Anda di halaman 1dari 43

UNSUR KEBAHASAAN

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang
diampu oleh : Nurhaidah, M.Pd

Oleh : Kelompok 2
Anis Nabilla H1031211028
Danuh Rifda Mutiara Shanas H1031211094
Dela Tri Hafila H1031211034
Dorina Co Murni H1031211080
Fitri Khairunnisa H1031211038
Hirawati H1031211010
Marchella Levira Stefhanie H1031211008
Risca Meriani H1031211070

PRODI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt.


yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Bahasa Indonesia dengan judul Unsur Kebahasaan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia ini yang telah memberikan tugas
kelompok ini. Makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan kami. Kami mohon maaf apabila terjadi
kesalahan dalam penulisan makalah. Oleh karena itu, kami mengharapkan krtik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Pontianak, 30 Agustus 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB 1..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAAN..................................................................................................................3
2.1 Pengertian Unsur Kebahasaan.................................................................................3
2.3 Pengertian fonem dan jenis-jenisnya.......................................................................6
2.4 Definisi dari morfem, serta klasifikasinya.................................................................8
2.5 Pengertian, fungsi, dan jenis-jenis kata....................................................................9
2.6 Definisi frasa menurut para ahli, serta sebutkan jenis-jenis dan klasifikasi............13
2.7 Pengertian klausa menurut para ahli, serta ciri-ciri dan klasifikasinya...................16
2.8 Pengertian, ciri-ciri, unsur, dan jenis-jenis kalimat beserta contoh........................24
2.9 Menjelaskan definisi dan klasifikasi paragraph......................................................34
2.10 Pengertian, ciri ciri, serta jenis jenis wacana, dan contohnya..............................34
BAB III...............................................................................................................................36
PENUTUP..........................................................................................................................36
3.1 kesimpulan.............................................................................................................36
3.2 Saran......................................................................................................................36
Sholihah,Aniyatus, Prayoga Prasetyo, dan Regina Putri Anggraini. (2019).
Pengertian Fonem, Morfem, Kata, Frasa, Dan Klausa. Makalah.
https://agustianperbankansyariah.blogspot.com/2019/10/pengertian-fonem-morfem-
kata-frasa-dan.html (diakses tanggal 31 agustus 2021)............................................38

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbahasa adalah kemampuan yang diperlukan dalam proses interaktif
komunikatif, dengan tujuan penyampaian ide, gagasan, maksud, dan sebagainya,
yang menekankan pada aspek aspek dan unsur-unsur bahasa. Bahasa tumbuh dan
dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian
kemampuan untuk memahami setiap aspek-aspek bahasa merupakan suatu
keterampilan yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Berbicara dan
Menulis merupakan salah satu keterampilaan berbahasa, berbicara adalah suatu
keterampilan berbahasa lisan yang sering dilakukan dalam proses berinteraksi.
Sebagai sarana komunikasi, berbicara dilakukan dengan berbagai macam tujuan,
yaitu tujuan sosial, ekspresif, ritual, dan instrumental, Berbicara adalah
keterampilan berbahasa yang produktif, yang digunakan untuk keberlangsungan
hidup sebagai makhluk sosial.
Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan perlu
melalui latihan serta praktek secara terus menerus sehingga menghasilakan tulisan
yang baik dan sesuai dengan unsur-unsur bahasa. Keterampilan menulis
merupakan suatu kegiatan berbahasa yang dipergunakan dalam proses
berkomunikasi, menyampaikan gagasan, maksud, dan lain-lain secara tidak
langsung atau tidak bertatap muka terhadap orang lain.
Di tengah wabah Covid-19 ini, kita dapat memanfaatkan waktu dengan
membuat karya tulis. Karya tulis tentang apapun, namun dengan bahasa yang
menarik serta kata yang mudah dipahami akan diminati oleh orang lain. Banyak
karya tulis sekarang yang dibuat sembarangan tanpa memperhatikan penulisan
salah atau benar. Hal yang dapat dilakukan adalah memahami cara penulisan yang
baik dan benar dengan memperhatikan unsur-unsur kebahasaan.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu Unsur kebahasaan?
2. Apa saja jenis-jenis unsur kebahasaan dan unsur unsur bahasa?
3. Jelaskan pengertian fonem dan jenis-jenisnya!
4. Apa definisi dari morfem, serta jelaskan klasifikasinya!
5. Apa pengertian, fungsi, dan jenis-jenis kata?
6. Apa definisi frasa menurut para ahli, serta sebutkan jenis-jenis dan
klasifikasinya!
7. Apa pengertian klausa menurut para ahli, serta sebutkan ciri-ciri dan
klasifikasinya!
8. Apa pengertian, ciri-ciri, unsur, dan jenis-jenis kalimat beserta contohnya?
9. Jelaskan definisi dan klasifikasi paragraf!
10. Apa pengertian, ciri-ciri, serta jenis-jenis wacana dan berikan contohnya!

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memahami apa saja unsur unsur kebahasaan.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis unsur kebahasaan dan unsur-unsur
bahasa.
3. Untuk mengetahui apa itu fonem dan jenis-jenisnya.
4. Untuk mengetahui definisi dari morfen, dan jenis-jenisnya.
5. Untuk mengetahui apa fungsi dan jenis-jenis Kata.
6. Untuk mengetahui pengertian, ciri-ciri, dan jenis-jenis frasa.
7. Untuk mengetahui pengertian klausa menurut para ahli, serta mengetahui ciri-
ciri, unsur, dan jenis-jenisnya.
8. Untuk mengetahui apa definisi kalimat, ciri-ciri dan jenis-jenisnya.
9. Untuk memahami definisi paragraf dan jenis-jenisnya.
10. Untuk mengetahui apa itu wacana.

2
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Unsur Kebahasaan


Unsur kebahasaan merupakan suatu unsur yang menjelaskan sebuah kata
atau penggunaan yang benar. Unsur kebahasaan juga diartikan sebagai unsur-
unsur yang membangun bahasa atau kalimat. Unsur kebahasaan menjelaskan
tentang penggunaan kata dan arti kata. Unsur kebahasaan sendiri sering ditemukan
dalam berbagai teks atau karangan.
Unsur kebahasaan ini bisa membuat sebuah kalimat menjadi lebih jelas
untuk dibaca, dan mudah untuk diartikan dan dapat membantu kita menulis
sebuah teks yang baik dan benar serta sesuai dalam KBBI dan PUEBI. Biasanya
unsur-unsur kebahasaan terdapat beberapa perbedaan dalam penjelasan kalimat di
berbagai teks.

2.2 Jenis Unsur Kebahasaan

1. Rujukan Kata
Rujukan kata digunakan untuk mengganti kata atau kata lain yang
menunjukkan orang, kepunyaan atau penunjuk. Unsur rujukan kata ini ada
beberapa jenis yaitu rujukan kata untuk benda atau suatu hal, rujukan
tempat, dan rujukan orang.
Jenis rujukan kata untuk kata benda atau suatu hal, bisa diganti dengan
menggunakan kata ganti ini atau itu. Contohnya,"Sotong pangkong adalah
cumi kering yang dibakar dan dipipihkan menggunakan palu. Makanan ini
disajikan dengan sambal agar terasa nikmat."
Kemudian jenis rujukan kata tempat, merupakan kata yang menunjukkan
sebuah tempat. Kata tempat tersebut bisa diganti kata tempat dengan kata
disitu, disana atau disini. Sebagai contoh, "mereka menjual banyak alat

3
perlengkapan tulis yang lucu disana." Kata "disana" yang dimaksud adalah
tempat.
Jenis kata rujukan yang terakhir yaitu rujukan kata pengganti nama atau
kata orang, yang diganti dengan kata dia, ia, mereka atau beliau. Sebagai
contohnya,"Beliau sedang membaca buku."
2. Frasa
Frasa merupakan penggabungan dua kata atau lebih, yang menjadi
sebuah kalimat yang bisa dibaca. Frasa memiliki sifat yang non-predikatif
dan memiliki satu makna gramatikal. Frasa terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu frasa nominal yang menggantikan kata benda, frasa verbal
yang menggantikan kata kerja dalam kalimat, frasa adjektiva yang
menggantikan kata sifat, dan frasa proposional yang menggunakan kata
depan. Contohnya "Tiga orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku
di perpustakaan." Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa, yaitu tiga orang
mahasiswa, sedang membaca, dan di perpustakaan.
3. Konjungsi
Konjungsi merupakan kata yang digunakan untuk menghubungkan
kedua kata atau lebih. Konjungsi juga bisa digunakan untuk
menghubungkan kedua kalimat. Konjungsi ini terbagi menjadi dua jenis
yaitu konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat.
Konjungsi intrakalimat merupakan kata penghubung antara kata dengan
kata, frasa dengan frasa dan klausa dengan klausa. Konjungsi intrakalimat
ini terdiri dari konjungsi koodinatif yang merupakan penggabung dua
klausa atau lebih tetapi memiliki sintaksis yang sama, dan konjungsi
subordinatif yang merupakan penggabungan dua kata atau lebih yang tidak
memiliki sintaksis yang sama.
Konjungsi antarkalimat merupakan sebuah kata hubung untuk
menghubungkan kalimat lainnya. Konjungsi antar kalimat ini digunakan
untuk kalimat pertentangan, kelanjutan waktu, konsekuensi, pra-waktu,
keadaan, kebalikan, menguatkan dan kesediaan.
Contohnya " Ayah pulang ketika adik sedang sekolah."
4. Imbuhan

4
Kata imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata dasar,
baik di awal, di akhir, di tengah atau gabungan di antara ketiganya untuk
membentuk kata baru, sehingga berhubungan dengan kata pertama. Dapat
juga diartikan sebagai bentuk linguistik di dalam suatu kata merupakan
unsur langsung, yang bukan kata maupun pokok kata. Imbuhan mengubah
leksem menjadi kata yang mempunyai arti lengkap, seperti memiliki
subjek, predikat dan objek. Proses pemberian imbuhan itulah yang disebut
afiksasi. Contohnya pada kata "Menyapu" berasal dari kata sapu dan diberi
imbuhan me- di awal, yang bermakna sedang melakukan aktivitas
menggunakan benda.
5. Kata baku
Kata baku adalah kata yang terdapat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
atau KBBI, yang memiliki arti yang jelas. Sedangkan kata tidak baku
adalah kata sederhana yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
Kata baku menjadi hal yang wajib diterapkan ketika membuat pesan
tertulis maupun elektronik yang bersifat resmi, atau dikirimkan kepada
orang serta instansi tertentu. Menggunakan kata baku juga dapat
melestarikan penggunaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta
dapat mempersatukan bangsa dengan satu bahasa.
6. Makna leksikal
Arti Leksikal adalah arti dari kata yang sesuai dengan apa yang dijumpai
didalam kamus. Makna leksikal bermakna berhubungan dengan kata,
leksem atau kosa kata. Makna leksikal ini terdiri dari nomina atau kata
benda untuk menyebut benda nyata atau abstrak, adjektiva atau kata sifat
untuk menyebutkan sifat atau keadaan, dan adverbia atau kata keterangan
untuk memberikan keterangan tempat, waktu, suasana dan lain sebagainya.
Contohnya, "hewan tersebut mempunyai ekor yang panjang."
7. Kalimat tunggal dan kalimat majemuk
Kalimat tunggal merupakan sebuah kalimat, yang memiliki satu unsur
subjek dan predikat, tetapi juga diikuti objek dan keterangan. Kalimat
tunggal terdiri dari verbal yang predikatnya berupa kata kerja, dan juga
adjektiva yang predikatnya berupa kata sifat.

5
Sedangkan kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua
klausa atau lebih, yang kemudian digabungkan dalam satu kalimat dengan
kalimat penghubung. Kalimat majemuk terdiri dari kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk bertingkat.

2.3 Pengertian fonem dan jenis-jenisnya


Fonem adalah suatu bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Yang
membedakan arti kata jahat dan jahit adalah bunyi /a/ yang dilambangkan
dengan huruf a dan bunyi /i/ yang dilambangkan denagan huruf i. Bunyi a disebut
fonem /a/ dan fonem /i/. Fonem /a/ dan /i/ merupakan contoh satuan bunyi terkecil
karena tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan bunyi lebih kecil yang dapat
membedakan makna.
Fonem dan huruf merupakan dua hal yang berbeda. Fonem adalah bunyi
dari huruf (untuk didengar), sedangkan huruf adalah lambang dari fonem (untuk
dilihat). Huruf abjad bahasa indonesia ada 26 fonem (bunyi huruf). Akan tetapi,
jumlah fonem bahasa indonesia ternyata lebih banyak dari huruf karena beberapa
huruf mempunyai lebih dari satu fonem.
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan, adalah dapat
atau tidak bunyi itu membedakan makna. Fonem-fonem diucapkan secara
berangkai dan berkelompok di dalam pemakaian bahasa. Artinya, setiap fonem
diucapkan secara terpisah-pisah. Kelompok fonem yang merupakan unsur sebuah
kata dasar atau morferm bahasa Indonesia disebut “suku”. Dengan kata lain,
struktur suku ditentukan oleh hubungan sintagmatis di antara fonem-fonem.

Pengertian Fonem Suprasegmental


Fonem suprasegmental yang juga disebut fonem suprapenggalan ialah ciri
atau sifat bunyi yang menindihi atau menumpangi suatu fonem. Maksudnya, ciri
suprasegmental hadir bersama-sama fonem penggalan dengan cara menumpangi
bunyi segmental. Fonem suprasegmental ini bukannya bunyi segmental atau bunyi
penggalan, tetapi ciri yang hadir bersama dengan cara menindihi atau

6
menumpangi bunyi penggalan. Fonem suprasegmental tersebut terdiri dari
tekanan, jeda, tona, dan intonasi.

Perubahan Fonem
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam perubahan fonem, yaitu:
a) Perubahan fonem /N/
1. Fonem /N/ pada morfem meN- dan morfem peN- berubah menjadi fonem /m/
kalau dasar kata yang mengikutinya berawal dengan /b,f,p/. Misalnya :
meN- + pilih = memilih
meN- + foto = memfoto
peN- + bela = pembela

2. Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi fonem /n/ kalau dasar
kata yang mengikutinya berawal dengan fonem /d,s,t/. Perlu kita catat di sini
bahwa fonem /s/ hanya khusus bagi sejumlah dasar kata yang berasal dari bahasa
asing. Apabila kita mencoba berbicara bahasa atau dialeg asing, kemungkinan kita
akan menggganti fonem-fonemnya dengan fonem-fonem yang paling mirip dalam
bahasa atau dialeg kita sendiri. Misalnya :
meN- + daki = mendaki
meN- + tahan = menahan
meN- + survei = mensurvei

3. Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /n/ apabila kata dasar
yang mengikutinya berawal dengan /c,j,s/. Misalnya :
meN- + cabut = mencabut
peN- + jaga = penjaga
peN- + seret = penyeret

4. Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /ng/ apabila dasar kata
yang mengikutinya berfonem /g,h,k,x/, dan vokal. Misalnya :
meN- + ganti = mengganti
peN- + halang = penghalang

7
meN- + kecoh = mengecoh

b) Perubahan Fonem /r/


Fonem /r/ pada morfem {ber} dan morfem {per} berubah menjadi fonem /l/
sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan kata dasar yang berupa morfem
{ajar}. Contoh
ber- + ajar = belajar
per- + ajar = pelajar

2.4 Definisi dari morfem, serta klasifikasinya

Pengertian Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan
atau mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya me-, –an, me-,
-kan) dan klitika/partikel (misalnya -lah, -kah). Untuk membuktikan morfem
sebagai pembeda makna dapat dilakukan dengan menggabungkan morfem dengan
kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan menghasilkan makna baru,
unsur yang digabungkan dengan dasar itu adalah morfem.

Morfem Menurut Bentuk Dan Maknanya


a. Morfem Bebas, yaitu morfem yang dapat terdiri dari segi makna tanpa harus
dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai
morfem bebas. Contoh: makan, tidur, main.
b. Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri dari satu makna.
Maknanya baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua
imbuhan awalan, sisipan, akhiran, kombinasi awalan dan akhiran, partikel –ku,
-lah, -kah dan bentuk- bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri termasuk
morfem terikat.
Contoh : - berperang = morfem terikat ber-
- memakai = morfem terikat me-

Enam Prinsip Yang Saling Melengkapi Untuk Memudahkan Pengenalan Morfem

8
● Prinsip 1 :Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti
leksikal atau arti gramatik yang sama merupakan suatu morfem.
● Prinsip 2 :Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda
merupakan suatu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti
leksikal atau arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu dapat dijelaskan
secara fonologik.
● Prinsip 3 :Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda
sekalipun perbedaannya tidak dapat tidak dapat dijelaskan secara
fonologik, masih dapat dianggap sebagai suatu morfem apabila
mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, dan mempunyai
distribusi yang komplementer.
● Prinsip 4 :Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berpararel dengan
suatu kekosongan, maka kekosongan itu adalah morfem, ialah yang
disebut morfem zero.
● Prinsip 5 :Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama
mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang
berbeda.
● Prinsip 6 :Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.

2.5 Pengertian, fungsi, dan jenis-jenis kata

Berdasarkan bahasanya, “Kata” adalah dari bahasa sanskerta “Katha” yang


mempunyai arti konversasi, bahasa, cerita, atau dongeng. Kata yaitu unit bahasa
yang berisikan arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Dan juga, kata bisa
diartikan sebagai elemen terkecil dalam bahasa yang bisa diucapkan atau
dituliskan dan merupakan suatu realisasi dari kesatuan perasaan atau pikiran yang
dipakai dalam berbahasa. Kumpulan atau penggabungan kata akan menjadi frasa,
klausa dan kalimat.

Fungsi Kata
Kata mempunyai fungsi menjadi penyusun kalimat. Masing-masing kata
mempunyai arti yang berbeda, arti kata dapat berubah sesuai dengan

9
pemakaiannya pada kalimat. Membuat kalimat yang efektif dibutuhkan beberapa
jenis kata sebagai penyusunnya.

Jenis Kata
Berdasarkan jenisnya, kata dibagi menjadi tujuh, yaitu kata benda, kata bilangan,
kata ganti, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata tugas.
1. Kata Benda atau Nomina
Nomina merupakan nama-nama dari semua benda dan segala hal yang
dibendakan. Ciri utama dari nomina dilihat dari keterangan yang mengikutinya.
• Tidak dapat didahului oleh keterangan bernegasi tidak. Contohnya anjing, kursi,
dan matahari termasuk kata benda karena tidak dapat didahului oleh keterangan
negasi “tidak”.
• Tidak dapat didahului keterangan wajib. Contoh wajib anjing, wajib kursi, dan
sebagainya. Contoh tersebut tidak sesuai dengan tata bahasa Indonesia.
• Dapat didahului oleh keterangan jumlah. Contohnya seekor kucing, lima kursi,
sepuluh meja, sebatang pensil, dan sebagainya.

2. Kata Bilangan atau Numeralia


Numeralia merupakan unsur yang memiliki tugas untuk menjelaskan
jumlah objek atau jumlah benda atau urutan benda. Contohnya, satu, dua,
pertama, berdua, seribu, beberapa, dan banyak.
3. Kata Ganti atau Pronomina
Pronomina merupakan unsur yang berfungsi untuk menggantikan objek
atau nomina atau yang dibendakan. Contoh dari pronomina adalah ini, itu,
mereka, ia, sesuatu, seluruh, masing-masing, dan lain-lain.
Secara umum, pronomina dibagi menjadi empat.
• Kata ganti diri umumnya menggantikan nomina nama orang atau yang
diorangkan. Pronomina ini dapat dibedakan atas beberapa sudut pandang yaitu
orang pertama tunggal (saya dan aku), orang pertama jamak (kami dan kita),
orang kedua tunggal (kamu dan engkau), orang kedua jamak (kamu sekalian dan
kalian), dan orang ketiga tunggal (dia, -nya, dan ia).

10
• Kata ganti petunjuk atau pronomina demokrati merupakan ini dan itu yang
berfungsi untuk menggantikan nomina dan dapat berfungsi sebagai penunjuk.
Umumnya, pronomina demokratif digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dekat
dari pembicara atau yang jauh dari pembicara. Contohnya “itu adalah motor
saya”, “ini adalah meja belajar saya”
• Kata ganti tanya atau pronomina introgatifa umumnya digunakan untuk
menanyakan suatu nomina. Unsur dari pronomina introgatifa adalah 5W+1H.
• Kata ganti tidak tentu adalah kata yang digunakan sebagai pengganti nomina
tidak tentu. Contoh yang termasuk pronomina ini adalah salah seorang, seseorang,
siapa saja, sewaktu-waktu, dan setiap orang.

4. Kata Kerja atau Verba


Verba merupakan seluruh hal yang dapat menyatakan aktivitas atau perilaku.
Contoh dari verba adalah makan, membeli, mandi, minum, berlari, dan lain-
lain.bVerba tersebut dapat diperjelas lagi dengan memperluasnya menjadi
kelompok kata “dengan + adjektiva”.
Contohnya, “membaca dengan teliti”, “berlari dengan gesit”, dan “mandi dengan
bersih”.
Ciri-ciri utama verba dapat dilihat dari keterangan yang mengikutinya.

5. Kata Sifat atau Adjektiva


Adjektiva adalah unsur yang menggambarkan sifat seseorang atau keadaan sebuah
benda atau sesuatu. Contohnya baru, kecil, besar, baik, tinggi, rendah, buruk, dan
sebagainya. Adjektiva dapat dilihat dari ciri utamanya sebagai berikut.
• Tidak dapat diikuti oleh keterangan frekuensi jarang, sering, dan terkadang.
Contohnya sering besar, jarang kecil, kadang-kadang tinggi, dan sebagainya.
• Tidak dapat diikuti oleh keterangan yang menyatakan jumlah. Contoh sedikit
buruk, sebuah besar, beberapa baru, dan sebagainya.
• Diikuti oleh keterangan yang menyatakan derajat. Contohnya agak besar, lebih
baru, cukup baik, dan sebagainya.
• Dapat diikuti oleh keterangan kepastian seperti pasti, tentu, barangkali, dan
mungkin. Contohnya tentu bagus, pasti tinggi, tentu baik,dll.

11
6. Kata Keterangan atau Adverbia
Adverbia adalah suatu hal yang memberikan keterangan tambahan tentang
verba, numeralia, adjektiva, atau bahkan seluruh kalimat. Fungsi dari adverbia
adalah menjelaskan lebih lanjut tentang jenis-jenis morfem yang berdampingan
dengannya. Kelas adverbia memiliki beberapa komponen makna, sebagai berikut.
• Menunjukkan frekuensi, yaitu jarang, sering, terkadang, biasanya, sesekali,
selalu, dan acap kali. Makna ini biasanya digunakan untuk verba.
• Menunjukkan jumlah atau kuantitas, yaitu banyak, cukup, sedikit, semua,
seluruh, beberapa, dan sebagian. Makna ini pada umumnya mendampingi nomina,
tapi tidak jarang kita temukan juga mendampingi verba.
• Menyatakan negasi, yaitu bukan, tidak, tiada, dan tanpa. Makna tidak dapat
menegasikan kelas adjektiva dan verba. Sementara itu, makna bukan dapat
menegasikan kelas verba dan nomina.
• Menunjukkan kualitas ataupun derajat, yaitu cukup, agak, kurang, lebih, sangat,
sedikit, paling, dan sekali. Secara umum, adverbia ini dapat digunakan untuk
mendampingi adjektiva.
• Menyatakan waktu atau skala, yaitu belum, sudah, sedang, lagi, akan, hendak,
tengah, dan mau. Adverbia ini dapat digunakan untuk mendampingi verba yang
menyatakan sebuah tindakan.
• Menunjukkan keselesaian akan sesuatu, yaitu sudah, belum, sedang, dan baru.
Adverbia ini umumnya mendampingi verba dan adjektiva sebagai penjelasnya.
• Menyatakan batasan, yaitu hanya dan saja. Secara umum,makna ini hanya dapat
digunakan untuk kelas verba, nomina, dan numeralia.
• Menunjukkan keharusan, yaitu boleh, harus, wajib, dan mesti. Makna adverbia
ini hanya dapat berdampingan dengan kelas verba.
• Menyatakan kepastian, yaitu tentu, pasti, mungkin, dan barangkali. Makna ini
juga hanya dapat mendampingi kelas verba.

7. Kata Tugas
Jenis ini meliputi berbagai macam unsur yang tidak termasuk jenis-jenis di atas.
Berdasarkan bentuknya sulit untuk dilakukan perubahan bentuk dan bahkan tidak
dapat mengalami perubahan bentuk. Macam-macamnya adalah kata sambung,

12
sandang, depan, dan seru. Fungsi dari jenis ini adalah untuk memperluas dan
mentransformasi sebuah kalimat.

2.6 Definisi frasa menurut para ahli, serta sebutkan jenis-jenis dan klasifikasi

Berikut pengertian dan definisi frasa menurut pendapat para ahli dan pakar.

1. Menurut Redford (1999)

Pengertian frasa menurut Redford merupakan rangkaian dua kata atau lebih yang
bukan merupakan klausa, karena tidak berisi subjek dan atau predikat.

2. Menurut Trask (1999)

Arti frasa menurut Trask adalah unit gramatikal yang lebih kecil dibandingkan
klausa, terdiri dari dua kata atau lebih, tapi tidak terkadung unsur-unsur yang ada
pada klausa.

3. Menurut Ramlan

Pengertian frasa menurut Ramlan adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua
kata ataupun lebih yang tidak melampui dari suatu batas fungsi yang terdapat
dalam unsur klausa.

4. Menurut Putrayasa

Arti frasa menurut Putrayasa adalah kelompok kata yang memiliki kedudukan
sebagai sautu fungsi dalam kalimat yang tidak semua dari frase itu terdiri dari
kelompok kata.

5. Menurut Lyons

Menurut pendapat Lyons, definisi frasa merupakan satu kelompok kata yang
secara gramatikal sepadan dengan satu kata dan tidak memiliki subjek dan
predikat sendiri.

13
6. Menurut Kridalaksana

Arti frasa menurut pendapat Kridalaksana merupakan gabungan dua kata atau
lebih yang memiliki sifat tidak predikatif, gabungan itu dapat rapat, dapat
renggang.

7. Menurut Tarmini

Pengertian frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua konstituen atau
lebih yang mampu mengisi fungsi sintaksis tertentu yang terdapat dalam kalimat
akan tetapi tidak melampui dari batas-batas fungsi klausa atau yang dapat
dikatakan sebagai frasa itu nonpredikatif.

8. Menurut Richard

Menurut Richard, sebuah frasa tidak berisi kata kerja pasti dan tidak memiliki
struktur subjek predikatif.

Singkatnya secara umum frasa adalah gabungan dari dua kata atau lebih
namun tidak dapat membentuk kalimat sempurna karena tidak memiliki predikat.

Jenis-Jenis Frasa
Terdapat beberapa jenis-jenis frasa dilihat dari berbagai sudut. Berikut merupakan
macam-macam frasa dan penjelasannya.

 Berdasarkan Fungsi Unsur Pembentuknya


1. Frasa eksosentrik, yakni jenis frasa yang salah satu unsurnya itu
merupakan kata tugas. Contohnya adalah kepada ayah, untuk kakak, dan
sebagainya.
2. Frasa endosentris, yakni jenis frasa yang salah satu unsur atau keduanya
adalah merupakan unsur inti atau pusat. Contohnya adalah kuda hitam,
anak sapi, dan sebagainya.

14
 Berdasarkan Jenisnya
1. Frasa verbal, yakni jenis frasa yang mempunyai inti kata kerja dalam unsur
pembentukannya. Contohnya adalah sedang tidur, akan muncul, dan
sebagainya.
2. Frasa nominal, yakni jenis frasa yang mempunyai inti kata benda dalam
unsur pembentukannya. Contohnya adalah rumah kaca, buku tulis, dan
sebagainya.
3. Frasa ajektiva, yakni jenis frasa yang mempunyai inti berupa kata sifat
dalam unsur pembentukannya. Contohnya adalah sangat baik, berat sekali,
dan sebagainya.
4. Frasa preposisional, yakni jenis frasa yang menggunakan sebuah kata
depan didalam unsur pembentukannya. Contohnya adalah di rumah, ke
pasar, dan sebagainya.

 Berdasarkan Kesatuan
1. Frasa biasa, yakni jenis frasa yang memiliki makna sebenarnya.
Contohnya adalah sayur bayam, hadiah ulang tahun, dan sebagainya
2. Frasa idiomatik, yakni jenis frasa yang memiliki makna baru atau makna
bukan sebenarnya. Contohnya adalah kambing hitam, silat lidah, dan
sebagainya.
3. Frasa ambigu, yakni jenis frasa yang memiliki dua makna atau makna
ganda. Contohnya adalah tangan panjang, meja hijau, dan sebagainya.

 Berdasarkan Kedudukannya
1. Frasa setara, yakni jenis frasa yang memiliki hubungan antar unsur yang
setara. Contohnya adalah suami istri, maju mundur, dan sebagainya.
2. Frasa bertingkat, yakni jenis frasa yang kedudukan antar unsurnya tidak
setara atau bertingkat. Contohnya adalah tanah air, uang tunai, dan
sebagainya.

15
2.7 Pengertian klausa menurut para ahli, serta ciri-ciri dan klasifikasinya
Pengertian Klausa
Dalam tata bahasa pengertian dari klasa adalah sebuah kelompok kata yang terdiri
atas subjek dan juga predikat. Klausa juga dapat diartikan sebagai satuan yang ada
didalam bahasa terdiri atas beberapa kata yang mengandung subjek maupun
predikat dan memiliki potensi untuk menjadi kalimat.
Klausa dapat dikatakan hampir sama dengan kalimat dan juga berpotensi menjadi
kalimat, hanya saja perbedaan diantara keduanya antara klausa dan kalimat ialah
pada intonasi dan tanda baca yang terdapat dalam klausa. Didalam teori, unsur
atau inti dari klausa ialah ada Subjek (S) dan juga ada Predikat (P), akan tetapi
dalam pelaksanaanya, kadang unsur subjek menjadi hilang sehingga tidak tertulis,
namun tetap dapat ditemukan secara eksplisit.
Pengertian Klausa Menurut Beberapa Ahli:
Rusmaji
Menurut Rusmaji, Klausa merupakan Unsur Kalimat, Sebab Sebagian Besar
Kalimat itu Terdiri Dari Dua Unsur Klausa.
Ramlan
Sementara menurut Ramlan, klausa ini merupakan unsur inti klausa adalah S Juga
P. Namun demikian, S disini Juga sering dibuangkan, misalnya dalam kalimat
luas yakni sebagai akibat dari penggabungan klausa dan juga kalimat jawaban.
H. Alwi
Menurut H. Alwi, klausa adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau
lebih dan mengandung unsur predikasi.
Ciri – Ciri Klausa
Dibawah ini beberapa ciri yang terdapat dalam klausa diantaranya sebagai
berikut :
1. Mempunyai subjek baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
2. Ada predikat.
3. Tidak mempunyai intonasi didalamnya dan juga tidak diakhiri dengan
tanda baca.
Unsur – Unsur Klausa
Secara umum, klausa itu sendiri dapat dibedakan menjadi 2 yakni unsur inti dan
tidak inti.

16
1. Unsur inti klausa adalah subjek (S) dan predikat (P).
2. Unsur yang bukan inti klausa adalah objek (O), pelengkap (Pel),
keterangan (K).
Jenis-Jenis Klausa
Pengertian klausa dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi, struktur,
kelengkapan unsurnya, dan kata negatifnya. Di bawah akan dijelaskan lebih rinci
lagi.
Jenis Klausa Berdasarkan Strukturnya
Berdasarkan strukturnya Klausa dibagi menjadi dua jenis, yaitu klausa bebas dan
klausa terikat.
Klausa Bebas
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur yang lengkap sehingga
memiliki kemungkinan untuk menjadi kalimat utama, yaitu kalimat yang
mempunyai subjek dan predikat. Klausa jenis ini dapat berdiri sendiri dan tidak
menggunakan konjungsi.
Contoh:
● Ayah bekerja
● Kakak menyapu
● Nia menyanyi

Klausa Terikat
Klausa terikat disebut juga sebagai anak kalimat. Klausa terikat tidak memiliki
kemungkinan menjadi sebuah kalimat karena seringkali tidak memiliki subjek
maupun predikat. Klausa ini dapat ditandai dengan adanya penggunaan konjungsi
dalam kalimatnya.
Contoh:
● Ayah pulang tadi siang
● Ibu pergi ke pasar
● Tokonya berada diantara dua rumah

Jenis Klausa Berdasarkan Fungsinya

17
Sementara berdasarkan fungsinya, klausa dibagi menjadi lima macam, yakni
fungsi pengisi subjek, fungsi sebagai predikat, fungsi sebagai objek, fungsi
sebagai pelengkap, dan fungsi sebagai keterangan.
Unsur Pengisi Fungsi Subjek
Dalam bahasa Indonesia, unsur pengisi subjek biasanya adalah kata/frasa benda.
Tetapi dapat juga diisi oleh kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan. Pada klausa
ini, subjek menjadi sebuah frasa nominal. Kedudukan akan subjek mendahului
predikat.
Contoh:
1. Saya (S) belum memahami (P) penjelasan guru (O) (Subjek kata benda)
2. Pengusaha kayu lapis itu (S) telah ditangkap (P) polisi (O) (Subjek frasa benda)
Unsur Pengisi Fungsi Predikat
Fungsi predikat dapat diisi dengan kategori kata benda, kata sifat, kata kerja, dan
kata bilangan.
Contoh:
1. Rapat pengurus koperasi (S) diadakan (P) bulan depan (Ket.)
2. Anak Pak Lurah (S) hanya satu (P)
3. Calon menantuku (S) seorang penulis (P)

Unsur Pengisi Fungsi Objek


Unsur pengisi fungsi objek adalah kata/frasa benda. Jenis pengisi klausa
fungsi objek berupa frasa nominal dan melengkapi verba transitif. Terdapat 2
macam objek, yaitu objek langsung dan tidak langsung.
Objek langsung merupakan objek yang diketahui perbuatannya dengan
langsung pada predikat verbal. Sementara itu objek tidak langsung merupakan
objek sebagai penerima perbuatan di dalam predikat verbal.
Contohnya sebagai berikut:
1. Indonesia (S) mengalami (P) krisis moneter (O) beberapa tahun silam (Ket.)
2. Rendra (S) mengarang (P) puisi (O)
Unsur Pengisi Fungsi Pelengkap

18
Klausa pelengkap berwujud nomina, adjektiva, atau frasa adjektiva pada
predikat verbal, serta frasa nominal. Biasanya pelengkap ini sering di salah artikan
dengan menjadi objek.
Perhatikan contoh di bawah ini:
1. Bibi saya (P) berjualan (P) sayur (Pel.) di pasar (Ket.)
2. Anak Pak Haryono (S) bertambah (P) satu (Pel.)
3. Semua siswa kelas enam (S) sedang belajar (P) berenang (Pel.)
Unsur Pengisi Fungsi Keterangan
Unsur pengisi keterangan dapat berupa: kata keterangan, frasa depan, dan
frasa benda. Keterangan fungsinya adalah untuk memperluas serta membatasi
makna subjek ataupun predikat. Terdapat sejumlah jenis keterangan, seperti
keterangan sebab, keterangan cara, keterangan alat, keterangan tempat, keterangan
waktu, serta keterangan subjek, dan yang lain-lain.
Contohnya sebagai berikut:
1. Cepat-cepat (Ket.) penjabret itu (S) menghilang (P) dari kerumunan orang
(Ket.)
2. Kemarin (Ket.) rombongan presiden (S) tiba (P) di Baghdad (Ket.)
3. Daniel Sihite (S) menulis (P) dengan tangan kiri (Ket.)
Jenis Klausa Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya
Jenis klausa berdasarkan kelengkapan unsurnya dibagai menjadi dua macam,
yakni klausa lengkap dan tidak lengkap.
Klausa Lengkap
Klausa lengkap dapat dilihat dari kelengkapan sebuah unsur Subjek (S) dan
Predikat (P). Jika subjeknya di awal disebut Klausa Lengkap Susun biasa, jika
Subjeknya berada di belakang Predikat maka disebut Klausa Lengkap Susun Balik
(Inversi).
Contoh klausa lengkap:
1. Kami sedang bekerja (Kami = subjek, sedang bekerja = predikat)
2. Ibu memasak (Ibu = subjek, memasak = predikat)
3. Andi sekolah hari ini (Andi = subjek, sekolah = predikat, hari ini =
keterangan)
Klausa Tidak Lengkap

19
Berkebalikan dengan klausa lengkap, klausa tidak lengkap dapat diamati dengan
ketidaklengkapan unsur yang menyusunnya. Alias klausa ini hanya terdiri dari
unsur predikat tanpa subjek.
Contoh klausa tak lengkap:
1. Terpaksa berhenti dari pekerjaannya
2. Sudah pergi dari tadi siang
3. Sedang membuat kue

Jenis Klausa Berdasarkan Kata Negatifnya


Berdasarkan kata negatifnya, jenis klausa dibagi menjadi dua macam.
Klausa Negatif
Klausa negatif yaitu klausa yang punya kata negatif seperti
“tidak”,”bukan”,”jangan”, jadi predikatnya itu bersifat negatif.
Contoh:
1. Ibu belum pergi (Ibu = subjek, belum pergi = predikat)
2. Bukan saya yang melakukannya (saya = subjek, yang melakukan =
predikat)

Klausa Positif
Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif sehingga predikatnya
bersifat positif.
Contoh:
1. Saya berhasil melakukannya (saya = subjek, berhasil melakukannya =
predikat)
2. Kami sudah menjadi anggota (kami = subjek, menjadi anggota = predikat)
Jenis Klausa Berdasarkan Unsur Yang Menjadi Predikat
Berdasarkan unsur yang menjadi predikat, klausa dibagi menjadi empat macam.
Berikut selengkapnya.
Klausa Verbal
Klausa Verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori kata kerja. Jadi klausa
verbal memiliki predikat yang berupa kata kerja.
Contoh:

20
1. Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun (petani = subjek,
mengerjakan sawahnya = predikat, dengan tekun = keterangan)
2. Dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid (dengan rajin =
keterangan, bapak guru = subjek, memeriksa karangan murid = predikat)

Jenis Klausa Berdasarkan Struktur Internalnya


Berdasarkan struktur internalnya, klausa verbal dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu klausa transitif dan klausa intransitive.

Klausa Transitif
Klausa transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata
kerja yang menghendaki hadirnya objek. Klausa transitif adalah klausa yang
mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang mempunyai kapasitas
memiliki satu atau lebih objek.
Contoh:
1. Rudi mengagumi Yuli (Rudi = subjek, mengagumi Yuli = predikat)
2. Ayah membelikan adik sepatu roda (Ayah = subjek, membelikan adik
sepatu roda = predikat)

Klausa verba transtif terdiri atas beberapa jenis, dimana jenis-jenis klausa tersebut
antara lain:
Klausa Verba Transitif Aktif: merupakan klausa verba yang subjeknya aktif
sebagai pelaku, dan predikatnya dibubuhi dengan imbuhan me-, me-i, atau me-
kan.
Contoh:
1. Dia menjilati es krim itu (subjek: dia, predikat: menjilati, objek: es krim
itu)
2. Dia mengajukan surat lamaran kerja (subjek: dia, predikat: mengajukan,
objek: surat lamaran)

21
Klausa Verba Transitif Pasif: merupakan klausa verba yang subjeknya menjadi
penderita dan predikatnya diberi imbuhan di-, ter-, atau ber-an. Selain diberi
imbuhan, klausa ini juga bisa diawali dengan kata kena di awal predikatnya.
Contoh:
1. Dia ditipu orang itu (subjek: dia, predikat: ditipu, objek: orang itu)
2. Dia ditahan polisi (subjek: dia, predikat: ditahan, objek: polisi)

Klausa Verba Transitif Medial: merupakan klausa yang subjeknya berperan


sebagai pelaku sekaligus korban.
Contoh:
1. Dia merenungi nasibnya sendiri (subjek yang berperan sebagai pelaku
sekaligus korban: dia)
2. Aku menyalahkan diriku sendiri (subjek yang berperan sebagai pelaku
sekaligus korban: aku)

Klausa Verb Transitif Resiprokal atau Reflektif: merupakan klausa yang


predikatnya menerangkan adanya hubungan saling membalas antara subjek dan
predikat).
Contoh:
a) Aku bersalam-salaman dengan dia tadi pagi.
Predikat yang menyatakan hubungan saling balas antara subjek dan objek:
bersalam-salaman.
Subjek dan objek: aku, dia.
Klausa Nominal
Klausa nominal merupakan klausa dimana predikatnya termasuk kata benda
ataupun frasa nomina. Struktur utama klausa ini sendiri sama seperti klausa
lainnya yaitu terdiri atas subjek dan juga predikat.
Contoh:
1. Staf ahli bidang meteorologi (staf ahli = subjek, bidang meteorologi =
predikat).
2. Pak Wawan seorang satpam (Pak Wawan = subjek, seorang satpam =
predikat).

22
Klausa Adjektiva
Dalam jenis klausa adjectiva ini, predikat berkedudukan sebagai kata keadaan.
Penyusunan klausa adjektival secara umum terdiri dari subjek yang
berkategorikan nomina dan predikat yang berkategorikan adjektif.
Contoh:
1. Harga baju itu sangat mahal. (Harga baju itu = kata benda, sangat mahal =
kata sifat)
2. Anak itu cerdas sekali. (Anak itu = kata benda, cerdas sekali = kata sifat)

Klausa Preporsisional
Klausa preposisional adalah ketika sebuah kalimat predikatnya berupa preposisi
atau kata depan. Seperti di, ke, dari, maupun sejenisnya.
Cara penulisannya pun berbeda-beda, tergantung bagaimana konteks kalimat.
Mengingat kata depan (di, ke, dari) apabila menyatakan tempat maka harus
dipisah dengan kata di belakangnya. Sebaliknya untuk kata sambung yang berarti
kata sifat/keterangan tidak perlu disambung.
Contoh:
● Ibu di kamar (benar)
● Ibu dikamar (salah)
Contoh Klausa Preporsisional:
● David dari stadion (David = subjek, dari = predikat dan kata depan,
stadion = objek)
● Panji dari losmen (Panji = subjek, dari = predikat dan kata depan, losmen
= objek)

2.8 Pengertian, ciri-ciri, unsur, dan jenis-jenis kalimat beserta contoh


Pengertian Kalimat
Kalimat adalah kumpulan kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat.
Kalimat pun dapat terbentuk dari satu klausa maupun beberapa klausa.
Kalimat menurut Soelistyowati (2015) adalah bagian terkecil ujaran atau teks
yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.

23
Menurut Kridalaksana (2001), kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial
terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan
proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang
membentuk satuan bebas; Jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.
Kalimat menurut Arifin dan Tasai (2002) adalah satuan bahasa terkecil, dalam
wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-
kurangnya kalimat dalam ragam resmi baik lisan dan tulisan harus memiliki
subjek dan predikat.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kalimat /Ka-li-mat/ adalah:
(1) kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan;
(2) perkataan; linguistic.
(3) satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa.
Ciri-Ciri Kalimat
Kalimat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merupakan satu kesatuan bahasa yang memiliki fonem dan morfem.
Fonem adalah bunyi pada sebuah bahasa yang membedakan makna dalam
sebuah kata, sedangkan morfem adalah bentuk bahasa yang mengandung
arti pada sebuah kata.
2. Dapat berdiri sendiri meskipun tidak ditambah dengan kalimat lengkap.
3. Mempunyai pola intonasi akhir.
4. Adanya huruf kapital dan tanda baca dalam sebuah kalimat.

Unsur-Unsur Kalimat
Suatu kalimat terdiri atas beberapa unsur pembentuk kalimat. Kalimat sendiri
setidaknya terdiri atas unsur subjek dan predikat.
Berikut adalah penjabaran mengenai unsur-unsur pembentuk kalimat.
Subjek
Subjek adalah kata benda dalam sebuah kalimat yang dapat berupa nama orang,
hewan, benda, sapaan, dan lain-lain.
Contoh subjek dalam suatu kalimat ditandai dengan kata yang dicetak tebal:

24
a) Gina adalah teman kami.
b) Ayah kami sedang lomba memancing.

Subjek memiliki delapan ciri sebagai berikut.


1. Kata atau frase biasanya berkelas kata benda (nomina), contohnya pada
kalimat berikut, “Ilmu kehutanan akan tetap dibutuhkan selama manusia
hidup di bumi”.
2. Nomina tidak pernah diawali oleh kata tugas (kata depan atau kata
sambung) karena kata tugas mengubah fungsi nomina menjadi keterangan.
Kalimat berikut menunjukan bahwa kata benda yang diawali kata tugas
akan menjadi keterangan. “Tentang ilmu kehutanan membahas mengenai
kelestarian pepohonan di hutan.”
3. Ada kata petunjuk (artikel) ini atau itu. Contohnya adalah “Suara ini
dikenal sebagai suara burung yang paling terancam punah di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango.”
4. Subjek bukan kata ganti tanya.
5. Adakalanya subjek bukan sebagai kata benda (nomina), namun pada
umumnya diikuti artikel ini atau itu. Sebagai contoh pada kalimat berikut,
“Berenang (itu)”
6. Subjek dapat dicari dengan menggunakan kata tanya siapa dan apa.
7. Subjek dapat ditambahkan akhiran -nya. Sebagai contoh, “Masalahnya
ialah tersangka tidak bisa digiring ke Polres untuk dimintai keterangan.”
8. Pada struktur bahasa Indonesia, subjek pada umumnya berada pada awal
kalimat.

Predikat
Predikat adalah bagian yang menandai apa yang telah diucapkan ataupun
dituliskan oleh pihak pertama.
Contoh dalam kalimat adalah kata-kata yang dicetak tebal.
1. Merokok membahayakan kesehatan.
2. Keladi itu tumbuhan.
Ciri-ciri predikat dalam sebuah kalimat adalah sebagai berikut:
1. Pada umumnya predikat berada di sebelah kanan subjek.

25
2. Predikat menjelaskan subjek sehingga kalimat menjadi bermakna, sebagai
contoh “Sektor kehutanan berkembang secara fluktuatif.”
3. Predikat dapat berkategori kata kerja (verba), kata benda (nomina), kata
depan (preposisi), atau kata sifat (adjektiva) sehingga predikat
menyebabkan beberapa jenis kalimat tunggal.
4. Predikat mengisyaratkan perlu tidaknya kata lain di sebelah kanannya agar
kalimat menjadi lebih lengkap.
5. Pada umumnya, predikat dapat dicari dengan menggunakan kata tanya
bagaimana.
6. Predikat dapat diikuti partikel -lah, contohnya adalah sebagai berikut
“Tertawalah ia pada saat malam itu.”

Objek
Objek adalah sebuah hal atau perkara yang akan menjadi topik
pembicaraan. Fungsi objek adalah membentuk kalimat utama pada kalimat
berpredikat transitif, memperjelas makna dalam sebuah kalimat, dan membentuk
kesatuan atau kelengkapan pikiran dalam kalimat.
Ciri-ciri objek adalah:
1. Objek berada di samping kanan predikat tanpa disisipi kata, kecuali pada
kalimat pasif. Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut, “ITB
mengadakan langkah-langkah pelestarian alam di sekitar kampus.”
2. Kata atau frasa yang bisa menjadi objek berkelas kata benda, contohnya
“Tingkat pendidikan petani yang rendah menyebabkan penguasaan
teknologi”
3. Objek dapat berpindah posisi menjadi subjek bila predikatnya diubah
menjadi pasif, contohnya “Pemerintah dapat menciptakan kondisi yang
kondusif” menjadi “Kondisi yang kondusif dapat diciptakan oleh
pemerintah.”
4. Objek dapat tersurat atau tersirat. Contoh objek tersirat terdapat pada
kalimat berikut “Kecurangan dalam pemilu dilaporkan ke Mahkamah
Konstitusi”, sedangkan contoh kalimat objek tersurat adalah sebagai

26
berikut “Kecurangan dalam pemilu dilaporkan oleh Panwaslu ke
Mahkamah Konstitusi.”
5. Objek dapat diganti dengan akhiran -nya.

Pelengkap
Pelengkap adalah bagian frasa verbal yang membuatnya menjadi predikat
lengkap dalam sebuah klausa. Fungsi pelengkap adalah melengkapi kalimat
lainnya seperti subjek, predikat, objek, dll agar kalimat tersebut dapat berdiri
sendiri.
Ciri-ciri pelengkap adalah
1. Pelengkap berkategori kata atau frasa nominal, verbal, atau adjektival.
2. Pelengkap berada setelah verba semitransitif dan dwitransitif. Contoh pada
kalimat yang mengandung verba semitransitif adalah “Hal itu merupakan
masalah besar.” Contoh pada kalimat yang mengandung verba dwitransitif
adalah “Pak Wirya menugasi mahasiswa membuat desain.”
3. Pelengkap dapat didahului oleh preposisi.
4. Pelengkap tidak dapat dipasifkan (jika dapat dipasifkan tidak dapat
menjadi subjek).

Keterangan
Keterangan adalah sebuah bagian kalimat yang memiliki tujuan untuk
memperjelas kalimat. Unsur keterangan memiliki fungsi untuk menambah
informasi pada kalimat yang akan disajikan sehingga komunikasi mudah
dipahami.
Tanpa unsur kalimat keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat
ditemukan terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang
terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-lain.
Ciri-ciri unsur kalimat keterangan adalah:
1. Letaknya bisa berpindah-pindah. Misalnya “Hari ini kami akan praktik
lapangan ke hutan” menjadi “Kami akan praktik lapangan hari ini ke
hutan.”
2. Keterangan dapat dihilangkan dalam sebuah kalimat.

27
3. Biasanya, kata atau kelompok kata didahului kata depan.

Kalimat dan Klausa


Kalimat dan klausa memiliki unsur predikasi dalam arti memiliki unsur
subjek dan predikat tanpa objek, keterangan, dan pelengkap.
Contohnya pada kalimat berikut:
● Ibu memasak (Subjek + Predikat)

Tulisan di atas dapat dipandang sebagai kalimat dan dapat juga dipandang
sebagai klausa. Ini disebabkan adanya struktur internal dari subjek dan predikat,
lalu tidak dibaca hingga intonasi akhir atau tanda baca terakhir, jika dipandang
sebagai klausa, sedangkan jika Anda memandangnya sebagai kalimat, maka
struktur internal dari subjek dan predikat dapat dibaca hingga intonasi terakhir
atau tanda baca terakhir.
Konstituen Kalimat
Kalimat merupakan kumpulan kata untuk pemerian sintaksis dari kata yang
terkecil. Satuan-satuan yang membentuk suatu kontruksi disebut dengan
konstituen. Analisis struktur pada suatu kalimat pada dasarnya adalah menetapkan
pola hubungan konstituennya secara lengkap dengan cara menggunakan diagram.
Contoh konstituen kalimat, yaitu:
● “Kami membangun perkebunan kopi di samping halaman sekolah.”

Unsur Wajib dan Unsur Tak Wajib


Kalimat minimal terdiri atas unsur subjek dan predikat. Berdasarkan uraian
kalimat dibedakan atas unsur wajib dan unsur tak wajib. Unsur wajib itu terdiri
atas konstituen kalimat yang tidak dapat dihilangkan, sedangkan unsur tidak wajib
terdiri atas konstituen kalimat yang dapat dihilangkan.
Bagian Inti dan Bagian Bukan Inti
Bagian Kalimat Inti
Kalimat inti adalah kalimat dasar yang terbentuk dari, klausa inti yang lengkap
terdiri atas kata deklaratif dan afirmatif.
Pola atau struktur inti dari bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut:

28
1. FN + FV = Ibu memasak
2. FN + FV + FN = Ibu memasak telur
3. FN + FV + FN + FN = Adik menggambar tubuh kucing
4. FN + FN = Ibu Guru
5. FN + FA = Kakak Cantik
6. FN + FNum = Harganya Rp.2000,00

Bagian Kalimat Bukan Inti


Kalimat non-inti adalah gabungan kalimat inti dengan proses transformasi. Hal ini
disebabkan adanya proses pemasifan, penanyaan, pengingkaran dan lain-lain.
Contoh kalimatnya adalah:
● Mobil disetir kakak.

Bagian Inti beserta Konstituennya


Anda dapat mengambil contoh untuk dapat mengetahui bagian konstituennya.
Contohnya yaitu:
● Lukisan Kak Andi dipamerkan di acara pameran internasional.
Pada contoh kalimat 1 di atas terdiri atas dua konstruksi yaitu (1) Lukisan Kak
Andi (FN) dan (2) dipamerkan di Acara Pameran Internasional (FV).
Konstituen langsung dalam contoh kalimat 1 adalah sebagai berikut.
1. Lukisan Kak Andi dipamerkan di Acara Pameran Internasional
2. Lukisan Kak Andi dipamerkan di
3. Lukisan Kak Andi
4. Lukisan
5. dipamerkan di Acara Pameran Internasional
Maka, dalam contoh kalimat 1 terdapat lima konstituen yaitu (1) lukisan, (2) Kak
Andi, (3) dipamerkan, dan (4) Acara Pameran Internasional. Kata demonsativa
“itu” dalam contoh kalimat 1 tidak termasuk konstituen karena tidak bisa berdiri
sendiri.
Jenis-Jenis Kalimat menurut Bentuk
Berdasarkan bentuknya kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat
majemuk. Perbedaan kalimat ini terletak pada jumlah klausanya.

29
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu klausa.
Contoh kalimat tunggal adalah sebagai berikut:
1. Ayah sedang tidur.
2. Semua barang-barang berserakan di kamar tidur Ayah.
3. Semangat belajar nak!

Kalimat tunggal memiliki fungsi:


1. Kalimat kata kerja untuk memberikan kalimat predikat dengan hanya kata
kerja setelah kata subjek.
2. Kalimat kata sifat untuk memberikan kalimat predikat dengan hanya kata
sifat setelah kata subjek.
3. Kalimat kata benda untuk memberikan kalimat predikat dengan kata
benda/nomina setelah kata subjek.
4. Kalimat kata depan dengan frasa empat untuk memberikan kalimat dengan
frasa sebanyak empat setelah kata subjek demi kata preposisional.
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa.
Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:
Ayah dan Ibu senang membuat masakan soto banjar karena hidangan ini adalah
makanan favorit mereka.
Kalimat majemuk memiliki berbagai jenis. Kalimat ini dibedakan menjadi kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang memiliki tingkatan klausa yang
sama atau sederajat. Kalimat tersebut memiliki klausa-klausa subordinatif dan
dihubungkan dengan konjungsi koordinatif.
Contoh kalimat majemuk setara adalah:
Ayah membaca koran, lalu minum kopi di teras rumah.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki tingkatan antar klausa
satu dengan yang lainnya tidak seimbang.

30
Contoh kalimat majemuk bertingkat adalah:
Ketika saya menyimak gagasan yang anda bicarakan, saya tertarik dengan hal
tersebut.
Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang memiliki klausa sebanyak tiga
atau lebih, tetapi klausa tersebut dihubungkan secara subordinatif dan konjungtif.
Contoh kalimat majemuk campuran adalah:
Dina berangkat ke sekolah dan adik tetap pergi ke pasar, meskipun panas di
siang hari ini semakin terik.
Jenis Kalimat Aktif dan Pasif
Kalimat juga dibedakan menjadi kalimat aktif dan kalimat pasif. Pembahasannya
adalah sebagai berikut:
Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya kata kerja aktif.
Verba aktif ditandai dengan prefiks me-, memper-, dan be-.
Ciri-ciri kalimat aktif adalah:
1. predikatnya cenderung memiliki Imbuhan me- ataupun ber-, dan
2. pada kalimat aktif imbuhan me- ataupun ber- cenderung mengikat predikat
yang menggambarkan suatu tindakan ataupun pekerjaan dalam sebuah
kalimat.
Contoh:
1. Kakak membaca buku.
2. Ibu memasak sayur terong di dapur.

Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu pekerjaan/tindakan
atau aktivitas. Subjek pada kalimat pasif berada sebelum predikatnya. Kalimat
pasif ini merupakan kebalikan dari kalimat aktif.
Berikut adalah ciri-ciri kalimat pasif:
1. subjeknya sebagai penerima perlakuan,
2. predikatnya berimbuhan di-, ter-, ke-an, atau ter-kan,
3. predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang),

31
4. objek pada kalimat pasif merupakan subjek pada kalimat aktif, dan
5. biasanya ditandai dengan adanya kata-kata “oleh” dan “dengan”.
Contoh kalimat pasif di antaranya adalah:
1. Buah mangga dipetik oleh Ibu.
2. Buku ayah dipinjam oleh Ibu.

Jenis-Jenis Kalimat berdasarkan Pengucapan


Berdasarkan pengucapannya kalimat dibedakan menjadi kalimat langsung dan
kalimat tidak langsung.
Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang menggambarkan ucapan atau perintah.
Kalimat tersebut juga berisi bagaimanakah perkataan orang yang dimaksud,
sehingga kalimat ini ditandai dengan tanda petik (“…”).
Contoh kalimat langsung adalah sebagai berikut:
1. Ibu berkata,”Sayang hari ini kita makan buah yuk”.
2. “Kakak, ajarkan aku matematika kak.”
Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang mendeskripsikan ucapan kembali dari
seseorang. Biasanya kalimat tidak langsung ini merupakan kalimat pasif dan
berupa kalimat berita.
Contoh kalimat tidak langsung di antaranya adalah:
1. Bu Guru berkata bahwa saya harus bekerja cerdas, agar saya dapat
menjadi orang sukses.
2. Mereka berkata bahwa semua orang memiliki hak untuk berkarya sesuai
jalurnya masing-masing.

Jenis-Jenis Kalimat berdasarkan Fungsinya


Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat untuk memberi perintah kepada orang lain dalam
menjalankan sesuatu. Biasanya kalimat ini ditandai dengan tanda seru jika dalam
bentuk tulisan, sedangkan dalam bentuk lisan, itu ditandai dengan intonasi/nada
tinggi.

32
Contoh kalimat perintah di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Silakan Anda meninggalkan ruangan ini!
2. Jangan memberi contekan saat ujian!

Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang ditandai dengan tanda tanya dan memiliki
tujuan untuk mendapatkan informasi dari orang lain.
Contoh kalimat tanya adalah sebagai berikut:
1. Apakah seorang perempuan wajib menuntut ilmu sampai S3?
2. Bagaimana dengan Anda ke depannya, jika Anda sudah belajar maksimal
namun hasil belum memuaskan?

Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan untuk memberi informasi kepada
orang lain. Kalimat ini ditandai dengan tanda titik (.) jika dituangkan dalam
bentuk tulisan, sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat tersebut dilakukan dengan
intonasi/nada rendah.
Contoh kalimat berita adalah sebagai berikut:
1. Kita harus melakukan sesuatu agar sampah dedaunan tidak berserakan
kembali di halaman rumah.
2. Saya yakin bahwa kita semua pasti bisa melewati rintangan tersebut.

Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan seseorang dengan
kata lain antara senang, kagum, bahkan terkejut. Kalimat tersebut diungkapkan
dengan intonasi tinggi jika dalam bentuk lisan, sedangkan dalam bentuk tulisan
bisa ditandai dengan tanda titik (.) atau tanda seru (!)
Berikut adalah beberapa contoh kalimat seruan.
1. Cantik sekali Anda pada hari ini.
2. Saya kagum dengan cara A
3. Ayo kita berangkat ke sekolah!

33
2.9 Menjelaskan definisi dan klasifikasi paragraph
Paragraf klasifikasi merupakan satu dari jenis paragraf yang topik
utamanya dikembangkan dengan mengelompokkannya ke beberapa kelompok
yang berdasarkan dari sifat atau ciri-ciri tertentu. Paragraf klasifikasi juga dapat
diartikan sebagai pengembangan paragraf eksposisi menjadikan paragraf
tujuannya yaitu untuk memberikan informasi yang sangat jelas kepada para
pembacanya.

2.10 Pengertian, ciri ciri, serta jenis jenis wacana, dan contohnya
wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat
atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang
mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.
Ciri-ciri Wacana adalah sebagai berikut :

 Terdapat tema
 Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
 Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
 Memiliki hubungan koherensi
 Memiliki hubungan kohesi
 Medium bisa lisan maupun tulis
 Sesuai dengan konteks

Berdasarkan jenis dan bentuknya, wacana dapat dibedakan menjadi 5, yaitu:

 wacana narasi
 wacana deskripsi
 wacana eksposisi
 wacana argumentasi,
 wacana persuasi.

Wacana Narasi
Istilah narasi (dalam bahasa inggris: naration) berarti kisahan. Penyusunan wacana
narasi erat kaitannya dengan rangkaian peristiwa. Wacana ini berusaha

34
menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud
memberi arti kepada sebuah kejadian atau beberapa kejadian, dan agar pembaca
dapat memetik hikmahnya dari cerita itu.

Wacana deskripsi
Istilah deskripsi (dalam bahasa Inggris : description) artinya perian. Wacana
deskripsi adalah wacana yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan
sebenarnya, sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, mencium, dan
merasakan apa yang dipahaminya itu sesuai dengan pikiran penulisnya. Wacana
ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan kesan utama
sebagai pengikat semua kesan yang dilukisnya

BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Unsur kebahasaan
merupakan unsur yang menjadi landasan utama untuk menciptakan karya tulis
yang baik dan benar, dengan adanya unsur kebahasaan ini kita menjadi tahu
bagaimana pemakaian tata bahasa yang terurut agar pembaca tertarik serta lebih
mudah memahami apa yang di sampaikan oleh penulis.
Unsur bahasa terdiri dari seperangkat aturan penulisan yang saling
berikatan sehingga menciptakan suatu karya tulis yang terurut. Dalam Unsur
kebahasaan ada aturan-aturan yang berkaitan dengan proses pembentukan kata,
kalimat, paragraf,wacana, satuan-satuan bahasa, dan pemaknaaan Kata yang
menjadi patokan kita dalam pembuatan karya tulis. Selain itu unsur kebahasaan
juga membuat kita mengetahui bagaimana pelafalan huruf yang benar berdasarkan
fonem, fonem sebagai urutan terkecil yang membedakan makna bunyi dan huruf.

35
3.2 Saran
Pembelajaran tentang unsur bahasa mengenai penjelasan, jenis serta
penggolongan ini sangat penting dilakukan untuk meningkatkan ketelitian serta
pemahaman tentang kebahasaan. Untuk itu memudahkan kita dalam menciptakan
karya tulis yang bermanfaat serta menjadi solusi dari permasalahan yang terjadi di
masyarakat. Karena itu diperlukan pemahaman unsur kebahasaan untuk menjadi
aturan dalam membuat karya tulis.
Kesalahan yang fatal dalam pembuatan karya tulis adalah kurangnya
memperhatikan unsur kebahasaan yang tidak struktural. Seperti pilihan kata,
menempatan kata, dan sebagainya yang salah dapat merusak karya tulis, sehingga
minat baca terhadap karya tulis pun menurun, dan karya tulis yang benar adalah
karya tulis yang kaidahnya sesuai dengan unsur kebahasaan. Jadi diharapkan
sebelum membuat karya tulis dapat memahami unsur kebahasaan agar karya tulis
dapat dibuat dengan baik dan benar.

36
DAFTAR PUSTAKA

Sumarni,Ratna.2018. “Makna Leksikal dan Contohnya dalam Bahasa


Indonesia”https://dosenbahasa-
com.cdn.ampproject.org/v/s/dosenbahasa.com/makna-leksikal-dan-
contohnya/amp?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16302927354615&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fdosenbahasa.com%2Fmakna-leksikal-dan-contohnya (diakses pada tanggal
29 Agustus 2021)

37
Sholihah,Aniyatus, Prayoga Prasetyo, dan Regina Putri Anggraini. (2019).
Pengertian Fonem, Morfem, Kata, Frasa, Dan Klausa. Makalah.
https://agustianperbankansyariah.blogspot.com/2019/10/pengertian-fonem-
morfem-kata-frasa-dan.html (diakses tanggal 31 agustus 2021)

Zakky.2019.”Pengertian Frasa Beserta Ciri-Ciri, Jenis-Jenis, dan Contoh


Frasa”https://www.zonareferensi.com/pengertian-frasa/ (diakses pada 27 Agustus
2021)

Arini.2019.“Kata:Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis, Bentuk, dan Contoh


Lengkap”https://bahasa.foresteract.com/kata/3/ (diakses pada 27 Agustus 2021)

Awwaabiin,Salma.2021.”Klausa; Pengertian, Ciri-Ciri, Kasifikasi dan Contoh


Lengkapnya”https://penerbitdeepublish-
com.cdn.ampproject.org/v/s/penerbitdeepublish.com/klausa/amp/?
usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D&amp_js_v=a6&amp_gsa=1#referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&csi=1&ampshare=https%3A%2F
%2Fpenerbitdeepublish.com%2Fklausa%2Famp%2F%23referrer%3Dhttps%3A
%2F%2Fwww.google.com%26csi%3D1 (Diakses pada tanggal 27 Agustus
2021)

Billi,Guru.2021.“Pengertian Ciri, Unsur, Jenis Beserta Contoh Secara


Lengkap”https://gurusekolah.co.id/pengertian-klausa/ (diakses pada tanggal 27
Agustus 2021)

Dosenpendidikan.2021.”Pengertian
Wacana”https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-wacana/ (Diakses pada
27 Agustus 2021)

Ibeng,Parta.2021.“Pengertian Wacana, Jenis, Bentuk, Keutuhan dan Contohnya”


https://pendidikan.co.id/pengertian-wacana-jenis-bentuk-keutuhan-dan-
contohnya/ (Diakses pada tanggal 27 Agustus 2021)

38
Seputarpengetahuan.2018.”Pengetian Paragraf Klasifikasi, Ciri dan Contohnya
(Bahas Lengkap)https://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/05/paragraf-
paragraf-klasifikasi-ciri-ciri-contoh.html (diakses pada tanggal 30 Agustus 2021)

39

Anda mungkin juga menyukai