Anda di halaman 1dari 15

HARMONISASI

BUPATI KUTAI KARTANEGARA


PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

RANCANGAN
PERATURAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA
NOMOR … TAHUN 2021

TENTANG
PEDOMAN TEKNIS RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUTAI KARTANEGARA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan


perekonomian masyarakat di daerah serta guna
peningkatan pendapatan asli daerah perlu dilakukan
pengaturan mengenai pelayanan pasar;
b. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun
2016 tentang Retribusi Jasa Umum sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 17
Tahun 2016 tentang Retribusi Jasa Umum, perlu disusun
Pedoman Teknis Retribusi Pelayanan Pasar di Kabupaten
Kutai Kartanegara;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Bupati tentang Pedoman Teknis Retribusi Pelayanan
Pasar;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun
1953 tentang Perpanjangan Pembentukan Daerah
Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959
Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1820) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II
Tanah Laut, Daerah Tingkat II Tapin, dan Daerah Tingkat
II Tabalong dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 27
Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat
Nomor 3 Tahun 1953 tentang Perpanjangan
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965
Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2756);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573);
5. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor
17 Tahun 2016 tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran
Daerah Kabupaten Kutai kartanegara Tahun 2016 Nomor
17, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kutai
kartanegara Nomor …) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 17 tahun 2016
tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah
Kabupaten Kutai kartanegara Tahun 2019 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kutai
kartanegara Nomor 54);
6. Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 53 Tahun
2013 tentang penyelenggaraan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern (Berita Daerah Kabupaten
Kutai Kartanegara Tahun 2013 Nomor 53);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN TEKNIS


RETRIBUSI PELAYANAN PASAR.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom Kabupaten Kutai Kartanegara.
3. Bupati adalah Bupati Kutai Kartanegara.
4. Dinas adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kutai
Kartanegara.
5. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Derah yang selanjutnya disingkat
BPKAD adalah perangkat daerah yang mempunyai tugas dan fungsi di
bidang keuangan daerah.
6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk hukum lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
7. Pasar adalah fasilitas tradisional/sederhana yang berupa halaman atau
pelataran, bangunan berbentuk kios, los dan lainnya dengan batas lokasi
tertentu yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dan khusus disediakan
untuk pedagang.
8. Bangunan adalah semua bangunan yang berada dalam pasar yang
dipergunakan pedagang untuk berjualan.
9. Bangunan Permanen adalah bangunan gedung yang karena fungsinya
direncanakan mempunyai umur layanan di atas 20 (dua puluh) tahun.
10. Bangunan Semi Permanen adalah bangunan gedung yang karena
fungsinya direncanakan mempunyai umur layanan di atas 5 (lima) sampai
dengan 10 (sepuluh) tahun.
11. Pedagang adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan kegiatan
jual/beli barang dan/atau jasa di kawasan pasar.
12. Rumah Toko yang selanjutnya disebut Ruko adalah bangunan tetap
berdinding keliling yang dipergunakan pedagang untuk berjualan sekaligus
tempat tinggal.
13. Toko adalah bangunan tetap berdinding keliling yang dipergunakan
pedagang untuk berjualan
14. Kios adalah bangunan tetap dalam bentuk petak berdinding keliling atau
tidak berdinding keliling yang dipergunakan pedagang untuk berjualan.
15. Los adalah bangunan tetap yang sifatnya terbuka tanpa dinding keliling
yang dipergunakan pedagang untuk berjualan.
16. Pelataran adalah pelataran di lingkungan pasar yang dapat dimanfaatkan
pedagang untuk berjualan dalam waktu tertentu setiap hari.
17. Lingkungan Pasar adalah area yang termasuk dalam lokasi pasar yang
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
18. Pelayanan Pasar adalah jasa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
dalam bentuk penyediaan fasilitas dan kemanfataan pasar.
19. Retribusi Pelayanan Pasar adalah yang selanjutnya disebut Retribusi
adalah imbalan yang dipungut oleh Pemerintah Daerah kepada pedagang
atas jasa penyediaan fasilitas dan pelayanan pasar yang telah diberikan.
20. Sewa adalah pemanfaatan barang/ fasilitas milik daerah oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu di mana penyewa memberi imbalan uang.
21. Upah Kebersihan adalah upah yang diberikan kepada petugas kebersihan
tempat pelayanan pasar yang dikoordinir oleh petugas pemungut retribusi.
22. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.
23. Pemungutan Retribusi adalah rangkaian kegiatan mulai dari menghimpun
data obyek dan subyek retribusi, penentuan retribusi yang terutang,
sampai dengan kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi serta
pengawasan penyetorannya.
24. Pemungut Retribusi adalah Petugas yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah
untuk melakukan pemungutan retribusi pelayanan pasar.
25. Obyek Retribusi adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan pasar
serta dapat dinikmati oleh Orang Pribadi atau Badan.
26. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah
bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
27. Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
untuk menegur atau memperingatkan kepada wajib retribusi untuk
melunasi hutang retribusinya termasuk sanksi administratif berupa bunga
dan kewajiban lainnya yang terkait dengan retribusi.
28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok
retribusi yang terutang.
29. Surat Keterangan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat
SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi daerah yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar
daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
30. Surat Tagihan Retribusi Daerah, selanjutnya disingkat STRD adalah surat
untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa
bunga dan/atau denda.
31. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
retribusi daerah.
32. Biaya Masuk adalah tarif retribusi pelayanan pasar setelah memperoleh
tempat berjualan di bangunan permanen dan semi permanen pasar.
33. Masa Kontrak adalah lamanya waktu untuk menggunakan tempat
berjualan di bangunan permanen dan semi permanen pasar.
34. Porporasi adalah tanda pengesahan khusus legalitas dengan menggunakan
alat pelubang atau plong dan/atau stempel terhadap alat bukti
pembayaran atau pungutan pajak, retribusi lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah.
35. Pengurangan adalah pemotongan pembayaran retribusi pelayanan pasar
lebih rendah dari ketentuan yang ditetapankan dalam Peraturan Daerah.
36. Keringanan adalah penundaan waktu pembayaran retribusi yang telah
jatuh tempo.
37. Pembebasan adalah wajib retribusi tidak perlu membayar retribusi
pelayanan pasar untuk jangka waktu tertentu.

Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Bupati ini meliputi:
a. tata cara pengajuan dan persyaratan pemakaian Pasar;
b. pemindahtanganan kontrak tempat berjualan;
c. tata cara perpanjangan kontrak tempat berjualan;
d. tata cara pelaksanaan pemungutan dan wajib retribusi;
e. tata cara pembayaran dan penyetoran retribusi;
f. tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;
g. tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi;
h. tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa;
i. tata cara pemeriksaan retribusi; dan
j. sanksi administratif.

BAB II
TATA CARA PENGAJUAN DAN PERSYARATAN PEMAKAIAN PASAR
Bagian Kesatu
Tata Cara Pengajuan Pemakaian Pasar

Pasal 3
(1) Tata cara pengajuan permohonan pemakaian Pasar untuk berjualan
sebagai berikut:
a. pemohon menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Kepala
Dinas;
b. Kepala Dinas menyampaikan informasi ketersedian tempat kepada
pemohon; dan
c. Kepala Dinas menugaskan Kepala Bidang Pemberdayaan dan
Pengembangan Pasar untuk melakukan seleksi terhadap pengajuan
permohonan.
(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
disetujui, pemohon menandatangani kontrak sewa tempat berjualan dan
membayar Retribusi Biaya Masuk.
(3) Retribusi Biaya Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan menggunakan SKRD.
(4) Jangka waktu pelunasan Retribusi Biaya Masuk sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan
diterima.
(5) Penempatan tempat berjualan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah
pelunasan Retribusi Biaya Masuk.
(6) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak
disetujui, Kepala Dinas menyampaikannya kepada pemohon dengan
disertai alasan penolakan.
(7) Tata cara seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan
oleh Kepala Dinas.

Pasal 4
(1) Dalam hal Pemerintah Daerah membangun Pasar baru sebagai pengganti
bangunan Pasar yang lama, tata cara untuk memperoleh tempat berjualan
sebagai berikut:
a. Dinas membentuk panitia penempatan pedagang;
b. memprioritaskan pedagang lama untuk memperoleh tempat berjualan;
c. prioritas sebagaimana dimaksud pada huruf b dengan persyaratan telah
melunasi keseluruhan kewajiban Retribusi Pasar; dan
d. mekanisme untuk memperoleh tempat bagi pedagang lama sebagaimana
dimaksud huruf b dilaksanakan dengan sistem undian.
(2) Dalam hal masih terdapat tempat berjualan yang kosong, maka panitia
melakukan seleksi terhadap pedagang baru berdasarkan pengajuan
permohonan.
(3) Dalam hal tidak terdapat pengajuan permohonan pedagang baru yang
berminat, panitia dapat menawarkan kepada pedagang lama.
(4) Pedagang memperoleh tempat berjualan paling banyak 2 (dua) tempat.
(5) Batas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku untuk atas nama
sendiri maupun menggunakan nama lain yang terdapat dalam Kartu
Keluarga (KK).
(6) Tugas dan tanggunjawab panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a ditetapkan oleh Kepala Dinas.
(7) Tata cara seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Kepala Dinas.

Bagian Kedua
Persyaratan Pemakaian Pasar

Pasal 5
(1) Persyaratan untuk memperoleh tempat berdagang sebagai berikut:
a. surat permohonan secara tertulis bermeterai cukup;
b. melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu
Keluarga (KK);
c. melampirkan pas foto 3 x 4 sebanyak 3 (tiga) lembar; dan
d. meterai Rp. 10.000,- sebanyak 2 lembar.
(2) Format surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 6
(1) Penggunaan tempat berdagang dilaksanakan dengan cara sewa.
(2) Masa sewa tempat berdagang selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang.
(3) Setiap pemberian hak sewa tempat berdagang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dibuat perjanjian secara tertulis.
(4) Perjanjian sewa tempat berdagang ditandatangani oleh penyewa dan Dinas.
(5) Format surat perjanjian kontrak sewa Ruko/ Toko/ Kios/ Los Pasar
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 7
(1) Dinas melakukan monitoring dan evaluasi pemakaian pasar.
(2) Dalam rangka monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1),
para penyewa wajib melakukan pendaftaran ulang setiap tahun.
(3) Pendaftaran ulang dilaksanakan dengan cara:
a. menyampaikan surat daftar ulang;
b. melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu
Keluarga (KK);
c. melampirkan pas foto 3 x 4 sebanyak 3 (tiga) lembar; dan
d. bukti pelunasan pembayaran Retribusi sewa pemakaian petak.
(4) Pelaksanaan pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud Ayat (3) tidak
dapat diwakilkan.
(5) Format surat daftar ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.

BAB III
PEMINDAHTANGANAN SEWA TEMPAT BERJUALAN

Pasal 8
(1) Pemindahtanganan sewa tempat berjualan adalah pengalihan penggunaan
tempat berjualan sebelum habis masa sewa kepada pihak lain;
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud Ayat (1) adalah selain yang namanya
tercantum dalam Kartu Keluarga.
(3) Penyewa dapat memindahtangankan hak atas tempat berjualan kepada
pihak lain dengan persetujuan Kepala Dinas.
(4) Persyaratan pemindahtanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai berikut :
a. berita acara pemindahtanganan yang disetujui Kepala Dinas;
b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) para
pihak penyewa lama dan penyewa baru;
c. pas foto 3 x 4 sebanyak 3 (tiga) lembar para pihak; dan
d. bukti pelunasan pembayaran Retribusi sewa pemakaian petak.
(5) Format berita acara pemindahtanganan sewa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(6)

BAB IV
TATA CARA PERPANJANGAN KONTRAK TEMPAT BERJUALAN

Pasal 9
(1) Jangka waktu sewa yang telah berakhir berdasarkan perjanjian sewa dapat
diperpanjang.
(2) Perpanjangan kontrak sewa pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan cara melengkapi persyaratan sebagai berikut:
a. surat permohonan secara tertulis bermeterai cukup;
b. melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga
(KK);
c. melampirkan pas foto 3 x 4 sebanyak 3 (tiga) lembar; dan
d. meterai Rp. 10.000,- sebanyak 2 lembar;
(3) Pelaksanaan Perpanjangan kontrak sebagaimana dimaksud Ayat (2) tidak
dapat diwakilkan.
(4) Format permohonan perpanjangan kontrak sewa Pasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a tercantum dalam Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB V
TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN DAN WAJIB RETRIBUSI

Bagian Kesatu
Tata Cara Pemungutan

Pasal 10
(1) Retribusi Pelayanan Pasar dengan obyek Retribusi berupa Biaya Masuk
bangunan permanen dan/atau semi permanen di lingkungan Pasar
dikenakan kepada Wajib Retribusi 1 (satu) kali setiap kontrak.
(2) Retribusi biaya masuk dikecualikan untuk perpanjangan kontrak tempat
berjualan.
(3) Retribusi Pelayanan Pasar dengan obyek Retribusi pemakaian petak
bangunan permanen dan/atau semi permanen dikenakan kepada Wajib
Retribusi dihitung per M2 (meter persegi) setiap hari, yang dibayarkan
setiap bulan.
(4) Bangunan permanen dan/atau semi permanen sebagaimana dimaksud
ayat (1) berupa Ruko, Toko, Kios, Petak dan Los.

Pasal 11
(1) Retribusi Pelayanan Pasar dengan Obyek Retribusi berupa penggunaan
Lapak, dikenakan kepada Wajib Retribusi 1 (satu) kali setiap harinya.
(2) Penggunaan lapak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pelataran,
lapak musiman, lapak depan toko dan lapak dilingkungan Pasar.

Pasal 12
Retribusi Pelayanan Pasar dengan Objek Retribusi berupa limbah Pasar
dikenakan kepada Wajib Retribusi 1 (satu) kali per bulan.

Pasal 13
(1) Retribusi Pelayanan Pasar dengan Objek Retribusi berupa parkir khusus di
lingkungan Pasar dikenakan kepada Wajib Retribusi per 1 (satu) kali
parkir.
(2) Retribusi Pelayanan Pasar dengan Objek Retribusi berupa parkir
berlangganan dikenakan kepada Wajib Retribusi 1 (satu) kali per bulan.

Pasal 14
Retribusi Pelayanan Pasar dengan Objek Retribusi berupa bongkar muat
barang dikenakan kepada Wajib Retribusi 1 (satu) kali per bongkar muat.

Pasal 15
Retribusi Pelayanan Pasar dengan Objek Retribusi berupa pemakaian fasilitas
MCK (Mandi Cuci Kakus) dikenakan kepada wajib retribusi per 1 (satu) kali
pemakaian.

Pasal 16
Retribusi Pelayanan Pasar dengan obyek penggunaan tanah/lapangan terbuka
di lingkungan Pasar dikenakan kepada wajib retribusi 1 (satu) kali per hari.

Pasal 17
Retribusi Pelayanan Pasar dengan obyek penjual hewan besar/kecil dikenakan
kepada Wajib Retribusi 1 (satu) kali per hari.

Pasal 18
Retribusi Pelayanan Pasar dengan obyek pedagang lesehan/keliling dan kaki
lima dikenakan kepada wajib retribusi 1 (satu) kali per hari.

Pasal 19
(1) Retribusi Pelayanan Pasar dipungut dengan menggunakan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa karcis atau kartu kendali.
(3) Kartu kendali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk
pemungutan Retribusi bagi penyewa yang menempati bangunan permanen
dan/atau semi permanen yang berada di dalam Pasar.
(4) Karcis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk pemungutan
Retribusi Pelayanan Pasar selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Karcis dan kartu kendali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diporporasi
oleh Badan Pendapatan Daerah.
(6) Format kartu kendali dan karcis sebagaimana dimaksud Ayat (3) dan Ayat
(4) tercantum dalam Lampiran VI A dan Lampiran VI B Peraturan Bupati ini.
(7) Format SKRD khusus untuk pemungutan Retribusi biaya administrasi sewa
bangunan permanen dan/atau semi permanen tercantum dalam Lampiran
VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Bagian Kedua
Wajib Retribusi

Pasal 20
(1) Penerima Pelayanan Pasar selaku Wajib Retribusi berkewajiban membayar
pungutan Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar dilakukan oleh petugas pemungut
Retribusi yang ditunjuk oleh Dinas.

BAB VI
TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN RETRIBUSI

Bagian Kesatu
Tata Cara Pembayaran
Pasal 21
(1) Pembayaran Retribusi Biaya Masuk Pelayanan Pasar yang terutang harus
dilunasi sekaligus.
(2) Retribusi Pelayanan Pasar selain Biaya Masuk harus dilunasi paling lambat
15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.

Pasal 22
(1) Pembayaran Retribusi Pelayanan Pasar diberikan tanda bukti pembayaran
oleh petugas.
(2) Karcis atau kartu kendali yang merupakan dasar pemungutan Retribusi
sekaligus merupakan tanda bukti pembayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Pembayaran Retribusi dapat dilakukan oleh pedagang secara tunai
dan/atau non tunai.
(4) Dalam hal pembayaran dilakukan secara non tunai sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) menggunakan alat/ mesin Electronic Data Capture (EDC) dan
menggunakan kode Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan Retribusi Pasar
dengan sistem elektronik/non tunai/e-money mempedomani Peraturan
Bupati yang mengatur tentang hal tersebut.

Pasal 23
(1) Setiap pembayaran Retribusi Pelayanan Pasar dicatat dalam buku
penerimaan oleh Bendahara Penerima.
(2) Arsip dokumen yang telah dicatat disimpan sesuai dengan nomor berkas
secara berurutan oleh Bendahara Penerima.

Bagian Kedua
Penyetoran

Pasal 24
(1) Bendahara Penerima Penyetorkan Retribusi Pelayanan Pasar ke Kas Daerah
paling lambat 1 x 24 jam.
(2) Penyetoran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan SSRD.
(3) Format SSRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini

BAB VII
TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN
RETRIBUSI

Pasal 25
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan
Retribusi Pelayanan Pasar kecuali Retribusi Biaya Masuk.
(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi Pelayanan Pasar
dapat diberikan kepada pedagang yang memiliki rekam jejak patuh
terhadap kewajiban Retribusi Pelayanan Pasar.
(3) Pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan
Wajib Retribusi.
(4) Kemampuan Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) apabila:
a. Kejadian bencana alam dan/atau non alam yang mengganggu
keberlangsungan usaha perdagang diberikan pengurangan atau
keringanan.
b. pedagang yang terganggu aktifitasnya dikarenakan menderita penyakit
lebih dari 7 hari berturut-turut diberikan pengurangan atau keringanan;
c. pedagang penyandang disabilitas diberikan pengurangan atau
keringanan; atau
d. pedagang yang masuk dalam kategori keluarga miskin diberikan
pembebasan.
(7) Prosentase pemberian pengurangan dan jangka waktu pemberian
keringanan Retribusi Pelayanan Pasar ditetapkan oleh Bupati didasarkan
pada analisa Dinas dan Inspektorat.

Pasal 26
(1) Tata cara permohonan pengurangan, keringanan, dan pembebasan
Retribusi Pelayanan Pasar diatur sebagai berikut:
a. pemohon atau kuasanya mengajukan permohonan pengurangan,
keringanan, dan pembebasan Retribusi secara tertulis kepada Bupati
melalui Kepala Dinas dengan disertai alasan dan dokumen pendukung;
b. dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi:
1. surat keterangan dokter bagi pedagang yang menderita penyakit lebih
dari 7 (tujuh) hari berturut-turut;
2. surat keterangan tidak mampu dari Dinas Sosial, bagi pedagang yang
masuk kategori keluarga miskin;
3. melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu
Keluarga (KK);
4. melampirkan pas foto 3 x 4 sebanyak 3 (tiga) lembar;
5. meterai Rp. 10.000,- sebanyak 2 lembar;
6. bukti lunas pembayaran retribusi sebelumnya; dan
7. surat keterangan lain yang diperlukan dari pihak berwenang.
(2) Berdasarkan permohonan dan dokumen sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala Dinas melakukan penelitian dokumen dan penelitian
lapangan.
(3) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima,
Kepala Dinas mengusulkan pemberian pengurangan, keringanan dan
pembebasan Retribusi kepada Bupati.
(4) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
diterima, Kepala Dinas mengusulkan penolakan pemberian pengurangan,
keringanan dan pembebasan Retribusi.
(5) Pemberian atau penolakan pengurangan, keringanan, dan pembebasan
Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
melalui Surat Keputusan Bupati.
(6) Format permohonan pengurangan, keringanan, dan pembebasan Retribusi
Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tercantum
dalam lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

BAB VIII
TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI

Pasal 27
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi Pelayanan Pasar, Wajib Retribusi
dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati memerintahkan Kepala Dinas untuk mengkaji permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Kepala Dinas dengan berkoordinasi dengan Kepala BPKAD melakukan
kajian atas permohonan Wajib Retribusi.
(4) Kepala Dinas menyampaikan kajian permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kepada Bupati.

Pasal 28
Wajib Retribusi Pelayanan Pasar yang mempunyai utang Retribusi lainnya,
kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi
tersebut.

Pasal 29
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi Pelayanan
Pasar harus memberikan keputusan.
(2) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah dilampaui
dan Bupati tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian
pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

Pasal 30
(1) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi Pelayanan Pasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dilakukan dalam jangka
waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(2) Pengembalian kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberitahukan kepada Wajib Retribusi.
(3) Dalam hal pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi Pelayanan Pasar
dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupati wajib memberikan imbalan
bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan atas keterlambatan
pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi.
(4) SKRDLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Bupati dan
dapat didelegasikan kepada Kepala Dinas.
(5) Format SKRDLB sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam
Lampiran X yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini

BAB IX
TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG SUDAH
KEDALUWARSA
Pasal 31
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi Pelayanan Pasar menjadi
Kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat
terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak
pidana di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh jika:
a. diterbitkan surat teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi Pelayanan Pasar,
baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, Kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat
teguran tersebut.
(4) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan
oleh Kepala Dinas selaku pengelola Retribusi Pelayanan Pasar.
(5) Pengakuan utang Retribusi Pelayanan Pasar secara langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b apabila Wajib Retribusi dengan
kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi Pelayanan
Pasar dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(6) Pengakuan utang Retribusi Pelayanan Pasar secara tidak langsung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari
pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan
permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 32
(1) Piutang Retribusi Pelayanan Pasar yang tidak mungkin ditagih lagi karena
hak untuk melakukan penagihan sudah Kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Penghapusan piutang Retribusi Pelayanan Pasar yang sudah Kedaluwarsa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 33
Tata cara penghapusan Piutang Retribusi Pelayanan Pasar yang sudah
Kedaluwarsa dilakukan sebagai berikut:
a. Kepala Dinas berkoordinasi dengan Kepala BPKAD menyusun daftar
nominatif piutang Retribusi Pelayanan Pasar yang sudah Kedaluwarsa;
b. Kepala Dinas mengajukan permohonan penghapusan piutang Retribusi
kepada Bupati dengan tembusan kepada Kepala BPKAD; dan
c. permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf b disertai daftar
nominatif, alasan, dan keterangan waktu penagihan.

BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 34
(1) Wajib Retribusi yang tidak melakukan pembayaran Retribusi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) selama 3 (tiga) bulan berturut-turut
dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa:
a. surat peringatan kesatu untuk tunggakan selama 1 bulan;
b. surat peringatan kedua untuk tunggakan selama 2 bulan; dan
c. pemutusan kontrak sewa untuk tunggakan selama 3 bulan.

Pasal 35
(1) Wajib Retribusi yang tidak melakukan pembayaran Retribusi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 17 sebanyak 4 (empat) kali
berturut-turut dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan.
(2) Wajib Retribusi yang tidak melakukan pembayaran Retribusi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 17 sebanyak 8 (empat) kali
berturut-turut dikenai sanksi administratif berupa pemutusan kontrak
sewa.
Pasal 36
(1) Pembayaran Retribusi Pelayanan Pasar yang dilakukan setelah lewat waktu
yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan
dari jumlah Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Retribusi Pelayanan Pasar yang dilakukan setelah lewat waktu yang
ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditagih dengan
menggunakan STRD.

Pasal 37
Dikecualikan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34,
Pasal 35, dan Pasal 36 bagi pedagang yang memperoleh pemberian
pengurangan, keringangan dan pembebasan Retribusi Pelayanan Pasar.

Pasal 38
(1) Hak sewa dapat dicabut apabila penyewa:
a. menutup Ruko/Toko/Kios/Los/Lapak selama 3 (tiga) bulan tanpa
alasan;
b. memindahkan hak sewa baik sebagian maupun keseluruhan kepada
pihak lain tanpa persetujuan Kepala Dinas;
c. tidak dapat melaksanakan kewajiban dalam isi surat perjanjian sewa-
menyewa; atau
d. melakukan perubahan/ penambahan bentuk dan/atau fungsi bangunan
serta penggabungan petak yang telah ada.
(2) Pecabutan hak sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Dinas.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 39
(1) Pembayaran retribusi oleh penyewa/pedagang dapat dilakukan secara non
tunai setelah Peraturan Bupati tentang tata Cara Pemungutan Retribusi
Pasar dengan sistem elektronik/ non tunai/ e-money ditetapkan.
(2) Penyewa/ pedagang yang telah menggunakan atau menempati bangunan
permanen atau semi permanen sebelum Peraturan Bupati ini ditetapkan
wajib menjalankan ketentuan dalam Peraturan Bupati ini.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 40
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara.

Ditetapkan di Tenggarong
pada tanggal ...................................
BUPATI KUTAI KARTANEGARA,

EDI DAMANSYAH

Diundangkan di Tenggarong
pada tanggal …...................................
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA,

SUNGGONO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN … NOMOR


Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM


SETDA KUTAI KARTANEGARA,

Anda mungkin juga menyukai