ABSTRACK
Artikel ini menjelaskan tentang bagaimana perilaku komplain yang dilakukan
konsumen, penyebabnya dan bagaimana pengaruhnya terhadap kepuasan pelanggan
setelah melakukan komplain. Beberapa hasil riset menyebutkan bahwa terdapat
pengaruh antara kegagalan jasa dan ketidakpuasan dengan perilaku komplain. Terdapat
pengaruh antara penanganan komplain dengan loyalitas pelanggan. Terdapat pengaruh
antara penanganan komplain dengan memberikan keadilan distributif,keadilan
prosedural dan keadilan interaksional dengan kepuasan setelah melakukan komplian.
A. PENDAHULUAN
Kualitas jasa telah menjadi strategi penting dalam organisasi dalam usaha
memuaskan dan mempertahankan pelanggan atau menarik pelanggan baru
(Lewis&Clacher, 2001). Lewis dan Spyrakopoulus (2004) menyatakan bahwa
kegagalan jasa dapat terjadi di banyak perusahaan, bahkan di perusahaan yang telah
fokus pada kualitas. Karena jasa bersifat intangible, kegagalan jasa tidak dapat
diperbaiki dengan cepat seperti kegagalan dalam barang (de Ruyter&Wetzels, 2000).
Tidak mungkin untuk meyakinkan bahwa terdapat 100% error-free, karena produksi
dan konsumsi jasa dilakukan bersamaan (bersifat inseparability), sehingga sangat sulit
untuk menghindari human error dalam penyampaian jasa (Fisk, Brown, &Bitner, 1993).
Untuk itulah perlu adanya manajemen komplain untuk mengantisipasi ketidakpuasan
pelanggan akibat penyampaian jasa.
Manajemen komplain merupakan salah satu determinan signifikan kepuasan dan
loyalitas pelanggan. Beberapa peneliti menemukan bahwa kegagalan jasa yang tidak
segera diatasi dapat menyebabkan customer defection (Kotler, 2000; Maxam, 2001).
Oleh karena itu upaya mempertahankan jalinan relasi dengan pelanggan yang tidak puas
melalui pengelolaan komplain telah menjadi fokus utama sebagian besar strategi retensi
pelanggan. Pada hakekatnya pengelolaan komplain merupakan tindakan yang dilakukan
1
Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra Semarang
No. 35 / Th XIX / April 2012
2
Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra Semarang
No. 35 / Th XIX / April 2012
3
Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra Semarang
No. 35 / Th XIX / April 2012
Studi yang dilakukan oleh Singh (1990) juga mengindikasikan bahwa respons
pelanggan terhadap ketidakpuasan dipengaruhi pula oleh karakteristik individu, seperti
demografi, sikap terhadap komplain dan nilai-nilai pribadi.
Selain pengaruh karakteristik individu, faktor produk dan situasi juga
memainkan peranan penting dalam menjelaskan respons pelanggan terhadap
ketidakpuasan. Faktor-faktor ini meliputi: daya tanggap perusahaan terhadap komplain,
biaya komplain, harga, arti penting produk bagi pelanggan dan pengalaman konsumen.
Huefner&Hunt (1994) dalam Tjiptono (2006) menambahkan tiga perilaku
komplain lainnya: retaliasi, avoidance dan grudgeholding. Retaliasi merupakan salah
satu bentuk balas dendam yang dilakukan pelanggan yang tidak puas terhadap
perusahaan atau distributor yang mengecewakannya. Manifestasinya dapat bermacam-
macam, misalnya merusak peralatan perusahaan, mencuri atau mengutil, melakukan
komunikasi gethok tular negatif di dalam toko yang bersangkutan dan disruptive
behavior (seperti sengaja meletakkan item produk di tempat-tempat yang keliru).
Avoidance dan grudgeholding merupakan bentuk variasi dari exit. Menurut Boote
(1998) dalam Tjiptono (2006), exit dapat berbentuk empat macam tindakan, yaitu:
memboikot atau berhenti membeli merek yang sama; berhenti membeli tipe produk
tertentu (terlepas siapapun produsennya); berhenti membeli dari pengecer tertentu;
berhenti membeli dari pemanufaktur tertentu. Masalah yang sering dijumpai dalam
konseptualisasi exit pada sejumlah riset perilaku komplain adalah tidak adanya time-
frame yang jelas. Konsumen yang berbeda akan berhenti membeli produk tertentu
selama jangka waktu yang berbeda-beda. Menurut Huefner&Hunt (1994) dalam
Tjiptono (2006), exit merupakan fenomena jangka pendek, sedangkan avoidance lebih
berjangka menengah sebagai bentuk tindakan sengaja untuk ‘menghukum’ perusahaan.
Sementara grudgeholding merupakan fenomena yang lebih ekstrim dan dapat
berlangsung bertahun-tahun atau bahkan selamanya.
Sementara itu, keputusan seseorang untuk melakukan komplain atau tidak,
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut (Tjiptono, 2006): (1) Tingkat kepentingan
konsumsi yang dilakukan. Termasuk di dalamnya penting tidaknya jasa yang dibeli dan
dikonsumsi, harga jasa, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi jasa. Apabila
konsumen mempersepsikan tingkat kepentingan, biaya, waktu yang dibutuhkan relatif
4
Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra Semarang
No. 35 / Th XIX / April 2012
5
Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra Semarang
No. 35 / Th XIX / April 2012
6
Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra Semarang
No. 35 / Th XIX / April 2012
yang dipandang sebagai peluang pemasaran dan penyempurnaan proses jasa. (3)
Mengukur biaya primer dan biaya sekunder dari pelanggan yang tidak puas, lalu
melakukan penyesuaian investasi terhadap tingkat biaya tersebut. (4) Memberdayakan
karyawan lini depan untuk mengambil tindakan cepat dan tepat dalam rangka
pemulihan layanan. (5) Mengembangkan jalur komunikasi yang singkat antara
pelanggan dan manajer. (6) Memberikan penghargaan kepada setiap karyawan yang
menerima dan memecahkan masalah keluhan pelanggan, serta memperbaiki sumber-
sumber masalahnya. (7) Memasukkan keunggulan layanan dan pemulihan layanan
sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan. (8) Komitmen manajemen puncak
terhadap dua hal utama, yaitu: “melakukan segala sesuatu secara benar sejak pertama
kali” dan mengembangkan program pemulihan layanan yang efektif.
7
Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra Semarang
No. 35 / Th XIX / April 2012
8
Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra Semarang
No. 35 / Th XIX / April 2012
dari proses pemilihan jasa. Matilla dan Patterson (2004) menemukan bahwa kompensasi
lebih penting untuk masyarakat Amerika dibandingkan Asia, sehingga konsumen
Amerika agresif untuk meminta ganti rugi dibandingkan konsumen Asia. Sebaliknya,
penjelasan tentang penyebab kegagalan jasa lebih penting bagi orang-orang Asia
dibandingkan orang Amerika (Matilla dan Patterson, 2004).
9
Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra Semarang
No. 35 / Th XIX / April 2012
personal mereka dengan personil perusahaan melalui proses recovery. Termasuk dalam
konsep ini adalah elemen-elemen kejujuran, kesopanan, perhatian, upaya penanganan
komplain (Smith et al., 1999; Tax et al., 1998).
Evaluasi dari proses pemulihan jasa lebih ditentukan oleh interaksi antara
konsumen dengan karyawan. Smith et al. (1999),menemukan pengaruh antara keadilan
interakasional dengan kepuasan pada proses pemulihan jasa. Tax et al. (1998)
menemukan pengaruh yang kuat antara keadilan interaksional dengan kepuasan akibat
penanganan komplain. Maxham dan Netemeyer (2002) menemukan pengaruh keadilan
interaksional dengan kepuasan keseluruhan. Dalam penelitiannya ini Maxham dan
Netemeyer menggunakan indikator keadilan interaksional seperti: (1) perlakuan yang
adil dan sopan, (2) karyawan menunjukkan perhatian untuk bersikap adil, (3) keinginan
karyawan mendapatkan input dari konsumen, (3) berempati. Mackoy (1995) dalam
Maxham et al. (2002) meneliti tentang kerugian klaim konsumen dalam jasa,
menemukan bahwa kepuasan terhadap personil atau karyawan merupakan determinan
penting dalam mengukur kepuasan keseluruhan. Tetreuault (1990) dalam Maxham et al.
(2002) melaporkan bahwa kepuasan keseluruhan terhadap perusahaan meningkat ketika
karyawan memperlakukan konsumen secara adil.
DAFTAR PUSTAKA
Beatson, A., Coote, L.V. and Rudd, J.M. (2006),”Determining Consumer Satisfaction
and Commitment Trough Self-Service Technology and Personal Service Usage,”
Journal of Marketing Management, 22, 7-8, 853-882
Fisk, R.P. Brown, S.W., &Bitner, M.J. (1993),”Tracking the Evolution of Services
Marketing Literature”, Journal of Retailing, 69, 61-103.
Fornell, Claes and Birger Wernerfelt (1988), “A Model for Customer Complaint
management”, Marketing Science, 7, 287-298
10
Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra Semarang
No. 35 / Th XIX / April 2012
Heskett, J.L., Sasser W.E., Schlesinger L.A. (1997),”The Service Profit Chain: How
Leading Companies Link Profit, Growth to Loyalty, Satisfaction and Value”, New
York: A Division of Simon&Schuster Inc
Huang, J.H., Huang, C.T., &Wu, S. (1996),” National Character and Response to
Unsatisfactory Hotel Service”, International Journal of Hospitality Management, 15,
229-243.
11
Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra Semarang
No. 35 / Th XIX / April 2012
Oliver, M.& J.W. Huppertz (2010),”External Equity, Loyalty Program Membership and
service Recovery”, Journal of Service Marketing, 24, 3, 244-254
Smith, A.K., Bolton, R.N. &Wagner, J. (1999),”A Model of Customer Satisfaction with
Service Encounter Involving Failure and Recovery”, Journal of Marketing Research,
36, 356-373
Tax, S.S., &Brown, S.W. (1998),”Recovering and Learning from Service Failure”,
Sloan Management Review, 40, 75-89
12