Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENELITIAN PENELITIAN
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Kajian Pembelajaran Matematika

Dosen : Leny Hartati, M.Pd.

Oleh :

Putri Kusuma Melati (201913500536)

Kelas RH

Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indraprasta PGRI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Penelitian Penelitian Pada
Pembelajaran Matematika dengan tepat waktu.

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kajian Pembelajaran Matematika dengan dosen Ibu Leny Hartati, M.Pd. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pembelajaran matematika bagi para pembaca
dan juga bagi penyusun.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Leny Hartati, M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Kajian Pembelajaran Matematika yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan dengan bidang studi yang saya pelajari.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, saya akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini lebih
baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Tangerang, 27 Oktober 2021

Putri Kusuma Melati

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
1.4 Manfaat.............................................................................................................................4
BAB 2..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1 Pengertian Kurikulum.......................................................................................................5
2.2 Permasalahan Kurikulum..................................................................................................5
2.3 Masalah Pengajaran Matematika......................................................................................5
2.4 Masalah Pembelajaran Matematika..................................................................................7
2.5 Masalah Pembelajaran Matematika Berbasis Kurikulum 2013........................................9
2.6 Masalah Pembelajaran Matematika Masa Sekarang (Tahun 2021)................................11
BAB 3............................................................................................................................................13
PENUTUP.....................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kurikulum merupakan sejumlah tahapan yang didesain untuk siswa dengan petunjuk
institusi pendidikan yang isinya berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang
harus dimiliki. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Pendapat lain mengatakan, kurikulum adalah segala
sesuatu yang dijalankan, dilaksanakan, direncanakan, diajukan dan diawasi pelaksanaannya yang
bertujuan untuk memberikan pengetahuan, perkembangan siswa agar mampu ikut andil dalam
masyarakat dan berguna bagi masyarakat, juga akan berguna masa depannya kelak.
Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena itu
matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi
kemajuan IPTEK. Namun matematika yang ada pada hakikatnya merupakan suatu ilmu yang
cara bernalarnya deduktif, formal dan abstrak harus diberikan kepada anak-anak sejak SD yang
cara berfikirnya masih pada tahap operasi konkret.
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa
melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang
bahan matematika yang dipelajari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja masalah-masalah kurikulum di Indonesia?
2. Apa masalah-masalah yang berkaitan dengan pengajaran Matematika?
3. Apa saja masalah-masalah dalam pembelajaran Matematika?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui masalah-masalah kurikulum di Indonesia
2. Mengetahui masalah-masalah pengajaran Matematika
3. Mengetahui masalah-masalah pembelajaran Matematika

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca dalam memahami masalah-masalah
yang berkaitan dengan kurikulum dan pengajaran pembelajaran Matematika.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Kurikulum merupakan sejumlah tahapan yang didesain untuk siswa dengan petunjuk
institusi pendidikan yang isinya berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang
harus dimiliki. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Pendapat lain mengatakan, kurikulum adalah segala
sesuatu yang dijalankan, dilaksanakan, direncanakan, diajukan dan diawasi pelaksanaannya yang
bertujuan untuk memberikan pengetahuan, perkembangan siswa agar mampu ikut andil dalam
masyarakat dan berguna bagi masyarakat, juga akan berguna masa depannya kelak.
Dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, peran kurikulum dalam pendidikan formal di
sekolah sangatlah strategis. Bahkan kurikulum memiliki kedudukan dan posisi yang sangat
sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, serta kurikulum merupakan syarat mutlak dan
bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri, karena peran kurikulum sangat penting,
maka menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan.

2.2 Permasalahan Kurikulum


Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia.
Masalah-masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan
Indonesia. Berikut ini adalah beberapa masalah kurikulum yang ditemui:
 Pada guru : guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum disebabkan
beberapa hal yaitu kurang waktu, kekurangan sesuaian pendapat, baik dengan sesama guru
maupun kepala sekolah & administrator karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
 Dari masyarakat : untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat, baik
dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan
ataupun kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah.
 Masalah biaya : untuk pengembangan kurikulum apalagi untuk kegiatan eksperimen baik
metode isi atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit.
 Kepala sekolah : dalam hal ini seharusnya kepala sekolah mempunyai latar belakang
mendalam tentang teori dan praktek kurikulum. Kepala sekolah merupakan peranan yang
penting dalam pengembangan kurikulum.

2.3 Masalah Pengajaran Matematika


Pendidikan merupakan salah satu agenda pemerintah yang dilaksanakan secara kontinu.
Agenda ini dititik beratkan pada penggunaan sumber daya manusia, karena sumber daya manusia
merupakan kunci keberhasilan pembangunan bangsa. Usaha meningkatkan sumber daya manusia
ini dapat dilihat dari keinginan pemerintah memperbaiki dan memenuhi perangkat dalam
komponen yang berkaitan dengan lembaga pendidikan, salah satunya adalah guru. Suatu

5
pendidikan dapat dikatakan berhasil atau tinggi mutunya apabila pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang dimiliki oleh para guru berguna bagi perkembangan pendidikan selanjutnya.

Salah satu jenjang pendidikan yang menjadi landasan utama untuk mencapai tujuan
pembangunan bangsa adalah jenjang pendidikan dasar atau Sekolah Dasar. Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi.
Matematika juga mempunyai ciri-ciri tersendiri dibandingkan pelajaran lain. Menurut Hadi
(2005) “Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat memegang
peranan penting karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berfikir
secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif dan efisien”. Oleh karena itu, pengetahuan
matematika harus dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.

Suatu proses belajar yang aktif ditandai dengan adanya keterlibatan siswa secara
komprehensif baik fisik, mental maupun emosional. Pembelajaran matematika memerlukan
kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat
optimal, yang akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar. Pengelolaan ini dapat dilakukan
dengan melakukan variasi metode mengajar, disesuaikan dengan sub pokok bahasan yang sedang
diberikan. Kebanyakan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru adalah pembelajaran
konvensional (tradisional) yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian
tugas.

Salah satu keluhan para guru di SD akhir-akhir ini adalah tentang kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika yang bersifat tidak rutin, contoh soal cerita yang bersifat
realistik. Kesulitan yang dialami siswa ini, tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Hadi
(2005), beberapa faktor tersebut adalah :

1) Faktor Pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran kurang membangun


kemampuan berpikir dan kemampuan pemecahan masalah siswa, yang menjadi ciri praktek
pendidikan di Indonesia selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru.

2) Faktor kebiasaan belajar

Siswa hanya terbiasa belajar dengan cara menghafal, cara ini tidak melatih kemampuan
berpikir dan kemampuan pemecahan masalah, dan cara ini merupakan akibat dari penerapan
pembelajaran konvensional dimana guru mengajarkan matematika dengan menerapkan konsep
dan operasi matematika, memberi contoh mengerjakan soal yang sudah diterangkan guru. Model
pembelajaran seperti ini menekankan pada menghafal konsep dan prosedur matematika guru
menyelesaikan soal. Pemberdayaan guru jauh lebih penting daripada pemberdayaan siswa itu
sendiri, karena kualitas siswa itu tergantung pada kualitas seorang guru juga. Guru harus selalu
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara terus-menerus. Guru harus selalu
mengadakan pembaharuan sesuai dengan tuntutan tugasnya.

6
Masalah-masalah yang dihadapi guru antara lain :

1. Dalam penguasaan materi


Guru-guru yang berkualitas dalam mengajar ditinjau dari penguasaan ilmu
Matematikanya, namun hal ini bukan berarti bahwa para guru tersebut tidak mempunyai
kendala dalam proses belajar mengajar, ternyata ada guru yang belum mendapat kesempatan
untuk menambah dan mengembangkan wawasannya.
2. Dalam menggunakan alat peraga
Alat peraga yang tersedia disekolah kurang lengkap, hal ini disebabkan karena banyak
yang hilang ataupun rusak. Apabila alat peraga tidak tersedia di sekolah maka guru
mempunyai inisiatif untuk mengupayakan dengan membuat alat peraga sendiri dibantu oleh
para siswa. Upaya ini pada umumnya dilakukan untuk mengatasi ketersediaan alat tersebut,
sebagian guru juga berupaya dengan cara membuat sketsa di papan tulis. Hal tersebut demi
lancarnya proses belajar mengajar. Penggunaan alat peraga digunakan oleh guru hanya jika
dianggap perlu. Dari segi penggunaan alat peraga para guru mengalami kendala dalam
beberapa materi Matematika.
3. Dalam menggunakan metode pengajaran yang tepat
Masalah metode yang digunakan untuk mengajar Matematika pada umumnya
menunjukkan bahwa guru-guru sering menggunakan multi metode dalam pembelajaran
Matematika. Para guru mengatakan penggunaan metode yang bervariasi dilakukakan agar
siswa tidak bosan dalam belajar. Sebagian besar guru cenderung menggunakan metode
demontrasi dan metode ceramah, sedangkan untuk metode lain para guru mengakui jarang
menggunakannya, karena mereka kurang memahami cara menggunakan metode tersebut.
4. Dalam mengelola kelas
Pada umumnya siswa kurang merespon atau kurang semangat dalam belajar Matematika.
Hal ini menuntut kemampuan guru untuk menghidupkan suasana kelas dan meransang
keaktifan siswa sehingga suasana kelas menjadi lebih semangat dan hidup. Namun guru
sangat sulit untuk mengajak siswa turut aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kesulitan
yang dihadapi guru juga tidak terlepas dari jumlah siswa dalam satu kelas, besarnya jumlah
siswa turut menentukan lancar tidaknya pembelajaran.

2.4 Masalah Pembelajaran Matematika


Masalah pembelajaran matematika sebenarnya dapat bersumber dari komponen-komponen
yang membentuk suatu sistem pembelajaran tersebut. Soedjadi (2000) menggambarkan
komponen tersebut meliputi masukan (input/peserta didik), masukan instrumental (pendidik,
kurikulum, materi ajar, sarana/prasarana, metode/model/strategi pembelajaran), lingkungan
(dukungan/keikutsertaan orang tua atau masyarakat sekitar), dan keluaran (output). Proses
pembelajaran di sini diidentikkan dengan proses kerja suatu industri dengan peserta didik sebagai
masukan atau bahan mentah. Melalui proses yang dilakukan oleh masukan instrumental dan
dengan dukungan lingkungan akhirnya menjadi output (lulusan) yang diharapkan. Dengan

7
demikian masalah pembelajaran dapat bersumber dari peserta didik, pendidik, kurikulum, materi
ajar/matematika, sarana dan prasarana, strategi/model pembelajaran, dan dukungan orang
tua/masyarakat.

Memperhatikan komponen-komponen pembelajaran yang terkait dengan strategi


pembelajaran secara langsung, maka permasalahan pembelajaran dapat bersumber dari peserta
didik, pendidik, kurikulum, materi ajar/matematika, dan strategi/model pembelajaran itu sendiri.

Pertama, masalah yang berkaitan dengan peserta didik meliputi kemampuan awal yang
belum dikuasai, motivasi dan minat dalam belajar yang rendah, variasi kemampuan maupun
perbedaan-perbedaan karakteristik peserta didik seperti kemampuan, gaya kognitif, atau gender,
keyakinan terhadap belajar, matematika, atau pendidik, pengalaman dan lingkungan yang
berbeda.

Kedua, masalah yang terkait dengan pendidik seperti banyak pendidik yang bukan
berlatarbelakang pendidikan. Banyak sarjana-sarjana non pendidikan menjadi pendidik dan
kebetulan pengalaman maupun bakat yang dimiliki bukan sebagai pendidik, sehingga mereka
mengajar seperti pengalamannya ketika menjadi peserta didik melihat bagaimana pendidiknya
mengajar. Strategi pembelajaran yang digunakan banyak menekankan pada pola pola lama,
seperti ceramah, mancatat-menulis, mengerjakan soal-soal yang tanpa makna, sehingga peserta
didik bosan dan tidak berminat pada matematika. Karena tidak memahami landasan dan teknik-
teknik penilaian, maka penilaian masih banyak menekankan pada produk menggunakan tes
kertas dan pensil, bukan penilaian alternatif atau penilaian berbasis kelas dengan berbagai variasi
teknik penilaian. Masalah lain seperti keyakinan pendidik terhadap matematika, peserta didik,
atau strategi pembelajaran yang efektif. Keyakinan pendidik yang masih memandang
matematika sebagai alat, akan menempatkan peserta didik sebagai individu tanpa pengetahuan
awal atau nir pengalaman, sehingga strategi pembelajaran yang dilakukan cukup instruksi-
instruksi informatif. Masalah klasik lain adalah kompetensi pedagogik dan profesional yang
masih rendah. Kondisi ini mempengaruhi fleksibilitas dalam memilih suatu strategi pembelajaran
yang efektif. Masalah yang muncul dari aspek pedagogis adalah kemampuan menyusun rencana
pembelajaran dengan strategi pembelajaran yang variatif dan efektif masih kurang. Masalah lain
adalah kepribadian dan norma-norma yang dianut yang tidak mendukung pembelajaran efektif.

Ketiga, masalah terkait dengan kurikulum. Kurikulum umumnya memuat harapan-harapan


dan tujuan-tujuan pendidikan jangka panjang serta bersifat nasional/global. Misalkan pada
kurikulum disebutkan bahwa pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
dengan membekali peserta didik kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Pendidik perlu memahami pengertian praktis dari
kemampuan-kemampuan itu dan mewujudkan dalam praktek pembelajarannya. Hal lain adalah
pemahaman tentang pendekatan pemecahan masalah sebagai fokus pembelajaran, masalah
kontekstual, penalaran, pembuktian, komunikasi ide atau gagasan, sikap menghargai terhadap
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

8
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Rambu-rambu yang terdapat pada kurikulum ini masih belum banyak dipahami pendidik,
terbukti masih banyak pendidik dalam mengajar masih menekankan pada pemahaman konsep
semata, sehingga proses pembelajarannya pasif, berorientasi pada ketuntasan materi, dan
pembelajarannya berpusat pada pendidik. Pada kurikulum 2013, misalkan digunakan
pembelajaran dengan pendekatan sainstifik. Hasil observasi masih banyak pendidik yang belum
mampu merancang strategi pembelajaran tersebut bahkan tidak tahu apa arti pendekatan itu dan
bagaimana menerapkannya.

Sumber masalah keempat adalah aspek matematika/materinya. Sistematika materi yang


ditetapkan pada kurikulum, buku sumber, atau pengetahuan/pemahaman pendidik belum mantap
dan kadang tidak sesuai dengan urutan logis keilmuan matematika. Apalagi jika dipaksakan
mengikuti urutan keilmuan lain seperti pendekatan sainstifik yang merupakan epistemologis dari
ilmu IPA. Kondisi ini akan menyebabkan kesulitan-kesulitan dalam perencanaan maupun
implementasi di kelas. Masalah lain terkait dengan strategi pembelajaran itu sendiri. Pendidik
kadangkala tidak memahami apa itu strategi pembelajaran, strategi belajar, dan apa perbedaan
masing-masing. Kapan berbagai jenis strategi pembelajaran dapat diterapkan, bagaimana cara
penerapannya, apakah mungkin dapat dikombinasikan? Masalah lain adalah alasan-alasan
menerapkan strategi itu dan diterapkan pada siapa dan oleh siapa? Di tingkat sekolah mana
penerapan yang lebih efektif? Masalah-masalah yang dikemukakan tersebut mungkin hanya
sebagian saja, sebab banyak aspek lain yang terjadi di kelas.

2.5 Masalah Pembelajaran Matematika Berbasis Kurikulum 2013


Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Menurut Suparlan (2012),
kurikulum pertama Indonesia adalah Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu, istilah kurikulum
belum digunakan. Kemudian, Rencana Pelajaran 1947 ini dirubah menjadi Rencana Pelajaran
1950. Selanjutnya diganti dengan Rencana Pelajaran 1958. Rencana pelajaran ini kemudian
direvisi menjadi Rencana Pelajaran 1964. Setelah itu rencana pelajaran ini diganti menjadi
Kurikulum 1968. Sejak inilah istilah rencana pelajaran yang sudah digunakan selama bertahun-
tahun berganti nama menjadi kurikulum. Kemudian, kurikulum ini dirubah lagi menjadi
Kurikulum 1975. Selanjutnya, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dan terakhir
Kurikulum 2013.
1. Problematika perencanaan proses pembelajaran matematika berbasis Kurikulum 2013
Permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh guru dalam perencanaan pembelajaran
matematika berbasis kurikulum 2013. Pertama, pada perencanaan pembelajaran, guru
menyiapkan rancangan proses pembelajaran masih mengikuti sistematika Permendikbud Nomor
81A Tahun 2013. Guru tidak mencantumkan komponenen remidi dan pengayaan pada rancangan
proses pembelajaran. Hal ini berarti guru tidak merubah rancangan proses pembelajaran
berdasarkan aturan terbaru yang termuat pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan

9
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Kedua, guru ditemukan belum membuat rancangan proses pembelajaran sebelum proses
pengajaran, dikarenakan kesibukan guru. Terlebih lagi ditemukan ketidaksesuaian dalam
pembuatan rancangan proses pembelajaran, terutama dalam penggunaan media pebelajaran.
Dalam rancangan proses pembelajaran menggunakan LCD namun pada proses pembelajarannya
menggunakan media papan tulis, penggaris, dan spidol.
Ketiga, dalam rancangan proses pembelajaran komponen materi tidak memaparkan
berdasarkan kategori, fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Komponen materi pada guru hanya
dijelaskan secara umum dan hanya menuliskan materi pokoknya saja.
Keempat, guru terbebani oleh tuntutan penyusunan rancangan proses pembelajaran yang
detail. Hal ini disebabakan pada instrumen penilaian terlalu banyak. Temuan dalam studi
dokumen pada rancangan proses pembelajaran guru tidak ditemukan komponen instrumen
penilaian.
Kelima, ditemukan dalam pembuatan rancangan proses pembelajaran guru di awal semeter
dikarenakan guru belum memperoleh kalender pendidikan dari dinas. Sehingga alokasi waktu
yang direncanakan sering berbeda dengan kondisi pembelajaran yang sebenarnya.

2. Problematika proses pembelajaran matematika berbasis Kurikulum 2013


Permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran matematika
berbasis Kurikulum 2013. Pertama, guru tidak menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran
pada kegiatan pendahuluan pembelajaran. Pada pendahuluan pembelajaran guru terkadang juga
tidak mengecek kemampuan pra syarat siswa untuk materi yang akan diajarkan.
Kedua, guru mengalami kendala dalam media pembelajaran dan penggunaan alat peraga.
Hal ini disebabakan alat peraga yang ada disekolah belum ada dan media pembelajaran yang ada
di sakolah belum optimal. Guru masih menggunakan alat dan media seadaanya untuk proses
pembelajaran.
Ketiga, dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, dijelaskan bahwa alur pembelajaran
dengan pendekatan scientifik. Dalam kegiatan pembelajaran langkah-langkahnya mengamati,
menanya, menggumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, mengkomunikasikan.
Pada kegiatan pembelajaran dengan pendekatan scientifik yang dilakukan oleh guru aspek
menanya kurang maksimal, siswa cenderung diam dan enggan bertanya. Pada aspek
menggumpulkan informasi/mencoba dan mengkomunikasikan kurang berjalan dengan maksimal
karena siswa cenderung cuek dan acuh terhadap presentasi dari hasil diskusi temanya.
Keempat, dengan menggunakan metode diskusi dan presentasi yang dilakukan oleh guru
tak jarang waktu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran lebih banyak. Hal ini
mengakibatkan alokasi pembelajaran tidak terlaksana secara rapi, sehingga pada bagian penutup
guru tidak memberikan kesimpulan dan menyampaikan materi atau bab selanjutnya yang perlu
dipelajari.

3. Problematika setelah pebelajaran (penilaian) matematika berbasis Kurikulum 2013


10
Permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh guru setelah pembelajaran (penilaian)
matematika berbasis Kurikulum 2013. Pertama, berdasarkan temuan penelitian dapat dijelaskan
bahwa tidak semua jenis penilaian dapat dilakukan oleh guru. Guru tidak melakukan penilaian
observasi, penilaian diri, penilaian jurnal, penilaian lisan, dan penilaian portofolio secara
periodik. Padahal dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013, dijelaskan bahwa penilaian
tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.
Kedua, dalam aspek penilaian sikap guru hanya mengamati murid-murid yang menengah
ke atas dan menengah kebawah. Dalam hal ini guru tidak mengamati siswa secara keseluruhan,
dikarenakan jumah siswa terlalu banyak dan dapat mengurangi proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Sebab guru fokus mengamati para siswa di dalam kelas.
Ketiga, dalam pelaksanaan penilain ketrampilan kurang berjalan maksiamal. Dikarenakan
guru memberikan proyek setiap bab pelajaran. Hal dilakukan guru agar murid tidak terbebani
dengan biaya bila harus ada tugas proyek untuk per setiap materi pelajaran.
Keempat, dalam pelaksanaan remidiasi dan pengayaan guru mengalami kendala masalah
waktu. Karena alokasi waktu yang terhitung sudah disusun untuk melakukan pembelajaran satu
tahun ajaran.

2.6 Masalah Pembelajaran Matematika Masa Sekarang (Tahun 2021)


Pelajaran matematika sangat perlu diajarkan kepada seluruh siswa mulai dari tingkat
sekolah dasar hingga tarap perguruan tinggi, agar siswa mempunyai kemampuan berpikir secara
logis, sistematis, analitis, kreatif, serta bisa bekerjasama dengan baik. Tujuan dari
mempelajari matematika di antaranya untuk mengembangkan kemampuan mengukur, berhitung,
menganalisis dan menggunakan rumus.
Menurut beberapa penelitian masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai
pelajaran yang sulit, sehingga menyebabkan siswa mudah menyerah sebelum
mempelajari matematika. Selain itu, adanya pembelajaran daring yang terkesan mendadak
karena Covid-19 ini juga menyebabkan persiapan yang tidak optimal. Jadi, menyebabkan siswa
merasa tidak siap dalam pelaksanaanya.
Adapun kesulitan yang dihadapi siswa ketika pembelajaran daring matematika dikarenakan
beberapa faktor :
1) Terbatasnya ruang interaksi antara guru dan siswa yang menyebabkan pembelajaran tidak
maksimal.
2) Banyaknya rumus yang dipakai dalam pembelajaran matematika menyulitkan siswa
untuk memahami materi tersebut.
3) Objek yang dipelajari berupa pola-pola abstrak, sehingga semakin menyulitkan siswa
untuk memahami materi tersebut.

Berbagai kesulitan pembelajaran daring, kiranya dapat memicu semangat para guru untuk
terus melakukan inovasi demi inovasi dalam pembelajaran khususnya dalam pelajaran
daring matematika, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih baik.

11
Selain itu, pemanfaatan faktor pendukung semaksimal mungkin juga dapat meningkatkan
kreativitas dan perkembangan siswa dalam melaksanakan pembelajaran daring.

12
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terdapat masalah masalah yang berkaitan dalam kurikulum dan pengajaran matatematika.
Pada masalah kurikulum di Indonesia seperti pada guru, dari masyarakat, masalah biaya, kepala
sekolah, dan birokrasi. Dalam pengajaran Matematika seperti guru mengalami masalah dalam
penugasan materi, menggunakan alat peraga, menggunakan metode pengajaran yang tepat, dan
dalam mengelola kelas. Dan dalam pembelajaran Matematika terdapat masalah-masalah yang
dapat bersumber dari peserta didik, pendidik, kurikulum, materi ajar/matematika, dan
strategi/model pembelajaran itu sendiri.

3.2 Saran
Diharapkan agar pembaca setelah membaca makalah ini dapat mengerti tentang masalah
masalah yang berkaitan kurikulum, pengajaran, dan pembelajaran matematika.

13
DAFTAR PUSTAKA

Info Kompetensi. (2021). Retrieved from http://kompetensi.info/: http://kompetensi.info/coretan-


opini-civitas/permasalahan-pengembangan-kurikulum-di-sekolah.html

Hasan, H. (2015). KENDALA YANG DIHADAPI GURU DALAM PROSES BELAJAR. Vol. 1
No. 4, Oktober 2015, 1, 40 - 51.

Hikmah, Y. N. (2021, JUNE MONDAY). SUARAMERDEKA.COM. Retrieved from


https://www.suaramerdeka.com/pendidikan/pr-04274348/pembelajaran-matematika-saat-
covid-19-ini-kendalanya?page=all

PRATAMA, M. A. (2016). PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS


KURIKULUM 2013. http://eprints.ums.ac.id/.

Siswono, T. Y. (n.d.). Permasalahan Pembelajaran Matematika dan Upaya Mengatasinya.

14

Anda mungkin juga menyukai