gr%, urine :
Menganjurkan ibu untuk tiak menahan buang air kecil dan buang
65
terendah H II, His: Frekuensi 4x/10 menit, durasi 35 detik,
pimpinan meneran pada saat ada his. Bidan menyiapkan alat partus
terlebih dahulu , Pada saat kepala bayi lahir, bahu bayi tidak dapat
bayi tidak dapat lahir setelah kepala lahir dan tertahan akibat
66
adanya tarikan bahu atas dengan kepala (turtel sign). Meminta
penjepitan tali pusat dengan klem lalu dengan umbilikal klem, lalu
67
lahan hingga plasenta lahir, plasenta lahir pukul 18.20 WIB. Bidan
apakah ada laserasi atau tidak, setelah itu bidan mengecek plasenta
mengecek tanda” vital dan ibu, setelah itu bidan membersihkan ibu
masa nifas dan menganjurkan ibu untuk tidak diam saja jika terjadi
pertama dalam batas normal , pada jam kedua dalam batas normal.
hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik dan bayi ibu
juga dalam keadaan baik untuk saat ini, setelah itu bidan
68
3.1.2. Post natal care
diastasis rekti 2/3, tidak ada tanda homan , luka jahitan kering dan
69
R:20x/m, TFU: tidak teraba, luka jahitan kering dan hasilnya ibu
tentang kontrasepsi.
baik.
gram dan panjang badan 51 cm, jenis kelamin laki-laki dan bayi dalam
keadaan baik.
TTV: R:56x/m, N:128x/m dan S:36,7 C dan pemeriksaan fisik bayi tali
merah muda, sclera putih, tali pusat sudah terlepas, tidak ada tanda
70
Pada tanggal 25-03-2017 pukul 09.00 WIB bidan melakukan
Data sekunder
kali yaitu tanggal 04 maret 2017 dan tgl 22 januari ibu melakuakn
USG di bidan I.
20,17.
berat badan 2930 gram, jenis kelamin laki laki. Diagosa yang
71
baik. Bidan menganjurkan ibu untuk kembali 2 minggu yang
akan datang.
3.2.Pembahasan kasus
3.2.1. Kehamilan
a. Kasus
kehamilan 41 minggu.
Pembahasan
4 kali yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II,
dan dua kali pada trimester III, sesuai dengan anjuran WHO
72
b. Kasus
Pembahasan
tentang haid pertama haid terakhir Ny.C ragu akan haid pertama
haid terakhir, karna haid Ny.S tidak teratur dan sebelum nya ibu
menggunakan Kb pil.
c. Kasus
kg.
Pembahasan
73
mengalami pertambahan berat badan yang tinggi yang
d. Kasus
postterm
Pembahasan
e. Kasus
Pembahasan
74
2010 bidan hanya berwenang melakukan pertololongan
3.2.2. Persalinan
3.2.2.1.Kala I
a. Kasus
bidan.
Pembahasan
dari biasanya, tinggi fundus yang aterm lebih dari 40 cm, dan
karena bayi besar, dalam hal ini pengukuran tinggi fundus uteri
75
pemeriksaan tinggi fundus uteri sehingga tidak terdeteksinya
3.2.2.2.Kala II
a. Kasus
jalan labhir tetapi bahu bayi tidak dapat melewati jalan lahir,
Pembahasan
kepala bayi lahir bahu bayi tidak dapat lahir sehingga bidan
pada saat bahu bayi tidak lahir bidan lalu meminta bantuan
76
ke arah lateral bawah pada daerah sumprafisis untuk membantu
simfisis pubis.
3.2.2.3.Kala IV
a. Kasus
Pembahasan
77
3.2.3. POSTNATAL CARE
a. Kasus
nifas, pemberian ASI dan cara menjaga bayi agar tetap hangat.
Pembahasan
b. Kasus
Pembahasan
78
Pada kasus dan teori tidak terjadi kesenjangan karena
c. Kasus
Pembahasan
oleh bidan sudah tepat yaitu dalam masa nifas bidan sudah
79
memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-
hari.
a. Kasus
Pembahasan
normal, karena berat badan bayi baru lahir normal yaitu 2500-
b. Kasus
Pembahasan
80
pada kasus Ny.S terdapat hubungan antara kenaikan
BAB IV
81
4.1.Kesimpulan
82
tetapi berdasarkan kewenangannya bidan yang tercantum dalam
4.2.Saran
penelitian selanjutnya.
83
Dapat lebih meningkatkan dalam penelitian selanjutnya
sehingga hasil yang diteliti akan lebih baik lagi dan dapat menjadi
DAFTAR PUSTAKA
84
Kristanto Herman, Mochtar Anantyo Binarso.2010. Kehamilan Postterm
Saefudin. Sarwono.
Prawirohardjo
Yogyakarta : Deepublish.
EGC
85